Anda di halaman 1dari 51

Pengertian Fintech

Era teknologi merupakan sebuah era di mana kehidupan dan aktivitas masyarakat akan lebih
mudah dan efektif dikarenakan peran dunia digital.

Salah satu jenis startup yang mulai naik daun adalah pada bidang Fintech.

Fintech adalah sebuah sebutan yang disingkat dari kata ‘financial’ dan ‘technology’ di mana
artinya adalah sebuah inovasi di dalam bidang jasa keuangan.

Inovasi yang ditawarkan Fintech sangat luas dan dalam berbagai segmen, baik itu B2B (Business
to Business) hingga B2C (Business to Consumer).

Beberapa contoh bisnis yang tergabung di dalam Fintech adalah:

● Proses jual beli saham,


● Pembayaran,
● Peminjaman uang (lending) secara peer to peer,
● Transfer dana,
● Investasi ritel,
● Perencanaan keuangan (personal finance),
● Dan lainnya.

[Baca Juga: Perkembangan Fintech (Financial Technology), Dari Diawasi Hingga Inovasi]

Fintech mempengaruhi kebiasaan transaksi masyarakat menjadi lebih praktis dan efektif.

Fintech pun membantu masyarakat untuk lebih mudah mendapatkan akses terhadap produk
keuangan dan meningkatkan literasi keuangan.

Definisi Fintech: Apa Itu Fintech?


Sebenarnya belum ada definisi baku tentang Fintech. Namun, National Digital Research Centre
atau NDRC mendefinisikan Fintech sebagai istilah yang dapat digunakan untuk menyebut inovasi
dalam bidang jasa keuangan atau finansial. Bisa juga dengan inovasi finansial yang diberi
sentuhan teknologi modern. Bisa juga dengan arti segmen di dunia start up yang membantu
untuk memaksimalkan dalam penggunaan teknologi untuk mengubah, mempertajam atau
mempercepat berbagai aspek pelayanan keuangan.

Jadi, dari mulai metode pembayaran hingga transfer dana, pengumpulan dana, pinjaman bahkan
sampai pada pengelolaan aset bisa kemudian dipercepat dan dipersingkat dengan menggunakan
teknologi. Berdasarkan hal ini, maka wajar jika fintech kemudian secara cepat menjadi kebutuhan
yang akhirnya mengubah gaya hidup orang banyak khususnya mereka yang bergelut di bidang
teknologi dan keuangan.
Klasifikasi Fintech
Sebelum mengetahui manfaat keberadaan Fintech, sebaiknya Anda mengetahui jenis-jenis
Fintech dan klasifikasinya menurut Bank Indonesia.

Berikut adalah 4 klasifikasi Fintech menurut Bank Indonesia:

#1 Crowdfunding dan Peer to Peer Lending


Pada klasifikasi ini, Fintech berguna sebagai mediasi yang menemukan investor dengan pencari
modal, layaknya marketplace dalam istilah e-commerce.

Crowdfunding (pembiayaan masal atau berbasis patungan) dan peer to peer (P2P) lending ini
diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Crowdfunding sangat berguna untuk melakukan penggalangan dana seperti untuk mendanai
sebuah karya, membantu korban bencana dan lainnya.

Dengan adanya Fintech, penggalangan dana dapat dilakukan secara online, sehingga
penggalangan akan lebih mudah dan efisien.

[Baca Juga: Bank vs Fintech P2P Lending: Pesaing atau Pelengkap Inklusi Keuangan?]

P2P Lending merupakan sebuah layanan Fintech yang sangat membantu masyarakat UMKM
sehingga mereka dapat meminjam dana dengan mudah walaupun mereka belum memiliki
rekening di bank.

Permodalan tentunya merupakan sebuah isu yang sangat signifikan tentunya untuk
mengembangkan usaha dan memenuhi kebutuhan finansial masyarakat.

Beberapa contoh startup fintech pada klasifikasi ini adalah:

● UangTeman.com dan TemanUsaha.com untuk contoh pembiayaan dalam bentuk utang,


● Wujudkan.com dan Kitabisa.com untuk contoh pembiayaan masal,
● Koinworks.com dan Danadidik.com untuk contoh peer to peer lending,
● Kredivo.com dan ShootYourDream.com untuk contoh cicilan tanpa kartu kredit.

#2 Market Aggregator
Pada klasifikasi ini, Fintech akan berperan sebagai pembanding produk keuangan, dimana
Fintech tersebut akan mengumpulkan dan mengoleksi data finansial untuk dijadikan referensi
oleh pengguna. Klasifikasi ini juga dapat disebut dengan nama comparison site atau financial
aggregator.
Contohnya, jika seorang konsumen ingin memilih produk KPR, platform Fintech akan
menyesuaikan data finansial pribadi konsumen dan memberikan pilihan produk KPR sesuai
dengan data pribadi yang dimasukkan.

Pilihan ini akan diberikan sesuai dengan keinginan dan kemampuan finansial serta preferensi
konsumen.

Untuk contoh pembanding produk keuangan secara umum adalah Cekaja.com dan
Kreditgogo.com, untuk pembanding produk asuransi yaitu RajaPremi.com dan Asuransi88.com.

[Baca Juga: Teknologi Finansial: Tengok Dulu Perkembangan Fintech Di Indonesia!]

#3 Risk and Investment Management


Konsep yang ditawarkan Fintech dalam klasifikasi ini memiliki fungsi seperti financial planner
yang berbentuk digital.

Pengguna akan dibantu untuk mendapatkan produk investasi yang paling cocok sesuai dengan
preferensi yang diberikan.

Selain manajemen risiko dan investasi, pada klasifikasi ini, juga terdapat manajemen aset, dimana
Fintech akan membantu operasional sebuah usaha sehingga lebih praktis.

Fintech yang bergerak dalam bidang perencanaan keuangan juga tergolong di dalam klasifikasi
jenis ini.

Salah satu platform terkenal yang berfokus pada financial planning (perencanaan keuangan)
adalah Finansialku.com, yang memiliki fokus pada financial education, edukasi untuk
meningkatkan literasi keuangan serta perencanaan keuangan.

Beberapa contoh fintech untuk jenis ini adalah NgaturDuit.com dan Dompet Sehat sebagai contoh
pelacak pengeluaran untuk pribadi.

Jurnal.id dan Sleekr sebagai contoh pelacak pengeluaran untuk UMKM dan pengatur pajak
seperti Online-Pajak.com.

#4 Payment, Settlement dan Clearing


Jenis Fintech yang tergabung di dalam klasifikasi ini adalah pembayaran (payments) seperti
payment gateway dan e-wallet.

Klasifikasi ini diawasi oleh BI (Bank Indonesia) karena proses pembayaran ini juga meliputi
perputaran uang yang nantinya akan menjadi tanggung jawab Bank Indonesia.

Seperti yang telah disebutkan di atas, payment gateway merupakan salah satu contoh klasifikasi
keempat.

Payment gateway merupakan sebuah jembatan antara pelanggan dan e-commerce(perusahaan


penyedia jual beli online) yang difokuskan pada sistem pembayaran.
Dengan adanya Fintech berbentuk payment gateway, pelanggan dapat memilih metode
pembayaran yang diinginkan. Salah satu contoh Fintech dalam bentuk payment gateway adalah
iPaymu.com.

[Baca Juga: Sudah Resmi! Pahami Klasifikasi Fintech Menurut Bank Indonesia]

Selain payment gateway, contoh lain Fintech dalam klasifikasi ini yang sangat terkenal adalah
uang elektronik dan dompet elektronik.

Uang elektronik merupakan uang yang dikemas dalam bentuk digital yang mana uang tersebut
dapat menjadi alat pembayaran pada umumnya, untuk berbelanja, membayar tagihan dan lainnya
hanya dengan melalui sebuah aplikasi.

Beberapa contoh perusahaan Fintech dalam bidang pembayaran adalah:

● DoKu, Kartuku (perusahaan pembayaran)


● Sakuku BCA, Uangku Smartfren (perusahaan pembayaran dengan mobile)
● GCI Indonesia (Gift Card)
● Dan lainnya.

Manfaat Fintech
Keberadaan Fintech sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat ekonomi. Perpaduan antara
efektivitas dan teknologi memiliki dampak positif bagi masyarakat pada umumnya.

Terdapat beberapa manfaat adanya Fintech di lingkungan masyarakat, manfaat pertama yaitu,
Fintech dapat membantu perkembangan baru di bidang startupteknologi yang tengah menjamur.
Hal ini dapat membantu perluasan lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

[Baca Juga: Bagaimana Peran Fintech Indonesia Bisa Mengubah Bisnis dan Konsumen
Anda?]

Pertumbuhan ekonomi tersebut mendatangkan manfaat kedua yaitu peningkatan taraf hidup
masyarakat. Fintech dapat menjangkau masyarakat yang tidak dapat dijangkau oleh perbankan
konvensional.

Manfaat lainnya adalah meningkatkan perkembangan aplikasi Bitcoin. Meskipun tidak memiliki
akun bank, pengguna Bitcoin dapat dengan mudah bertransaksi dengan mudah dan praktis.

Selain itu, Fintech juga dapat meningkatkan ekonomi secara makro. Kemudahan yang ditawarkan
oleh Fintech dapat meningkatkan penjualan e-commerce.

Manfaat terakhir yang paling dapat dinikmati oleh masyarakat besar adalah penurunan bunga
pinjaman. Dengan transparansi Fintech, peminjam dana tidak perlu takut terjerumus dengan
bunga tinggi para lintah darat.

Perkembangan dan Manfaat Fintech di Tengah Masyarakat


Fintech membantu perkembangan perusahaan start up baru

Saat ini, sudah bermunculan banyak perusahaan startup baru yang menciptakan produk
inovasi di bidang fintech. Contoh ada Moneythor. Perusahaan startup Moneythor membuat
produk baru yang memberikan pengalaman di bidang digital banking dimana analisisnya lebih
detail dan rinci. Perusahaan seperti ini biasanya mulai tumbuh di Singapura dimana kemudian
targetnya adalah Asia.

Fintech dapat meningkatkan taraf hidup

Bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan atau pendapatan yang besar bagi perusahaan
startup namun, keberadaan fintech juga ternya bisa meningkatkan taraf hidup serta daya beli
masyarakat banyak. Sebagai contoh, ada perusahaan startup yang kemudian membuat inovasi
untuk menghadirkan merchant dimana merchant tersebut menerima sistem pembayaran dengan
kartu debit dan kredit dengan biaya rendah.

Ada juga perusahaan startup yang kemudian membuat inovasi fintech yang dapat membangun
infrastruktur dunia perbankan untuk meningkatkan daya beli konsumen atau masyarakat. Lebih
dari itu, adanya fintech di Asia Tenggara bahkan memiliki peranan penting dalam upaya
pengentasan kemiskinan hingga 600 juta jiwa. lebih. Perusahaan startup juga terus meyakinkan
investor akan hal ini.

Fintech dapat merangsang angka perkembangan bitcoin

Dampak positif dari berkembangnya Fintech adalah aplikasi bitcoin di dunia finansial yang juga
ikut berkembang. Dikatakan bahwa 2.5 milyar lebih pengguna bitcoin yang tidak mempunyai
akun bank akhirnya tetap bisa melakukan berbagai transaksi seperti pengiriman uang,
pembayaran serta transaksi lain dengan tanpa masalah.

Fintech dapat mengurangi jumlah pinjaman yang berbunga tinggi

Masyarakat tentu merasa cukup tersiksa dengan kehadiran mereka yang mengaku penolong
namun memberikan beban bunga dari setiap pinjaman. Adanya fintech kemudian menjawab
permintaan sistem peminjaman uang yang lebih transparan serta dapat dinikmati semua
masyarakat. Bagi mereka yang sudah menggunakan fintech, tentu merasakan sekali manfaatnya
juga perbedaannya ketika belum dan sudah menggunakan fintech.

Kamu bisa mempelajari lebih detail tentang fintech ini bahkan bisa saja membuat perusahaan
start up yang kemudian membuat inovasi fintech dengan menghadirkan layanan yang dapat
dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Tidak menutup kemungkinan jika ada inovasi fintech
yang tidak hanya di bidang kartu kredit dan debit juga dengan bunga depsito atau bentuk
lainnya yang akan memudahkan masyarakat pada umumnya.

Di Indonesia sendiri, jumlah investasi di bidang fintech semakin lama semakin tinggi layaknya
jumlah investasi fintech di dunia yang semakin besar. Oleh sebab itu, bisa saja perusahaan start
up baru yang bergerak di bidang ini akan mendapatkan dana investasi secara mudah dari para
investor karena tingkat keuntungan yang tinggi pula.
Dampak Fintech terhadap
ekonomi Indonesia capai Rp25,97
triliun

Industri teknologi finansial (Financial


technology/Fintech) terhadap perekonomian
Indonesia mencapai Rp25,97 triliun.
Industri teknologi finansial (Financial technology/Fintech) terhadap perekonomian Indonesia
mencapai Rp25,97 triliun.

Hal itu terungkap dalam kajian Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
bersama dengan Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech). Ekonom Indef Bhima Yudhistira
menjelaskan perkembangan Fintech di Tanah Air mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto
(PDB).

"Perkembangan fintech di Indonesia mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto atau PDB
sebesar Rp25,97 triliun baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, konsumsi rumah
tangga mampu meningkat hingga Rp8,94 triliun. Kedua hal tersebut menunjukkan keberadaan
fintech telah mampu meningkatkan perekonomian Indonesia secara makro," kata Bhima, di
Jakarta, Selasa (28/8).

Sementara itu, ekonom Indef lainnya, Nailul Huda mengatakan bahwa di sisi dunia usaha,
kompensasi tenaga kerja baik berbentuk gaji dan upah mampu meningkat sebesar Rp4,56 triliun
dengan sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor perdagangan, keuangan, dan asuransi.

BACA JUGA

● Dugaan monopoli dompet digital OVO milik Lippo Group


● Akseleran jalin kerja sama dengan IBS
● Ekspansi bisnis, Akseleran targetkan penyaluran kredit Rp1,2 triliun

"Ketiga sektor ini mempunyai peran langsung dalam pengembangan fintech. Selain itu, kehadiran
fintech juga mampu menyumbang penyerapan tenaga kerja sebesar 215.433 orang yang tidak
hanya dari sektor-sektor tersier namun sektor primer yaitu pertanian, juga mengalami penyerapan
tenaga kerja yang cukup besar, yaitu 9.000 orang," ujar Huda.
Kajian yang dilakukan oleh Indef dan Aftech ini dilatarbelakangi oleh rendahnya penetrasi
layanan keuangan di Indonesia, khususnya di bidang kredit atau pembiayaan. Hal ini ditunjukkan
oleh rasio penyaluran kredit terhadap PDB yang masih berada di angka 39,1% (World Bank,
2015).

Lebih dalam lagi, pelayanan kredit bagi UMKM bahkan masih sangat rendah. Bhima mengatakan
bahwa porsi kredit UMKM terhadap total kredit stganan di kisaran angka 20%-22%.

"Di sisi lain, hanya ada setengah penduduk dewasa yang memiliki rekening di Bank. Angka-
angka tersebut menunjukkan pelayanan perbankan terutama di segmen pelayanan kredit masih
sangat rendah tingkat penetrasinya," kata Bhima.

Keadaan tersebut membuat munculnya sistem layanan baru yang disebut dengan fintech. Layanan
fintech berhasil menjangkau sektor-sektor yang saat ini belum tersentuh oleh penyedia layanan
keuangan yang ada seperti perbankan. Jadi sifatnya bukanlah subsitusi perbankan melainkan
pelengkap dari jasa keuangan yang sudah ada.

Peran fintech dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada 2018,
penyaluran kredit Fintech menembus Rp7,64 triliun dan banyak disalurkan kepada sektor
perdagangan dan pertanian.

"Selain itu, investasi di fintech di Indonesia mencapai Rp5,69 triliun yang didapatkan dari porsi
pembentukan PDB Indonesia dikalikan dengan jumlah investasi fintech Dunia," ujar Bhima.

Direktur Asosiasi FinTech Indonesia Ajisatria Suleiman menambahkan rekomendasi untuk


memperkuat peran fintech maka diperlukan kebijakan yang mampu menekan biaya akusisi
nasabah, meminimalisasi risiko fraud, dan juga dapat melindungi konsumen beritikad baik.

"Ke depan kami berharap risiko fraud dari nasabah palsu dan risiko gagal bayar dapat
diminimalisasi dengan penguatan akses identitas berbasis biometrik, dan juga akses ke layanan
biro kredit. Saat ini sudah ada pengaturan di OJK terkait e-KYC dan informasi kredit, sehingga
yang dibutuhkan adalah implementasi di level teknisnya, terutama yang bersifat lintas
kementerian seperti contohnya dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kominfo,"
ujar Aji.

Sumber: Antara
Financial Technology -
Bank Sentral Republik
Indonesia
1. Apa yang dimaksud dengan Financial Technology?

Financial technology/FinTech merupakan hasil gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi
yang akhirnya mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat, yang awalnya dalam
membayar harus bertatap-muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat melakukan transaksi
jarak jauh dengan melakukan pembayaran yang dapat dilakukan dalam hitungan detik saja.

2. Bagaimana FinTech bisa terjadi?

FinTech muncul seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang saat ini didominasi oleh pengguna
teknologi informasi tuntutan hidup yang serba cepat. Dengan FinTech, permasalahan dalam
transaksi jual-beli dan pembayaran seperti tidak sempat mencari barang ke tempat perbelanjaan, ke
bank/ATM untuk mentransfer dana, keengganan mengunjungi suatu tempat karena pelayanan yang
kurang menyenangkan dapat diminimalkan. Dengan kata lain, FinTech membantu transaksi jual
beli dan sistem pembayaran menjadi lebih efisien dan ekonomis namun tetap efektif.

3. Apa dasar hukum penyelenggaraan FinTech dalam system pembayaran di Indonesia?

● Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan


Transaksi Pembayaran
● Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/22/DKSP perihal Penyelenggaraan Layanan
Keuangan Digital
● Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 tentang Uang Elektronik

4. Apa keuntungan dari FinTech?

Bagi konsumen, FinTech memberi manfaat:

● Mendapat layanan yang lebih baik


● Pilihan yang lebih banyak
● Harga yang lebih murah

Bagi pemain FinTech (pedagang produk atau jasa), FinTech memberi manfaat:
● Menyederhanakan rantai transaksi
● Menekan biaya operasional dan biaya modal
● Membekukan alur informasi

Bagi suatu Negara, FinTech memberi manfaat;

● Mendorong transmisi kebijakan ekonomi


● Meningkatkan kecepatan perputaran uang sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat
● Di Indonesia, FinTech turut mendorong Strategi Nasional Keuangan Inklusif/SKNI

5. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari FinTech?

FinTech telah mengubah sistem pembayaran di masyarakat dan telah membantu perusahaan-
perusahaan start-up dalam menekan biaya modal dan biaya operasional yang tinggi di awal.

6. Bagaimana peran FinTech dalam sistem pembayaran?

Dalam hal ini, FinTech mampu menggantikan peran lembaga keuangan formal seperti bank. Dalam
hal sistem pembayaran, FinTech berperan dalam;

● Menyediakan pasar bagi pelaku usaha


● Menjadi alat bantu untuk pembayaran, penyelesaian/settlement dan kliring
● Membantu pelaksanaan investasi yang lebih efisien
● Mitigasi risiko dari system pembayaran yang konvensional
● Membantu pihak yang membutuhkan untuk menabung, meminjam dana dan penyertaan
modal.

7. Apakah regulator perlu membuat peraturan terkait FinTech?

Kuatnya arus teknologi dalam system pembayaran mendorong Bank Indonesia sebagai bank sentral
Republik Indonesia untuk memastikan lalu lintas pembayaran yang telah terpenetrasi oleh
teknologi tetap berjalan dengan tertib dan aman serta mendukung pilar-pilar dalam pencapaian visi
dan misi Bank Indonesia.

8. Apa saja yang dilakukan Bank Indonesia dalam menjaga ketertiban lalu lintas
pembayaran terkait FinTech?

● Dalam hal penyediaan pasar bagi pelaku usaha, Bank Indonesia memastikan perlindungan
terhadap konsumen, khususnya mengenai jaminan kerahasiaan data dan informasi
konsumen lewat jaringan keamanan siber.
● Dalam hal tabungan, pinjaman dan penyertaan modal, Bank Indonesia mewajibkan setiap
pelaku usaha untuk patuh kepada peraturan makroprudensial, pendalaman mengenai pasar
keuangan, system pembayaran sebagai pendukung operasi dan keamanan siber untuk
menjaga data dan informasi konsumen.
● Dalam hal investasi dan manajemen risiko, Bank Indonesia juga mewajibkan setiap
pelaku usaha untuk patuh kepada peraturan makroprudensial, pendalaman mengenai pasar
keuangan, system pembayaran sebagai pendukung operasi dan keamanan siber untuk
menjaga data dan informasi konsumen.
● Dalam hal pembayaran, penyelesaian/settlement dan kliring, Bank Indonesia memastikan
perlindungan terhadap konsumen, khususnya mengenai jaminan kerahasiaan data dan
informasi konsumen lewat jaringan keamanan siber.

9. Apa bentuk inisiatif Bank Indonesia terkait FinTech?

Bank Indonesia menjamin keamanan dan ketertiban lalu lintas pembayaran dengan menjadi:

● Fasilitator. Bank Indonesia menjadi fasilitator dalam hal penyediaan lahan untuk lalu
lintas pembayaran
● Analis bisnis yang intelligent. Melalui kerjasama dengan otoritas dan agen-agen
internasional, Bank Indonesia menjadi analis bagi para pelaku usaha terkait FinTech
untuk memberikan pandangan dan arahan tentang bagaimana menciptakan system
pembayaran yang aman dan tertib.
● Asesmen. Bank Indonesia melakukan monitoring dan penilaian (assessment) terhadap
setiap kegiatan usaha yang melibatkan FinTech dan system pembayarannya
menggunakan teknologi.
● Koordinasi dan Komunikasi. Bank Indonesia menjaga hubungan dengan otoritas terkait
untuk tetap mendukung keberadaan FinTech system pembayaran di Indonesia. Bank
Indonesia juga berkomitmen untuk mendukung para pelaku usaha di Indonesia dengan
memberikan pengarahan secara berkala mengenai FinTech.

7 Alasan Kenapa Orang Indonesia


Suka Pakai Fintech
Ayyi HidayahApril 14, 2019
Perkembangan bisnis fintech di Indonesia sangat pesat, bahkan cenderung mendahului regulasi
yang menaunginya. Institusi keuangan digital (fintech) kini memang berperan dalam
meningkatkan akses layanan di sektor keuangan, terutama bank.

Fintech dinilai lebih mudah dan efisien digunakan. Apalagi mereka terkadang memberikan promo
dan potongan harga bagi nasabahnya. Survei yang dilakukan Dailysocial bekerja sama dengan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Jakpat menyebutkan, pemahaman masyarakat mengenai
institusi fintech semakin meningkat.

Pada 2018, dari 1.419 responden lebih dari 70 persennya mengaku akrab dengan layanan fintech.
Namun hanya 58,1 persen yang telah menggunakan layanan keuangan digital sehari-hari.

Sementara sisanya mengaku enggan menggunakan layanan ini dengan berbagai alasan. Di
antaranya mengaku tidak tertarik dengan alasan keagamaan dan industrinya. Terlepas dari itu
semua, harus diakui perkembangannya di dalam negeri mencengangkan semua pihak.

Seperti dikutip dari katadata.co.id, berikut adalah beberapa alasan kenapa fintech kian menjadi
primadona di hati masyarakat Indonesia.

1. Mudah Digunakan
Sebanyak 74,9 persen masyarakat yang disurvei oleh Dailysocial mengungkapkan jika mudah
digunakan merupakan alasan terbesar mengapa mereka gak ragu pakai fintech. Berbeda dengan
bank yang memasang aturan lebih rumit bagi mereka yang membutuhkan produk atau jasa
keuangan.

2. Sederhana
Sederhana dalam sisi proses menjadi alasan kedua mengapa masyarakat mau menggunakan jasa
mereka. Tercatat 71 persen responden yang disurvei mengaku jika kemudahan menjadi latar
belakang mereka lebih tertarik ke perusahaan rintisan dibanding lembaga keuangan lain.

3. Hemat Waktu
Gak hanya mudah dari sisi persyaratan, proses yang ditawarkan juga lebih hemat waktu
dibanding bank. Setidaknya 62,7 persen masyarakat mengatakan itu ketika ditanya pendapatnya
dalam menggunakan jasa perusahaan rintisan (startup) tersebut.

4. Gak Perlu ke Bank


Jika kamu menggunakan fintech, tentunya gak perlu lagi datang ke bank. Cukup dengan gadget
yang kamu miliki sudah bisa mendapatkan pelayanan keuangan yang diinginkan. Sebanyak 48,9
persen responden pun mengakui itu.

5. Aman
Faktor keamanan juga menjadi alasan orang banyak menggunakan startup keuangan. Meski kini
banyak muncul perusahaan ilegal, namun untuk yang sudah terdaftar dianggap bisa dipercaya.
Sekitar 36,4 persen orang percaya akan keamanan jasa mereka.

6. Promo dan Insentif


Promo dan insentif juga menjadi pemanis yang membuat industri ini sangat digemari. Tebaran
diskon dan potongan harga atau bunga menjadi alasan 36,4 persen responden memilih jasa ini
ketimbang yang lain.

7. Manajemen Lebih Baik


Manajemen yang lebih baik juga dipercaya menjadi alasan utama bagi masyarakat memilih jasa
fintech. Sebanyak 29,8 persen masyarakat mengakui bahwa mereka memiliki manajemen yang
lebih baik dibanding jasa keuangan lain.
Kenapa Fintech Menjamur di
Indonesia? Ini kata OJK

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai Indonesia menjadi
negara yang paling cocok dan diuntungkan dengan implementasi teknologi di sektor
keuangan atau financial technology (fintech) karena memiliki potensi besar.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan beberapa faktor yang
menunjukkan kecocokan penerapan fintech itu di antaranya posisi geografis Indonesia
yang mencapai 17.000 pulau dan kehidupan di Tanah Air yang cukup dominan tinggal di
daerah pelosok (remote).

"Hidup di daerah remote, enggak semua bisa di-visit [dikunjungi]. Orang [negara] lain
terkagum-kagum. Kita dilahirkan, dengan penduduk 250 juta. Masyakarat juga
tercampur," kata Wimboh dalam acara Antisipasi Disrupsi Teknologi Keuangan Kerja 4.0
: Mengendalikan Fintech sebagai Parameter Perekonomian Masa Kini, di Jakarta, Rabu
(23/2/2019).

Menurut Wimboh, pertumbuhan teknologi mendorong transaksi di bidang ini terus


bertumbuh. Sebagai perbandingan, kata Wimboh, data penjualan e-commerce sudah
mencapai US$ 7 miliar atau sekitar Rp 98 triliun (dengan asumsi kurs Rp 14.000/dolar
AS).
Jumlah itu naik 22% dari tahun sebelumnya. Bahkan pertumbuhan transaksi e-
commerce bisa menuju Rp 100 trilliun dan terus meningkat

Indonesia, katanya, berbeda secara karakter dengan negara lain seperti China,
Malaysia, Thailand serta Singapura secara geografis dan karakter masyaraat. Secara
jumlah, dengan pembeli e-commerce yang mencapai 28 juta saat ini, Indonesia cukup
dominan dibandingkan pembeli dari Singapura, Malaysia, dan Indonesia.

"Penduduk Singapura sekitar 3 juta, jadi Singapura semua sudah pakai internet, tapi
hanya 3 juta penduduk Malaysia dari 30 juta penduduknya, jadi total penduduk Asia
50% itu Indonesia. Jadi betapa besarnya Indonesia," katanya.

"Kalau dulu besar iya, tapi begitu enggak ada teknologi useless, mengirim barang
mahal. Mau didik orang harus datang ke sana, dengan teknologi sangat mudah diakses.
Masyarakat bisa menikmati semua produk jasa keuangan," ujarnya.

Dalam paparannya, Wimboh mengungkapkan saat ini dalam industri fintech, Indonesia
berada di urutan 16 sebagai negara dengan ekonomi terbesar, dan tahun 2030
diprediksi Indonesia bisa berada di urutan ke 7 terbesar di dunia dalam industri fintech.

(tas)
Financial Technology di Indonesia:
Peluang atau Ancaman? (AILRC)
KlikLegal.com28 March 2018

Ilustrasi. Sumber Foto: https://pxhere.com/

Artikel ini ditulis oleh Muh. Alif Zhafran Aminuddin dari Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin. Artikel ditulis untuk mengikuti ALSA Indonesia Legal Review Competition
(AILRC) 2018 yang mengambil tema tentang Financial Technology.

Publikasi artikel pada rubrik “KLIKALSA” sebagai wujud kerja sama KlikLegal dengan
National Board ALSA Indonesia (Periode 2017-2018). Artikel ini merupakan pendapat
pribadi penulis, dan tidak mewakili pandangan redaksi KlikLegal.

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dewasa ini, tidak hanya berpengaruh pada sektor pendidikan,
sosial, politik tapi juga sudah mulai merambah pada sektor perekonomian. Ini ditandai
dengan berkembangnya usaha pada bidang teknologi keuangan (financial technology).
Teknologi informasi telah digunakan untuk mengembangkan industri keuangan yang
dapat mendorong tumbuhnya alternatif alat transaksi bagi masyarakat.
Financial Technology yang akhir – akhir ini menjadi topik perbincangan banyak orang
karena Fintech suatu hal baru dalam bidang perekonomian yang memiliki peluang yang
besar. Itulah mengapa kemudian banyak start up baru pada Fintech di Indonesia. Selain
dari peluang yang besar, kemudahan – kemudahan yang dapat dilihat dari menjalankan
Fintech ini dapat menjadi alasan orang untuk memulai bisnis ini.

Bagaimana kemudian agar tidak tertinggal dengan masyarakat kita harus bisa
beradaptasi agar tetap berada di jalur peradaban. Apalagi dalam perkembangan pada
zaman postmodern ini yang di mana globalisasi makin cepat dan pesat karena
mudahnya informasi dapat di akses. Maka dari itu seperti yang dikatakan Charles
Darwin dalam bukunya The Origin of Species yang intinya adalah yang mampu
beradaptasilah yang dapat bertahan[i] dari zaman bukan yang terkuat, pentingnya bagi
kita khususnya masyarakat Indonesia untuk tetap mengikuti perkembangan zaman
khususnya pada bidang ekonomi ini.

Bill Gates (1994) “..banking is necessary, banks are not..”,[ii] melihat apa yang dikatakan
Bill Gates salah satu inovator, pendiri miscrosoft, dan orang terkaya dunia mengatakan
bahwa di masa depan virtual banking akan menjadi hal penting dalam pelayanan
keuangan.

Dewasa ini, salah satu yang menjadi perbincangan di masyarakat adalah bitcoin. Bitcoin
dan mata uang digital (cryptocurrency) belakangan kian populer di Indonesia. Bahkan
pada Mei silam, nilai tukar satu keping Bitcoin setara dengan 20 juta rupiah.[iii] Mata
uang digital ini berbeda dengan mata uang konvensional. Namun begitu, tidak sedikit
orang yang mempertanyakan masa depan mata uang digital, terutama terkait dengan
fluktuasi harga dan keamanan bertransaksi. Karena perkembangannya yang pesat juga
ini maka di beberapa negara maju saat ini industri yang bergerak di bidang bitcoin
diawasi oleh FSA (Financial Services Agency),[iv]badan serupa Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) di Indonesia. Untuk menyikapi hal tersebut maka penulis merasa perlu mengkaji
terkait peredaran bitcoin sebagai salah satu dari perkembangan Financial Technology di
Indonesia.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka untuk memfokuskan
penulisan legal review ini, penulis membatasi pembahasan rumusan masalahnya pada:

1. Dampak Financial Technology terhadap perekonomian di Indonesia?


2. Bagaimanakah pengaturan hukum terhadap penggunaan Bitcoin di Indonesia?

B. Pembahasan

1. Dampak Financial Technology terhadap perekonomian di Indonesia

1.1. Definisi dan Kategori Financial Technology

“FinTech Weekly describes a business that aims at providing financial services by


making use of software and modern technology.”[v]
Fintech adalah implementasi dan pemanfaatan teknologi untuk peningkatan layanan
jasa perbankan dan keuangan. Umumnya dilakukan oleh perusahaan rintisan(startup),
tetapi tidak sama. Dengan memanfaatkan teknologi software, internet, komunikasi, dan
komputasi terkini. Yang dapat bersifat “merusak” (disruptive) pasar/industri yang sudah
mapan (established).[vi] Jadi kesimpulan yang bisa ditarik dari beberapa definisi yang
telah di paparkan bahwa fintech kurang lebih adalah “Layanan jasa keuangan yang
memanfaatkan teknologi”.

Sebagaimana yang kita tahu bahwa teknologi dewasa ini telah masuk ke dalam lini
kehidupan masyarakat dunia. Baik itu dari segi sosial, politik, maupun ekonomi.
Ekonomi dalam hal ini telah berkembang sejak zaman dahulu kala. Mulai dari sistem
barter pada zaman neolitikum, masuk ke sistim feodal, kapitalis dan lain sebagainya.

Tak dapat dipungkiri bahwa suatu inovasi yang betul – betul memudahkan
masyarakat akan dengan sendirinya tersebar dan diterima oleh masyarakat secara
langsung, walau regulasinya belum tetap atau aturan yang mengatur belum jelas
masyarakat tetap menggunakan inovasi yang membantunya dalam kehidupan sehari –
hari. Ada beberapa klasifikasi yang dibuat Bank Indonesia (BI) dalam mengkategorikan
FinTech:[vii]

o Crowdfunding dan peer to peer landing. Jika dianalogikan sebagai e-commerce,


klasifikasi pertama ini adalah marketplace. Tapi di sini marketplace khusus finansial,
yang mempertemukan pencari modal dan investor.

o Market aggregator. Contohnya seperti cekaja.com, yang memiliki kemampuan


mengumpulkan dan mengoleksi data finansial untuk disajikan kepada pengguna.

o Risk and investment management. Konsepnya adalah seperti financial planner


namun berbentuk digital.

o Bidang payment, settlement, dan clearing. Fintech di sini bergerak di bidang


pembayaran seperti e-wallet dan payment getaway.

Pangsa aktivitas FinTech di Indonesia pada tahun 2016 didominasi sebesar 56% oleh
kelompok pertama. Kemudian, berdasarkan data statista, pada tahun 2016 nilai
transaksi Fintech di Indonesia diperkirakan telah menembus angka USD 14,5 Miliar.

Keempat klasifikasi di atas memperlihatkan bahwa BI betul – betul tetap mengikuti


perkembangan FinTech yang ada di Indonesia ini dan tetap memperhatikan serta
mempelajari berbagai jenis FinTech yang akan berkembang di Indonesia ini.

1.2. Perananan Financial Technology

Menurut Muliaman D. Hadad selaku Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) mengemukakan bahwa setidaknya ada lima pernanan FinTech di Indonesia:[viii]

1. Mendorong pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk.


2. Membantu pemenuhan kebutuhan pembiayaan dalam negeri yang masih sangat
besar.
3. Mendorong distribusi pembiayaan Nasional masih belum merata di 17.000 pulau.
4. Meningkatkan inklusi keuangan nasional.
5. Mendorong kemampuan ekspor UMKM yang saat ini masih rendah.

Melihat beberapa keuntungan peranan dari FinTech itu sendiri sesuai yang dipaparkan
di atas. Memang sangatlah menguntungkan jika menggunakan FinTech di zaman digital
sekarang ini. Apalagi generasi millenial yang pada saat masih kecil telah terbiasa
dengan hal – hal teknologi, bukan tidak mungkin di masa depan mereka lebih mengerti
cara penggunaan uang digital dibanding dengan uang konvensional.

1.3. Manfaat Financial Technology

Perkembangan dan potensi yang begitu besar di ranah FinTech tanah air membuat
Bank Indonesia, salah satu regulator keuangan di tanah air, mendirikan Fintech Office
pada November 2016 lalu. BI Fintech Office dibentuk guna mengeluarkan aturan-aturan
yang bertujuan mendorong pertumbuhan inovasi-inovasi baru, terutama yang berkaitan
dengan teknologi dan sektor keuangan.

Pemanfaatan Fintech pun tak luput dari pengawasan BI, maka BI membagi manfaat
FinTech dalam tiga kategori:

1. Manfaat bagi konsumen:

– Perluasan pilihan produk

– Peningkatan kualitas layanan

– Penurunan harga

2. Manfaat bagi pelaku bisnis:

– Memperpendek rantai transaksi

– Meningkatkan efesiensi modal dan resiliensi operasional

– Meningkatkan iklusi keuangan

– Memperlancar arus informasi

3. Manfaat bagi ekonomi:

– Mempercepat transmisi kebijakan moneter

– Meningkatkan kecepatan uang beredar

– Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

1.4. Ancaman dan Tantangan Financial Technology

Sesuatu hal yang baru memang tidak datang begitu saja tanpa membawa sebuah
ancaman dalam kemunculannya baik itu langsung maupun tidak langsung, di bawah ini
akan dipaparkan beberapa ancaman dari FinTech yang dikemukakan oleh Nofie
Iman:[ix]

o Regulasi belum matang, aturan tumpang-tindih, berpotensi menimbulkan


penyelewengan (contoh: shadow banking, MLM, money game, dll.)

o FinTech membawa inovasi yang bersifat “merusak” (disruptive), berpotensi membuat


air menjadi keruh.

o Percepatan problem klasik teknologi: polarisasi pekerjaan akibat disintermediasi


(job polarisation), melebarkan digital divide, dan “pengkultusan” sebagai jalan potong
(shortcut) pertumbuhan ekonomi.

Beberapa penjelasan di atas telah memperlihatkan bahwa tidak hanya keuntungan yang
di datangkan dari FinTech ini sendiri, tapi ada juga beberapa ancaman yang perlu
diwaspadai pemerintah agar regulasinya dapat dibuat secepatnya.

Untuk menjawab tantangan perkembangan FinTech, maka BI melalui FinTech Office


sebagai pusat pengembangan FinTech di Indonesia. Merupakan wadah asesmen,
mitigasi risiko, dan evaluasi atas model bisnis dan produk/layanan dari Fintech, serta
inisiator riset terkait kegiatan layanan keuangan berbasis teknologi. Pembentukan
Fintech Office didasari kesadaran Bank Indonesia, sebagai otoritas sistem pembayaran,
mengenai perlunya mendukung perkembangan transaksi keuangan berbasis teknologi
yang sehat. Hal ini dilakukan dengan menjaga keseimbangan antara inovasi dan
pengelolaan risiko, menyusun regulasi yang mengedepankan perlindungan konsumen,
serta memperkuat koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Bank Indonesia Fintech Office didirikan dengan empat tujuan utama.[x] Pertama,
memfasilitasi perkembangan inovasi dalam ekosistem keuangan berbasis teknologi di
Indonesia. Kedua, mempersiapkan Indonesia untuk mengoptimalkan perkembangan
teknologi dalam rangka pengembangan perekonomian. Ketiga, meningkatkan daya
saing industri keuangan berbasis teknologi Indonesia. Keempat, menyerap informasi
dan memberikan umpan balik untuk mendukung perumusan kebijakan Bank Indonesia,
sebagai respons terhadap perkembangan berbasis teknologi.

Dalam mencapai tujuan utama tersebut, Fintech Office akan beroperasi dengan 4
fungsi, yaitu fungsi katalisator atau fasilitator, fungsi business intelligence, fungsi
asesmen, serta fungsi koordinasi dan komunikasi. Bank Indonesia Fintech Office
dilengkapi pula dengan regulatory sandbox, yang memungkinkan unit usaha fintech
melakukan kegiatan secara terbatas, tentunya setelah memenuhi kriteria yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Berbekal kolaborasi dan dukungan regulasi yang tepat, pemerintah dalam hal ini Bank
Indonesia optimis pelaku Fintech dapat berjalan beriringan dengan institusi keuangan
tradisional yang lebih dulu ada. Adaptasi yang dilakukan oleh institusi keuangan
konvensional, serta bergabungnya Fintech menjadi bagian sistem keuangan BI yakini
akan mendorong kompetisi yang sehat dan memberikan nilai tambah serta alternatif
bagi masyarakat.
2. Pengaturan Hukum terhadap Penggunaan Bitcoin di Indonesia

2.1. Definisi Bitcoin

Dalam buku yang ditulis oleh Tim National Risk Assessment (NRA) Indonesia Tindak
Pidana Pendanaan Terorisme, Bitcoin adalah salah satu bentuk New PaymentMethod
(NPM) berupa virtual currency yang masih belum mendapat pengaturan yang jelas dan
tegas yang dalam penggunaannya sering dikaitkan untuk transaksi hasil suatu tindak
pidana.[xi]

Dalam Penjelasan Pasal 34 huruf a dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan virtual
currency adalah uang digital yang diterbitkan oleh pihak selain otoritas moneter yang
diperoleh dengan cara mining, pembelian, atau transfer pemberian (reward) antara lain
Bitcoin, BlackCoin, Dash, Dogecoin, Litecoin, Namecoin, Nxt, Peercoin, Primecoin,
Ripple, dan Ven.[xii] Tidak termasuk dalam pengertian virtual currencyadalah uang
elektronik.

2.2. Sejarah Bitcoin

Bitcoin awalnya diciptakan oleh seorang yang mengaku bernama Satoshi Nakamoto
pada 2009. Lalu bulan Mei 2016, pengusaha teknologi asal Australia Craig Wright
membuka jati diri bahwa dialah yang menciptakan bitcoin.Transaksi pertamanya adalah
mengirim 10 bitcoin ke Hal Finney pada Januari 2009.[xiii]

Bitcoin adalah mata uang virtual yang hanya ada di internet dan bisa digunakan sebagai
alat pembayaran di tempat-tempat tertentu. Tidak semua penyedia jasa atau barang
menerima pembayaran bitcoin. Dapat diperoleh dengan cara jual beli. Juga lewat
aplikasi Bitcoin Miner yakni menggali bitcoin dengan cara menguraikan rumus
matematika kompleks yang ada di sana melalui jawaban 64 digit yang rumit.

Sejak dimulai pada 2009, nilai tukar atau valuasi bitcoin terus meningkat. Bahkan dalam
setahun ini nilainya meningkat drastis. Pada Januari 2011, 1 bitcoin dihargai US$0,3
(sekitar Rp4.000). Dan 7 Desember 2017 menjadi US$14.000 (Rp189 juta).[xiv]

2.3. Perkembangan Bitcoin di Indonesia

Sebagai salah satu pengguna BitCoin di Indonesia, penulis merasa kenaikan harga jual
BitCoin sangat cepat. Baru beberapa bulan yang lalu sekitar bulan Juli 2017 harga
perbitcoin sekitar kurang lebih 30 juta rupiah. Kini harganya meningkat sangat tinggi
hingga mencapai 200 juta rupiah. Sungguh sangat mengejutkan mengetahui hal
tersebut di Indonesia. Ini menandakan bahwa informasi mengenai bitcoin ini sangat
mudah menyebar hingga semakin hari penggunanya makin bertambah.
Gambar: Coin Desk Bitcoin

Berdasarkan timeline 5 tahun terakhir perkembangan Bitcoin di Indonesia,[xv]dimana


pada tahun 2012 lalu dapat dikatakan adalah awal kepopuleran Bitcoin. Dan harga beli
per satuan Bitcoinnya pada waktu itu adalah berkisar 50 ribu rupiah. Lalu mulai naik jadi
berkisar 1 juta rupiah di tahun 2013. Pada awal tahun 2014, kembali meroket menjadi 10
juta rupiah. Namun sempat mengalami penurunan jadi 3 juta rupiah di tahun 2015. Dan
pada tahun 2016 hingga 2017 sekarang ini, kembali meningkat hingga 15 juta rupiah.

Di mana artinya, sejak tahun 2012 hingga 2017 Bitcoin mengalami kenaikan drastis
sebesar 30.000%. Berawal 50 ribu rupiah hingga menjadi 15 juta rupiah.

2.4. Regulasi Bitcoin di Indoonesia

Bank Indonesia akhirnya tegas melarang penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran
di tengah terus meroketnya nilai mata uang digital tersebut. Penggunaan bitcoin dinilai
sangat beresiko dan spekulatif lantaran tak ada otoritas resmi yang menaunginya.[xvi]

Baru – baru ini larangan tegas mengenai bitcoin telah ditetapkan pemerintah. Menurut
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan bahwa pelarangan
penggunaan Bitcoin dan mata uang digital ini merujuk UU No. 7 Tahun 2011 tentang
Mata Uang. Menurutnya kepemilikan virtual currency sangat berisiko dan sarat akan
spekulasi karena tidak ada otoritas yang bertanggung jawab.[xvii] Alasan lain menurut
Agusman, dalam transaksi menggunakan mata uang digital juga tidak ada administrator
resminya, tidak memiliki underlying asset atau acuan yang mendasari harga mata uang
digital serta nilai perdagangan jenis mata uang itu yang sangat fluktuatif.

Itu beberapa alasan yang mendasari larangan tegas baru – baru ini terhadap mata uang
virtual khususnya Bitcoin, karena saat ini Bitcoin adalah mata uang dengan nilai jual
tertinggi. Dan perlunya regulasi tegas terkait ini agar nantinya terdapat payung hukum
terkait peredaran uang digital.

Beberapa Negara yang menerima Bitcoin adalah Jerman, Jepang, Inggris, Spanyol.
Sedangkan Negara yang melarang Bitcoin adalah China, India, Rusia, Indonesia, Korea
selatan, Argentina.[xviii]

2.5. Akibat hukum yang ditimbulkan oleh Financial Technology

Sementara untuk mendukung pelaksanaan FinTech di Indonesia, Bank Indonesia juga


telah mengeluarkan peraturan mengenai penyelenggaraan transaksi pembayaran,
melalui Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan
Pemrosesan Transaksi Pembayaran. Peraturan tersebut merupakan salah satu bentuk
komitmen Bank Indonesia untuk mendukung pelaksanaan pembayaran transaksi e-
commerce yang lebih aman dan efisien.[xix] Melalui ketentuan tersebut, Bank Indonesia
mengatur, memberikan izin dan mengawasi penyelenggaraan jasa sistem pembayaran
yang dilakukan oleh Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, Penyelenggara
Penyelesaian Akhir, serta Penyelenggara Transfer Dana.

Berbagai inovasi Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran tersebut diharapkan


dapat terus meningkatkan perkembangan inovasi keuangan berbasis teknologi di
Indonesia, dengan tetap menjaga perlindungan konsumen serta mitigasi risiko.

Selain itu, dalam salah satu jurnal yang penulis kutip mengenai Fintech, tertulis bahwa
setidaknya ada tiga fungsi krusial pada bank retail. Pada tingkat yang paling
sederhana, bank ritel menyediakan tiga fungsi penting, yaitu:[xx]

● “Take deposits and provide customers with a secure place to store cash and earn
interest, backed by deposit insurance and significant regulation”. Mengambil
deposito dan menyediakan tempat yang aman untuk menyimpan uang tunai dan
mendapatkan bunga, didukung oleh asuransi deposito dan peraturan yang
signifikan.
● “Facilitate payments through a range of systems, including cash, cards, and
transfers”. Memfasilitasi pembayaran melalui berbagai sistem, termasuk uang
tunai, kartu, dan transfer.
● “Lend money”.Meminjamkan uang. 


Setelah melihat tiga fungsi krusial pada bank retail kita dapat melihat apa sebenarnya
akibat yang ditimbulkan dari hukum FinTech ini.

2.6. Perlindungan Hukum terhadap pelaku Financial Technology

Walaupun telah ada regulasi mengenai perlindungan konsumen, namun regulasi ini
tidak secara menyeluruh untuk industri e-commerce. Saat ini, e-commerce hanya diatur
melalui UU Transaksi Elektronik dan UU Perdagangan.[xxi] Dapat dilihat memang
bahwa tidak mudah untuk terus mengikuti perkembangan FinTech dan membuat
regulasinya.
Karena menggunakan teknologi digital yang dimana inovasi berkembang sangat pesat
adalah salah satu hal yang mempengaruhi mengapa pembuatan ataupun pembaharuan
regulasi terhadap FinTech ini terhambat. Perkembangan FinTech tidak terlepas dari
berbagai tantangan maupun risiko yang dihadapi oleh pihak yang terlibat, baik dari
konsumen maupun pelaku fintech. Di Indonesia sendiri, tantangan besar yang mesti
dihadapi adalah soal beragamnya tingkat pendidikan yang dimiliki konsumen serta
tingkat literasi keuangan yang masih cukup rendah.

Namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah merancang aturan terkait industri jasa
keuangan berbasis aplikasi online atau FinTech. OJK memastikan aturan yang muncul
nanti tidak akan memberatkan, karena sebagian dari aturan tersebut juga berasal dari
masukan pelaku usaha.

Ada enam poin yang coba diatur dalam POJK tentang Fintech. Keenam poin itu, antara
lain mengenai kelembagaan, kepengurusan, cakupan usaha, pembinaan dan
pengawasan, kewajiban pelaporan, serta permodalan. Namun saat ini, OJK masih
belum memiliki kewenangan mengeluarkan pendaftaran kepada pelaku Fintech. Selain
itu, rancangan POJK tentang Fintech rencananya akan diberlakukan tahun kedua.
Artinya, ada masa transisi selama dua tahun untuk penyesuaian.[xxii]

Untuk mendukung pelaksanaan fintech di Indonesia, khususnya terkait perlindungan


konsumen, BI juga telah mengeluarkan peraturan mengenai penyelenggaraan transaksi
pembayaran, melalui Peraturan Bank Indonesia No. 18 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran.

C. Penutup

1. Kesimpulan

Dampak yang ditimbulkan Financial Technology terhadap perekonomian di Indonesia


sangatlah beragam. Dimana para pelaku usaha dituntut untuk mengikuti perkembangan
jaman yang kian hari kian modern. Berinovasi yang tidak hanya pada produk tapi juga
pada keuangannya yang memanfaatkan teknologi. Dengan adanya FinTech maka
beberapa aktivitas masyarakat dapat diefisienkan sehingga sangat memudahkan.
Namun tidak hanya keuntungan yang di datangkan dari FinTech ini sendiri, tapi ada juga
beberapa ancaman yang perlu diwaspadai pemerintah agar regulasinya dapat dibuat
secepatnya. Sehingga terdapat payung hukum yang jelas terkait FinTech.

2. Saran

Untuk saran, penulis merasa bahwa apa tema yang diangkat dalam legal review kali ini
memang sangat hangat diperbincangkan, namun dari penulis merasa bahwa tema kali
ini juga relatif perubahan regulasinya. Dalam hal ini bisa saja aturan – aturan yang
dikirim setelah ini akan ketinggalan karena ada regulasi baru yang di tetapkan oleh
pemerintah, berhubung karena regulasi FinTech di Indonesia belum menemui titik
idealnya. Jadi kiranya agar selanjutnya untuk mengangkat tema yang regulasinya telah
jelas, namun masih hangat diperbincangkan.
Akhir kata penulis menyampaikan bahwa pentingnya untuk tetap mengikuti
perkembangan inovasi era sekarang ini. Dimana informasi bisa didapatkan dengan
sangat cepat dari tempat yang dekat hingga tempat yang jauh. Penulis hanya ingin
mengatakan bahwa sebagai manusia yang hidup di zaman modern ini, sebaiknya untuk
sering mencari tahu tentang perkembangan yang ada di dunia. Apalagi dengan
teknologi yang mudah di akses saat ini.

Tak lupa pula, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan – rekan,
sahabat, senior yang sempat membantu dalam menyusun legal reveiw ini baik itu
dengan cara mengajar menyusun kata ataupun hal teknis dalam menyusun makalah.

Semoga legal review ini dapat membantu dalam perkembangan Fintech kedepannya
yang ada di Indonesia agar regulasi mengenai FinTech ini makin baik. Walaupun
FinTech sendiri perkembangannya sangat pesat tapi para penegak hukum di Indonesia
tak eloknya untuk mengejarnya sehingga regulasi tetap terkontrol.

D. Daftar Pustaka

Charles Darwin. 1859. On the origin of species by means of natural selection, or, the
preservation of favoured races in the struggle for life. London: J. Murray.

Tim National Risk Assessment Indonesia Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.


2015.

Penilaian Risiko Indonesia Terhadap Tindak Pidana Pendanaan Terorisme: Jakarta.

Peraturan Bank Indonesia No. 18 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan


Transaksi Pembayaran

Undang-Undang No. 7 tahun 2014

Bank Indonesia FinTech Office – Financial Technology Perkembangan dan Respon


Kebijakan Bank Indonesia.

Muliaman D. Hadad. 2017. Dalam Kuliah Umum tentang Financial Technology (FinTech)
di Indonesia: Jakarta.

Nofie Iman. 2016. Dalam Presentasi Financial Technology dan Lembaga


Keuangan:Yogyakarta.

Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Dalam Kuliah Umum tentang FinTech di Indonesia:
Jakarta.

Koran SINDO 15 Januari 2018.

http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42265038

http://www.bi.go.id/id/ruang-media/pidato-dewan-gubernur/Documents/Sambutan-GBI-
Launching-Fintech-Office-14Nov2016.pdf / – Diakses Pada Tanggal 14 Januari 2018,
Pukul 15.20 WITA.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170914121558-185-241681/menakar-masa-
depan-bitcoin-dan-mata-uang-digital-di-indonesia – Diakses Pada 29 Desember 2017
Pukul 21.12 WITA.

https://www.fintechweekly.com/fintech-definition – Diakses Pada Tanggal 22 Desember


2017. Pukul 19.30 WITA.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57bef8993c7a6/6-poin-yang-akan-diatur-
dalam-peraturan-ojk-tentang-fintech – diakses pada tanggal 14 Januari 2018, pukul
21.10 WITA.

https://jalantikus.com/tips/perkembangan-bitcoin-5-tahun/ – diakses pada tanggal 14


Januari 2018, Pukul 20.30 WITA.

END NOTE

[i] Charles Darwin. On the origin of species by means of natural selection, or, the
preservation of favoured races in the struggle for life. London: J. Murray. 1859.

[ii] Muliaman D. Hadad, Dalam Kuliah Umum tentang Financial Technology (FinTech) di
Indonesia: Jakarta, 2017.

[iii] Menakar Masa Depan Bicoin dan Mata Uang Digital di Indonesia –
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170914121558-185 -241681/menakar-
masa-depan-bitcoin-dan-mata-uang-digital-di-indonesia – Diakses Pada 29 Desember
2017 Pukul 21.12 WITA.

[iv] Ibid.

[v] Fintech Weekly – https://www.fintechweekly.com/fintech-definition – Diakses Pada


Tanggal 22 Desember 2017. Pukul 19.30 WITA.

[vi] Nofie Iman. Dalam Presentasi Financial Technology dan Lembaga Keuangan:
Yogyakarta. 2016.

[vii] http://www.bi.go.id/id/ruang-media/pidato-dewan-gubernur/Documents/Sambutan-
GBI-Launching-Fintech-Office-14Nov2016.pdf / – Diakses Pada Tanggal 14 Januari
2018, Pukul 15.20 WITA.

[viii] Kuliah Umum tentang FinTech di Indonesia oleh OJK: Jakarta. Juni 2017.

[ix] Nofie Iman. Op.Cit.


[x] Bank Indonesia FinTech Office – Financial Technology Perkembangan dan Respon
Kebijakan Bank Indonesia.

[xi] Tim National Risk Assessment Indonesia Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.
Penilaian Risiko Indonesia Terhadap Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.: Jakarta.
2015. Hal 6.

[xii] Peraturan Bank Indonesia No. 18 Tahun 2016.

[xiii] http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42265038

[xiv] Ibid.

[xv] Ini Perkembangan Bitcoin 5 Tahun Terakhir –


https://jalantikus.com/tips/perkembangan-bitcoin-5-tahun/ – diakses pada tanggal 14
Januari 2018, Pukul 20.30 WITA.

[xvi] Koran SINDO 15 Januari 2018.

[xvii] Ibid.

[xviii] Ibid. Info Grafik

[xix] Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan


Pemrosesan Transaksi Pembayaran.

[xx] Susanne Chishti dan Jason Barberis. The FINTECH Book: The Financial
Technology Handbook for Investors, Entrepreneurs and Visionaries. 2016.

[xxi] Lihat UU No. 7 tahun 2014 Pasal 65 – 66.

[xxii] 6 Poin yang Akan Diatur dalam Peraturan OJK Tentang Fintech –
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57bef8993c7a6/6-poin-yang-akan-diatur-
dalam-peraturan-ojk-tentang-fintech – diakses pada tanggal 14 Januari 2018, pukul
21.10 WITA.

4 Alasan Di Balik Pesatnya Pertumbuhan


Industri Fintech di Indonesia
05/12/2018

Industri fintech di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam beberapa
tahun terakhir. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Bagi Anda yang akrab dengan dunia keuangan atau bekerja di sektor finansial, Anda tentu pernah
mendengar istilah fintech.

Dalam artian yang sederhana, financial technology alias fintech merupakan suatu bentuk kegiatan
usaha secara online yang menjadikan uang sebagai produk utama. Adapun kegiatan usaha yang
dilakukan sangat bervariasi, mulai dari peminjaman, pembayaran, pembiayaan secara massal
(crowd-funding), perencanaan keuangan, hingga investasi.

Bisnis fintech sendiri muncul akibat kemajuan teknologi informasi. Keberadaan jaringan
internet saat ini memiliki pengaruh yang sangat kuat pada kemajuan bisnis fintech di seluruh
dunia. Keberadaan fintech saat ini dibutuhkan demi melancarkan akses terhadap produk-produk
keuangan sekaligus mempermudah transaksi para pengguna jasa keuangan.

Di Indonesia, bisnis fintech kian populer hingga disebut sebagai salah satu pilar industri jasa
keuangan tanah air. Industri fintech Indonesia semakin pesat berkembang karena berbagai alasan,
di antaranya adalah:

1. Menjangkau Berbagai Kalangan Pengguna

Pelayanan fintech terbukti mampu menjangkau berbagai kalangan pengguna jasa keuangan, mulai
dari para pengusaha kelas atas dan menengah, hingga para pelaku usaha mikro dan pemilik start
up yang kini sangat populer di kalangan pengusaha muda.

Selain dari sektor pembiayaan, sistem investasi melalui fintech juga sangat digemari karena
nominal modal investasi awal yang cenderung rendah. Sebagai contoh, investasi P2P lending oleh
gandengtangan.org selaku salah satu fintech di Indonesia hanya dimulai dari angka 50 ribu rupiah
saja. Jumlah yang sangat kecil tersebut membuka jalan bagi para investor bermodal pas-pasan
untuk dapat terjun ke dunia bisnis investasi mikro.

2. Lebih Disukai Masyarakat karena Praktis dan Cepat

Metode pelayanan yang diberikan oleh fintech jauh lebih praktis dan cepat daripada metode
pembiayaan konvensional. Alhasil, masyarakat saat ini mulai berbondong-bondong beralih ke
sistem pembiayaan ala fintech seperti menggunakan pembayaran cashless untuk transaksi sehari-
hari.

Semakin banyak masyarakat yang beralih ke metode pembiayaan digital, maka akan semakin
besar permintaan terhadap layanan keuangan secara online. Dampaknya, banyak perusahaan
fintech baru yang akan bermunculan di masa depan.

3. Lebih Disukai Pengusaha Mikro

Perusahaan fintech memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha mikro untuk menerima
investasi dalam rangka pengembangan usaha. Hal ini sangat berbeda dengan pembiayaan
perbankan yang biasanya lebih mendukung pembiayaan dalam skala besar dan menengah.

Selain itu, sektor perbankan umumnya juga memiliki sejumlah birokrasi yang berbelit-belit
dengan segudang syarat yang sulit dipenuhi oleh pelaku usaha mikro. Hal ini tentu semakin
membuat para pelaku usaha mikro enggan menggunakan jasa perbankan dan lebih memilih jasa
fintech sebagai penyedia modal utama.

4. Biaya Operasional yang Relatif Lebih Murah

Perusahaan fintech beroperasi secara online dan mengutamakan layanan digital sebagai produk
utama. Oleh karena itu, biaya operasional dari jenis usaha ini pun relatif lebih rendah daripada
usaha pembiayaan keuangan konvensional.

Keunggulan ini adalah salah satu daya tarik utama bagi para pelaku bisnis fintech. Sebab biaya
operasional biasanya merupakan tanggungan yang jika tidak dikelola dengan baik dapat
memangkas profit perusahaan.

Itulah 4 alasan mengapa industri fintech Indonesia dapat berkembang dengan sangat pesat.
Sebagai penutup, dengan banyaknya pelaku usaha fintech saat ini, Anda dituntut jeli untuk
menemukan platform investasi yang tepat.

Pastikan Anda mendapatkan platform investasi online terbaik seperti gandengtangan.org yang
terbukti profesional dan berpengalaman dalam menyediakan opsi investasi jangka pendek melalui
sistem P2P lending yang aman dan menguntungkan.

Perkembangan FinTech di Indonesia


June 22, 2017

Teknologi finansial, atau sebutan sehari-harinya FinTech, sedang ramai diperbincangkan dunia
keuangan Indonesia. Sebut saja efek digital. Teknologi digital mendorong lahirnya model-model
bisnis baru. Bisnis aplikasi berbasis Internet telah mendulang sukses dan membangun fondasi di
Indonesia. Kenal Gojek? Siapa yang tidak tahu Gojek dan dampaknya bagi masyarakat
Indonesia?

Karena sama-sama merupakan bisnis aplikasi berbasis Internet, Gojek sering tercampur dengan
usaha Fintech. Padahal Gojek bergerak di bidang transportasi, sedangkan usaha berbasis
teknologi digital mencakup berbagai sektor, termasuk asuransi dan perhotelan. Teknologi digital
juga telah memasuki dunia keuangan dan menjadi FinTech.

Apa itu FinTech?


FinTech adalah inovasi teknologi di bidang keuangan. Banyak di antara kita yang sudah
menikmati hasil FinTech. Contohnya: mobile banking, rekening ponsel, dan e-banking. FinTech
menggunakan teknologi dan software untuk untuk menyediakan layanan finansial yang lebih
efisien.

Secara global, FinTech bertumbuh pesat beberapa tahun terakhir. Setiap tahun, investasi global
terhadap usaha FinTech terus melaju. Menurut riset yang dilakukan Accenture, pada tahun 2013
investasi global melebihi 4 miliar dolar. Investasi naik melebihi 12 miliar dolar di tahun 2014 dan
naik lagi melebihi 22 miliar dolar di tahun 2015.

Di Indonesia sendiri, usaha FinTech bermunculan. Contohnya HaloMoney dan tentu saja
Modalku. Meskipun usaha FinTech Indonesia masih muda, bank dan regulator sudah sigap dan
ingin bekerja sama dengan usaha FinTech. Modalku telah berkolaborasi dengan Bank Sinarmas
misalnya, dengan perjanjian kustodian yang menjadikan dana pelanggan lebih aman dan
transparan.

Mengapa usaha FinTech begitu populer di Indonesia? Di bawah ini, kami akan jabarkan beberapa
alasannya:

1. Generasi muda yang lahir dengan Internet dan mulai dewasa menginginkan solusi cepat
bagi permasalahan mereka. FinTech memudahkan persoalan mereka. Proses online
biasanya lebih simpel dan lebih cepat. Anggota generasi Y juga aktif menyelesaikan
masalah mereka sendiri. Bila tidak ada solusi, mereka akan membangun usaha start-up
dengan niat memberi solusi bagi masyarakat.
2. Meluasnya penggunaan Internet dan smartphone, sehingga ada kebutuhan untuk
melakukan transaksi keuangan secara online.
3. Pelaku FinTech Indonesia melihat cerita sukses bisnis berbasis teknologi digital seperti
Gojek dan Uber. Mereka merasa terinspirasi membangun usaha digital di bidang
keuangan. Bila orang lain bisa melakukannya, mengapa mereka tidak?
4. Usaha FinTech dianggap lebih fleksibel dibandingkan bisnis konvensional yang memiliki
imej lebih kaku.
5. Penggunaan teknologi, software, dan Big Data oleh FinTech. Usaha FinTech juga
menggunakan data dari social media. Aktivitas social media, misalnya, dapat dijadikan
bagian dari analisis risiko.

Usaha FinTech Indonesia juga dibantu oleh terbukanya bank dan regulator. Bank-bank Indonesia
aktif mencari teknologi baru dan regulator melihat FinTech sebagai hal positif bagi Indonesia.
Bahkan beberapa platform peer-to-peer lending telah terdaftar di OJK.

Hubungan Bank dan FinTech


Ada yang bertanya: bukankah bank bunuh diri dengan bekerja sama dengan usaha FinTech?
Justru tidak.

FinTech memiliki imej destruktif terhadap bidang perbankan. Padahal usaha FinTech dibentuk
untuk memberikan solusi bagi masyarakat, bukan merusak usaha lain. Bank tak perlu merasa
terancam karena usaha FinTech lebih baik berkolaborasi dengan bank. Juga sebaliknya.
Kolaborasi antara bank dan usaha FinTech Indonesia akan melebarkan jaringan layanan mereka.
Tentunya hal ini akan berdampak positif bagi Indonesia, di mana penetrasi produk keuangan
relatif rendah.


Dengan fondasi yang kuat dan dukungan yang tepat, FinTech Indonesia tak cukup menjadi berita
hangat– tetapi akan berdampak positif bagi masyarakat Indonesia.

Fintech Menjamur, Begini Nasib Bank di


Masa Depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjamurnya financial technology (fintech) dinilai tidak akan
serta merta menghilangkan peran perbankan di industri sektor jasa keuangan. Peran perbankan
diyakini masih tetap ada dengan berkolaborasi bersama fintech.

"Peran antara perbankan dan fintech akan berkolaborasi. Jadi, ada perannya masing-masing tetapi
berkolaborasi," kata Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Nurhaida dalam Seminar Digital Disruption and Banking For the Future: Avoiding 'Extinction
Phase', Jakarta, Kamis (2/5/2019).

"Bank tetap lakukan perannya tapi juga melakukan transformasi. Fintech juga akan bisa
digunakan secara bersamaan dengan perbankan," tambahnya.

Nurhaida menjabarkan hasil kajian Bank for International Settlement (BIS) yang menyebutkan
lima kemungkinan nasib perbankan di tengah gempuran teknologi dan digitalisasi.
Pilihan Redaksi

OJK, Fintech Lending dan


Kezaliman Dalam Penagihan
Makin Ramai, Ini 106 Fintech
Lending Terdaftar di OJK
Tak Mau Ikut-ikutan, BCA Ogah
Bikin Fintech Lending

Pertama, akan muncul bank yang lebih baik (better bank) hasil dari transformasi sehingga bisa
memberikan layanan digital. Kedua, bank konvensional tidak melakukan transformasi dan
ketinggalan tapi muncul bank digital baru.

Ketiga, akan muncul distributed bank di mana bank melakukan proses yang bersifat umum,
namun hal-hal yang khusus dilakukan oleh perusahaan yang digital

"Disebutnya itu degradasi bank. Bank hanya melakukan kegiatan-kegiatan umum saja. Sementara
hubungan dengan nasabah, hubungan ke arah pembinaan lebih jauh itu dilakukan perusahaan
digitalized," tambah Nurhaida.

Keempat, bank akan terdegradasi, hanya layanan tertentu saja yang bisa dilakukan bank dan
layanan-layanan khusus itu dilakukan fintech. Bank hanya melakukan kegiatan-kegiatan umum
sementara hubungan ke arah pembinaan akan dilakukan perusahaan yang sudah terdigitalisasi.

Kelima, peran intermediasi bank akan hilang sama sekali lantaran masyarakat sudah bisa
berhubungan dengan perusahaan-perusahaan yang sudah digitalized ini yang layanan lebih cepat
dan murah.

"Kelihatannya skenario kelima ini mungkin bukan sesuatu yang akan terjadi. Kalau di kita antara
perbankan dan fintech akan berkolaborasi," ungkapnya.

Nurhaida menambahkan dengan kemajuan teknologi dapat mengurangi kebutuhan sumber daya
manusia (SDM) sehingga mau tidak mau harus menutup kantor cabang. Ia menyebutkan bank
perlu menambah skills dan mengubah pola pikir demi bisa bersaing di era digital.

"Bisnis bank ini kan masih bisa berkembang lagi. Kalau kita lihat yang masyarakat unbanked kita
masih banyak yang bisa disentuh dengan adanya fintech. Jadi kalau bank tidak buka, maka bank
bisa memanfaatkan teknologi yang dimiliki fintech untuk mencapai masyarakat lebih luas," papar
Nurhaida.
Selain itu, saat ini dalam pengembangan usahanya peer-to-peer (P2P) lendingharus menaruh
dana di perbankan alias tidak boleh disimpan sendiri. Sehingga, kata Nurhaida, perbankan bisa
menambah portfolio dengan menjangkau masyarakat ritel.

"Di P2P lending misalnya ada investor yang mau jadi lender itu kan companies tidak boleh
menyimpan dana, tetap ke bank. Itu bisa menambah portofolio bank dengan menjangkau
masyarakat ritel nasabah melalui teknologi yang dimiliki fintech," pungkas Nurhaida.

OJK mendorong perbankan untuk berinovasi melalui Peraturan OJK Nomor 13/2018 tentang
Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan.

Bagaimana Peran
Fintech Indonesia Bisa
Mengubah Bisnis dan
Konsumen Anda?
Fransiska Ardela, S.T

Sudahkah Anda mengenal Fintech dan peran Fintech di dalam bisnis Indonesia?

Fintech memang kerap berkembang dewasa ini, dan sebagai pebisnis Anda juga perlu
mengenalnya lebih dalam.
Jika Anda juga penasaran dengan perkembangan ini, tengok informasi terbaru mengenai
perkembangan Fintech di Indonesia berikut ini.

Rubrik Finansialku

Financial Technology (Fintech)


Fintech merupakan singkatan dari financial technology dan bertujuan untuk memudahkan
masyarakat dalam mengakses produk-produk keuangan, mempermudah transaksi dan
juga meningkatkan literasi keuangan

Dilansir dari Wikipedia, Fintech merupakan teknologi dan inovasi baru dengan tujuan
bersaing dengan layanan keuangan tradisional dan mempermudah akses masyarakat pada
layanan tersebut.

National Digital Research Centre di Dublin, Irlandia mendefinisikan financial technology


atau Fintech sebagai innovation in financial services atau inovasi dalam layanan keuangan.

Merujuk pada Cekindo, Fintech menjadi suatu fenomena keadaan dimana teknologi dan
keuangan (finansial) beradu.
[Baca Juga: Marak Bermunculan Fintech, Bank Indonesia Buatkan Regulasi Fintech]

Namun seiring perkembangannya, Fintech kini lebih menonjol daripada sistem keuangan
tradisional, dengan investasi di dalamnya mencapai US$12 miliar pada awal tahun 2015.
Nilai ini diperkirakan terus naik meninjau grafik perkembangan industri Fintech yang
cenderung naik.

Dengan semakin berkembangnya industri ini, Anda sebagai seorang pebisnis tentunya
bertanya-tanya: Apa itu Fintech? Apa kehebatannya sampai bisa mengguncang dunia
bisnis? Mengapa bisnis ini terus berkembang?

Jika memang Anda belum mengenal industri tersebut, ada baiknya Anda mengenal Fintech
untuk tetap mengembangkan bisnis Anda.

Bersama Finansialku, mari kita simak bersama serba serbi Fintech serta pernah Fintech
yang bisa mengubah bisnis dan konsumen Anda di Indonesia yang mengguncang dunia
bisnis.

Bagaimana Fintech Mengubah Bisnis


Anda?
Pada keuangan tradisional, saat Anda ingin memulai sebuah bisnis dan membutuhkan
pinjaman modal, Anda biasanya akan pergi ke bank terdekat untuk mengajukan kredit
atau mencari investor tradisional.

Tetapi kini semuanya sudah berubah!

Fintech dengan layanan keuangan seperti crowdfunding, mobile payments, dan jasa transfer
uang menyebabkan revolusi dalam bisnis startup.

Fintech membuat pembangunan sebuah bisnis yang dulunya sulit dan berliku menjadi
mudah dan praktis.

Jika Anda tidak punya dana, tidak menemukan investor yang tepat, atau jika Anda bahkan
tidak punya aset berharga yang bisa dijadikan agunan, kini semua itu TIDAK MASALAH.
[Baca Juga: Apa Itu Industri Financial Technology (Fintech Indonesia)]

Dengan crowdfunding, Anda bisa memperoleh dana dari seluruh dunia dengan mudah,
bahkan dari orang yang belum pernah Anda temui sekalipun.

Ini mengubah semuanya dalam pembangunan bisnis, dimana proses yang biasanya butuh
berbulan-bulan bisa menjadi satu minggu saja.

Serupa halnya dengan proses pembayaran, bisnis kecil pun kini bisa memiliki sistem
pembayaran yang mudah dan praktis. Tidak peduli dimana letak bisnis Anda, di pusat
kota atau di pesisir desa, pembayaran kini bisa dilakukan dari mana saja. Terima kasih
pada teknologi mobile payments yang memungkinkan pembayaran via kartu debit, kartu
kredit, PayPal, dan lainnya.

Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 30 an


Download Ebook Sekarang

Meskipun umumnya dikenakan biaya dalam mobile payments ini, tetapi terdapat kelebihan
di dalamnya, yakni pihak penjual tidak dikenakan syarat. Berbeda dengan keuangan
tradisional, dimana saat seorang penjual mengajukan mesin Electronic Data Capture
(EDC), dibutuhkan beberapa syarat sebagai kualifikasinya.

Fintech juga memungkinkan transfer uang secara global atau internasional. Jasa
pembayaran seperti PayPal otomatis mengubah kurs mata uang, sehingga Anda yang
berada di Amerika bisa membeli barang dari Indonesia dengan mudahnya.

Bagaimana Fintech Mengubah Konsumen


Anda?
Di samping perannya dalam mengubah bisnis di Indonesia, ternyata Fintech juga memiliki
peran penting dalam mengubah perilaku dan ekspektasi konsumen.
Konsumen kini dapat mengakses data dan informasi kapan saja dan dimana saja. Misalnya
saja, mereka dapat mencari instrumen investasi sambil menunggu antrian makanan atau
saat berada di kendaraan umum.

[Baca Juga: Ketahui Alasan Pinjaman P2P Lending Dapat Membuat UMKM Lebih
Berkembang]

Selain itu, konsumen juga kini menyamaratakan bisnis besar dan kecil, sehingga mereka
cenderung untuk memiliki ekspektasi tinggi meski terhadap bisnis kecil yang baru
dibangun.

Memang kedengarannya tidak adil, namun dengan perkembangan Fintech, seorang


konsumen kini berharap untuk bisa melakukan pembayaran dengan mudah, baik di
perusahaan kecil dan besar.

Bahkan, konsumen sudah memiliki ekspektasi untuk bisa bertransaksi onlinemenggunakan


smartphone-nya baik di retail-retail besar hingga toko kelontong di ujung jalan.
[Baca Juga: Sanggupkah Industri Fintech mengalahkan Industri Perbankan?]

Mengapa Industri Fintech Terus


Berkembang?
Secara global, industri Fintech terus berkembang dengan pesat. Terbukti dari
bermunculannya perusahaan startup di bidang ini serta besarnya investasi global di
dalamnya.

Khususnya di Indonesia, bisnis ini berkembang sangat pesat hingga menarik perhatian
seluruh pebisnis di Indonesia.

Mengapa ya industri ini begitu digemari di Indonesia? Mari kita simak beberapa alasannya
berikut ini:

#1 Fintech Memudahkan Berbagai Proses dalam Bidang


Keuangan
Tak dapat dipungkiri Fintech memberi kemudahan dengan jangkauan luar biasa bagi
mereka yang belum terjangkau produk keuangan dari bank.

Selain itu, Fintech juga menyentuh generasi muda yang sudah familiar dengan internet dan
memanfaatkan internet dalam segala kebutuhannya. Mengapa tidak? Nyatanya Fintech
juga dapat membuat segalanya lebih sederhana dan efisien.
Fintech juga membuka peluang usaha bagi generasi Y yang selalu aktif menyelesaikan
masalah. Bila tidak ditemukan solusi, mereka akan membangun usaha startup dengan
tujuan menghasilkan solusi bagi masyarakat.

[Baca Juga: Ini Negara yang Akan Menjadi Markas Fintech Asia Pasifik]

#2 Perkembangan Teknologi yang Menunjang Fintech


Seiring dengan perkembangan teknologi, muncul sebuah peluang untuk membuat
perusahaan berbasis online. Misalnya saja, dalam bidang keuangan.

Karena ada peluang inilah, perusahaan Fintech terus bermunculan dengan misi memenuhi
kebutuhan masyarakat untuk melakukan aktivitas keuangan secara online.

#3 Terinspirasi Pelaku Bisnis Sebelumnya


Siapa yang tidak tahu perusahaan startup ternama seperti Gojek?

Beberapa perusahaan startup yang sukses layaknya dongeng menjadi kenyataan. Seseorang
bisa sukses hanya dalam waktu yang singkat, serta berkembang menjadi perusahaan
multinasional.
[Baca Juga: Penghasilan Tambahan Bulanan dari Hasil Investasi di Peer To Peer Lending
(Studi Kasus)]

Hal ini menjadi salah satu pendorong para generasi muda untuk juga meraih impiannya
melalui industri Fintech. Mengapa Fintech?

Karena Fintech masih tergolong baru, sehingga masih ada peluang tinggi dalam
memasukinya dan menjadi sukses di dalamnya.

#4 Anggapan Bisnis Fintech yang Fleksibel


Karena baru sedikit peraturan yang melingkupinya, industri Fintech kerap dianggap
fleksibel dan tidak kaku dibandingkan dengan bisnis konvensional.

Oleh karena itu, industri ini menjadi lahan yang tepat bagi para pebisnis muda yang ingin
menyalurkan kreativitasnya dalam berbisnis.
[Baca Juga: Finansialku.com Salah Satu Fintech Dengan Pertumbuhan Terbesar Di
Indonesia Versi IDC]

#5 Penggunaan Teknologi, Software, dan Big Data


Usaha Fintech menggunakan teknologi, software dan big data. Selain itu Fintech juga
menggunakan data dari media sosial. Data-data tersebut dapat dijadikan bagian dari
analisis risiko.

Demokrasi Layanan Keuangan: Fintech


Fintech menciptakan sebuah demokrasi dalam layanan keuangan, namun juga menjadi
tanda bahaya dalam sebuah bisnis.

Tidak peduli jenis, ukuran, cakupan bisnis Anda, Anda harus siap memberikan layanan
termudah dan terbaik bagi konsumen. Anda yang gagal memberikannya bisa kalah dalam
persaingan dan hancur.

Industri Fintech terus berubah-ubah dengan cepat, dan tentunya Anda sebagai pebisnis
perlu mengikuti perkembangannya.

Kami yakin Anda juga bisa tetap menjaga bisnis Anda, asalkan Anda selalu menjadi yang
terdepan di bidangnya dan tidak mengenal kegagalan!

Apakah Anda memiliki pertanyaan mengenai peran Fintech Indonesia yang bisa mengubah
bisnis dan konsumen Anda? Tinggalkan komentar Anda di bawah.
Jika ada pertanyaan, silakan ajukan pertanyaan Anda pada kolom di bawah ini. Perencana
Keuangan kami siap membantu Anda, terima kasih.

Sumber Referensi:

● Bernard Marr. 10 Februari 2017. The Complete Beginner’s Guide To Fintech In


2017. Forbes.com – https://goo.gl/1aC3qR
● Cekindo. 2 Juni 2017. Perkembangan Teknologi Finansial (Fintech Di Indonesia.
Cekindo.com – https://goo.gl/AGGDwM
● Funding Societies. 22 Juni 2017. Perkembangan Fintech di Indonesia. Modalku.co.id
– https://goo.gl/e76K2Y

Sumber Gambar:

● Peran Fintech – https://goo.gl/F1EFWY


● Fintech – https://goo.gl/BUv1PW

Beda Aturan Fintech dan Industri


Keuangan Konvensional | Katadata News

Arief Kamaludin | Katadata


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana menerbitkan peraturan terkait Inovasi Keuangan Digital
(IKD) pada 20 Agustus 2018. Terbitnya aturan tersebut bakal dibarengi dengan peluncuran
financial technology (fintech) center.

Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida menyampaikan, aturan IKD, termasuk fintech
memiliki perbedaan struktural dengan industri keuangan konvensional seperti bank, asuransi, dan
industri keuangan non bank (IKNB). Secara garis besar peraturan IKD berbasis pada aktivitas,
sedangkan industri keuangan mengacu pada institusinya.

"Kami tahu (IKD) ini tidak bisa diatur dengan ketat. Kalau diatur sama dengan industri keuangan
yang ada, pasti akan kalah saing karena mereka baru," kata Nurhaida dalam CNBC Forum
bertajuk 'Meneropong Arah Industri Fintech di Indonesia' di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa
(7/8).

Aturan itu bisa berbeda, karena industri IKD tidak diperkenankan mengelola uang masyarakat.
Oleh karenanya, fintech wajib memiliki escrow accountsehingga uang dari masyarakat masuk di
sistem perbankan. Alhasil, risiko yang mungkin timbul di industri ini hanya dari sisi operasional
platform.

(Baca juga: Transaksi Pinjam-Meminjam Fintech Capai Rp 2,2 Triliun pada 2017)

Walaupun begitu, setiap transaksi melalui industri IKD tetap perlu diawasi. Apalagi, bila data
yang diperoleh industri fintech jumlahnya banyak. "Kalau bermasalah dan nilainya besar, ini akan
ganggu stabilitas sistem keuangan. Maka regulator perlu hadir untuk capture data dan mengawasi
data yang banyak itu," ujarnya.

Sementara industri keuangan konvensional mengelola uang masyarakat, sehingga risiko yang
mungkin timbul bersifat sistemik. "Nah ini yang perlu diatur secara prudensial, karena
tereksposur risiko bisnis, lantaran mereka kelola dana masyarakat," kata dia.

Deputi Komisioner OJK Institute Sukarela Batunanggar menambahkan, ada tujuh perbedaan
spesifik terkait bisnis IKD dengan industri keuangan konvensional. Pertama, bisnis model
industri keuangan konvensional tersentralisasi sedangkan IKD terdistribusi. Kedua, risiko yang
konvensional langsung tereksposur sedangkan IKD hanya operasional.

Ketiga, transaksi yang konvensional adalah antara nasabah dengan perusahaan sedangkan IKD
antara nasabah dengan nasabah. Keempat, ada intermediasi jika menggunakan layanan industri
keuangan konvensional. Sementara IKD tidak ada intermediasi antara nasabah. Kelima,
pendapatan industri keuangan konvensional dari bunga dan komisi (fee based income) sedangkan
IKD hanya komisi.

(Baca juga: Fintech CekAja Kantongi Investasi Rp 404,4 Miliar dari Experian)

Keenam, disclousure di industri keuangan konvensional bersifat transparan terbatas, sedangkan


IKD seluruhnya transparan. "Untuk itu, perbedaan terakhir adalah aturan. Industri keuangan
konvensional bersifat prudensial, sementara IKD melalui market conduct," ujar dia.

Adapun aturan terkait IKD akan memuat delapan poin yakni definisi dari inovasi keuangan
digital; fintech wajib mencatatkan diri; mengatur terkait regulatory sandbox; proses pendaftaran
dan pengawasan; menetapkan kebijakan pelaporan; mengatur perlindungan konsumen;
kerahasiaan data; dan, antisipasi Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
(APU PPT).

Reporter: Desy Setyowati

https://katadata.co.id/berita/2018/08/07/beda-aturan-fintech-dan-industri-keuangan-
konvensional

Begini perbedaan
antara bank, fintech,
dan multifinance
Belakangan ini masyarakat Indonesia sudah semakin familiar dengan dunia finance,terutama
urusan pinjam meminjam dana. Salah satu lembaga yang memberikan pinjaman dana adalah
perusahaan fintech. Walaupun banyak yang menggunakannya, tetapi sedikit yang sudah paham
apakah itu perusahaan fintech? Yang disebut dengan fintech itu sendiri sebenarnya adalah
singkatan dari kata financial dan technologykarena memang perusahaan ini menggunakan
kemajuan teknologi dalam dunia finansial atau keuangan. Singkatnya, fintech adalah inovasi baru
dalam jasa keuangan di dunia, termasuk Indonesia.

Masyarakat menjadi lebih mudah dan efektif untuk beraktivitas sehari-hari berkat adanya
kemajuan teknologi. Peranan dunia digital sangat besar dalam mewujudkan masyarakat yang
modern dan melek teknologi. Berbagai start up muncul di berbagai bidang dan salah satunya
adalah bidang fintech. Adapun inovasi yang diberikan oleh fintech meliputi berbagai segmen,
misalnya saja Bussiness to Bussiness atau B2B, maupun Bussiness to Consumer atau B2C.

Berbagai bisnis yang ada di dalam fintech.

Setelah mengetahui pengertian awalnya, maka berikut ini adalah macam-macam bisnis yang
termasuk dalam fintech.

1. Jual beli saham dan segala prosesnya.

2. Pembayaran secara online.

3. Peminjaman dana (lending) yang dilakukan dengan metode peer to peer atau P2P.
4. Proses transfer dana yang lebih mudah.

5. Kemudahan dalam investasi ritel.

6. Personal finance atau perencanaan keuangan pribadi dan lain sebagainya.

Perbedaan antara fintech, bank dan multifinance.

Sebelum adanya fintech, masayarakat Indonesia sudah mengenal lembaga keuangan lainnya,
yaitu bank dan multifinance. Sekilas ketiganya terdengar sama, akan tetapi jika dilihat lagi
sebenarnya ketiga lembaga keuangan ini memiliki perbedaan yang signifikan. Apa saja perbedaan
tersebut?

Bank.

1. Sumber dananya berasal dari tabungan, deposito, giro, modal pemilik dan penerbitan surat
utang.

2. Layanannya berupa penyaluran kredit, aneka transaksi pembayaran, penjualan aneka produk
investasi.

3. Penyaluran pinjaman ke UMKM, korporasi, konsumsi dan ritel.

4. Risiko penyaluran pinjaman ditanggung bank.

5. Diawasi oleh OJK dan Bank Indonesia.

6. Dana dijamin LPS.

Multifinance.

1. Sumber dana berasal dari pemilik, perbankan dan penerbitan surat utang.

2. Layanannya yakni penyaluran pinjaman, beberapa perusahaan sudah melayani berbagai


transaksi pembayaran.

3. Penyaluran pinjamannya berupa sewa guna usaha, pembiayaan usaha, pembiayaan konsumsi,
dan juga modal ventura.

4. Risiko penyaluran pinjaman ditanggung oleh miltifinance.

5. Pengawasnya adalah OJK saja.

6. Dan tidak ada jaminan untuk dana nasabah.

Fintech.

1. Sumber dana berasal dari pemilik dan juga para investor.

2. Layanannya sebagai perantara bagi pemilik dana dan peminjam dana.

3. Penyaluran pinjaman untuk pembiayaan usaha dan juga bisa untuk pembiayaan pribadi.
4. Risiko penyaluran pinjaman ditanggung oleh investor.

5. Pengawasnya hanya OJK, mengawasi dari sisi perlindungan konsumen saja. Jadi saat terjadi
masalah dan nasabah atau konsumen yang menjadi korban serta diintimidasi maka bisa langsung
melaporkannya pada OJK.

6. Tak ada jaminan dana nasabah.

Dari ketiga lembaga keuangan yang telah disebutkan di atas, kita bisa melihat beberapa
persamaan, utamanya pada penyaluran pinjaman yang sama-sama memberikan pinjaman untuk
modal usaha maupun untuk konsumsi pribadi atau sehari-hari. Perbedaan terlihat dari sumber
dana di mana bank berasal dari tabungan, deposito, giro, modal pemilik dan penerbitan surat
utang. Sementara multifinance dari pemilik, perbankan, dan penerbitan surat utang. Sedangkan
fintech hanya berasal dari pemilik serta para investor saja.

Jika dilihat dari kelengkapan dan jaminan keamanan untuk nasabah, memang bank yang paling
unggul. Hanya saja bukan berarti tanpa ada kekurangan sama sekali. Baik bank dan multifinance
memiliki kelebihan dan kekurangan, kekurangan dari keduanya menjadi kelebihan dari fintech,
yakni kemudahan dalam mendapatkan pinjaman dana.

Masyarakat yang tidak memenuhi syarat pinjaman ke bank dan multifinance bisa mendapatkan
kredit dengan sangat mudah di finance. Biasanya hanya membutuhkan dokumen pribadi seperti
KTP ataupun kartu keluarga. Tidak ada jaminan barang atau surat berharga seperti syarat
pinjaman dana ke lembaga keuangan lainnya.

Hal lainnya yang menarik dari ketiga lembaga keuangan yang telah disebutkan di atas yakni
jumlah total penyaluran pinjaman per September 2018 silam, yakni bank sebesar 5137,2 triliun
Rupiah, multifinance 435,724 triliun Rupiah dan fintech sebesar 10 triliun Rupiah (Agustus
2018).

Kekurangan fintech.

Fintech lebih diminati oleh masyarakat karena kemudahannya untuk melakukan pinjaman dana,
tidak membutuhkan waktu yang lama, dan juga jumlahnya juga terbatas sehingga tidak berat
untuk dibayar. Walaupun begitu, banyak pula nasabah yang terjerat pinjaman online karena
meminjam dana tunai dari fintech abal-abal.

Beberapa kekurangan dari fintech ini bisa dijadikan rujukan sebelum memutuskan untuk
meminjam uang dari jasa keuangan yang satu ini.

1. Penipuan acap terjadi.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah seringnya terjadi penipuan dalam bisnis investasi
fintech. Sekalipun sudah resmi dan diawasi oleh OJK, tetap saja ada perusahaan fintech nakal
yang mencari mangsa masyarakat awam. Mereka tak mengetahui pentingnya berkerja sama
dengan fintech legal, sebab fintech ilegal sering kali melakukan banyak pelanggaran yang
merugikan nasabah.

2. Rentan bangkrut.
Risiko kebangkrutan dari calon pemilik perusahaan fintech sangat besar, apalagi jika calon
pemilik tidak memiliki ilmu perbankan yang baik dan mumpuni. Salah perhitungan sedikit, maka
usaha ini akan lekas gulung tikar dan meninggalkan kerugian yang sangat besar.

3. Pastikan keuangan sedang stabil, sehingga tak keteteran.

Jika kita memutuskan untuk meminjam pada fintech, pastikan keuangan sedang dalam kondisi
baik-baik saja atau stabil. Sehingga tak perlu kesusahan saat harus membayar kredit. Jangan
sampai meminjam untuk membayar hutang lain atau gali lobang tutup lobang.

4. Merugi karena nasabah yang menunggak.

Karena fintech adalah perusahaan perantara antara investor dan peminjam, maka jika kita
berperan sebagai investor, saat terjadi penunggakan bayaran kredit maka kita yang akan merugi
sementara pihak fintech tidak akan menderita kerugian apapun dan tidak akan mengganti
kerugian kita yang diakibatkan oleh pihak nasabah yang lalai dalam membayar hutangnya.

Demikian sekilas mengenai perbedaan bank, multifinance dan fintech, serta penjelasan singkat
mengenai dunia fintech. Semoga bermanfaat.

*Oleh: Daniel Suyatno, Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Pascasarjana konsentrasi Service
Management di Universitas Trisakti Jakarta.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181109210344-81-345386/beda-cara-bisnis-bank-
multifinance-dan-fintech-pinjaman
https://www.brilio.net/creator/begini-perbedaan-antara-bank-fintech-dan-multifinance-
722a3b.html
Sumber
❏ Definisi Fintech Adalah - Finansialkuhttps://www.finansialku.com › definisi-fintech-
adalah › amp
❏ Seluk Beluk, Definisi Fintech dan Manfaatnya | KoinWorks Bloghttps://koinworks.com ›
Beranda › Investasi
❏ Dampak Fintech terhadap ekonomi Indonesia capai Rp25,97 ...https://www.alinea.id ›
bisnis
❏ Financial Technology - Bank Sentral Republik Indonesiahttps://www.bi.go.id › edukasi ›
produk-dan-jasa-sp › fintech
❏ buat-orang-indonesia-fintech-lebih-primadona-dibanding-bank
❏ kenapa-fintech-menjamur-di-indonesia-ini-kata-ojk
❏ Financial Technology di Indonesia: Peluang atau Ancaman ...https://kliklegal.com ›
financial-technology-di-indonesia-peluang-atau-anc…
❏ 4 Alasan Di Balik Pesatnya Pertumbuhan Industri Fintech di
...https://gandengtangan.co.id › blog › 4-alasan-di-balik-pesatnya-pertumbu…
❏ https://blog.modalku.co.id/blog/perkembangan-fintech-di-indonesia/
❏ https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190502122456-37-70055/fintech-menjamur-
begini-nasib-bank-di-masa-depan

Dibawah ini adalah beberapa tipe audiens yang akan ada disetiap presentasi Anda :

The sheep

· Tipe ini akan fokus pada apa yang Anda katakan dan menanti jawaban dari Anda

·Mereka mendengar dan berharap untuk mengerti pembahasannya dan seringkali lebih
menyukai belajar dengan mendiskusikan materi yang ada. Mereka berbicara hanya jika
mereka setuju atau menanyakan pertanyaan sekedar untuk mengklarifikasi

· Mereka tidak suka untuk menunjukan kemandirian dan kreatifitas. Mereka akan lebih sulit
untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan dan kegiatan yang kratif dibandingkan dengan
audients yang lain, jadi memberikan arahan dengan jelas kepada mereka adalah sebuah
keharusan.

Jika ruangan Anda di penuhi denganSheep :

Anda akan merasa menjadi orang penting, Anda perhatikan suasana yang ada penuh
dengan rasa respekdan penghormatan. Mereka menantikan perkataan yang akan keluar
dari mulut Anda. Jangan kuatir dengan kontak mata, jika kontak mata Anda terbatas, ini di
karenakan kebanyakan dari Sheep sibuk mencatat.

Bagaimana menangani Sheep :

Sheep menyukai untuk menjadi kawan Anda.

Jika Anda mengalami kesulitan dalam menangani audients Anda, ini dikarenakan kurangnya
tipe Sheep yang hadir. Anda dapat menjadikan mereka “pembela” Anda, saat Anda di
berikan pertanyaan negative dan sulit.

Bawalah para tipe yang lain menjadi Sheep dengan memberikan gambaran mengenai siapa
Anda dan apa yang akan mereka peroleh dari Anda. Pastikan mereka tetap mempercayai
Anda dengan terus menunjukan pemahaman Anda terhadap topik yang di bahas. The sheep
akan menjauhi Anda saat mereka merasa Anda tidak kompoten dengan topik Anda.

The Hotshot

Hotshop adalah audients yang percaya diri dan nyaman dalam mengikuti seminar

·Mereka mendengar dengan saksama apa yang Anda sampaikan diwaktu yang sama juga
mereka tetap fokus kepada apa yang mereka cari dalam seminar Anda

·Mereka suka menghadiri seminar dimana belajar melalui diskusi juga sangat membantu
mereka dan mereka sangat gampang berpartisipasi dalam setiap diskusi

·Mereka mudah bersahabat dengan pembicara dan bertanggung jawab dengan proses
belajar mereka
·Mereka belajar dengan cepat dan akan menanyakan pertanyaan yang menantang untuk
menggali materi bahasan Anda lebih dalam atau untuk memperjelas pengertian mereka

·Jika Anda tidak memenuhi harapan dari para peserta seminar dimana mereka mungkin
akan memberikan masukan atau complaint kepada Anda, maka hotshot terkadang
bertindak sebagai juru bicara para peserta untuk mengutarakan harapan mereka.

Jika ruangan Anda di penuhi dengan Hotshots:

Para peserta seminar akan terlihat sangat berpartisipasi, positif dan menyukai tantangan.
Sesi diskusi akan mengalir dengan mudah dan tanggapan –tanggapan positif serta ide –ide
akan keluar dengan alami. Dan para peserta ini segera akan tahu apakah Anda menguasai
topik Anda atau apakah Anda mempersiapkan seminar dengan baik atau tidak.

Bagaimana menangani Hotshots :

Persiapkan topik Anda dengan baik. Pahami kemandirian mereka dalam proses belajar.
Gunakan pertanyaan untuk mengeluarkan ide dan pendapat mereka serta aktifitas seperti
diskusi didalam grup akan membuat proses belajar mereka berkembang.

Jika Anda tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan mereka, jangan berpura-pura.
Katakana saja “ini adalah pertanyaan yang sangat bagus dan hingga saat ini saya belum
memiliki jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini, tapi saya akan mencari jawabannya.”

Anda juga bisa lemparkan pertanyaan ini kepada para peserta yang lain “apakah Anda
diantara bapak / ibu yang bisa menjawab pertanyaan ini ?”

(lihat Rahasia X menjawab pertanyaan sulit)

The Clown

·Clowns menyukai untuk berinteraksi secara sosial

·Mereka cerewet dan seringkali mananyakan pertanyaan atau memberikan komentar hanya
untuk menghibur dari pada mendukung si pembicara

·Mereka menyukai diskusi dan tugas-tugas yang butuh interaksi dan sering menjadi
pemimpin didalam kelompok

·Jika ditangai dengan baik, Clowns akan menjadi fokus apalagi jika mereka melihat para
peserta yang lain juga serius.

·Clowns mudah dimotivasi hanya dengan memberikan mereka sedikit perhatian

Jika ruangan Anda di penuhi dengan The Clown:

Rungan Anda akan”hidup” tetapi rasanya akan berbeda dengan jika ruangan dipenuhi oleh
Hotshots, disini Anda akan temui banyak humor, bahasan yang keluar dari topik.
Ini bisa menjadi situasi yang akan membuat para peserta fun atau frustrasi, tergantung
bagaimana Anda menangani The Clown

Bagaimana menangani The Clown:

Gunakan kemampuan bersosialisasi mereka untuk latihan yang butuh diskusi dan interaksi
dalam grup , akan tetapi pastikan bahwa The Clown tetap berada pada “jalur” dengan
menanyakan pertanyaan yang jelas serta tidak menanggapi pernyataan yang tidak ada
hubungannya dengan topik Anda.

Hindari untuk terlalu serius dengan mereka atau menjadi arogan. Tertawalah jika mereka
mengutarakan sebuah guyon, bawa para peserta lain untuk menikmati hal itu dan segera
bawa fokus mereka kembali kepada topik Anda.

Salah satu cara untuk membawa fokus mereka kembali ke topik Anda atau meminta mereka
untuk serius adalah dengan mengutarakan tujuan dari seminar tersebut.

Hindari untuk membuat permusuhan dengan mereka atau terlalu membatasi partisipasi
mereka karena ini akan membuat mereka frustrasi. Dan jika mereka frustrasi, mereka akan
berubah menjadi Sniper yang menakutkan.

Juga pastikan bahwa para peserta yang lain tidak merasa terganggu karena umumnya The
Clowns sangat ribut.

Anda mungkin juga menyukai