PENDAHULUAN
1
kabupaten/kota (90,08%) menjadi 433 kabupaten/kota (84,24%) pada tahun 2017.
Selama periode tahun 2010 sampai tahun 2016 terlihat jumlah kabupatten/kota
terjangkit DBD mengalami kenaikan, namun mulai menurun pada tahun 2017.
(Kemenkes RI, 2018).
Dengue
Dengue
Dengue
2
4. Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien Demam
Berdarah Dengue
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Profil RSUD Palembang BARI
2.1.1 Selayang Pandang
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang
pemerintah daerah dibidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu-satunya
rumah sakit milik pemerintah kota Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI terletak di jalan Panca Usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu
Kecamatan Seberang Ulu 1 dan berdiri diatas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati.
Sejak tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari jalan Jakabaring menuju RSUD
Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.
- Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika
dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan
dan pelatihan di indonesia.
- Motto
Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagian kami.
- Tujuan
1. Mengoptimal pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar mutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
3. Menciptakan pelayanan kesehatan dan berkualitas dan mampu bersaing
di era pasar bebas.
4. Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten dibidangnya.
5. Menyelenggarakan manajemen pengelolahan rumah sakit yang kondusif
dan profesional.
2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah Berdirinya
1. Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung Poli Klinik/ Puskesmas Panca Usaha.
4
2. Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada tanggal 19
Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK
Depkes Nomor 1326/Menkes/XI/1997, dan tanggal 10 November 1997
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI Kelas
C.
3. Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 Tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Dasar kepada RSUD Palembang BARI,
tanggal 7 November 2003.
4. Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/I3/334/08 tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada RSUD Palembang BARI,
tanggal 5 November 2008.
5. Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI
berdasarkan keputusan Wali Kota Palembang No.915B Tahun 2008
tentang penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang
yang merupakan pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara
penuh.
6. Kemudiandengan SK Depkes Nomor 241/Menkes/SK/IV/2009, tanggal
2 April 2009 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B.
7. KAKS-SERT/363/5/2012 tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat
Lengkap kepada RSUD Palembang BARI tanggal 25 Januari 2012.
5
2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan
2.1.4.1 Fasilitas
1. Instalasi Gawat Darurat 24 Jam
2. Farmasi / Apotek 24 Jam
3. Rawat Jalan / Poliklinik
4. Rawat Inap
5. Bedah Sentral
6. Rehabilitasi Medik
7. Radiologi 24 jam
8. Laboratorium Klinik 24 Jam
9. Patologi Anatomi
10. Bank Darah
11. Hemodialisa
12. Medical Check Up
13. ECG / EEG
14. USG 4 Dimensi
15. Endoscopy
16. Kamar Jenazah
17. CT Scan 64 Slices
6
3. erawatan Penyakit Dalam Perempuan
4. Perawatan Penyakit Dalam Laki-laki
5. Perawatan Anak
6. Perawatan Bedah
7. Perawatan ICU
8. Perawatan Kebidanan
9. Perawatan Neonatus/Nicu/Picu
7
empat tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada demam berdarah dengue
terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
(WHO,2014)
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah
system sirkulasi. System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan
dan oksigen dari traktus distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu,
system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolism dari
sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi pembuluh
darah, dan darah.
1. Jantung.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak
runcing yang disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada
sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan VI
dua jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut
jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar
genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluru bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri
yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri
ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan
terdiri dari 3 lapisan.
8
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri
pulmonalis, garis tengahnya kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai
cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya
akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler). Arteri mendapat darah
dari darah yang mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima.
Sedangkan untuk lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah
yang disebut vasa vasorum.
b. Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung.
Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh darah yang
menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena
kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya untuk mencegah
darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya besar
diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai
cabang tang lebih kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi
kapiler.
c. Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah
yang sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu;
rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada
umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen itu dindingnya sangat tipis
maka plasma dan zat makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar
sel.
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut
plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah keadaannya
tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya.
Darah yang banyak mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya
oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna
pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat
atau orang dewasa terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-
9
kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama,
bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Fungsi darah: 1. Sebagai alat pengangkut
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan
racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan
antibody/zat-zat antiracun.
3. Mengatur panas keselurh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel dara terdapat tiga tempat yaitu: sumsung tulang,
hepar, dan limpa.(Sumber : marrieb, 2013)
2.2.3 Etiologi
2.2.4 Patofisiologi
10
Virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
pertama-tama terjadi veremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati, dan
pembesaran limpa.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan
depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut
akan menyebabkan pendarahan kaena gangguan trombosit dan kelainan
koagulasi dan sampai pada pendarahan kelenjar adrenalin .
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunya volume plasma. Terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathasis hemorahagic renjatan pasti terjadi secara akut.
Adanya kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura dan pericardium yang pada otopsi tenyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infuse.
Jika renjatan atau syok, hipovelmik berlangsung lama akan timbul anoreksia
jaringan metabolic dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
( Sumber : Surjana, 2010).
2.2.5 Klasifikasi
Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitannya
dengan pengelolarhan dan prognosis, (WHO) membagi DBD dalam 4 derajat, yaiu:
1. derajat 1
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
manifestasi pendarahan adaalh tes toniquet positif.
2. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai pendarahan spontan pada kulit atau pendarahan lain.
1. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah, gelisa, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
4. Derajat 4
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
11
Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinik, yaitu: demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapai 400C atau lebih dan terkadang disertai dengan
kejang, demam, sakit kepala,anoreksia, mual muntah, epigastrik, discomfort, nyeri
perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan pendarahan, terutama pendarahan
kulit, walaupun hanya berupa uji tourniquet positif. Selain itu, pendarahan kulit
dapat terwujud memar atau juga berupa pendarahan spontan mulai dari petekie pada
ektremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan pendarahan gusi. Sementara
pendarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi
pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat
teratasi. Pendarahan lain seperti pendarahan sub konjungtiva terkadang juga
ditemukan. Pada masa konvalisen seringkali ditemukan eritema pada telapak kaki
dan hepatomegali. Hepatomegali biasanya dapat diraba pada permukaan penyakit
dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan
seringkali ditemukan tanpa ikters maupun kegagalan pendarahan.
12
c) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah, dan
benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
2.2.8 Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau emam berdarah jika tidak segera ditangani akan
menimbulkan komplikasi adalah sebagai berikut :
1. Pendarahan
2. Kegagalan sirkulasi
3. Hepatomegali
4. Efusi pleura
a. Trombosit menurun
b. HB meningkat lebih 20%
c. HT meningkat lebih 20%
d. Leukosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3
e. Protein dalam darah rendah
f. Ureum PH bisa meningkat
g. NA dan CL rendah
2.2.10 Penatalaksanaan
13
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
d. Pemberian cairan melalui infuse
e. Pemberian obat-obtan; antibiotic, antipiretik
f. Antikonulsi jika terjadi kejang
g. Monitor TTV
h. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
i. Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
j. Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari
Mengigit manusia
Virus Dengue masuk dalam
aliran darah
Terjadi veremia
14
Suhu
meningkat Nyeri otot Hepatomegali Depresi sumsum tulang
Hipertermi
malaise Trombosit
menurun
Keringat Anoreksia
Gangguan rasa Trombositopenia
berlebihan
nyaman
Mual, muntah Kekurangan
Dehidrasi Pendarahan
volume cairan
tubuh
Defisit Perubahan nutrisi Hipovolemia
volume cairan kurang dari
Resiko syok
dan elektrolit kebutuhan tubuh
Syok
a. Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, diagnose medis.
b. Keluhan utama meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF
saat dating ke rumah sakit
c. Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utam yang merupakan keluhan
klien, data yang dikaji yang dirasakan klien saat ini.
d. Riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah menderita penyakit yang
diderita sekarang.
e. 11 pola pengkajian Gordon:
1) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
15
Menggambarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status
kesehatan dan praktek pencegahan penyakit, keamanan/proteksi,
tumbuh kembang, riwayat sakit yang lalu, perubahan status kesehatan
dalam kurun waktu tertentu
2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai konsumsi
makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan
suplemen, vitamin makanan. Masalah nafsu makan, mual, rasa panas
diperut, lapar dan haus berlebihan.
3) Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola
BAB, BAK frekwensi karakter BAB terakhir, frekwensi BAK.
4) Aktivitas – Latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan
energy, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah,
atau tempat sakit.
5) Istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekwensi dan durasi periode
istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur,
masalah yang dirasakan saat tidur.
6) Kognitif- perceptual
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori, kenyamanan
dan nyeri, fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah
dengan pengecap dan pembau, sensasi perabaan, baal, kesemutan
7) Konsep diri-persepsi diri
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran social,
kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran
8) Seksual reproduksi
Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan atau
ketidakpuasan dengan seks, orientasi seksual
9) Koping toleransi stress
Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk mengatasi
atau koping terhadap stress
10) Nilai kepercayaan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan, dan
kepercayaan berhubungan dengan pilihan membuat keputusan
kepercayaan spiritual.
16
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
Intervensi :
17
c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari
(sesuai toleransi)
evaporasi.
18
Intervensi :
intervensi
19
Intervensi :
D. Implementasi Keperawatan
20
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang
terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi
E. Evaluasi
6. Ansietas berkurang/terkontrol
7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
22
Hubungan dengan pasien : Ibu
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan bahwa setiap pagi hari setelah bangun tidur pasien sering
merasa meriang, demam dan pada malam hari. Pasien mengatakan keluhan ini
terjadi hampir seminggu sampai akhirnya dia dibawa ke IGD RSU Bari pada
tanggal 11 Febuari 2019 pukul 21.00 WIB.
Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di RSU Bari dengan penyakit ISPA
pada tanggal 5 April 2017.
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti Diabetes
Mellitus dan Hipertensi serta penyakit menular seperti Hepatitis dan TBC.
e. Genogram
Keterangan: = Klien
B = Perempuan
= Laki-laki
= Tinggal bersama
23
a. Nutrisi
Di Rumah : makan teratur ±2-3x sehari. Makan selalu habis dalam 1 porsi.
Pasien mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan, pasien minum
6-7 gelas ( ±1500-1700cc) setiap hari.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan pagi hanya makan bubur habis 1/4
porsi karena pasien merasa mual setiap kali mau makan dan sehabis makan pasien
sering muntah. Pasien minum air putih habis 4-5 gelas (1000-1200cc) setiap hari.
b. Eliminasi
Klien BAK ± 2-6x sehari dengan warna kuning, bau khas, dan pasien tidak ada
kesulitan dalam BAK.
Pasien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6x sehari warna kekuningan, bau khas
dan tidak ada keluhan dalam BAK.
Di Rumah : pasien mengatakan tidur selama 7jam mulai tidur pukul 22.00
WIB dan bangun pukul 05.00 WIB. Pasien jarang tidur siang.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan tidur selama 9jam mulai pukul 21.00
WIB, kalau malam sering terbangun karena suasana yang panas, pasien bangun
pukul 06.00 WIB
d. Aktifitas Fisik
24
Di Rumah : pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
orang lain maupun alat bantu.
e. Personal Hygiene
Di Rumah : pasien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, keramas 2 kali
dalam seminggu, ganti baju 1 kali sehari, dan tidak ada gangguan apapun.
Di Rumah Sakit : pasien diseka oleh keluarga 2 kali sehari yaitu pagi dan
sore dengan tidak memakai sabun.
a. Status Emosi
b. Konsep Diri
Self Ideal : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan
mendapat perhatian yang cukup dari keluarga
c. Interaksi Sosial
25
Hubungan pasien dengan perawat serta pasien lain dalam satu ruangan baik. Pasien
juga kooperatif dan dapat berinteraksi baik dengan tenaga kesehatan serta
hubungannya dengan keluarga juga baik.
d. Spiritual
Pasien beragama Islam, sebelum sakit ia taat beribadah, tetapi sekarang tidak bisa
menjalankan sholat lima waktu. Pasien hanya dapat berdoa demi kesembuhannya.
V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
CM (Composmentis) 4-5-6
c. Tanda-Tanda Vital
N : 80 x/menit RR : 20 x/menit
d. Kepala
a. Kulit Kepala
Bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak ada
nyeri tekan.
b. Wajah
c. Mata
d. Hidung
26
Bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan
pada hidung.
e. Telinga
f. Mulut
Bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan gusi.
h. Leher
j. Abdomen
Perkusi : timpani
k. Ekstremitas
27
Ekstremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi
kelumpuhan, dan tidak oedem.
l. Genetalia
Tanggal
Hasil pemeriksaan Hasil
pemeriksaan
Hemoglobin 16,1
Trombosit 32.000 11 Februari 2019
Hematokrit 45 %
Omeprazole 2x1 mg
28
VIII. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 22 Tahun
Suhu meningkat
2. Ds: -klien mengatakan Nyamuk aedes aegyti yang Nutrisi kurang dari
kurang nafsu memiliki virus dengue kebutuhan tubuh
makan
Do: Klien terlihat lemah Mengigit manusia
KU: Sedang
- makan hanya 1 atau Virus dengue masuk dalam
2 suap saja aliran darah
Terjadi veremia
Suhu meningkat
Anoreksia
Mual, muntah
29
Ruang : Penyakit Dalam Laki-laki No. RM : 55.02.86
30
Nama Pasien : Tn. A
Ruang : Penyakit Dalam Laki-laki No. RM : 55.02.86
Hari/Tanggal Diagnosa
Implementasi Evaluasi
Waktu Keperawatan
08.00 1.peningkatan 1.Memantau TTV: TD: S: Klien mengatakan suhu
120
suhu tubuh /80 mmhg badan mulai turun
berhubungan R : 20x/menit O: Suhu badan kluen teraba
dengan reaksi N : 72x/menit tidak terlalu panas
proses infeksi S : 38.80C A: Masalah belum teratasi
virus dengue P: Kaji kembali intervensi
08.30 2. Menganjurkan klien
meminum air banyak.
(klien kurang mengikuti
anjuran)
3. menganjurkan klien
09.00 menggunakan baju tipis
dan menyerap keringat.
(klien mengikuti
anjuran)
4. setelah berkolaborasi,
diberikan terapi obat
12.10 PCT 3x500 mg
3. Setelah berkolaborasi
dengan dokter maka
memberikan terapi
obat:
12.10 PCT 3x500mg
Omeprazole 2x1 Cap
AC
Mengganti cairan IVFD
RL 20gtt/m
31
08.00 3.Peningkatan 1.Mengkaji TTV: TD: S: Klien mengatakan panas
110
suhu tubuh /90 mmhg berkurang
berhubungan R : 20x/menit O: Suhu badan klien teraba
dengan reaksi N : 72x/menit tidak terlalu panas
proses infeksi S : 38.60C A: Masalah teratasi sebagian
virus dengue P: Kaji kembali intervensi
08.30 2. Menganjurkan klien
meminum air banyak.
(klien mulai mengikuti
anjuran dengan
meminum air meski
hanya sedikit)
3. Setelah berkolaborasi
dengan dokter maka
12.10 memberikan terapi
obat:
PCT 3x500mg
Omeprazole 2x1 Cap
AC
BAB IV
PEMBAHASAN
32
Dalam makalah ini akan dibahas masalah perawatan pada pasien Tn.A dengan DBD serta
hubungan tindakan pemasangan infus pada pasien DBD.
A. Pengkajian
Pengkajian data dilakukan pada tanggal 12 Februari 2019. Mendapatkan hasil mengenai
kesehatan Tn.A dengan DBD, pengkajian yang kami lakukan pada pasien ternyata memiliki
kesamaan dengan pengkajian secara teoritis.
B. Diagnosa
Diagnosa pada pasien DBD didapatkan sebagai berikut :
1. Hipertermi berhubungan dengan virus dengue
2.. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
C. Intervensi
Berdasarkan diagnosa diatas rencana perawatan yang akan dilakukan
adalah :
1) Melakukan pengkajian kenaikan suhu tubuh dan memberikan terapi obat sesuai dengan
anjuran dokter
2) Memastikan pasien tidak kekurangan nutrisi dengan cara memberikan makanan yang
sudah terkonsultasikan dengan ahli gizi
D. Implementasi
Tindakan yang dilaksanakan kelompok kami telah sesuai dengan rencana perawatan yang
ditetapkan.Sebelum melakukan tindakan kami membuat rencana dan setiap berinteraksi
dengan pasien kami mengevaluasi kesadaran dan keadaan umum pasien.
E. Evaluasi
Semua masalah yang muncul dari kasus Demam Berdarah Dengue teratasi dengan evaluasi
teoritis.
BAB V
PENUTUP
Bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil pelaksanaan di
ruang rawat inap RSUD Palembang BARI tahun 2019 adapun hasilnya adalah :
5.1 Kesimpulan
33
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn. A dengan
masalah Demam Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
2. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa pada pasien Tn. A dengan masalah Demam
Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
3. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan pada pasien Tn. A dengan
masalah Demam Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
4. Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien Tn. A dengan
masalah Demam Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada pasien Tn. A dengan masalah Demam
Berdarah Dengue di ruang Perawatan Penyakit Dalam Laki-Laki Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
5.2 Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Yuni kusmiati. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan. Yogyakarta:
Fitramaya
LAMPIRAN
Pengertian
Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering dilakukan
sebagai tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan untuk memasukkan bahan-bahan
larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan efek pengobatan
secara cepat. Bahan yang dimasukkan dapat berupa darah, cairan atau obat-obatan. Istilah
khusus untuk infus darah adalah transfusi darah
Indikasi
Indikasi infus adalah menggantikan cairan yang hilang akibat perdarahan, dehidrasi
karena panas atau akibat suatu penyakit, kehilangan plasma akibat luka bakar yang luas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan pemasangan infus adalah:
a. Sterilitas:
Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan infeksi
lokal pada daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke dalam pembuluh darah
mengakibatkan bakteremia dan sepsis. Beberapa hal perlu diperhatikan untuk
mempertahankan standard sterilitas tindakan, yaitu :
36
1) Tempat tusukan harus disucihamakan dengan pemakaian desinfektan
(golongan iodium, alkohol 70%).
2) Cairan, jarum dan infus set harus steril.
3) Pelaku tindakan harus mencuci tangan sesuai teknik aseptik dan antiseptik.
4) Tempat penusukan dan arah tusukan harus benar. Pemilihan tempat juga
mempertimbangkan besarnya vena. Pada orang dewasa biasanya vena yang
dipilih adalah vena superficial di lengan dan tungkai, sedangkan anak-anak
dapat juga dilakukan di daerah frontal kepala.
b. Fiksasi :
Fiksasi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau tercabut.
Apabila kanula mudah bergerak maka ujungnya akan menusuk dinding vena
bagian dalam sehingga terjadi hematom atau trombosis.
c. Pemilihan cairan infus :
Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pemberian
cairan.
d. Kecepatan tetesan cairan :
37
Kecepatan tetesan cairan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa volume tetesan tiap set infus satu dengan yang lain
tidak selalu sama dan perlu dibaca petunjuknya.
Persiapan Alat:
38
4. Desinfektan : kapas alkohol, larutan povidone iodine 10%
5. Kassa steril, plester, kassa pembalut
6. Torniquet
7. Gunting
8. Bengkok
9. Tiang infus
10. Perlak kecil
11. Bidai, jika diperlukan (untuk pasien anak)
12. Sarung tangan steril yang tidak mengandung bedak
13. Masker
14. Tempat sampah medis
Persiapan klien :
Prosedur tindakan :
1. Alat-alat yang sudah disiapkan dibawa ke dekat penderita di tempat yang mudah
dijangkau oleh dokter/ petugas. Dilihat kembali apakah alat, obat dan cairan yang
disiapkan sudah sesuai dengan identitas atau kebutuhan pasien.
2. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada klien.
4. Menanyakan apakah klien setuju dengan tindakan yang akan dilakukan.
39
5. Perlak dipasang di bawah anggota tubuh yang akan dipasang infus.
6. Memasang infus set pada kantung infuse
7. Cucilah tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk bersih dan kering.
8. Lengan penderita bagian proksimal dibendung dengan torniket.
9. Kenakan sarung tangan steril, kemudian lakukan desinfeksi daerah tempat suntikan
10. Jarum diinsersikan ke dalam vena dengan bevel jarum menghadap ke atas,
membentuk sudut 30-40o terhadap permukaan kulit.
11. Bila jarum berhasil masuk ke dalam lumen vena, akan terlihat darah mengalir
keluar.
Turunkan kateter sejajar kulit.
12. Tarik jarum tajam dalam kateter vena (stylet) kira-kira 1 cm ke arah luar untuk
membebaskan ujung kateter vena dari jarum tidak melukai dinding vena bagian
dalam. Dorong kateter vena sejauh 0.5 – 1 cm untuk menstabilkannya.
13. Tarik stylet keluar sampai ½ panjang stylet. Lepaskan ujung jari yang memfiksasi
bagian proksimal vena. Dorong seluruh bagian kateter vena yang berwarna putih
ke dalam vena. Torniket dilepaskan. Angkat keseluruhan stylet dari dalam kateter
vena.
14. Pasang infus set atau blood set yang telah terhubung ujungnya dengan kantung
infus atau kantung darah.
15. Penjepit selang infus dilonggarkan untuk melihat kelancaran tetesan
16. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit menggunakan plester.
17. Tetesan diatur sesuai dengan kebutuhan.
18. Jarum dan tempat suntikan ditutup dengan kasa steril dan fiksasi dengan plester.
19. Setelah selesai bereskan alat-alat.
20. Lepaskan handscoon
21. Cuci tangan
22. Mengucapkan salam.
40