Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus


akut 8988 menimbulkan syok dan kematian. Menurut World Health Organization
(WHO), demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada
demam berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh.(WHO,2011).
Di dunia sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD,
namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara,
diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik
Barat. Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi kasus
DBD. Jumlah kasus di Amerika, Asia tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2
juta kasus di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 di
laporkan terdapat sebanyak 2,30 juta kasus di Amerika, di mana 37.687 kasus
merupakan DBD berat. (WHO,2014)
Di Indonesia, pada tahun 2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak
68.407 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 493 orang dan angka
kesakitan 26,12 per 100.000 penduduk. Dibandingkan tahun 2016 dengan kasus
sebanyak 204.171 serta angka kematian 78,85 per 100.000 penduduk, terjadi
penurunan kasus pada tahun 2017. Selama kurun waktu 10 tahun terakhir mulai
tahun 2008 cenderung tinggi sampai tahun 2010 kemudian mengalami penurunan
drastis di tahun 2011 sebesar 27,67 per 100.000 penduduk, yang di lanjutkan dengan
tren kecendrungan meningkat sampai tahun 2016 sebesar 78,85 per 100.000
penduduk, namun mengalami penurunan drastis pada tahun 2017 dengan angka
kesakitan atau 26,12 per 100.000 penduduk. (Kemenkes RI, 2018)
Penurunan angka kesakitan DBD pada tahun 2017 juga di iringi dengan oleh
penurunan jumlah kanbupaten/kota terjangkit DBD. Pada tahun 2016 terdapat 463

1
kabupaten/kota (90,08%) menjadi 433 kabupaten/kota (84,24%) pada tahun 2017.
Selama periode tahun 2010 sampai tahun 2016 terlihat jumlah kabupatten/kota
terjangkit DBD mengalami kenaikan, namun mulai menurun pada tahun 2017.
(Kemenkes RI, 2018).

Hasil studi pendahuluan di Ruang Penyakit Dalam Laki-Laki RSUD


Palembang bari tanggal 12 februari 2019 pada Tn. A Klien mengatakan sejak 4 hari
sudah merasakan demam tinggi yang terus menerus sebelum di rawat di RSUD
Palembang Bari. Dari hasil pemeriksaan dokter, Tn. A di diagnosa demam berdarah
dengue.

Berdasarkan uraian di atas maka kelompok kami tertarik mengambil judul


Makalah Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Kasus Demam Berdarah Dengue
di Ruang Penyakit Dalam laki-laki RSUD Palembang Bari.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien Tn. A dengan


masalah Demam Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue

dengan proses keperawatan di RSUD Palembang Bari tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan pengkajian secara langsung pada pasien Demam Berdarah

Dengue

2. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien Demam Berdarah

Dengue

3. Mampu membuat rencana keperaawatan pada pasien Demam Berdarah

Dengue

2
4. Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien Demam

Berdarah Dengue

5. Mampu melakukan evaluasi pada pasien Demam Berdarah Dengue

1.4. Tempat dan waktu


1.4.1 Tempat
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A dengan kasus Demam Berdarah
Dengue dalam proses keperawatan di Ruang Penyakit Dalam Laki-laki di
RSUD Palembang Bari.
1.4.2 Waktu
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue dengan proses
keperawatan di ruang Penyakit Dalam Laki-laki dalam melakukan
pengkajian pada Tn “A” pada hari Selasa, 12 Februari 2019.

1.5. Manfaat Penulisan


1.5.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan pengalaman, pemahaman tentang
bagaimana mengelola dan mencapa itujuan asuhan keperawatan berkualitas pada
situasi yang nyata
1.5.2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi suatu bahan kajian yang memberikan gambaran kondisi
lapangan sehingga untuk kedepannya dapat membekali mahasiswanya dengan
keterampilan yang di butuhkan
1.5.3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat menjadi wahana pertukaran informasi dengan dunia pendidikan yang
akan memberikan pencerahan tentang asuhan keperawatan sebagai masukan bagi
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Profil RSUD Palembang BARI
2.1.1 Selayang Pandang
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang
pemerintah daerah dibidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu-satunya
rumah sakit milik pemerintah kota Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI terletak di jalan Panca Usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu
Kecamatan Seberang Ulu 1 dan berdiri diatas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati.
Sejak tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari jalan Jakabaring menuju RSUD
Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.

2.1.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan


- Visi
Menjadi rumah sakit unggul, amanah, dan terpercaya di Indonesia.

- Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika
dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan
dan pelatihan di indonesia.
- Motto
Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagian kami.

- Tujuan
1. Mengoptimal pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar mutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
3. Menciptakan pelayanan kesehatan dan berkualitas dan mampu bersaing
di era pasar bebas.
4. Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten dibidangnya.
5. Menyelenggarakan manajemen pengelolahan rumah sakit yang kondusif
dan profesional.

2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah Berdirinya
1. Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung Poli Klinik/ Puskesmas Panca Usaha.

4
2. Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada tanggal 19
Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK
Depkes Nomor 1326/Menkes/XI/1997, dan tanggal 10 November 1997
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI Kelas
C.
3. Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 Tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Dasar kepada RSUD Palembang BARI,
tanggal 7 November 2003.
4. Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/I3/334/08 tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada RSUD Palembang BARI,
tanggal 5 November 2008.
5. Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI
berdasarkan keputusan Wali Kota Palembang No.915B Tahun 2008
tentang penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang
yang merupakan pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara
penuh.
6. Kemudiandengan SK Depkes Nomor 241/Menkes/SK/IV/2009, tanggal
2 April 2009 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B.
7. KAKS-SERT/363/5/2012 tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat
Lengkap kepada RSUD Palembang BARI tanggal 25 Januari 2012.

2.1.3.2 Sejarah Pemegang Jabatan Direktur


1. Tahun 1986 s/d 1994 : dr.Jane Lidia
Jilahelusebagaikepalapoliklinik/puskesmaspancausaha.
2. Tanggal 1 juli 1996 s/d juni2000 : dr.h.EddyZakartyMonasir.
SpOGSebagaidirektur RSUD palembang BARI.
3. Bulanjuli 2000 s/d November 2000 pelaksanaanpetugasdr.H. Dachlan
Abbas S.PB
4. BulanDesember 2000 s/d Febuari 2001 pelaksanaanpetugasdr.
M.Faisalsoleh. SpPD
5. Tanggal 14 november 2000 s/d Januari 2012 : dr.Hj.IndahPuspita
6. H.A.MARS sebagaiDirektur RSUD palembang BARI.
7. BulanFebuari 2012 s/d sekarang : dr. Hj. MAKIANI
M.Kes.,MM.,MARS sebagaidirektur RSUD palembang BARI

5
2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan
2.1.4.1 Fasilitas
1. Instalasi Gawat Darurat 24 Jam
2. Farmasi / Apotek 24 Jam
3. Rawat Jalan / Poliklinik
4. Rawat Inap
5. Bedah Sentral
6. Rehabilitasi Medik
7. Radiologi 24 jam
8. Laboratorium Klinik 24 Jam
9. Patologi Anatomi
10. Bank Darah
11. Hemodialisa
12. Medical Check Up
13. ECG / EEG
14. USG 4 Dimensi
15. Endoscopy
16. Kamar Jenazah
17. CT Scan 64 Slices

2.1.4.2 Pelayanan Rawat Jalan


1. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2. Poliklinik Spesialis Bedah
3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Poliklinik Spesialis Anak
5. Poliklinik Spesialis Mata
6. Poliklinik Spesialis THT
7. Poliklinik Saraf
8. Poliklinik Kulit dan Kelamin
9. Poliklinik Spesialis Jiwa
10. Poliklinik Rehabilitasi Medik
11. Poliklinik Spesialis Jantung
12. Poliklinik Spesialis Gigi
13. Poliklinik Spesialis Psikologi
14. Poliklinik Spesialis Terpadu
15. Poliklinik PKBRS

2.1.4.3 Fasilitas Kendaraan Operasional


1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center
5. Mobil Jenazah

2.1.4.4 Pelayanan Rawat Inap


1. Perawatan VIP dan VVIP
2. Perawatan Kelas I, II, dan III

6
3. erawatan Penyakit Dalam Perempuan
4. Perawatan Penyakit Dalam Laki-laki
5. Perawatan Anak
6. Perawatan Bedah
7. Perawatan ICU
8. Perawatan Kebidanan
9. Perawatan Neonatus/Nicu/Picu

2.1.4.5 Pelayanan Penunjang


1. Instalasi Laboratorium Klinik
2. Instalasi Radiologi
3. Instalasi Bedah Sentral
4. Instalasi Farmasi (Apotek)
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Laundry
7. Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10. Bank Darah
11. Kasir
12. Hemodialisa
13. Instalasi Rehabilitasi Medis

2.2. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue


2.2.1 Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus
akut yang disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang anak-anak
yang bertendensi menimbulkan syok dan kematian. Menurut World Health
Organization (WHO), demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari

7
empat tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada demam berdarah dengue
terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
(WHO,2014)
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah
system sirkulasi. System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan
dan oksigen dari traktus distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu,
system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolism dari
sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi pembuluh
darah, dan darah.

1. Jantung.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak
runcing yang disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada
sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan VI
dua jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut
jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar
genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluru bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri
yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri
ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan
terdiri dari 3 lapisan.

8
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri
pulmonalis, garis tengahnya kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai
cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya
akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler). Arteri mendapat darah
dari darah yang mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima.
Sedangkan untuk lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah
yang disebut vasa vasorum.
b. Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung.
Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh darah yang
menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena
kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya untuk mencegah
darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya besar
diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai
cabang tang lebih kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi
kapiler.
c. Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah
yang sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu;
rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada
umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen itu dindingnya sangat tipis
maka plasma dan zat makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar
sel.
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut
plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah keadaannya
tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya.
Darah yang banyak mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya
oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna
pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat
atau orang dewasa terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-

9
kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama,
bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Fungsi darah: 1. Sebagai alat pengangkut
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan
racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan
antibody/zat-zat antiracun.
3. Mengatur panas keselurh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel dara terdapat tiga tempat yaitu: sumsung tulang,
hepar, dan limpa.(Sumber : marrieb, 2013)

2.2.3 Etiologi

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang


ditularkan oleh nyamuk. Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod
Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotype menimbulkan antibodi
terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk
untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3/4 serotipe yang berbeda selama
hidupnya. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.
(WHO, 2014)

Beberapa pasien demam berdarah terus berkembang menjadi demam


berdarah dengue (DBD) yang berat.Biasanya demam mulai mereda pada 3-
7 hari setelah onset gejala. Pada pasien juga bisa didapatkan tanda
peringatan (warning sign) yaitu sakit perut, muntah terus-menerus,
perubahan suhu (demam hipotermia), perdarahan, atau perubahan status
mental (mudah marah,bingung). Menurut WHO kriteria demam berdarah
dengue ialah demam yang berlangsung 2-7 hari, terdapat manifestasi
perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3), dan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah. (WHO,2014).

2.2.4 Patofisiologi

10
Virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
pertama-tama terjadi veremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati, dan
pembesaran limpa.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan
depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut
akan menyebabkan pendarahan kaena gangguan trombosit dan kelainan
koagulasi dan sampai pada pendarahan kelenjar adrenalin .
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunya volume plasma. Terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathasis hemorahagic renjatan pasti terjadi secara akut.
Adanya kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura dan pericardium yang pada otopsi tenyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infuse.
Jika renjatan atau syok, hipovelmik berlangsung lama akan timbul anoreksia
jaringan metabolic dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
( Sumber : Surjana, 2010).

2.2.5 Klasifikasi
Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitannya
dengan pengelolarhan dan prognosis, (WHO) membagi DBD dalam 4 derajat, yaiu:
1. derajat 1
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
manifestasi pendarahan adaalh tes toniquet positif.

2. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai pendarahan spontan pada kulit atau pendarahan lain.
1. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah, gelisa, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
4. Derajat 4
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

2.2.6 Manifestasi klinik

11
Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinik, yaitu: demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapai 400C atau lebih dan terkadang disertai dengan
kejang, demam, sakit kepala,anoreksia, mual muntah, epigastrik, discomfort, nyeri
perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan pendarahan, terutama pendarahan
kulit, walaupun hanya berupa uji tourniquet positif. Selain itu, pendarahan kulit
dapat terwujud memar atau juga berupa pendarahan spontan mulai dari petekie pada
ektremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan pendarahan gusi. Sementara
pendarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi
pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat
teratasi. Pendarahan lain seperti pendarahan sub konjungtiva terkadang juga
ditemukan. Pada masa konvalisen seringkali ditemukan eritema pada telapak kaki
dan hepatomegali. Hepatomegali biasanya dapat diraba pada permukaan penyakit
dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan
seringkali ditemukan tanpa ikters maupun kegagalan pendarahan.

2.2.7. Pengobatan dan Pencegahan


Prinsip pencegahan yang tepat dalam pencegahan demam berdarah ialah
sebagai berikut :

a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan


melaksanakan pemberantasan vector pada saat sedikit terdapatnya kasus
DHF
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vector pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia
sembuh secara spontan
c. Mengusahakan pemberantasan vector dipusat daerah penyebaran.
d. Mengusahakan pemberantasan vector disemua daerah berpotensi penularan
tinggi. Ada 2 macam pemberantasan vector antara lain:
1. Menggunakan insektisida yang lazim digunakan dalam program
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue adalah malathion untuk
membunuh nymuk dewasa dan temophos (abate) untuk membunuh jentik.
2. Tanpa insektisida :
a) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1X seminggu
b) Menutup tempat-tempat penampungan air rapat

12
c) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah, dan
benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

Pengobatan demam berdarah ini bila dalam tahap awal sebelum


ketempat pelayanan kesehatan yaitu dengan banyak minum dan juga minum
obat penurun panas. Bila dilakukan ditempat pelayanan kesehatan baik itu di
RS atau di Puskesmas yang ada rawat inapnya biasanya diberikan
pengobatan dengan:

1. Pemberian cairan infuse yang dilakukan untuk mencegah terjadinya


dehidrasi dan juga hemokonsentrasi yang berlebihan
2. Pemberian obat yang sesuai dengan gejala yang dirasakan pasien
seperti antipiretik untuk menurunkan demam (paracetamol)
3. Pemberian garam elektrolit (oralit) bila pasien mengeluh diare
4. Pemberian antibiotic untuk mencegah terjadi infeksi sekunder yang
bisa ditimbulkan oleh demam berdarah
5. Pemberian transfuse trombosit sesuai indikasi bila kadar trombositnya
menurun
6. Bedrest total selama perawatan dan fase demam berdarah.

2.2.8 Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau emam berdarah jika tidak segera ditangani akan
menimbulkan komplikasi adalah sebagai berikut :

1. Pendarahan
2. Kegagalan sirkulasi
3. Hepatomegali
4. Efusi pleura

2.2.9 Pemeriksaan penunjang


Laboratorium

a. Trombosit menurun
b. HB meningkat lebih 20%
c. HT meningkat lebih 20%
d. Leukosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3
e. Protein dalam darah rendah
f. Ureum PH bisa meningkat
g. NA dan CL rendah

2.2.10 Penatalaksanaan

13
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
d. Pemberian cairan melalui infuse
e. Pemberian obat-obtan; antibiotic, antipiretik
f. Antikonulsi jika terjadi kejang
g. Monitor TTV
h. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
i. Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
j. Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari

2.2.11 Patoflow Demam Berdarah Dengue

Etiologi Nyamuk Aedes Aegypti


dengan virus dengue

Mengigit manusia
Virus Dengue masuk dalam
aliran darah

Terjadi veremia

14
Suhu
meningkat Nyeri otot Hepatomegali Depresi sumsum tulang

Hipertermi
malaise Trombosit
menurun
Keringat Anoreksia
Gangguan rasa Trombositopenia
berlebihan
nyaman
Mual, muntah Kekurangan
Dehidrasi Pendarahan
volume cairan
tubuh
Defisit Perubahan nutrisi Hipovolemia
volume cairan kurang dari
Resiko syok
dan elektrolit kebutuhan tubuh
Syok

2.3 Asuhan Kperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian tahap pertama dari proses keperawatan, dimana data
dikumpulkan. Dalam proses asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan
perawat dikumpulkan dalam bentuk data. Adapun metode yang dilakukan dalam
pengkajian ; wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi,
konsultasi.

a. Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, diagnose medis.
b. Keluhan utama meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF
saat dating ke rumah sakit
c. Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utam yang merupakan keluhan
klien, data yang dikaji yang dirasakan klien saat ini.
d. Riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah menderita penyakit yang
diderita sekarang.
e. 11 pola pengkajian Gordon:
1) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

15
Menggambarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status
kesehatan dan praktek pencegahan penyakit, keamanan/proteksi,
tumbuh kembang, riwayat sakit yang lalu, perubahan status kesehatan
dalam kurun waktu tertentu
2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai konsumsi
makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan
suplemen, vitamin makanan. Masalah nafsu makan, mual, rasa panas
diperut, lapar dan haus berlebihan.

3) Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola
BAB, BAK frekwensi karakter BAB terakhir, frekwensi BAK.
4) Aktivitas – Latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan
energy, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah,
atau tempat sakit.
5) Istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekwensi dan durasi periode
istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur,
masalah yang dirasakan saat tidur.
6) Kognitif- perceptual
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori, kenyamanan
dan nyeri, fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah
dengan pengecap dan pembau, sensasi perabaan, baal, kesemutan
7) Konsep diri-persepsi diri
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran social,
kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran
8) Seksual reproduksi
Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan atau
ketidakpuasan dengan seks, orientasi seksual
9) Koping toleransi stress
Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk mengatasi
atau koping terhadap stress
10) Nilai kepercayaan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan, dan
kepercayaan berhubungan dengan pilihan membuat keputusan
kepercayaan spiritual.

16
B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake yang


tidak adekuat

3. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun.

C. Perencanaan Keperawatan

1. DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria : - Suhu tubuh antara 36 – 37

- Nyeri otot hilang

Intervensi :

a. Kaji suhu tubuh pasien

Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan


intervensi

b. Beri kompres air hangat

Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara


konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas
secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau
menggigil.

17
c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari
(sesuai toleransi)

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat

evaporasi.

d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan


mudah menyerap keringat

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis


mudah menyerap keringat dan tidak merangsang
peningkatan suhu tubuh.

e. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan


darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui


keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien.

f. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai


program.

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan


suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk
menurunkan panas tubuh pasien.

3. DP 2 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

Kriteria : - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

- Menunjukkan berat badan yang seimbang.

18
Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan

intervensi

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan


konsumsi makanan

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas


intervensi.

d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara


waktu makan

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan


meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.

Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

3.DP 3 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-


faktor pembekuan darah (trombositopeni)

Tujuan : Tidak terjadi perdarahan

Kriteria : - TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat

- Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit


meningkat.

19
Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran


pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan
tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )

Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat


menyebabkan terjadinya perdarahan.

c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika


ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis.

Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu


untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.

d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak,


pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai
ambil darah.

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

e. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari

Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat


diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan
kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.

D. Implementasi Keperawatan

Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana


keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. (NANDA, 2008)

20
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang
terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :

a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi

E. Evaluasi

Menurut NANDA, 2008 :

1. Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

2. Tidak terjadi devisit voume cairan

3. Tidak terjadi syok hipovolemik

4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

5. Tidak terjadi perdarahan

6. Ansietas berkurang/terkontrol

7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS KLIEN DAN PENANGGUNG JAWAB

a. Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 22 tahun

Agama : Islam

Suku/bangsa : Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Lr. Perdatuan Darat Rt 12 Rw 03 12 ulu, seberang ulu

No. Register : 56.93.17

Tanggal/Jam MRS : 11 Februari 2019

Tanggal Pengkajian : 12 Februari 2019

Diagnosa Medis : Demam berdarah dengue

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. R

Umur : 42 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

22
Hubungan dengan pasien : Ibu

Alamat : Lr. Perdatuan Darat Rt 12 Rw 03 12 ulu

II. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama

Pasien mengeluh demam tinggi

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan bahwa setiap pagi hari setelah bangun tidur pasien sering
merasa meriang, demam dan pada malam hari. Pasien mengatakan keluhan ini
terjadi hampir seminggu sampai akhirnya dia dibawa ke IGD RSU Bari pada
tanggal 11 Febuari 2019 pukul 21.00 WIB.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di RSU Bari dengan penyakit ISPA
pada tanggal 5 April 2017.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti Diabetes
Mellitus dan Hipertensi serta penyakit menular seperti Hepatitis dan TBC.

e. Genogram

Keterangan: = Klien
B = Perempuan
= Laki-laki
= Tinggal bersama

III. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

23
a. Nutrisi

Di Rumah : makan teratur ±2-3x sehari. Makan selalu habis dalam 1 porsi.
Pasien mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan, pasien minum
6-7 gelas ( ±1500-1700cc) setiap hari.

Di Rumah Sakit : pasien mengatakan pagi hanya makan bubur habis 1/4
porsi karena pasien merasa mual setiap kali mau makan dan sehabis makan pasien
sering muntah. Pasien minum air putih habis 4-5 gelas (1000-1200cc) setiap hari.

b. Eliminasi

Di Rumah : pasien mengatakan BAB 1x sehari pada waktu pagi dengan


konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAB.

Klien BAK ± 2-6x sehari dengan warna kuning, bau khas, dan pasien tidak ada
kesulitan dalam BAK.

Di Rumah Sakit : pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien


BAB dengan frekuensi 1x sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat kecil),
warna hitam, bau khas dan pasien mengeluh sulit untuk BAB.

Pasien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6x sehari warna kekuningan, bau khas
dan tidak ada keluhan dalam BAK.

c. Istirahat dan Tidur

Di Rumah : pasien mengatakan tidur selama 7jam mulai tidur pukul 22.00
WIB dan bangun pukul 05.00 WIB. Pasien jarang tidur siang.

Di Rumah Sakit : pasien mengatakan tidur selama 9jam mulai pukul 21.00
WIB, kalau malam sering terbangun karena suasana yang panas, pasien bangun
pukul 06.00 WIB

d. Aktifitas Fisik

24
Di Rumah : pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
orang lain maupun alat bantu.

Di Rumah Sakit : pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari


sesuai kemampuan, pasien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, pasien tidak
mengalami kesulitan dalam melakukan personal hygiene, pasien mengatakan lebih
banyak berbaring di tempat tidur karena tubuh merasa lemas.

e. Personal Hygiene

Di Rumah : pasien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, keramas 2 kali
dalam seminggu, ganti baju 1 kali sehari, dan tidak ada gangguan apapun.

Di Rumah Sakit : pasien diseka oleh keluarga 2 kali sehari yaitu pagi dan
sore dengan tidak memakai sabun.

IV. DATA PSIKOSOSIAL

a. Status Emosi

Emosi pasien stabil.

b. Konsep Diri

Body Image : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan


membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh

Self Ideal : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan
mendapat perhatian yang cukup dari keluarga

Self Eksterm : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke


rumah

Role : pasien sebagai kepala keluarga.

c. Interaksi Sosial

25
Hubungan pasien dengan perawat serta pasien lain dalam satu ruangan baik. Pasien
juga kooperatif dan dapat berinteraksi baik dengan tenaga kesehatan serta
hubungannya dengan keluarga juga baik.

d. Spiritual

Pasien beragama Islam, sebelum sakit ia taat beribadah, tetapi sekarang tidak bisa
menjalankan sholat lima waktu. Pasien hanya dapat berdoa demi kesembuhannya.

V. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum

Keadaan umum kurang

b. Kesadaran

CM (Composmentis) 4-5-6

c. Tanda-Tanda Vital

TD : 120/80 mmHg S : 38,8°C

N : 80 x/menit RR : 20 x/menit

d. Kepala

a. Kulit Kepala

Bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak ada
nyeri tekan.

b. Wajah

Bentuk wajah simetris, tidak ada luka, tidak ada edema.

c. Mata

Simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik.

d. Hidung

26
Bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan
pada hidung.

e. Telinga

Bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

f. Mulut

Bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan gusi.

h. Leher

Tidak terdapat pembesaran tiroid.

i. Dada dan Thorak

Inspeksi : bentuk simetris

Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan

Perkusi : suara jantung pekak, suara paru sonor

Auskultasi : bunyi paru vesikuler, bunyi jantung normal


(1,2)

j. Abdomen

Inspeksi : simetris, datar

Palpasi : ada nyeri tekan terhadap abdomen (ulu hati)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus ± 8x/menit

k. Ekstremitas

Ekstremitas atas : terpasang infus RL 20 tpm (tetes per


menit) pada tangan kiri, tidak terdapat oedem.

27
Ekstremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi
kelumpuhan, dan tidak oedem.

l. Genetalia

Tidak terpasang kateter.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal
Hasil pemeriksaan Hasil
pemeriksaan
Hemoglobin 16,1
Trombosit 32.000 11 Februari 2019
Hematokrit 45 %

VII. TERAPI DAN PENATALAKSANAAN

Infus RL 20 tpm (tetes per menit)

Injeksi : Cefotaxime (1gr)

Omeprazole 2x1 mg

Oral : PCT 3X1

28
VIII. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 22 Tahun

No Data Etiologi Masalah


1. Ds: Klien mengatakan Nyamuk aedes aegyti yang peningkatan suhu tubuh
Panas sejak 4 hari memiliki virus dengue
lalu
Do: Badan klien terasa Mengigit manusia
panas
TTV. TD: 120/80 mmhg Virus dengue masuk dalam
R : 20x/menit aliran darah
N : 72x/menit
S : 38.80C Terjadi veremia

Suhu meningkat

2. Ds: -klien mengatakan Nyamuk aedes aegyti yang Nutrisi kurang dari
kurang nafsu memiliki virus dengue kebutuhan tubuh
makan
Do: Klien terlihat lemah Mengigit manusia
KU: Sedang
- makan hanya 1 atau Virus dengue masuk dalam
2 suap saja aliran darah

Terjadi veremia

Suhu meningkat

Anoreksia

Mual, muntah

XI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn. A

29
Ruang : Penyakit Dalam Laki-laki No. RM : 55.02.86

Rencana Tindakan Keperawatan


No
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
.
Kriteria Hasil
1 peningkatan suhu Resiko tidak terjadi 1. Pantau tanda- 1. Untuk mengetahui
tubuh berhubungan tanda vital TTV klien juga
dengan reaksi proses Kriteria hasil : suhu khusus suhu tindakan yang tepat
infeksi virus dengue badan klien kembali dilakukan
normal. 2. anjurkan klien 2.Untuk menurunkan
Ds: Klien mengatakan untuk minum air suhu tubuh dan
Panas sejak 2 Ds: Suhu badan banyak mencegah terjadinya
hari lalu klien normal dehidrasi
Do: Badan klien teraba 3. anjurkan klien 3. Untuk
panas Do: Badan klien untuk menurunkan suhu
tidak teraba panas menggunakan tubuh dan
baju yang bisa menghindari
menyerap timbulnya penyakit
TTV. TD: 120/80 mmhg keringat lain
R : 20x/menit TTV.TD:120/80mmhg 4.kolaborasi 4. Untuk mengganti
N : 72x/menit R:16- 20x/menit dalam cairan yang keluar
S : 38.80C N:80-100x/menit pemberian terapi dari keringat dan
S : 360C obat dan cairani menurunkan panas
2 Gangguan pemenuhan Kebutuhan nutrisi 1. Kaji tanda- 1. Untuk mengetahui
nutrisi kurang dari tubuh terpenuhi. tanda vital tanda vital klien
kebutuhan tubuh 2. Berikan 2. Membantu
berhubungan dengan Kriteria hasil : klien makanan yang meningkatkan
intake yang tidak dapat memenuhi mudah ditelan asupan makanan
adekuat kebutuhan seperti bubur
nutrisinya 3. Anjurkan 3. Untuk mencegah
Ds: -klien mengatakan Ds: klien mampu klien untuk atau menghindari
merasa mual, menghabiskan makan dalam rasa mual
-klien makananya, rasa porsi sedikit dan
mengatakan mual klien hilang frekwensi sering
kurang nafsu seperti memberi
makan bubur 5 sendok
Do: Klien terlihat Do: Tidak ada tiap 15 menit
lemah keluhan mual. 4. Catat jumlah 4. untuk mengetahui
Klien telihat porsi makanan jumlah nutrisi yang
sehat yang dihabiskan masuk dalam tubuh
klien
5. kolaborasi 5. Untuk mengetahui
dalam terapi yang tepat
pemberian terapi untuk digunakan

X. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

30
Nama Pasien : Tn. A
Ruang : Penyakit Dalam Laki-laki No. RM : 55.02.86

Hari/Tanggal Diagnosa
Implementasi Evaluasi
Waktu Keperawatan
08.00 1.peningkatan 1.Memantau TTV: TD: S: Klien mengatakan suhu
120
suhu tubuh /80 mmhg badan mulai turun
berhubungan R : 20x/menit O: Suhu badan kluen teraba
dengan reaksi N : 72x/menit tidak terlalu panas
proses infeksi S : 38.80C A: Masalah belum teratasi
virus dengue P: Kaji kembali intervensi
08.30 2. Menganjurkan klien
meminum air banyak.
(klien kurang mengikuti
anjuran)
3. menganjurkan klien
09.00 menggunakan baju tipis
dan menyerap keringat.
(klien mengikuti
anjuran)

4. setelah berkolaborasi,
diberikan terapi obat
12.10 PCT 3x500 mg

13 - 02 - 2019 2. Gangguan 1. Memberikan S:Klien mengatakan mual


11.00 pemenuhan Makanan kepada klien. berkurang
nutrisi kurang (memberikan bubur) O: klien tidak terlihat mual
dari A: Masalah teratasi sebagian
kebutuhan 2. mencatat jumlah P: Kaji kembali intervensi
tubuh porsi makanan yang
berhubungan dihabiskan. (klien tidak
12.00 dengan intake menghabiskan seluruh
yang tidak makanannya hanya
½
adekuat dihabiskan porsi
makanan dari rumah
sakit)

3. Setelah berkolaborasi
dengan dokter maka
memberikan terapi
obat:
12.10 PCT 3x500mg
Omeprazole 2x1 Cap
AC
Mengganti cairan IVFD
RL 20gtt/m

31
08.00 3.Peningkatan 1.Mengkaji TTV: TD: S: Klien mengatakan panas
110
suhu tubuh /90 mmhg berkurang
berhubungan R : 20x/menit O: Suhu badan klien teraba
dengan reaksi N : 72x/menit tidak terlalu panas
proses infeksi S : 38.60C A: Masalah teratasi sebagian
virus dengue P: Kaji kembali intervensi
08.30 2. Menganjurkan klien
meminum air banyak.
(klien mulai mengikuti
anjuran dengan
meminum air meski
hanya sedikit)
3. Setelah berkolaborasi
dengan dokter maka
12.10 memberikan terapi
obat:
PCT 3x500mg
Omeprazole 2x1 Cap
AC

14.00 4.peningkatan 1.Mengkaji TTV: TD: S: Klien mengatakan badan


110
suhu tubuh /80 mmhg tidak panas
berhubungan R : 20x/menit O: Suhu badan klien kembali
dengan reaksi N : 68x/menit normal
proses infeksi S : 36.30C A: Masalah teratasi
virus dengue P:Intervensi dihentikan
2. Menganjurkan klien
untuk tetap meminum
air banyak.
(klien sepenuhnya
mengikuti anjuran yang
disampaikan)
3. Menghentikan atau
melepaskan cairan
IVFD RL 20gtt/m dan
terapi obat

BAB IV
PEMBAHASAN

32
Dalam makalah ini akan dibahas masalah perawatan pada pasien Tn.A dengan DBD serta
hubungan tindakan pemasangan infus pada pasien DBD.

A. Pengkajian
Pengkajian data dilakukan pada tanggal 12 Februari 2019. Mendapatkan hasil mengenai
kesehatan Tn.A dengan DBD, pengkajian yang kami lakukan pada pasien ternyata memiliki
kesamaan dengan pengkajian secara teoritis.

B. Diagnosa
Diagnosa pada pasien DBD didapatkan sebagai berikut :
1. Hipertermi berhubungan dengan virus dengue
2.. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

C. Intervensi
Berdasarkan diagnosa diatas rencana perawatan yang akan dilakukan
adalah :
1) Melakukan pengkajian kenaikan suhu tubuh dan memberikan terapi obat sesuai dengan
anjuran dokter
2) Memastikan pasien tidak kekurangan nutrisi dengan cara memberikan makanan yang
sudah terkonsultasikan dengan ahli gizi

D. Implementasi
Tindakan yang dilaksanakan kelompok kami telah sesuai dengan rencana perawatan yang
ditetapkan.Sebelum melakukan tindakan kami membuat rencana dan setiap berinteraksi
dengan pasien kami mengevaluasi kesadaran dan keadaan umum pasien.

E. Evaluasi
Semua masalah yang muncul dari kasus Demam Berdarah Dengue teratasi dengan evaluasi
teoritis.

BAB V
PENUTUP

Bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil pelaksanaan di
ruang rawat inap RSUD Palembang BARI tahun 2019 adapun hasilnya adalah :

5.1 Kesimpulan

33
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn. A dengan
masalah Demam Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
2. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa pada pasien Tn. A dengan masalah Demam
Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
3. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan pada pasien Tn. A dengan
masalah Demam Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
4. Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien Tn. A dengan
masalah Demam Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada pasien Tn. A dengan masalah Demam
Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.

5.2 Saran

1. Poltekkes Kemenkes Palembang


Sebagai bahan rujukan tentang praktik yang dilaksanakan di RSUD
Palembang BARI dan literatur sastra bagi kegiatan praktik klinik keperawatan
berikutnya, sebagai dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian.
2. RSUD Palembang BARI
Memfasilitasi dan bekerja sama dengan tim kasie keperawatan, praktikum
asuhan keperawatan dan format pelaksanaan ronde rawat inap, melakukan supervisi
terhadap pengetahuan tentang keperawatan.

3. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang


Sebagai bahan pembelajaran tentang praktik yang dilaksanakan di RSUD
Palembang BARI dan dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian.
4. Ruangan Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki RSUD Palembang BARI
Memberikan motivasi secara terus terjadwal kepada perawat ruangan tentang
pemberian asuhan keperawatan di ruangan perawatan penyakit dalam laki-laki
RSUD Palembang BARI.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati ER, Sunarsih T. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.


Yogyakarta : Nuha Medika
Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medical Bedah), alih
bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC
Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Perawatan Anak, alih bahasa: Monica. Jakarta:
EGC
Enykus. 2003. Keterampilan Dasar dan Prosedur Perawatan Dasar. Semarang: Kilat Press

Firman Syah, Lutvian. Terapi intravena. 25 Januari 2019. http://repository.ump.


ac.id/959/3/LUTVIAN%20FIRMAN%20SYAH%20BAB%20II.pdf
Hidayat, A.Aziz Alimul. Uliyah, Musrifatul. 2008 . Keterampilan Dasar Praktik
Klinik .Jakarta : Salemba Medika

Kementrian Kesehatan RI. “Situasi Penyakit Demam Berdarah Di Indonesia Tahun


2017”.20 Januari 2019.http://www.depkes.go.id/resources/download/
pusdatin/infodatin/InfoDatin-Situasi-Demam-Berdarah-Dengue.Pdf.
Robert Priraharjo. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
WHO. 2014. Dengue and severe Dengue. From World Health
Organization.https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-
dengue.

35
Yuni kusmiati. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan. Yogyakarta:
Fitramaya

LAMPIRAN

Konsep Pemasangan infus

Pengertian

Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering dilakukan
sebagai tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan untuk memasukkan bahan-bahan
larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan efek pengobatan
secara cepat. Bahan yang dimasukkan dapat berupa darah, cairan atau obat-obatan. Istilah
khusus untuk infus darah adalah transfusi darah

Indikasi

Indikasi infus adalah menggantikan cairan yang hilang akibat perdarahan, dehidrasi
karena panas atau akibat suatu penyakit, kehilangan plasma akibat luka bakar yang luas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan pemasangan infus adalah:
a. Sterilitas:
Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan infeksi
lokal pada daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke dalam pembuluh darah
mengakibatkan bakteremia dan sepsis. Beberapa hal perlu diperhatikan untuk
mempertahankan standard sterilitas tindakan, yaitu :

36
1) Tempat tusukan harus disucihamakan dengan pemakaian desinfektan
(golongan iodium, alkohol 70%).
2) Cairan, jarum dan infus set harus steril.
3) Pelaku tindakan harus mencuci tangan sesuai teknik aseptik dan antiseptik.
4) Tempat penusukan dan arah tusukan harus benar. Pemilihan tempat juga
mempertimbangkan besarnya vena. Pada orang dewasa biasanya vena yang
dipilih adalah vena superficial di lengan dan tungkai, sedangkan anak-anak
dapat juga dilakukan di daerah frontal kepala.

Gambar 1. Memlilih Lokasi Pemasangan Infus

b. Fiksasi :
Fiksasi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau tercabut.
Apabila kanula mudah bergerak maka ujungnya akan menusuk dinding vena
bagian dalam sehingga terjadi hematom atau trombosis.
c. Pemilihan cairan infus :
Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pemberian
cairan.
d. Kecepatan tetesan cairan :

37
Kecepatan tetesan cairan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa volume tetesan tiap set infus satu dengan yang lain
tidak selalu sama dan perlu dibaca petunjuknya.

e. Selang infus dipasang dengan benar, lurus, tidak melengkung, tidak


terlipat atau terlepas sambungannya.
f. Hindari sumbatan pada bevel jarum/kateter intravena. Hati-hati pada
penggunaan kateter intravena berukuran kecil karena lebih mudah
tersumbat.
g. Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang berkelok
atau mengalami spasme.
h. Lakukan evaluasi secara periodik terhadap jalur intravena yang sudah
terpasang.

Prosedur Pemasangan Infus

Persiapan Alat:

1. Cairan yang diperlukan, sesuaikan cairan dengan kebutuhan pasien.


2. Saluran infus (infus set) : infus set dilengkapi dengan saluran infus, penjepit
selang infus untuk mengatur kecepatan tetesan.
Jenis infus set berdasarkan penggunaannya :
- Macro drip set
- Micro drip set
- Tranfusion Set

3. Kateter intravena (IV catheter) :

38
4. Desinfektan : kapas alkohol, larutan povidone iodine 10%
5. Kassa steril, plester, kassa pembalut
6. Torniquet
7. Gunting
8. Bengkok
9. Tiang infus
10. Perlak kecil
11. Bidai, jika diperlukan (untuk pasien anak)
12. Sarung tangan steril yang tidak mengandung bedak
13. Masker
14. Tempat sampah medis

Persiapan klien :

1) Perkenalkan diri dan lakukan validasi nama pasien.


2) Beritahukan pada penderita (atau orang tua penderita) mengenai tujuan dan prosedur
tindakan, minta informed consent dari pasien atau keluarganya.
3) Pasien diminta berbaring dengan posisi senyaman mungkin.
4) Mengidentifikasi vena yang akan menjadi lokasi pemasangan infus :
a) Pilih lengan yang jarang digunakan oleh pasien (tangan kiri bila pasien tidak
kidal, tangan kanan bila pasien kidal).
b) Bebaskan tempat yang akan dipasang infus dari pakaian yang menutupi.
c) Lakukan identifikasi vena yang akan ditusuk.

Prosedur tindakan :

1. Alat-alat yang sudah disiapkan dibawa ke dekat penderita di tempat yang mudah
dijangkau oleh dokter/ petugas. Dilihat kembali apakah alat, obat dan cairan yang
disiapkan sudah sesuai dengan identitas atau kebutuhan pasien.
2. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada klien.
4. Menanyakan apakah klien setuju dengan tindakan yang akan dilakukan.

39
5. Perlak dipasang di bawah anggota tubuh yang akan dipasang infus.
6. Memasang infus set pada kantung infuse
7. Cucilah tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk bersih dan kering.
8. Lengan penderita bagian proksimal dibendung dengan torniket.
9. Kenakan sarung tangan steril, kemudian lakukan desinfeksi daerah tempat suntikan
10. Jarum diinsersikan ke dalam vena dengan bevel jarum menghadap ke atas,
membentuk sudut 30-40o terhadap permukaan kulit.
11. Bila jarum berhasil masuk ke dalam lumen vena, akan terlihat darah mengalir
keluar.
Turunkan kateter sejajar kulit.
12. Tarik jarum tajam dalam kateter vena (stylet) kira-kira 1 cm ke arah luar untuk
membebaskan ujung kateter vena dari jarum tidak melukai dinding vena bagian
dalam. Dorong kateter vena sejauh 0.5 – 1 cm untuk menstabilkannya.
13. Tarik stylet keluar sampai ½ panjang stylet. Lepaskan ujung jari yang memfiksasi
bagian proksimal vena. Dorong seluruh bagian kateter vena yang berwarna putih
ke dalam vena. Torniket dilepaskan. Angkat keseluruhan stylet dari dalam kateter
vena.
14. Pasang infus set atau blood set yang telah terhubung ujungnya dengan kantung
infus atau kantung darah.
15. Penjepit selang infus dilonggarkan untuk melihat kelancaran tetesan
16. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit menggunakan plester.
17. Tetesan diatur sesuai dengan kebutuhan.
18. Jarum dan tempat suntikan ditutup dengan kasa steril dan fiksasi dengan plester.
19. Setelah selesai bereskan alat-alat.
20. Lepaskan handscoon
21. Cuci tangan
22. Mengucapkan salam.

40

Anda mungkin juga menyukai