PENDAHULUAN
1
melitus (DM). Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Rahayu,W.S.,Dwi,H.,Nasrun,H.(2009)).
Secara klinis DM dibedakan menjadi DM tipe 1 dimana pankreas kehilangan
kemampuan menghasilkan insulin dan DM tipe 2 dimana pankreas masih
berfungsi tetapi menunjukkan defisiensi relatif sehingga tubuh kehilangan
kemampuan untuk memanfaatkan insulin secara efektif (Depkes RI, 2005). Salah
satu tanaman yang digunakan sebagai obat DM yaitu sirih merah.Dari beberapa
pengalaman seorang praktisi kesehatan dan produsen tanaman obat bernama
Bambang Sudewo di Blunyah Rejo, Yogyakarta, diketahui sirih merah memiliki
khasiat obat untuk penyakit diabetes melitus (Sudewo, 2005).
Untuk lebih memberikan dasar bagi bukti manfaatnya, maka penggunaan
tanaman sebagai bahan obat tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk
mengetahui kebenaran khasiatnya.Dengan didapatnya data yang meyakinkan
secara ilmiah, maka penggunaan tanaman tersebut sebagai obat dapat dijamin
kebenarannya (Sudewo,B.2005.)
1.2 Tujuan Percobaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
3
2. Tanaman Budidaya (tumpangsari, TOGA, perkebunan)
Kerugian:
a. tanaman manja
b. residu pestisida
Keuntungan:
a. bibit unggul
b. pengolahan pascapanen
c. tempat tumbuh
Syarat Simplisia Nabati/Hewani
1. Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan
2. Tidak boleh menyimpang dari bau, warna
3. Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menunjukkan tanda-tanda
pengotoran lain
4. Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya
5. Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%
4
2. Morfologi Sirih (Piper bettle L.)
` Sirih adalah nama sejenis tumbuhan merambat yang bersandar pada
batang pohon lain. Tinggi 5-15m.Batang sirih berwarna coklat kehijauan,
berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang
tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tepi rata, tulang daun melengkung,
lebar daun 2,5-10 cm, 8 berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau
yang sedap bila diremas Menurut Van Steenis (1997), tanaman sirih memiliki
bunga majemuk berkelamin 1, berumah 1 atau 2. Bulir berdiri sendiri, di ujung
dan berhadapan dengan daun. panjang bulir sekitar 5 - 15 cm dan lebar 2 - 5 cm.
Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari
yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 2,5 - 6 cm dimana
terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau
kekuningan.
3. Penyebaran Sirih
Sirih tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sering ditemukan di
pekarangan.Tempat tumbuh yang disukai adalah pada ketinggian 200- 1000 m
dpl yang mempunyai curah hujan 2250 – 4750 mm per tahun.Tanaman ini
tumbuh di daerah hutan agak lembab dengan keadaan tanah 9 yang lembab,
daerah yang teduh dan terlindung dari angin (Dalimartha, 2006).
4. Sifat dan Khasiat Daun sirih
Daun sirih mempunyai bau aromatik khas, bersifat pedas, dan
hangat.Sirih berkhasiat sebagai antiradang, antiseptik, antibakteri.Bagian
tanaman yang dapat digunakan adalah daun, akar, dan bijinya. Daunnya
digunakan untuk mengobati bau mulut, sakit mata, keputihan, radang saluran
pernapasan, batuk, sariawan, dan mimisan (Mooryati,1998).
Sirih juga berpotensi sebagai insektisida alami yang bersifat sebagai
pestisida yang ramah lingkungan (Wijaya, dkk, 2004).
5
5. Kandungan Senyawa Kimia Sirih
Sirih merupakan tanaman yang berasal dari famili Piperaceae yang
memiliki ciri khas mengandung senyawa metabolit sekunder yang biasanya
berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama)
ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam
mempertahankan ruang hidup. (Menurut Hutapea.2000)
Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman sirih
berupa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri triterpenoid, minyak atsiri
(yang terdiri atas khavikol, chavibetol, karvakrol, eugenol, monoterpena,
estragol), seskuiterpen, gula, dan pati.10 Kandungan minyak atsiri yang terdapat
pada daun sirih juga berkhasiat sebagai insektisida alami.Disamping itu,
kandungan minyak atsiri yang terkandung di dalam daun sirih juga terbukti
efektif digunakan sebagai antiseptik (Dalimartha, 2006).
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi,meskipun demikian
sekarang telah tercatat di temukan pula di jamur (ergot alkaloid), di hewan musk
deer (muscopyridin),di bakteri p.aeruginosa dan beberapa produk sintesis.
Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat
basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen)
dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina
sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai
anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan, 1969). Selain itu ada
beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N
(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.
6
BAB III
METODE KERJA
1. Air
2. Daun Sirih (Piper bettle L)
3. Silika gel
7
waktu pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Disamping waktu
panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen
dalamsehari. Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen
pada pagi hari, dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehariperlu
dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif didalamsimplisia
terhadap panas sinar matahari. Secara garis besar, pedoman panensebagai
berikut :
1. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua
sepertikedawung, pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah.
Seringpula pemetikan pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu
sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misal jarak.
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan
sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan
terjadinya perubahan pada buah seperti perubahan tingkat kekeraan, missal labu
merah. Perubahan warna, misalnya asam, kadar air buah, misalnyabelimbing
wuluh, jeruk nipis. Perubahan bentuk buah, misalnya mentimun,pare.
3. Tanaman yangpada saat panen diambil daun pucuknya, pengambilandilakukan
pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetative ke generatif.
Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalamkondisi tinggi, sehingga
mempunyai mutu yang terbaik.Contoh tanamanyang diambil daun pucuk adalah
kumis kucing.
4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yangdiambil
dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian cabang atau
batang yang menerima sinar matahari sempurna. Pada dauntersebut terjadi
kegiatan asimilasi yang sempurna. Contoh panenan inimisal sembung.
5. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan
dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur. Agar pada
saatpengambilan tidak mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan
padamusim yang menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang
musimkemarau.
8
6. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis,pengambilan dilakukanpada
saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian atastanah
berhenti, misalnya bawang merah.
7. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya,
pengambilandilakukan pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian
atastanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan besar
maksimum.Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat
ataumenggunakan mesin. Dalam hal ini keterampilan pemetik diperlukan,
agardiperoleh simplisia yang benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan
tidakmerusak tanaman induk. Alat atau mesin yang digunakan untuk memetikperlu
dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya tidak di gunakan bila
di perkirakan akan merusak senyawaaktif di dalam simplisia.
B. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada proses
selanjutnya yang akan mempengaruhi hasil akhir.
C. Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lainnya yang melekat pada
bahan simplisia.Air yang digunakan sebaiknya adalah air yang mengalir dan bersih.
D. Perajangan
Perajangan tidak harus selalu dilakukan. Proses ini pada dasarnya dilakukan
untuk mempermudah proses pengeringan, jika ukuran simplisia cukup kecil/tipis,
proses ini dapat diabaikan.
E. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sehingga menjamin
mutu dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, dan mencegah proses
atau reaksi enzimatik yang dapat menurunkan mutu. Faktor yang penting dalam
pengeringan adalah suhu, kelembapan dan aliran udara (ventilasi).Sumber suhu
dapat berasal dari sinar matahari, baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain
hitam atau dapat pula berasal dari suhu buatan dengan menggunakan oven.
Pengeringan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri atau komponen
lain yang termolabil hendaknya dilakukan pada suhu tidak terlalu tinggi dengan
aliran udara berlengas rendah secara teratur. Simplisia yang mengandung alkoloida
umumnya dikeringkan pada suhu kurang dari 70oC.Dalam pengeringan, simplisia
hendaknya jangan ditumpuk terlalu tebal agar penguapan dapat berlangsung dengan
cepat dan tidak terjadi proses pembusukan. Suhu yang tidak terlalu tinggi sering kali
9
menghasilkan warna simplisia yang lebih menarik.Sebagai contoh, suhu awal
pengeringan temulawak dengan panas buatan adalah 50o-55oC.
F. Sortasi kering
Tujuan sortasi kering adalah memisahkan bahan-bahan asing, seperti bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran lain, yang masih ada, dan tertinggal di
simplisia kering.
G. Pengemasan
Pengemasan simplisia menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, dapat
melindungi simplisia dari cemaran, dan mencegah kerusakan.
H. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembapannya rendah,
terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga dan tikus.
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga, cemaran
atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter, atau pemberian bahan
dengan cara yang sesuai sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan
kesehatan.
I. Pemeriksaan mutu
Merupakan usaha untuk menjaga kestabilan mutu simplisia.Pemeriksaan mutu
simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau penyerahan dari
pengumpul/pedagang simplisia.Simplisia yang diterima harus berupa simplisa
murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia.Simplisia yang bermutu
adalah simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia atau Materia
Medika Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Kebenaran simplisia
Pemeriksaan kebenaraan simplisia dilakukan dengan cara organoleptis,
makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan organoleptis dan makroskopis
dilakukan dengan menggunakan indra manusia melalui pengamatan terhadap
bentuk, cirri-ciri luar, warna, dan bau simplisia. Pemeriksaan mutu organoleptis
sebaiknya dilanjutkan dengan mengamati cirri-ciri anatomi histology terutama
untuk menegaskan keaslian simplisia.
b. Parameter nonspesifik
Parameter nonspesifik terkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan
simplisia, seperti uji adanya pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur,
aflatoksin, logam berat, dan benda asing lainnya.
c. Parameter spesifik
Parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang terkandung dalam
tanaman. Pemeriksaan parameter spesifik meliputi:
Parameter secara fisika, yang meliputi penetapan daya larut, bobot jenis,
rotasi optic, titik lebur, kadar air, sifat simplisia di bawah sinar ultraviolet,
pengamatan mikroskopis dengan sinar polarisasi, dan lain sebagainya.
Pemeriksaan secara kimia, yang meliputi pemeriksaan kualitatif dan
kuantitatif. Pemeriksaan yang bersifat kualitatif
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 TABEL
N O T A H A P A N H A S I L
1 Pengumpulan Bahan 1 . 0 5 0
2 S o r t a s i B a s a h 9 0 0
3 P e n g e r i n g a n 5 0 0
4 S o r t a s i k e r i n g 4 8 0
5 % r a n d e m e n 5 3 , 3 3 %
4.2 PERHITUNGAN
Dik : Berat bahan baku = 1.050 gram
Berat sebelum pemanasan (Sortasi Basah) = 900 gram
Berat akhir (Sortasi Kering)= 480 gram
Dit : Susut pengeringan & %Rendemen =?
Jawab :
Berat sebelum pemanasan −Berat akhir
Susut pengeringan = x 100%
Berat akhir
11
4.3 PEMBAHASAN HASIL PERCOBAAN
Sirih Memliliki Nama Latin Piper Betle yang lazimnya di kenal
sebagai Tumbuhan yang merambat dan biasanya bersandar pada pohon
lain ini mempunyai ciri Tanaman yang mampu Tumbuh mencapai tinggi
15 Meter, Sementara itu untuk Batang dari tanaman sirih ini berbentuk
Bulan dan berwaran Kecoklatan dengan corak Ruas-ruas di bagian
batangnya seperti layaknya pohon Bambu, di sinilah tempat keluarnya
akar dari Tumbuhan sirih ini, nah untuk Daunnya Yang akan kita bahas ini
Khasiat Daun Siri atau Manfaat Daun Sirih ini memiliki daun yang
berbentuk Jantung, dengan bentuk bersalang seling dan ujungnya
berbentuk Runcing, apa bila Daun Sirih ini di remas maka akan
mengeluarkan bau yang segar khas Daun sirih ini
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan.Pada percobaan kali ini bertujuan
untuk mengetahui cara pembuatan simplisia daun sirih, mengetahui
karakteristik simplisia daun sirih, mengetahui kandungan dan khasiat
simplisia daun sirih serta mengetahui susut pengeringan pada simplisia
daun sirih. Adapun bahan baku yang digunakan adalah daun sirih yang
didapatkan dari tanaman milik salah satu anggota kelompok.
Pengumpulan bahan baku dilakukan ketika sebelum matahari terbit yaitu
pada pukul 05.00 dengan memetik daun sirih pada bagian ke 4,5, 6 hal ini
disesuaikan dengan literature pembuatan daun sirih. Bahan baku berupa
daun sirih di petik sebanyak 1050 gram.
Setelah bahan baku terkumpul sebnayak yang diperlukan, tahap
selanjutnya yaitu sortasi basah. Sortasi basah dilakukan untuk pemisahan
calon simplisia dengan kotoran-kotoran yang masih terdapat pada daun
simplisia seperti tanah an zat pengotor lainnya agar tidak terbawa pada
proses selanjutnya yang akan mempengaruhi hasil akhir simplisia.Setelah
mengalami sortasi basah didapatkan hasil simplisia sebanyak 900
12
gram.Tahap selanjutnya yaitu pencucian.Pencucian diakukan untuk
Menghiangkan pengotor lainnya yang masi terdapat pada simplisia.
Pencucian pada bahan baku simplisia dilakukan pada air megalir agar zat
pengotor langsung terbawa oleh aliran air dan pencucian menggunakan 3
ember yang berbeda. Hal ini dilakukan agar simplisia benar-benar bersih
dari zat pegotor lainnya.Tahap keempat yaitu perajangan. Pada dasarnya
perajangan ini tidak harus dilakukan untuk memudahkan proses
pengeringan. Pada bahan baku simplisia daun sirih, pada proses ini tidak
di lakukan karena ukuran simplisia cukup kecil dan tipis sehingga proses
ini dapat diabaikan.
Selanjutnya yaitu proses pengeringan. Proses pengeringan bertujuan
untuk mengurangi kadar air sehingga menjamin mutu dalam
penyimpanan, mencegah pertumubuhan jamur dan mencegah proses atau
reaksi enzimatik yang dapat menurunkan mutu simplisia.
Factor penting dalam proes pengeringan adalah suhu, kelembapan, dan
aliran uara (ventilasi).Pengeringan yang dilakukan yaitu menggunakan
sinar matahari dan menggunakan oven.Ketika simplisia dikeringkan
dibawah sinar matahari, simplisia di tutupi dengan kain hitam agar panas
dari sinar matahari merata.Akibat dari kurang lamanya waktu pengerjaan
simplisia yang belum kering, dikeringkan kembali dengan menggunakan
oven selama 2jam dan digunakan suhu sebesar 40-60 derajat celcius.Suhu
yang digunakan bukanlah suhu tinggi hal ini dikarenakan jika
mengunakan suhu yang terlalu tinggi dikhawatirkan dapat menyebabkan
kerusukan senyawa aktif alkaloid yang memiliki itik didih 178 derajat
celcius. Pada proses pengeringan simplisia hendaknya jangan ditumpuk
agar proses penguapan dapat berlangsung dengan cepat dan tidak terjadi
proses pembusukan.
Proses pembuatan simplisia selanjutnya yaitu sortasi kering. Sortasi
kering adalah memisahkan bahan-bahan asing seperti bagian tanaman
13
yang tidak diinginkan dan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal
pada simplisia kering.
Setelah simplisia di sortasi kering maka tahap selanjutnya yaitu
pengemasan simplisia.Pengemasan simplisia menggunakan wadah yang
inert, tidak beracun, dapat melindungi simplisia dari cemaran, dan
mencegah kerusakan.Bia perlu pada proses pengemasan ditambahkan zat
yang dapat menyerap udara dan air (silica gel). Pada penyimpaan
simplisia sebaiknya ditempat yang kelembapan rendah dan terlindngi dari
teriknya sinar atahari lansung.Simplisia yang kami buat disimpan didalam
toples terttup rapat agar simplisia bebas dari zat asing yang dapat
mengganggu kestabilan simplisia.
Setelah proses pembuatan simplisia sudah selesai maka tahapan yang
terakhir yaitu pemeriksaan mutu simplisia. Pemeriksaan simplisia dapat
diakukan secara pengujian organoleptik, pengujian mikroskopik,
pengujian secara parameter fisika dan parameter kimia serta dapat
dilakukan dengan cara biologi. Pada pengujian yang kelompok kami
lakukan yaitu dengan pemeriksaan organoleptik menggunakan panca
indra untuk mengetahui mutu dari simplisia yang kami dapat.
Setelah simplisia berhasil dibuat, dilakukan perhitungan susut
pengeringan dengan mengggunakan rumus
Berat sebelum pemanasan −Berat akhir
x 100% dan didapatkan bahwa susut
Berat akhir
14
daunnya dengan porsi secukupnya.Bisa diminum, disamping itu airnya
untuk membasuh vagina.
5. Bagi mereka yang terkena sariawan, daun Sirih Hijau, bisa dijadikan
solusi yang baik. Kunyah daunnya atau kumur dengan rebusannya.
6. Bila secara rutin berkumur dengan rebusan Sirih Hijau, bau mulut tidak
sedap pun akan hilang.
7. Mampu mengobati luka bakar. Caranya ambil daun Sirih Hijau,
panaskan supaya layu, lalu tempelkan pada luka bakar.
8. Bila hidung keluar darah terus (mimisan), gulungan daun Sirih Hijau
yang disumpalkan di hidung, bisa membuat darah yang keluar pun
terhenti. Jadi bisa dijadikan obat mimisan.
BAB IV
15
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Manoi, F., 2007, Sirih Sebagai Tanaman Multi Fungsi, Warta Pulitbangbun Vol.
13 (2).
Prasetyo,danEndang,I.S.(2013).PengelolaanBudidayaTanamanObat-Obatan
(Bahan Simplisia).BadanPenerbitanFakultasPertanianUNIB.Bengkulu.
Rahayu,W.S.,Dwi,H.,Nasrun,H.(2009).PengaruhMetodePengeringanTerhadapKa
darAntosianinPadaKelopakBungaRosela(HibiscussabdariffaL.).Pharmacy,6(2).
LAMPIRAN
16
Pengumpulan Bahan Baku
Pengeringan
17
Sortasi Kering
18