Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU GIZI KESEHATAN

MASYARAKAT

PENGUKURAN ANTROPOMETRI 2

Oleh:
AMELIA INDRIA PUTRI
J410191189/B

Pengampu :
Windi Wulandari, S.KM, M.PH

Asisten:
Annisa Fauziah Dwi Andari, S.KM

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. JUDUL
Pengukuran Antropometri 2

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengukuran tebal lipatan kulit (% body fat)
2. Untuk mengetahui pengukuran Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul
(WHR)

C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi
masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode
antropometri, disamping itu pula, kegiatan penapisan status gizi
masyarakat selalu menggunakan metode tersebut. Antropometri
merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal, tidak
mahal, dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian,
dan komposisi dari tubuh manusia. Antropometri dapat mencerminkan
kesehatan dan kesejahteraan dari individu dan populasi, serta untuk
memprediksi performa, kesehatan, dan daya tahan hidup (Supariasa,
2012).
Antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan juga secara
klinis yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial
dari individu dan populasi. Aplikasi antropometri mencakup berbagai
bidang karena dapat dipakai untuk menilai status pertumbuhan, status
gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga, militer, teknik dan
lanjut usia.Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai
ukuran tubuh manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk
menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan,
tinggi badan dan ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas,
lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkaran perut serta lingkaran
pinggul.
2. Tinjauan Teori
a. Antropometri
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran
tubuh manusia dan digunakan untuk menilai status gizi, ukuran yang
sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan, selain itu juga
ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak
bawah kulit, tinggi lutut, lingkar perut, lingkar pinggul. Ukuran-
ukuran antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk menentukan
status gizi dibanding baku atau berupa indeks dengan
membandingkan dengan ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB, dan
TB/U (Sandjaja,2009). Antropometri sangat umum digunakan untuk
mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan
protein dan energi. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu:
pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi
pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak.
Adapun beberapa syarat yang mendasari penggunaan
antropometri menurut Supariasa (2012):
1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar
lengan atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat
dibuat sendiri dirumah.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan
objektif.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus
professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak
memerlukan bahan-bahan lainnya.
5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas
(cut off points) dan baku rujukan yang sudah pasti.
6. Secara ilmiah diakui kebenaraya.
Di samping keunggulan metode antropometri tersebut, terdapat
pula beberapa kelemahan seperti :
1. Tidak sensitif, Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam
waktu singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi
tertentu seperti Zinc dan Fe.
2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan
energi) dapat menurukan spesifitas dan sensifitas pengukuran
antropometri.
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran
antropometri gizi
Pada praktikum antropometri 2 ini penilaian status gizi diukur
berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dan % Lingkar Lengan Atas
(LILA). Berikut adalah interpretasi dari masing-masing parameter
penilaian status gizi sesorang.

b. IMT (Indeks Masa Tubuh)


IMT (Indeks Masa Tubuh) IMT merupakan alat yang sangat
sederhana untuk memantau status gizi orang khususnya yang
berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang
dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. IMT berguna
sebagai indikator untuk menentukan adanya indikasi kasus KEK
(Kurang Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas). IMT dihitung
dengan pemberian berat badan oleh tinggi badan pangkat dua.
Tabel 1. Kategori IMT Menurut Riskesdas 2007
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tigkat ringat 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
c. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran lingkar lengan atas dapat memberikan gambaran
tentang keadaan jaringan otot dan lapisan bawah kulit. Lingkar
lengan atas biasanya digunakan untuk mengidentifikasi adanya
malnutrisi pada anak-anak. Pada ibu hamil lingkar lengan atas
digunakan untuk memprediksi kemungkinan bayi yang dilahirkan
berat badan lahir rendah. Pengukuran lingkar lengan atas dapat
menentukan apakah seseorang menderita KEK atau tidak
(Hartono,2008). LILA < 23,5 maka beresiko terkena KEK.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) adalah keadaan dimana remaja putri mempunyai
kecenderungan menderita KEK.
Tabel 2. Klasifikasi LILA
Kategori % LILA
Obesitas > 120%
Overweight 110 – 120%
Normal 90 – 110%
Underweight < 90%

d. RLPP (Rasio Lingkar Pinggang Panggul)


WHR adalah suatu metode sederhana untuk mengetahui obesitas
sentral pada orang dewasa dengan mengukur distribusi jaringan
lemak pada tubuh terutama bagian pinggang dengan
membandingkan antara ukuran lingkar pinggang dengan lingkar
perut. Obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko yang erat
kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif (Sandjaja, 2009).
Lingkar pinggang adalah ukuran antropometri yang dapat digunakan
untuk menentukan obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik
yaitu ≥ 90 cm untuk pria,dan ≥ 80 cm untuk wanita.
Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna untuk
menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolik yang terkait.
Lingkar pinggang berkorelasi kuat dengan obesitas sentral dan risiko
kardiovaskular. Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi
obesitas sentral dan sindroma metabolik dengan ketepatan yang
cukup tinggi dibandingkan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar
panggul. Bila lingkar pinggang dan kadar trigliserida untuk
mendeteksi sindroma metabolik, ditemukan lingkar pinggang ≥ 90
cm dikombinasikan dengan kadar trigliserida plasma puasa >150
mg/dl dapat mendeteksi penderita sindroma metabolik. Hal ini
membuktikan bahwa pemeriksaan lingkar pinggang dapat
digunakan sebagai pemeriksaan uji saring yang mudah, murah dan
berguna untuk mendeteksi sindroma metabolik.
Tabel 3. Klasifikasi RLPP
Kelom Risiko
Jenis
pok Very
Kelamin Low Moderate High
Umur High
20-29 < 0,83 0,83 – 0,88 0,89 – 0,94 >0.94
30-39 < 0,84 0,84 – 0,91 0,92 – 0,96 >0.96
Pria
40-49 < 0,88 0,88 – 0,95 0,96 – 1,00 >1,00

20-29 < 0,71 0,71 – 0,77 0,78 – 0,82 >0,82


Wanita 30-39 < 0,72 0,72 – 0,78 0,79 – 0,84 >0,84
40-49 < 0,73 0,73 – 0,79 0,80 – 0,87 >0,87

e. Persen Lemak Tubuh


Persentase body fat dapat diestimasi dari skinfold menggunakan
persamaan secara umum atau kelompok tertentu. Lemak dapat
diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap
berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan
oleh jenis kelamin dan umur. Ketebalan lipatan kulit adalah suatu
pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari
cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit.
Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting
untuk menentukan komposisi tubuh serta presentase lemak tubuh
dan tubuh untuk menentukan status gizi cara antropometri.
Tabel 4. Klasifikasi % Lemak Tubuh
Klasifikasi Laki-Laki Perempuan
Lean < 8% <13%
Optimal 8 -15% 14-23%
Slightly Overfat 16-20% 24-27%
Fat 21-24% 28-32%
Obesitas 25% 33%
D. HASIL
Data subjek pengukuran adalah Mahasiswi S1 Transfer Kesehatan
Masyarakat dengan rincian sebagai berikut:
Nama : Riski Resti
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 21 tahun
TB : 158 cm
BB : 44 kg
No Parameter Dokumentasi Hasil
1 Tebal Ukur 1 = 8 mm
Lipatan Ukur 2 = 9 mm
Lemak Ukur 3 = 8,5 mm
Trisep Rata-Rata = 8,5
mm

2 Tebal Ukur 1 = 11 mm
Lipatan Ukur 2 = 11 mm
Lemak Ukur 3 = 10 mm
Scapula Rata-Rata = 10,7
mm
No Ukuran Dokumentasi Hasil
2 Lingkar Ukur 1 = 68 cm
Pinggang Ukur 2 = 69 cm
Ukur 3 = 68,5 cm
Rata-Rata = 68,5
cm

3 Lingkar Ukur 1 = 82 cm
Panggul Ukur 2 = 82 cm
Ukur 3 = 81,5 cm
Rata-Rata = 81,8
cm

E. PEMBAHASAN
Hasil dari pengukuran antropometri ini menghasilkan perhitungan % lemak
tubuh untuk menentukan status gizi seseorang dan WHR untuk menentukan
seberapa besar seorang subjek memiliki risiko penyakuit degeneratif.
1. % Lemak Tubuh
Db = 1,0897 – (0,00085 + 0,00107)
= 1,08778
% BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
= [(4,76/1,08778) – 4,28] x 100
= 9,6 %
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai % lemak tubuh
sebesar 9,6 %. Menurut tabel kategori % lemak tubuh, nilai 9,6% masuk
dalam kategori sangat kurus. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
memiliki status gizi yang kurang. Hasil ini sesuai dengan perhitungan
pada praktikum sebelumnya dimana IMT = 17,6 dan % LILA = 80%
yang menunjukkan bahwa subjek memiliki status gizi yang kurang.

2. WHR (Lingkar Pinggang dan Panggul)


𝐿𝑃𝑖
WHR =
𝐿𝑃𝑎
68,5
=
81,8

= 0,83
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai WHR sebesar
0,83. Menurut tabel WHR, nilai 0,83 masuk dalam kategori sangat
tinggi memiliki risiko penyakit degeneratif.
Dari hasil perhitungan di atas, status gizi yang rendah akan
menimbulkan risiko terhadap berbagai macam penyakit serta
mempengaruhi penampilan dan frekuensi gerak tubuh. Dengan
demikian, dianjurkan untuk menjaga pola makan yang menerapkan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dan berperilaku hidup sehat
dan bersih.
Meskipun demikian, terdapat beberapa hal yang menyebabkan
hasil praktikum tidak 100% tepat diantaranya adalah:
1. Kesalahan pengamatan dalam membaca hasil pengukuran.
2. Ketika mengukur tebal lemak tuuh, subjek menggunakan baju yang
berbahan licin sehingga alat ukur tidak dapat diletakkan secara
sempurna.
3. Pengukuran pada subjek tidak tepat pada bagian yang seharusnya
diukur.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, adapun kesimpulan laporan ini yaitu:
1. Pengukuran tebal lipatan kulit yang dilakukan pada subjek diperoleh
nilai sebesar 9,6% yang berarti subjek memili status gizi yang kurang.
2. Pengukuran Risiko Lingkar Pinggang dan Pinggul pada subjek
diperoleh nilai sebesar 0,83 yang berarti subjek memiliki risiko
penyakit degeneratif sangat tinggi.

F. DAFTAR PUSTAKA
Departemen FKM UI. 2008.Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi: Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara.
Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Supariasa, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai