Anda di halaman 1dari 8

KARYA TULIS ILMIAH MATA PELAJARAN IPA

PERSONAL HYGIENE DAN KEJADIAN BIANG KERINGAT

(MILIARIA) PADA PENGHUNI KOSKOSAN

DI KOTA KENDARI

ANDINNE FARISHA BALQIS

KELAS VIII NA’IM

SMPIT AL - QALAM KENDARI


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks dan saling
berkaitan dengan masalah-masalah di luar kesehatan itu sendiri. Untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatan itu sendiri tapi
harus dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut (Notoatmodjo,
1997). Menurut H.L. Blum, dalam Notoatmodjo (2007), derajat kesehatan dipengaruhi 4
(empat) macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas.
Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor terbesar yang berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya derajat kesehatan. Penurunan kualitas lingkungan berperan penting
terhadap terjadinya penyakit berbasis lingkungan, yaitu sebuah konsep yang mempelajari
kejadian penyakit yang berakar pada lingkungan dan kependudukan. Beberapa contoh
penyakit berbasis lingkungan, misalnya berbagai penyakit yang diderita sekali

Penyakit kulit merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masyarakat.


Beberapa jenis penyakit kulit diantaranya kusta, dermatitis, scabies, panu, dan lain-lain.
Menurut Poter dan Perry (2010), masalahmasalah kulit yang umum ditemukan
diantaranya kulit kering, tekstur kasar, bersisik pada area tangan, kaki, atau wajah,
jerawat, ruam kulit, biang keringat (miliaria), dermatitik kontak atau inflamasi kulit dan
abrasi atau hilangnya lapisan epidermis (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).

Faktor risiko penyakit kulit diantaranya perilaku hidup bersih dan sehat, kondisi
sanitasi lingkungan, ketersediaan sumber air bersih, kebersihan badan, kuku, kulit,
pakaian dan kondisi tempat tidur. Penularan penyakit kulit dapat melalui komponen
lingkungan yang berisi agen penyakit serta senantiasa berinteraksi dengan manusia
adalah air, udara, pangan, binatang dan serangga penular penyakit serta manusia itu
sendiri (Harahap, 1990). Kepadatan penghuni juga dapat mempengaruhi proses penularan
atau perpindahan penyakit dari satu orang ke orang lain (Achmadi, 2011).
Sikap dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan dilatarbelakangi oleh kondisi
perumahan (Kutanegara dkk., 2014). Kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam
memelihara sanitasi lingkungan maupun tempat tinggal sangat diharapkan karena dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat itu sendiri.

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 telah mengamanatkan bahwa setiap orang


berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya dan berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya yang dilaksanakan melalui upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan
masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan (Kemenkes RI, 2009). Disisi lain,
Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019 menyebutkan
bahwa Persentase rumah tangga yang mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) meningkat dari 50,1% (2010) menjadi 53,9% (2011), dan 56,5% (2012),
kemudian turun menjadi 55,0% (2013). Karena
8 target tahun 2014 adalah 70%, maka pencapaian tahun 2013 tersebut tampak masih
jauh dari target yang ditetapkan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Penyakit pada dasarnya merupakan hasil hubungan interaktif antara manusia


dengan lingkungan, antara perilaku dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi
penyakit. Oleh karena itu, pemahaman terhadap faktor risiko penyakit yang berakar pada
faktor kependudukan dapat, mengurangi terjadinya faktor risiko itu sendiri (Achmadi,
2011). Penyakit-penyakit yang diderita oleh suatu komunitas biasanya tidak spesifik,
multiple agents dan multiple simptomps (gejala) sehingga sulit untuk menentukan mana
sebab dan akibat. Dengan melakukan analisis hubungan, sering kali menunjukkan tingkat
hubungan yang tinggi antara berbagai gejala dengan parameter lingkungan atau sanitasi
dasar yang buruk (Achmadi, 2011). Berdasarkan uraian di atas, untuk mengatahui
besarnya faktor risiko penyakit kulit pada penghuni koskosan perlu dilakukan penelitian
mengenai hubungan antara personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit
milaria/biang keringat pada penghuni koskosan di kota kendri.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dari karya tulis ini adalah
“Apakah ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit miliaria
atau biang keringat pada penghuni Koskosan kota kendari ?”

C. Tujuan
Diketahuinya hubungan antara personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit
miliaria atau biang keringat pada penghuni Rumah koskosan di kota kendari
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penyakit

Biang keringat adalah merupakan kelainan kulit yang disebabkan tersumbatnya


kelenjar keringat. Bagian tubuh yang diserang adalah daerah kepala, punggung, dada, dan
bahkan muka, maklumlah hampir semua anggota tubuh manusia mengandung kelenjar
keringat, kecuali mulut. Berdasarkan kedalaman sumbatannya, biang keringat dibagi dalam
3 tipe, yaitu:
1. Tipe pertama
Sumbatan terjadi dipermukaan lapisan jangat atau lapisan tanduk sehingga
lokasinya dangkal sekali. Biang keringat tipe inilah yang paling umum dan sering terjadi
gejalanya pada kulit tubuh yang sering berkeringat akan tampak mengelupas, kering,
dan kasar. Gejala ini biasanya dipicu oleh panasnya udara. Biang keringat tipe ini
ditandai bintik-bintik berisi air kecil-kecil dan akan mudah pecah sendiri karena
lokasinya yang sangat dangkal sekali.
2. Tipe kedua
Lokasi sumbatan di bagian lapisan jangat yang lebih dalam. Selain kulit menjadi
bruntusan merah, juga disertai rasa gatal, itulah mengapa, biang keringat tipe ini irritable
atau mengganggu.
3. Tipe ketiga
Sumbatan terjadi di subkutis yang letaknya dibawah lapisan jangat. Jadi
sumbatannya lebih dalam disbanding tipe dua. Biasanya tipe tiga terjadi didaerah daerah
yang suhunya sangat panas. Walaupun Indonesia termasuk negara tropis, namun biang
keringat tipe tiga jarang terjadi. Mungkin factor angin sangat mempengaruhi sehingga
suhu Indinesia tak terlalu panas. Lain halnya dengan negara lain yang suhunya mungkin
mencapai 40 derajat celcius. Biang keringat tipe tiga ditandai bintil-bintil pada kulit dan
diraba terasa agak keras. Bintil-bintil ini sekilas mirip jerawat batu.
B. Penyebab penyakit
Iritasi kulit disebabkan kontak yang berlangsung lama antara kulit dan kotoran
/miniral dalam keringat . Dalam hal ini bias disebabkan oleh cuaca panas yang
menyebabkan kulit ekstra berkeringat penyebab yang tidak kalah penting akibat dari
personal hygiene seseorang, orang dengan hygiene yang buruk paling rentan terkena biang
keringat dan ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara dalam ruangan panas atau
lembab (Pasaribu 2007). Mineral-mineral dalam keringat bereaksi terhadap kulit dan
akibatnya timbul biang keringat.
C. Pengobatan penyakit
Pengobatan yang biasa dilakukan adalah menggunakan bedak khusus untuk
mengatasi biang keringat yang dijual dipasaran, terutama biang-biang keringatnya tetap
membandel. Bedak-bedak tersebut biasanya mengandung zat tambahan untuk mengurangi
rasa gatal. Namun taka pa, karena prinsip pengobatan biang keringat hanya symptomatic
atau mengurangi gejala saja. Adapun bahan tambahan yang biasanya digunakan untuk
mengurangi rasa gatal biang keringat ialah calamine dan menthol. Kedua ini bahan ini
aman.
D. Pencegahan Penyakit
Biang keringat sebenarnya mudah dihindari. Misalnya, dengan memakai baju dari bahan
yang menyerap keringat. Bahan katun biasa menjadi salah satu alternatif. Tapi modelnya
jangan terlalu ketat, rajin mandi minimal dua kali sehari juga penting untuk mencegah
biang keringat, ventilasi ruangan juga harus diperhatikan agar sirkulasi udara bagus.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Ada hubungan kuat antara personal hygiene dengan kejadian biang keringat dikoskosan
kota kendari
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang diberikan penulis yaitu diharapkan lebih
meningkatkan personal hygiene penghuni koskosan
DAFTAR PUSTAKA

Prihatin Ari Susanti., 2015. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat (Miliaria)
Pada bayi di Desa Sangrahan Selogiri Wonogiri
Dani Novita Putri., 2017. Personal Hygiene dan Kejadian Penyakit Kulit Pada Penghuni
Rumah Susun Sederhana Sewa Cokrodirjan Yogyakarta
Swamedika_sli…ng_keringat.2019. Pawer Point

Anda mungkin juga menyukai