LKPP 2004 PDF
LKPP 2004 PDF
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT
TAHUN 2004
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
1. Sektor TA 2004 26
2. Rekening Pemerintah Lainnya di Bank Indonesia 36
3. Kas di Bendahara Penerimaan pada Kementerian Negara/Lembaga 37
4. Uang Muka dari Rekening BUN Menurut Lender 37
5. Uang Muka dari Rekening BUN Menurut Tahun Anggaran 38
6. Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2004 38
7. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi per 31 Desember 2004 39
8. Aset Tetap per 31 Desember 2004 42
9. Aset Lainnya per 31 Desember 2004 43
10. Tuntutan Ganti Rugi Menurut Kementerian Negara/Lembaga 44
11. Aset Lain-lain Menurut Kementerian Negara/Lembaga 44
12. Bagian Lancar Utang Luar Negeri per Jenis Utang 46
13. Bagian Lancar Utang Dalam Negeri per Jenis Obligasi 46
14. Utang Bunga dan Kewajiban Luar Negeri Lainnya 47
15. Utang Bunga Obligasi 47
16. Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Obligasi 48
17. Utang Luar Negeri Perbankan per Jenis Utang 50
18. Utang Luar Negeri Non Perbankan per Jenis Utang 50
19. Akumulasi SAL s.d Akhir TA 2003 51
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BAPEKKI : Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional
BAPETEN : Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional
BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BBM : Bahan Bakar Minyak
BGP : Belanja Gaji/Upah Proyek
BHMN : Badan Hukum Milik Negara
BI : Bank Indonesia
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BLBI : Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
BMFL : Belanja Modal Untuk Fisik Lainnya
BMGB : Belanja Modal Untuk Gedung dan Bangunan
BMJ : Belanja Modal Untuk Jaringan
BMNF : Belanja Modal Non Fisik
BMPM : Belanja Modal Untuk Peralatan dan Mesin
BMT : Belanja Modal Untuk Tanah
BP MIGAS : Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
BPBP : Belanja Pembelian Bahan Proyek
BPHTB : Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
BPPN : Badan Penyehatan Perbankan Nasional
BPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
BULOG : Badan Urusan Logistik
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
BUN : Bendahara Umum Negara
CAP : Cadangan Anggaran Pembangunan
CPI : Consumer Price Index
DAK : Dana Alokasi Khusus
DAU : Dana Alokasi Umum
DBH : Dana Bagi Hasil
Direktorat IA : Direktorat Informasi dan Akuntansi
Direktorat PBM/KN Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara
Direktorat PKN : Direktorat Pengelolaan Kas Negara
Direktorat PPHLN : Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
Direktorat PPP : Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman
Direktorat PSUN : Direktorat Pengelolaan Surat Utang Negara
DJPLN : Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
GBHN : Garis-Garis Besar Haluan Negara
HTI : Hutan Tanaman Industri
KKKS : Kontraktor Kontrak Kerja Sama
KMK : Keputusan Menteri Keuangan
KONI : Komite Olahraga Nasional Indonesia
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KU : Kiriman Uang
KUHR : Kredit Usaha Hutan Tani
KUMK : Kredit Usaha Mikro dan Kecil
KUN : Kas Umum Negara
KUTPA : Kredit Usaha Tani Persuteraan Alam
LAK : Laporan Arus Kas
LDKP : Lembaga dana Kredit Pedesaan
LKP : Lembaga Keuangan Pelaksana
Belanja Negara
Catatan B.2.2 Belanja Negara
Catatan B.2.2.1 Belanja Pemerintah Pusat
Catatan B.2.2.1.1 Pengeluaran Rutin
Catatan B.2.2.1.2 Pengeluaran Pembangunan
Catatan B.2.2.1.2.1 Pembiayaan Rupiah
Catatan B.2.2.1.2.2 Pembiayaan Proyek
Catatan B.2.2.2 Belanja untuk Daerah
Catatan B.2.2.2.1 Dana Perimbangan
Catatan B.2.2.2.1.1 Dana Bagi Hasil
Catatan B.2.2.2.1.2 Dana Alokasi Umum
Catatan B.2.2.2.1.3 Dana Alokasi Khusus
Catatan B.2.2.2.2 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Catatan B.2.2.2.2.1 Dana Otonomi Khusus
Catatan B.2.2.2.2.2 Dana Penyesuaian
Catatan B.2.2.3 Suspen
Defisit Anggaran
Catatan B.2.3 Defisit Anggaran
Pembiayaan
Catatan B.2.4 Pembiayaan
Catatan B.2.4.1 Pembiayaan dalam Negeri
Catatan B.2.4.1.1 Perbankan dalam Negeri
Catatan B.2.4.1.2 Non Perbankan Dalam Negeri
Catatan B.2.4.2 Pembiayaan Luar Negeri Neto
Catatan B.2.4.2.1 Penarikan Pinjaman Luar Negeri Bruto
Catatan B.2.4.2.1.1 Penarikan Pinjaman Program
Catatan B.2.4.2.1.2 Penarikan Pinjaman Proyek
Catatan B.2.4.2.2 Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri
SILPA (SIKPA)
Catatan B.2.5 Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran – SILPA (SIKPA)
Catatan B.2.6 Sisa Anggaran Lebih (SAL) Awal Tahun Anggaran 2003
Catatan B.2.7 Sisa Anggaran Lebih (SAL) Sampai Dengan Tahun Anggaran 2004
NERACA
ASET
Aset Lancar
Catatan C.2.1 Rekening Kas BUN di Bank Indonesia
Catatan C.2.2 Rekening Kas di KPPN
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Catatan C.2.21 Utang Perhitungan Fihak Ketiga
Catatan C.2.22 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Catatan C.2.23 Utang Bunga
Catatan C.2.24 Utang Jangka Pendek Lainnya
Kewajiban Jangka Panjang
Catatan C.2.25 Utang Jangka Panjang Dalam Negeri SUN
Catatan C.2.26 Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Lainnya
Catatan C.2.27 Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan
Catatan C.2.28 Utang Jangka Panjang Luar Negeri Non Perbankan
Catatan C.2.29 Utang Jangka Panjang Luar Negeri SUN
Catatan C.2.30 Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya
EKUITAS
Ekuitas Dana Lancar
Catatan C.2.31 SAL
Catatan C.2.32 SILPA (SIKPA)
Catatan C.2.33 Dana Lancar Lainnya
Catatan C.2.34 Cadangan Piutang
Catatan C.2.35 Cadangan Persediaan
Catatan C.2.36 Pendapatan yang Ditangguhkan
Catatan C.2.37 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Catatan C.2.38 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Catatan C.2.39 Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Catatan C.2.40 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Catatan C.2.41 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Catatan C.2.42 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
RINGKASAN
Berdasarkan Pasal 23E Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2004,
Pemerintah menyusun pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN TA 2004 berupa laporan
keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus
Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dengan demikian penyusunan dan penyajian laporan
keuangan pemerintah ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban konstitusional pemerintah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selaku wakil rakyat atas pelaksanaan APBN TA 2004.
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) ini disusun dari laporan keuangan seluruh
kementerian negara/lembaga, informasi keuangan yang berada dalam pengelolaan Bendahara
Umum Negara (BUN), dan unit-unit terkait lainnya yang mengelola dan/atau menguasai aset
negara.
2. NERACA
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah pusat mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Jumlah Aset per 31 Desember 2004 adalah sebesar Rp851,88 triliun yang terdiri dari Aset Lancar
sebesar Rp86,90 triliun; Investasi Jangka Panjang sebesar Rp465,27 triliun; Aset Tetap sebesar
Rp229,07 triliun; Dana Cadangan sebesar Rp1,73 triliun; dan Aset Lainnya sebesar Rp68,92
triliun.
Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2004 adalah sebesar Rp1.349,03 triliun yang terdiri dari
Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp125,84 triliun dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar
Rp1.223,19 triliun.
Sementara itu jumlah Ekuitas Dana Neto per 31 Desember 2004 adalah sebesar minus
Rp497,15 triliun yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar minus Rp38,94 triliun, Ekuitas
Dana Investasi sebesar minus Rp459,94 triliun, dan Ekuitas Dana Cadangan sebesar Rp1,73
triliun.
Ringkasan -1-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Ringkasan -2-
LAPORAN REALISASI APBN
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Realisasi di atas
Uraian Catatan Anggaran Realisasi
(di bawah) Anggaran
A. Pendapatan Negara dan Hibah B.2.1
I. Penerimaan Dalam Negeri B.2.1.1 403.031.823.430.000 403.104.582.790.362 72.759.360.362
1. Penerimaan Perpajakan B.2.1.1.1 279.207.480.000.000 280.558.820.638.612 1.351.340.638.612
a. Pajak Dalam Negeri B.2.1.1.1.1 267.033.380.000.000 267.817.030.241.314 783.650.241.314
b. Pajak Perdagangan Internasional B.2.1.1.1.2 12.174.100.000.000 12.741.790.397.298 567.690.397.298
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak B.2.1.1.2 123.824.343.430.000 122.545.762.151.750 (1.278.581.278.250)
a. Penerimaan Sumber Daya Alam B.2.1.1.2.1 92.407.639.441.000 91.542.983.188.986 (864.656.252.014)
b. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN B.2.1.1.2.2 9.103.500.000.000 9.817.530.700.000 714.030.700.000
c. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya B.2.1.1.2.3 22.313.203.989.000 21.185.248.262.764 (1.127.955.726.236)
II. Penerimaan Hibah B.2.1.2 737.705.900.000 262.103.390.287 (475.602.509.713)
Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah (A.I + A.II) 403.769.529.330.000 403.366.686.180.649 (402.843.149.351)
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -3-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -4-
NERACA
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
II. NERACA
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NERACA
PER 31 DESEMBER 2004
(Dalam Rupiah)
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -5-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Fihak Ketiga C.2.21 226.181.671.351
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang C.2.22 82.079.302.957.375
Utang Bunga C.2.23 43.054.542.475.822
Utang Jangka Pendek Lainnya C.2.24 478.049.128.712
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 125.838.076.233.260
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Jangka Panjang Dalam Negeri
Utang Jangka Panjang Dalam Negeri SUN C.2.25 621.854.878.768.795
Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Lainnya C.2.26 1.988.569.160.166
Jumlah Utang Jangka Panjang Dalam Negeri 623.843.447.928.961
Utang Jangka Panjang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan C.2.27 583.008.813.834.960
Utang Jangka Panjang Luar Negeri Non Perbankan C.2.28 2.929.540.649.970
Utang Jangka Panjang Luar Negeri SUN C.2.29 9.228.859.647.206
Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya C.2.30 4.184.071.033.048
Jumlah Utang Jangka Panjang Luar Negeri 599.351.285.165.184
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 1.223.194.733.094.145
JUMLAH KEWAJIBAN 1.349.032.809.327.405
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
SAL C.2.31 24.588.479.454.419
SILPA (SIKPA) C.2.32 (3.014.097.677.000)
Dana Lancar Lainnya C.2.33 32.504.118.643.407
Cadangan Piutang C.2.34 31.658.169.686.402
Cadangan Persediaan C.2.35 356.045.620.551
Pendapatan yang Ditangguhkan C.2.36 576.992.798.255
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek C.2.37 (125.611.894.561.909
Jumlah Ekuitas Dana Lancar (38.942.186.035.875)
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang C.2.38 465.267.578.974.673
Diinvestasikan dalam Aset Tetap C.2.39 229.071.545.428.868
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya C.2.40 68.915.807.829.538
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang C.2.41 (1.223.194.733.094.145)
Jumlah Ekuitas Dana Investasi (459.939.800.861.066)
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan C.2.42 1.730.000.000.000
EKUITAS DANA NETO (497.151.986.896.941)
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -6-
LAPORAN ARUS KAS
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -7-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini -8-
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
A. PENDAHULUAN
A.1. DASAR HUKUM
1. Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan
setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara menetapkan bahwa Presiden menyampaikan
rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berupa laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
3. Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2003 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2004 menetapkan setelah
Tahun Anggaran 2004 berakhir, Pemerintah menyusun Pertanggungjawaban
atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2004 berupa Laporan Keuangan. Laporan Keuangan yang dimaksud setidak-
tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
4. Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2003 tentang APBN Tahun
Anggaran 2004 menetapkan Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-
Undang tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2004, setelah Laporan Keuangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan, paling lambat 9 (sembilan) bulan setelah Tahun Anggaran 2004
berakhir untuk mendapatkan persetujuan DPR.
5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 337/KMK.012/2003
tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Realisasi pendapatan negara dan hibah naik dari Rp341,40 triliun di tahun 2003
menjadi Rp403,37 triliun di tahun 2004. Sebagian kenaikan ini berasal dari
penerimaan pajak yang meningkat dengan adanya penyempurnaan kebijakan
perpajakan dan sistem administrasi perpajakan. Pada sisi lain, belanja negara
mengalami peningkatan secara nominal yang antara lain disebabkan oleh adanya
upaya perbaikan kesejahteraan aparatur pemerintah dan peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, pemberian stimulus fiskal secara terbatas pada
perekonomian, dan peningkatan alokasi anggaran ke daerah sejalan dengan
pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal.
Dengan demikian, defisit anggaran pada tahun 2004 menjadi Rp23,81 triliun.
Adapun sumber pembiayaan untuk menutup defisit anggaran antara lain berasal
dari hasil penjualan aset program restrukturisasi perbankan, privatisasi BUMN, dan
penerbitan surat utang pemerintah.
Di masa depan, beban pembiayaan anggaran akan semakin berat terutama
karena membengkaknya beban pembayaran pokok utang, baik utang dalam
negeri maupun utang luar negeri yang telah jatuh tempo. Besarnya kewajiban
pembayaran utang sehingga membatasi stimulus perekonomian juga menjadi
kendala yang harus dihadapi pada APBN 2004. Kendala lainnya pada
pelaksanaan APBN tahun anggaran 2004 adalah adanya gejolak eksternal
perekonomian, baik yang berasal dari luar negeri maupun yang berasal dari
dalam negeri.
Pengaruh eksternal dari luar negeri antara lain kenaikan suku bunga the fed fund
dan upaya pemerintah China untuk menahan laju pertumbuhan ekonominya.
Sedangkan kendala dalam negeri antara lain terbatasnya sumber investasi,
tingginya tingkat pengangguran, serta kelebihan likuiditas pada sektor perbankan
karena belum pulihnya fungsi intermediasi perbankan.
(2) Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana
Belanja diakui pada lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
saat kas keluar dari pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat
KUN.
terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN).
(3) Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan
Pembiayaan diakui maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
pada saat kas dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
diterima/keluar dari
defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan diakui pada saat
KUN.
kas diterima pada KUN serta pada saat terjadinya pengeluaran kas dari KUN.
(4) Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber
daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut dan kandungan
pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan
berpindah.
Aset terdiri dari aset Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar, investasi, aset tetap, dan aset lainnya.
lancar, investasi, aset a. Aset Lancar
tetap, dana
cadangan, dan aset Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk
lainnya direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas,
Investasi jangka Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya,
panjang terdiri dari yaitu non permanen dan permamen.
investasi non
(i) Investasi Non Permanen
permanen dan
investasi permanen. Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi non
permanen sifatnya bukan penyertaan modal saham melainkan berupa
pinjaman jangka panjang yang dimaksudkan untuk pembiayaan
investasi perusahaan negara/daerah, pemerintah daerah dan pihak
ketiga lainnya.
Investasi non permanen meliputi :
Seluruh dana pemerintah yang bersumber dari dana pinjaman luar
negeri yang diteruspinjamkan melalui Subsidiary Loan Agreement
(SLA) dan dana dalam negeri dalam bentuk Rekening Dana
Investasi (RDI) dan Rekening Pembangunan Daerah (RPD) yang
dipinjamkan kepada BUMN/BUMD dan Pemda.
Seluruh dana pemerintah yang diberikan dalam bentuk Pinjaman
Dana Bergulir kepada pengusaha kecil, anggota koperasi, anggota
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), nasabah Lembaga Dana
Kredit Pedesaan (LDKP), nasabah Usaha Simpan Pinjam/Tempat
Simpan Pinjam (USP/TSP) atau nasabah BPR.
Seluruh pencairan pinjaman pendanaan Kredit Usaha Mikro dan
Kecil (KUMK) eks dana Surat Utang (SU) 005 yang disalurkan
melalui dua pola sebagai berikut:
c. Aset Tetap
Aset tetap terdiri dari Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah
tanah, gedung dan maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih
bangunan, mesin dan dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan neraca kementerian
peralatan, jalan, negara/lembaga per 31 Desember 2004 pada harga perolehan
irigasi, dan jaringan,
aset tetap lainnya, Pengakuan aset tetap yang perolehannya setelah tanggal 1 Januari 2002
dan konstruksi dalam didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu:
pengerjaan. (a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan
olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga
ratus ribu rupiah), dan
(b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan
atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah).
Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi
tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk
tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya. Seluruh aset tetap
tidak didepresiasi.
d. Dana Cadangan
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu. Dana
Dana Cadangan cadangan dibentuk berdasarkan kebijakan Pemerintah pada tahun 1991
dimana pemerintah menyisihkan sebagian kelebihan realisasi pendapatan
pajak untuk digunakan sebagai Cadangan Anggaran Pembangunan
(CAP). CAP merupakan restricted cash pemerintah yang akan digunakan
apabila terjadi defisit dalam tahun-tahun anggaran berikutnya.
e. Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka
Aset lainnya terdiri panjang, aset tetap dan dana cadangan. Termasuk dalam Aset Lainnya
dari TPA, Tagihan adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi
TGR, Kemitraan (TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak
dengan Pihak Ketiga, Ketiga, dan Aset Lain-lain.
Dana yang Dibatasi
Penggunaannya, dan TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset
Aset lain-lain. pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai
sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang
bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh
pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap
bendahara/pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk
menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara
sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan
yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut
atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya.
Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak
atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang
dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha
yang dimiliki.
Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang
alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu
seperti rekening dana reboisasi.
Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke
dalam TPA, Tagihan TGR, maupun Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Aset
lain-lain dapat berupa aset pemerintah yang tidak digunakan dalam
kegiatan operasional pemerintah, dikelola pihak lain, tetapi belum
ditentukan status hukumnya, seperti aset pemerintah eks BPPN yang
dialihkan kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan Tim
Pemberesan Aset, Departemen Keuangan dan aset pemerintah yang
digunakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja sama (KKKS) BP MIGAS. Di
samping itu, piutang macet kementerian negara/lembaga yang dialihkan
penagihannya kepada Departemen Keuangan juga termasuk dalam
kelompok aset lain-lain. Kas dan setara kas, piutang, dan aset tetap yang
dikuasai dan/atau dimiliki Badan Pengelola Kemayoran (BP Kemayoran)
dan Badan Pengelola Gelora Olah Raga Bung Karno (BP Gelora Bung
Karno) juga termasuk dalam kelompok aset lain-lain.
(5) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
Kewajiban terdiri dari
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
kewajiban jangka
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain
pendek dan kewajiban
jangka panjang. karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga
keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada tahun anggaran 2004 sebesar
Rp403.366.686.180.649, berasal dari penerimaan dalam negeri dan hibah.
Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara
bukan pajak. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri
dari tahun ke tahun. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan
penerimaan pajak melalui: (i) pemberlakuan tarif progresif dan penetapan batas
penghasilan tidak kena pajak; (ii) pengenaan tarif yang lebih tinggi untuk barang mewah
dan penetapan bukan barang kena pajak (non BKP) untuk kriteria barang strategis; (iii)
penetapan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) dan batas nilai bumi dan bangunan tidak kena
pajak; serta (iv) klasifikasi tarif yang berbeda-beda untuk cukai.
Penerimaan negara bukan pajak juga memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi
pendapatan negara meskipun sebagian besar penerimaan negara bukan pajak terutama
yang berasal dari sumber daya alam sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal.
Realisasi Penerimaan Dalam Negeri pada tahun anggaran 2004 sebesar
Rp403.104.582.790.362, yang berasal dari Penerimaan Perpajakan sebesar
Rp280.558.820.638.612, dan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar
Rp122.545.762.151.750. Realisasi penerimaan pajak dan PNBP selama 5 tahun
terakhir menunjukkan adanya peningkatan, hal ini terlihat pada Grafik 1.
Grafik 1
Perkembangan Realisasi Penerimaan Perpajakan dan PNBP TA 2000-2004
450
triliun rupiah
400
350 122,5
98,9
300
88,4
115,1
250
200
89,4
280,6
150
242,0
210,1
185,5
100
115,9
50
-
P erpajakan P NB P
Grafik 2
Perkembangan Realisasi Belanja Negara TA 2000-2004
450
triliun rupiah
400
129,7
350
120,3
81,1
300
98,2
250
200
297,5
150
260,5
256,2
221,5
217,4
100
50
-
2000 2001 2002 2003 2004
Komposisi alokasi APBN untuk pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, bunga,
subsidi, belanja untuk daerah, dan belanja untuk kementerian negara/lembaga dalam
tahun anggaran 2004, disajikan pada Grafik 3.
Grafik 3
Komposisi Alokasi APBN TA 2004
Defisit anggaran yang terjadi pada tahun anggaran 2004 adalah sebesar
Rp23.809.984.723.926. Untuk menutupi defisit anggaran tersebut diatasi dengan
pembiayaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Realisasi pembiayaan pada
tahun anggaran 2004 adalah sebesar Rp20.795.887.046.926, yang terdiri dari
Pembiayaan Dalam Negeri sebesar Rp48.853.088.699.786, dan Pembiayaan Luar
Negeri (neto) sebesar minus Rp28.057.201.652.860, yang berarti pengeluaran
pembiayaan luar negeri (untuk pembayaran cicilan pokok utang luar negeri) lebih tinggi
dari penerimaan pembiayaan luar negeri (penarikan pinjaman luar negeri).
Berdasarkan defisit anggaran dan pembiayaan yang dilakukan pada tahun anggaran
2004 terdapat Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran (SIKPA) sebesar
Rp3.014.097.677.000.
Realisasi penerimaan Realisasi Penerimaan Dalam Negeri dalam tahun anggaran 2004 sebesar
dalam negeri Rp403,1 Rp403.104.582.790.362, yang berarti Rp72.759.360.362 atau 0,02 persen lebih
triliun tinggi dari target yang ditetapkan dalam APBN yaitu sebesar Rp403.031.823.430.000.
Penerimaan dalam negeri berasal dari (i) penerimaan perpajakan dan (ii) penerimaan
negara bukan pajak. Komposisi realisasi penerimaan dalam negeri (dalam persentase)
tahun anggaran 2004 dapat dilihat pada Grafik 4.
Grafik 4
Komposisi Realisasi Penerimaan Dalam Negeri TA 2004
Pajak Dalam
Negeri
67%
Realisasi penerimaan
Realisasi Penerimaan Sumber Daya Alam dalam tahun anggaran 2004 adalah sebesar
SDA Rp91,5 tiliun Rp91.542.983.188.986, yang berarti Rp864.656.252.014, atau 0,94 persen lebih
rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar
Rp92.407.639.441.000. Realisasi Penerimaan Sumber Daya Alam berasal dari
Pendapatan Minyak bumi sebesar Rp63.059.805.131.106, Pendapatan Gas Alam
sebesar Rp22.199.226.563.929, Pendapatan Pertambangan Umum sebesar
Rp2.548.752.490.150, Pendapatan Kehutanan sebesar Rp3.411.633.313.730, dan
Pendapatan Perikanan sebesar Rp323.565.690.071. Komposisi realisasi penerimaan
sumber daya alam (dalam persentase) dapat dilihat pada Grafik 5. Rincian lebih lanjut
dapat dilihat dalam Lampiran 1.
Grafik 5
Komposisi Realisasi Penerimaan Sumber Daya Alam TA 2004
P ertambangan Kehutanan
Umum 3,73% P erikanan
2,78% 0,35%
Gas Alam
24,25%
Minyak B umi
68,89%
Realisasi PNBP Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Lainnya dalam tahun anggaran 2004
lainnya Rp21,2 triliun adalah sebesar Rp21.185.248.262.764, yang berarti Rp1.127.955.726.236 atau 5,06
persen lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar
Rp22.313.203.989.000. Realisasi PNBP Lainnya ini berasal dari:
Penjualan hasil produksi, sitaan Rp 67.010.183.118
Penjualan aset 72.451.366.252
Pendapatan sewa 48.137.084.967
Pendapatan jasa I 3.241.172.347.092
Pendapatan jasa II 1.102.693.837.315
Pendapatan rutin dari luar negeri 200.050.263.847
Pendapatan kejaksaan dan peradilan 30.652.605.169
Pendapatan pendidikan 391.072.665.044
Pendapatan dari penerimaan lain-lain 16.032.007.909.960
Total Rp21.185.248.262.764
Rincian lebih lanjut dapat dilihat dalam Lampiran 1.
B.2.1.2. Hibah
Realisasi penerimaan Realisasi Hibah dalam tahun anggaran 2004 adalah sebesar Rp262.103.390.287, yang
hibah Rp262,1 miliar berarti Rp475.602.509.713 atau 64,47 persen lebih rendah dari jumlah yang
dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar Rp737.705.900.000.
Sedangkan komposisi lima terbesar pengguna anggaran belanja untuk daerah (dalam
persentase) pada tahun anggaran 2004 dapat dilihat pada Grafik 7.
Grafik 7
Komposisi Lima Terbesar Pengguna Anggaran Belanja Untuk Daerah TA 2004
DKI Jakarta
18,35%
Jawa Tengah
Sumatera Utara 9,28%
4,47% Jawa Timur
10,22%
Realisasi belanja Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dalam tahun anggaran 2004 adalah sebesar
pemerintah pusat Rp297.464.003.972.606, yang berarti Rp2.572.169.529.394, atau 0,86 persen lebih
Rp297,5 triliun rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar
Rp300.036.173.502.000. Realisasi anggaran belanja pemerintah pusat terdiri dari (i)
pengeluaran rutin, dan (ii) pengeluaran pembangunan. Laporan Realisasi Anggaran
Pengeluaran Rutin dan Pembangunan per Kementerian Negara/Lembaga dapat dilihat
dalam Lampiran 2.
Realisasi pengeluaran Realisasi Pengeluaran Rutin dalam tahun anggaran 2004 adalah sebesar
rutin Rp236,0 triliun Rp236.013.837.863.766, yang berarti Rp7.925.433.463.766, atau 3,47 persen lebih
tinggi dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar
Rp228.088.404.400.000. Realisasi pengeluaran rutin terdiri dari (i) belanja pegawai, (ii)
belanja barang, (iii) pembayaran bunga utang, (iv) subsidi, dan (v) pengeluaran rutin
lainnya, dengan komposisi yang terlihat pada Grafik 8. Laporan Realisasi Anggaran
Pengeluaran Rutin per Kementerian Negara/Lembaga dapat dilihat dalam Lampiran 2.
Grafik 8
Komposisi Realisasi Pengeluaran Rutin per Jenis Belanja TA 2004
100 91,5
90
80
70 62,5
triliun rupiah
60 52,7
50
40
30
20 15,5 13,8
10
0
B elanja B elanja B elanja B unga Utang B elanja
P egawai B arang S ubs idi R utin
L ainnya
Belanja Pegawai
Realisasi belanja Realisasi belanja pegawai dalam tahun anggaran 2004 sebesar
pegawai Rp52,7 triliun Rp52.743.205.144.145, yang berarti Rp1.474.188.855.855, atau 2,72 persen lebih
rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar
Rp54.217.394.000.000.
Belanja Barang
Realisasi belanja barang dalam tahun anggaran 2004 sebesar
Realisasi belanja
Rp15.518.110.722.226, yang berarti Rp1.261.704.277.774, atau 7,52 persen lebih
barang Rp15,5 triliun
rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar
Rp16.779.815.000.000.
Realisasi pembayaran Realisasi Pembayaran Bunga Utang dalam tahun anggaran 2004 sebesar
bunga utang Rp62,5 Rp62.485.645.627.660, yang berarti Rp742.060.372.340, atau 1,17 persen lebih
triliun rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar
Rp63.227.706.000.000.
Subsidi
Realisasi subsidi Realisasi Subsidi dalam tahun anggaran 2004 sebesar Rp91.529.079.759.437, yang
Rp91,5 triliun berarti Rp21.674.327.759.437 atau 31,03 persen lebih tinggi dari jumlah yang
dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar Rp69.854.752.000.000. Alokasi subsidi
pemerintah untuk tahun anggaran 2004 terbesar digunakan untuk belanja subsidi
Subsidi BBM Rp69,0 BBM sebesar Rp69.024.450.135.166 atau 75,41 persen dari total subsidi.
triliun
Sedangkan subsidi non BBM adalah sebesar Rp22.504.629.624.271. Rincian
belanja subsidi non BBM adalah sebagai berikut:
Belanja Subsidi Pangan Rp 4.830.777.908.115
Belanja Subsidi Listrik 2.316.649.999.997
Belanja Subsidi Benih 76.202.915.844
Subsidi non BBM
Rp22,5
Belanja Subsidi Pupuk 1.171.414.204.236
Belanja Subsidi Bunga Kredit Pemilikan Rumah 61.572.454.420
Belanja Subsidi Bunga Kredit Ketahanan Pangan 34.889.148.056
Belanja Subsidi Pajak Penghasilan 1.312.122.927.984
Belanja Subsidi Lainnya 5.825.493.492.564
Biaya Rutin KONI 14.256.074.000
Dana Cadangan Tanggap Darurat (Dana Kontijensi) 6.149.692.417.062
Belanja Bantuan dalam rangka Penugasan PSO 700.657.490.243
Subsidi Lain-lain 10.900.591.750
Total Rp22.504.629.624.271
Realisasi pengeluaran Realisasi Pengeluaran Rutin Lainnya dalam tahun anggaran 2004 sebesar
rutin lainnya Rp13,7 Rp13.737.796.610.298, yang berarti Rp10.270.940.789.702, atau 42,78 persen
triliun lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar
Rp24.008.737.400.000. Termasuk dalam belanja barang ini adalah belanja
Pemilihan Umum/Sidang Tahunan sebesar Rp3.855.263.119.461.
Realisasi Pengeluaran Rutin juga dapat dikelompokkan berdasarkan sektor sebagai
berikut:
Tabel 1
Sektor TA 2004
Kode Sektor
01 Sektor Industri
02 Sektor Pertanian, Kehutanan, Kelautan, dan Perikanan
03 Sektor Pengairan
04 Sektor Tenaga Kerja
05 Sektor Perdagangan, Pengembangan Usaha Nasional, Keuangan
dan Koperasi
06 Sektor Transportasi, Meteorologi dan Geofisika
07 Sektor Pertambangan dan Energi
08 Sektor Pariwisata, Pos, Telekomunikasi dan Informatika
09 Sektor Pembangunan Daerah
10 Sektor Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, dan Tata Ruang
11 Sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Pemuda dan Olah Raga
12 Sektor Kependudukan dan Keluarga
13 Sektor Kesejahteraan Sosial, Kesehatan, dan Pemberdayaan
Perempuan
14 Sektor Perumahan dan Permukiman
15 Sektor Agama
16 Sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
17 Sektor Hukum
18 Sektor Aparatur Negara dan Pengawasan
19 Sektor Politik Dalam Negeri, Hubungan Luar Negeri, Informasi, dan
Komunikasi
20 Sektor Pertahanan dan Keamanan
Realisasi pengeluaran rutin terbesar pada tahun anggaran 2004 digunakan untuk Sektor
Perdagangan, Pengembangan Usaha Nasional, Keuangan dan Koperasi yaitu sebesar
Rp191.598.155.860.339, dan Sektor Pertahanan dan Keamanan sebesar
Rp21.599.788.611.922.
Komposisi realisasi belanja rutin menurut sektor (kecuali Sektor Perdagangan,
Pengembangan Usaha Nasional, Keuangan dan Koperasi serta Sektor Pertahanan dan
Keamanan) dapat dilihat pada Grafik 9. Laporan Realisasi Anggaran Pengeluaran Rutin
menurut Sektor dan Subsektor dapat dilihat dalam Lampiran 3.
Grafik 9
Komposisi Realisasi Belanja Rutin Menurut Sektor TA 2004
S ektor 19 2.797,1
S ektor 18 4.703,9
S ektor 17 2.099,4
S ektor 16 952,5
S ektor 15 2.178,2
S ektor 14 53,0
S ektor 13 710,5
S ektor 12 127,9
S ektor 11 5.593,7
S ektor 10 636,8
S ektor 09 72,0
S ektor 08 354,5
S ektor 07 473,8
S ektor 06 769,1
S ektor 04 293,3
S ektor 03 67,3
S ektor 02 896,0
S ektor 01 37,0
Realisasi pengeluaran Realisasi Pengeluaran Pembangunan dalam tahun anggaran 2004 adalah sebesar
pembangunan Rp61,5 Rp61.450.166.108.840, yang berarti Rp10.497.602.993.160, atau 14,59 persen
triliun lebih rendah dari anggaran yang ditetapkan dalam APBN yaitu sebesar Rp
71.947.769.102.000. Realisasi pengeluaran pembangunan terdiri dari (i) pembiayaan
rupiah, dan (ii) pembiayaan proyek. Laporan Realisasi Anggaran Pengeluaran
Pembangunan per Kementerian Negara/Lembaga dapat dilihat dalam Lampiran 2.
Realisasi pengeluaran
Realisasi Pembiayaan Rupiah dalam tahun 2004 adalah sebesar
pembangunan dari Rp48.017.837.115.367, yang berarti Rp4.690.931.986.633, atau 8,89 persen lebih
pembiayaan rupiah rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN yaitu sebesar
Rp48,0 triliun Rp52.708.769.102.000. Realisasi pengeluaran pembiayaan proyek terbesar adalah
pada Sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Pemuda dan Olah Raga (Sektor 11)
dengan jumlah Rp12.101.825.884.319. Komposisi realisasi belanja pembangunan
pembiayaan rupiah menurut sektor dapat dilihat pada Grafik 10. Laporan Realisasi
Anggaran Pengeluaran Pembangunan Pembiayaan Rupiah menurut Sektor dan Subsektor
dapat dilihat dalam Lampiran 4.
Grafik 10
Komposisi Realisasi Pengeluaran Pembangunan Pembiayaan Rupiah
Menurut Sektor TA 2004
S ektor 20 6.832,3
S ektor 19 271,6
S ektor 18 2.927,7
S ektor 17 999,4
S ektor 16 1.002,8
S ektor 15 71,4
S ektor 14 1.423,7
S ektor 13 4.597,8
S ektor 12 412,4
S ektor 11 12.101,8
S ektor 10 537,4
S ektor 09 1.108,6
S ektor 08 61,3
S ektor 07 1.404,0
S ektor 06 5.498,8
S ektor 05 1.662,3
S ektor 04 301,8
S ektor 03 2.638,9
S ektor 02 3.781,6
S ektor 01 382,0
Grafik 11
Komposisi Realisasi Pengeluaran Pembangunan Pembiayaan Proyek
Menurut Sektor TA 2004
S ektor 20 988,1
S ektor 19 4,2
S ektor 18 124,0
S ektor 17 26,1
S ektor 16 17,9
S ektor 15
S ektor 14 112,8
S ektor 13 2.186,4
S ektor 12 38,3
S ektor 11 419,2
S ektor 10 81,3
S ektor 09 2.580,8
S ektor 08 9,7
S ektor 07 886,7
S ektor 06 2.573,4
S ektor 05 11,1
S ektor 04 8,2
S ektor 03 896,2
S ektor 02 295,0
S ektor 01 2.172,7
Realisasi belanja Dalam tahun anggaran 2004, realisasi anggaran Belanja untuk Daerah adalah sebesar
untuk daerah Rp129,7 Rp129.723.028.415.742, yang berarti Rp281.972.924.258 atau 0,22 persen lebih
triliun rendah dari jumlah yang ditetapkan dalam APBN yaitu sebesar
Rp130.005.001.340.000. Belanja untuk daerah terdiri dari (i) dana perimbangan, dan
(ii) dana otonomi khusus dan penyesuaian.
Realisasi dana Realisasi Dana Perimbangan dalam tahun anggaran 2004 adalah sebesar
perimbangan Rp122,9 Rp122.867.684.672.742, yang berarti Rp281.938.724.258, atau 0,23 persen lebih
triliun rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp123.149.623.397.000.
Dana perimbangan terdiri dari (i) Dana Bagi Hasil (DBH), (ii) Dana Alokasi Umum
(DAU), dan (iii) Dana Alokasi Khusus (DAK). Komposisi realisasi dana perimbangan
dapat dilihat pada Grafik 12.
Grafik 12
Komposisi Realisasi Dana Perimbangan TA 2004
Dana Alokasi
Khusus
3,29%
Dana Bagi Hasil
29,87%
Dana Alokasi
Umum
66,85%
Realisasi dana Dalam tahun anggaran 2004, realisasi Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian adalah
otonomi khusus dan sebesar Rp6.855.343.743.000, yang berarti Rp34.200.000 lebih rendah dari jumlah
penyesuaian Rp6,9 yang ditetapkan dalam APBN yaitu sebesar Rp6.855.377.943.000. Dana Otonomi
triliun Khusus dan Penyesuaian terdiri dari (i) Dana Otonomi Khusus, dan (ii) Dana
Penyesuaian.
Realisasi dana yaitu sebesar Rp1.642.617.943.000. Dana otonomi khusus diberikan kepada Provinsi
otonomi khusus Rp1,6 Papua sesuai dengan ketentuan yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 21
triliun Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.
B.2.2.3 Suspen
Kementerian Selisih
Uraian Negara/Lembaga (KL) BUN (KL-BUN)
A. Pendapatan Negara dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri 403.104.582.790.362 408.618.266.382.000 (5.513.683.591.638)
II. Penerimaan Hibah 262.103.390.287 277.962.833.000 (15.859.442.713)
Total A 403.366.686.180.649 408.896.229.215.000 (5.529.543.034.351)
B. Belanja
I. Belanja Pemerintah Pusat 297.464.003.972.606 308.066.323.819.000 (10.602.319.846.39)
II. Belanja Untuk Daerah 129.723.028.415.742 129.681.265.897.000 41.762.518.742
Total B 427.187.032.388.348 437.747.589.716.000 (10.560.557.327.652)
C. Pembiayaan 20.795.887.046.926 25.837.262.824.000 (5.041.375.777.074)
Suspen (A-B+C) (10.361.483.773)
B.2.4. Pembiayaan
Realisasi pembiayaan Untuk menutupi defisit APBN tahun anggaran 2004 tersebut ditempuh berbagai upaya
Rp20,8 triliun strategis untuk mengoptimalkan pembiayaan, baik yang bersumber dari dalam negeri
maupun luar negeri. Dalam pelaksanaan APBN tahun anggaran 2004, realisasi
pembiayaan adalah sebesar Rp20.795.887.046.926, yang berarti
Rp5.475.758.465.074, atau 20,84 persen lebih rendah dari jumlah yang ditetapkan
dalam APBN yaitu sebesar Rp26.271.645.512.000. Pembiayaan terdiri dari (i)
pembiayaan dalam negeri, dan (ii) pembiayaan luar negeri.
Realisasi pembiayaan Realisasi Pembiayaan Luar Negeri (Neto) dalam tahun anggaran 2004 adalah sebesar
luar negeri minus minus Rp28.057.201.652.860, yang berarti Rp4.278.387.652.860, atau 17,99 persen
Rp28,1 triliun lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar minus
Rp23.778.814.000.000. Pembiayaan luar negeri berasal dari penarikan pinjaman luar
negeri bruto setelah dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri.
Realisasi penarikan Realisasi Pinjaman Program dalam tahun anggaran 2004 adalah sebesar
pinjaman program Rp5.058.509.000.000, yang berarti Rp1.917.672.000.000 atau 61,06 persen lebih
Rp5,1 triliun tinggi dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp3.140.837.000.000.
Realisasi penarikan Realisasi Pinjaman Proyek dalam tahun anggaran 2004 adalah sebesar
pinjaman proyek Rp13.375.396.228.916, yang berarti Rp5.229.403.771.084, atau 28,11 persen lebih
Rp13,4 triliun rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN sebesar Rp18.604.800.000.000.
Realisasi Pinjaman Proyek tersebut merupakan selisih antara realisasi belanja
pembangunan pembiayaan proyek dengan hibah luar negeri untuk pembangunan.
B.2.7. Sisa Anggaran Lebih (SAL) sampai dengan Tahun Anggaran 2004
SAL sampai dengan Sisa Anggaran Lebih (SAL) sampai dengan tahun anggaran 2004 adalah sebesar
TA 2004 Rp21,6 Rp21.574.381.777.419, merupakan SAL awal tahun anggaran 2004 sebesar
triliun Rp24.588.479.454.419 setelah dikurangi SIKPA tahun anggaran 2004 sebesar
Rp3.014.097.677.000.
Grafik 13
Struktur Neraca Pemerintah Pusat Per 31 Desember 2004
Aset berjumlah
Rp851,8 triliun 1.600
1.400 1.349,0
Kewajiban berjumlah
Rp1.349,0 triliun 1.200
1.000 851,9
Ekuitas Dana Neto
triliun rupiah
800
berjumlah minus
Rp497,2 triliun 600
400
200
0
-200
-400
-600 -497,2
Aset Kewajiban Ekuitas Dana
Grafik 14
Struktur Aset Pemerintah Pusat Per 31 Desember 2004
500 465,3
450
400
350
triliun rupiah
300
250 229,1
200
150
100 86,9 68,9
50 1,7
0
Aset Lancar Investasi Jgk Aset Tetap Dana Aset Lainnya
Panjang Cadangan
Total Ekuitas Dana Neto sebesar minus Rp497.151.986.896.941 terdiri dari Ekuitas
Dana Lancar sebesar minus Rp38.942.186.035.875, Ekuitas Dana Investasi sebesar
minus Rp459.939.800.861.066, dan Ekuitas Dana Cadangan sebesar
Rp1.730.000.000.000 (Grafik 15).
Grafik 15
Struktur Kewajiban dan Ekuitas Dana Pemerintah Pusat
per 31 Desember 2004
1.400
1.223,2
1.200
1.000
800
triliun rupiah
600
400
200 125,8
1,7
0
-200 -38,9
-459,9
-400
-600
Kewajiban Kewajiban Ekuitas Ekuitas Ekuitas
Jgk Pendek Jgk Dana Dana Dana
Panjang Lancar Investasi Cadangan
Tabel 2
Rekening Pemerintah Lainnya di Bank Indonesia
(dalam rupiah)
Jenis Rekening Jumlah
Rekening 500 talangan Reksus Kosong 334.431.886.327
Rekening Menkeu c.q. Dirjen utk menampung pengembalian dana 16.334.674.372
Rekening Penerimaan Minyak 888.913.108.300
Rekening Penerimaan PPh dalam valas 19.074.300.090
Rekening Pembangunan Daerah (RPD) 740.530.536.033
Rekening Dana Investasi (RDI) 11.494.086.771.033
Rekening Pener. Pertambangan dan Perikanan 239.183.538.931
Rekening Pener. Panas Bumi 699.421.391.103
Rekening Subsidi Bunga SEDP 3 992.035.450
Rekening Pembiayaan Proyek RDA 9.608.768.719
Rekening Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 39.490.833.881
Rekening IHPH dan PSDH 317.456.249
Rekening Dana untuk pembayaran kewajiban 92.496.361.849
Rek. Valas JPY Pemerintah dlm rangka EXIM JAPAN TSL 7 38
Rek. Valas USD Pemerintah dlm rangka EXIM JAPAN TSL 7 1.314.342.169.793
Rek. Sub BUN dlm USD utk menampung setoran pihak ketiga 1.379.925.391.058
Rek. Trade Maintenance Facility and Exchange Offer 360.000.000.000
Rek.BUN Setoran Bulog Hasil Penjualan Beras PLN dlm rupiah 85.305.612.500
Rek. Penerimaan Tim Pemberesan BPPN 39.734.128.725
Rek.Sub BUN Dana DAK-DR Tahun 2002 yg belum disalurkan 16.168.946.303
Rek.Sub BUN (Rp) dlm Rangka Monetisasi Non Project Type Grantaid 123.092.255
Rek. Depkeu (Rp) untuk Monetasi Non Project Type Grantaid 2000 147.739.547.109
Rek. Depkeu (Rp) untuk Increase of Food (SKR) 2000 36.981.775.121
Rek. Depkeu (Rp) untuk Increase of Food (SKR) 2001 22.186.472.552
Rek. Depkeu (Rp) untuk Monetisasi Non Project Type Grandtaid 2001 60.803.604.315
Rek. Depkeu untuk penampungan hibah luar negeri dalam rangka
bencana 21.995.000
Rekening Sisa Anggaran Lebih (SAL) 9.604.256.500.000
Rekening BUN Nomor 502.000002 untuk obligasi dalam rangka
penjaminan (di bawah pengendalian Tim Unit Pelaksana Penjaminan
Pemerintah - UP3) 11.017.733.721.564
Jumlah 38.660.204.618.670
Tabel 3
Kas di Bendahara Penerimaan pada Kementerian Negara/Lembaga
(dalam rupiah)
Keterangan:
Konversi ke dalam Rupiah menggunakan kurs tengah BI tanggal 31 Desember 2004,
USD 1 = Rp9.290.
Tabel 5
Uang Muka dari Rek. BUN menurut Tahun Anggaran
(dalam rupiah)
Piutang Pajak Jumlah Piutang Pajak sebesar Rp28.964.985.918.280 merupakan tagihan pajak yang
Rp28,96 triliun telah ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang belum dilunasi
sampai dengan tanggal 31 Desember 2004, termasuk Piutang PBB dan BPHTB, dengan
rincian sebagai berikut:
Piutang Bukan Pajak Jumlah Piutang Bukan Pajak sebesar Rp918.886.706.165 merupakan piutang
Rp918,9 miliar penerimaan negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas
uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal
neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun,
yang berasal dari kementerian negara/lembaga dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA)
dengan rincian pada Tabel 6.
Tabel 6
Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2004
(dalam rupiah)
Instansi Jumlah
1. Departemen Keuangan 2.515.680.000
2. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 495.227.844.820
3. Departemen Perindustrian 918.808.280
4. Departemen Perhubungan dan Telekomunikasi 304.792.602.842
5. Departemen Kesehatan 8.278.219.104
6. Departemen TenagaKerja dan Transmigrasi 4.812.226
7. Departemen Kehutanan 229.279.045
8. Kementerian Negara PAN 9.029.847.977
9. Kementerian PPN/Bappenas 1.200.000
10. PT Perusahaan Pengelola Aset 97.888.411.871
Jumlah 918.886.706.165
Bagian Lancar
Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sebesar Rp2.126.200.147
Tagihan TGR merupakan saldo Tagihan TGR kementerian negara/ lembaga yang akan jatuh tempo
Rp2,1 miliar dalam tahun anggaran 2005. Rincian Bagian Lancar Tagihan TGR untuk masing-
masing kementerian negara/lembaga dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi per 31 Desember 2004
(dalam rupiah)
Kementerian Negara/Lembaga Jumlah
1. Departemen Dalam Negeri 74.360.000
2. Departemen Keuangan 12.500.000
3. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 232.960.424
4. Departemen Perhubungan 400.276.289
5. Departemen Pendidikan Nasional 57.127.500
6. Departemen Agama 10.000.000
7. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 70.167.000
8. Departemen Kehutanan 383.867.999
9. Departemen Kelautan dan Perikanan 666.334.273
10. Kementerian Negara Riset dan Teknologi 24.234.000
11. Badan Intelijen Negara 8.068.956
12. Badan Pusat Statistik 27.838.800
13. Departemen Komunikasi dan Informasi 3.229.470
14. Kepolisian RI 72.535.188
15. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 82.700.248
Jumlah 2.126.200.147
Piutang Lain-lain Piutang Lain-lain sebesar Rp1.746.650.958.960 merupakan piutang yang tidak dapat
Rp1,7 triliun diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori piutang sebagaimana telah dijelaskan di
atas, yang berasal dari kementerian negara/lembaga antara lain terdiri dari Piutang
Premi Penjaminan dan Denda, serta Piutang Dividen.
Jumlah Piutang Lain-lain yang berasal dari kementerian negara/lembaga sebesar
Rp1.585.005.093.891 antara lain merupakan denda keterlambatan penyampaian
laporan keuangan kepada pihak ketiga (perusahaan asuransi, reasuransi dan dana
pensiun) yang belum diselesaikan per 31 Desember 2004 yang diharapkan diterima
dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun, dan pinjaman yang diberikan kepada
pihak ketiga dalam rangka pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), Kredit Usaha
Hutan Rakyat (KUHR) dan Kredit Usaha Tani Persuteraan Alam (KUTPA).
Rincian piutang lain-lain menurut kementerian negara/lembaga adalah sebagai berikut:
Dewan Perwakilan Rakyat Rp 1.030.361.120
Departemen Keuangan 1.212.400.000
Departemen Perhubungan 12.034.370.289
Departemen Kehutanan 1.568.969.196.896
Bappenas 1.758.765.586
Rp
Jumlah 1.585.005.093.891
C.2.12. Persediaan
Perindustrian dan Perdagangan, dan Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (UKM).
Grafik 16
Komposisi Aset Tetap Berdasarkan Jenisnya per 31 Desember 2004
T anah 83,6
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
triliun rupiah
Dana Cadangan Dana cadangan dibentuk berdasarkan kebijakan Pemerintah pada tahun 1991 dimana
Rp1,7 triliun pemerintah menyisihkan sebagian kelebihan realisasi pendapatan pajak untuk
digunakan sebagai Cadangan Anggaran Pembangunan (CAP) sebesar
Rp3.500.000.000.000. CAP merupakan restricted cash pemerintah yang akan
digunakan apabila terjadi defisit dalam tahun-tahun anggaran berikutnya. CAP tersebut
pernah digunakan pada tahun anggaran 1993/1994 sebesar Rp1.770.000.000.000.
Saldo Rek. CAP per 31 Desember 2004 sebesar Rp1.730.000.000.000.
Tabel 9
Aset Lainnya per 31 Desember 2004
(dalam rupiah)
Uraian Jumlah
Tagihan Penjualan Angsuran 396.163.190.839
Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 33.475.182.449
Kemitraan dengan Pihak Ketiga 31.579.000
Dana yang Dibatasi Penggunaannya 11.303.683.753.573
Aset Lain-lain yang berasal dari: 57.182.454.123.677
- Kementerian Negara/Lembaga 1.418.771.733.440
- PPA 7.874.876.579.116
- TP 1.099.621.502.074
- DJPLN 1.219.482.111.037
- KKKS BP Migas 31.796.578.020.262
- BP Kemayoran 198.160.517.811
- BP Gelora Bung Karno 13.574.963.659.937
Jumlah 68.915.807.829.538
Tagihan TGR masing-masing kementerian negara/lembaga dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10
Tuntutan Ganti Rugi menurut Kementerian Negara/Lembaga
(dalam rupiah)
Kementerian Negara/Lembaga Jumlah
1. Dewan Perwakilan Rakyat 15.620.000
2. Badan Pemeriksa Keuangan 1.866.479.644
3. Departemen Luar Negeri1 14.816.837.218
4. Departemen Pertahanan 4.736.228.492
5. Departemen Hukum dan HAM 318.759.471
6. Departemen Keuangan 6.122.096.542
7. Departemen Perindustrian dan Perdagangan 1.204.082.242
8. Departemen Pendidikan Nasional 165.432.480
9. Departemen Kesehatan 1.074.726.326
10. Departemen Agama 147.508.593
11. Departemen Sosial 1.500.000
12. Departemen Kehutanan 1.113.548.972
13. Departemen Komunikasi dan Informasi 40.019.693
14. Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata 177.513.055
15. Kementerian Negara Koperasi dan UKM 25.850.000
16. Badan Intelejen Negara 20.810.509
17. Badan Pusat Statistik 103.796.775
18. Kementerian PPN/Bappenas 2.740.000
19. Badan Pertanahan Nasional 1.347.039.167
20. Kepolisian RI 174.593.270
Jumlah 33.475.182.449
Saldo Kemitraan dengan Pihak Ketiga sebesar Rp31.579.000, merupakan kerja sama
antara Departemen Kehutanan dengan pihak lain yang mempunyai ikatan dengan
Departemen Kehutanan dan rekanan yang melaksanakan pekerjaan dari Departemen
dan pemegang hak perijinan kehutanan.
Saldo Dana yang Dibatasi Pengunaannya sebesar Rp 11.303.683.753.573, merupakan
rekening dana reboisasi yang penggunaan dananya hanya untuk kegiatan reboisasi dan
rehabilitasi lahan melalui skema pinjaman. Kebijakan pengelolaan dana tersebut diatur
dengan ketentuan Inpres Nomor 9 Tahun 1999, Inpres Nomor 4 Tahun 2000 serta PP
Nomor 35 Tahun 2002. Rincian per rekening disajikan pada Lampiran 17
Aset Lain-lain yang berasal dari kementerian negara/lembaga disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11
Aset Lain-lain menurut Kementerian Negara/Lembaga
(dalam rupiah)
Aset Lain-lain yang berasal dari PPA sebesar Rp7.874.876.579.116 merupakan aset
pemerintah eks BPPN yang masih dikelola PPA menunggu untuk dijual dan hasilnya
disetorkan ke Kas Negara sebagai PNBP. Nilai aset tersebut merupakan nilai aset hasil
valuasi internal BPPN per 30 April 2004. Pemerintah sedang mengupayakan untuk
memperoleh nilai wajar dari seluruh aset eks BPPN. Rincian disajikan pada Lampiran 18.
Aset Lain-lain yang berasal dari Tim Pemberesan (TP) sebesar Rp1.099.621.502.074
merupakan aset pemerintah eks BPPN yang status kepemilikan dan nilainya masih
bermasalah (belum bersih) sehingga belum dapat diserahkan kepada PT PPA. Rincian
disajikan pada Lampiran 19.
Aset inventaris kantor eks BPPN yang berasal dari pengadaan BPPN dan BBO/BBKU
belum dimasukkan dalam laporan ini karena nilai wajar aset tersebut belum ditetapkan
oleh Menteri Keuangan. Nilai perolehan dan nilai pengalihan aset tersebut pada saat
penyerahan ke Menteri Keuangan (30 April 2004) dianggap terlalu tinggi sehingga perlu
dilakukan penilaian terlebih dahulu oleh Tim Interdept.
Aset Lain-lain yang berasal dari DJPLN Departemen Keuangan sebesar
Rp1.219.482.111.037 merupakan piutang macet kementerian negara/lembaga yang
penagihannya dialihkan ke DJPLN, hasil bersih penagihan akan merupakan PNBP
kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. Rincian disajikan pada Lampiran 20.
Aset Lain-lain yang berasal dari BP Migas sebesar Rp31.796.578.020.262 merupakan
aset negara yang digunakan dalam rangka kontrak kerja sama minyak bumi dan gas
alam. Angka yang disajikan merupakan nilai buku per 31 Desember 2004, yang
dihitung dari harga perolehan aset sebesar Rp178.791.439.130.115 dikurangi
akumulasi depresiasi sebesar Rp146.994.861.109.853. Rincian disajikan pada
Lampiran 21.
Aset Lain-lain yang berasal dari BP Kemayoran sebesar Rp198.160.517.811 merupakan
saldo Kas dan setara Kas BP Kemayoran per 31 Desember 2004, yang berupa deposito
sebesar Rp168.090.000.000 dan giro sebesar Rp30.070.517.811
Aset Lain-lain yang berasal dari BP Gelora Bung Karno sebesar Rp13.574.963.659.937
merupakan saldo Kas dan setara Kas, piutang, dan aset tetap BP Gelora Bung Karno per
31 Desember 2004 dengan rincian sebagai berikut:
USD Rupiah Total (dalam Rp)
Kas dan Setara Kas (I) 50.803.546.870
Deposito 1.800.000,00 22.500.000.000 39.222.000.000
Giro 792.208,45 4.221.930.369 11.581.546.870
Piutang (II) 11.545.000.000 11.545.000.000
Aset Tetap (III) 13.512.615.113.067
Peralatan dan Mesin 11.949.668.159 11.949.668.159
Gedung dan Bangunan 554.515.524.908 554.515.524.908
Tanah 12.946.149.920.000 12.946.149.920.000
Jumlah I+II+III 13.574.963.659.937
*) Konversi ke dalam Rupiah menggunakan kurs tengah BI tanggal 31 Desember 2004 USD 1 = Rp9.290
Utang PFK Rp226,2 Utang PFK sebesar Rp266.181.671.351 berasal dari jumlah potongan dalam Surat
miliar Perintah Membayar (SPM) yang belum dibayarkan kepada pihak ketiga meliputi
potongan 10% gaji, 2% pensiun, dan wesel pemerintah.
Saldo Rekening Utang PFK merupakan selisih antara Penerimaan Potongan PFK dan
Pengeluaran Pembayaran kepada pihak ketiga. Rekapitulasi penerimaan dan
pengeluaran PFK adalah sebagai berikut:
Uraian
Penerimaan Pengeluaran Saldo
Pengembl. Pen. PFK 10%
Gaji 5.901.560.438.000 5.818.424.268.000 83.136.170.000
Pengembl. Pen PFK 2%
Pensiun 64.082.621.000 61.575.344.000 2.507.277.000
Pengembl. Pen PFK Beras 355.835.134.000 288.897.641.000 66.937.493.000
Pengembl. PFK 2%
Pemda 152.843.128.000 129.371.276.000 23.471.852.000
Pengembl. PFK Lain 297.951.738.351 247.822.859.000 50.128.879.351
Total Pengeluaran PFK 6.772.273.059.351 6.546.091.388.000 266.181.671.351
Bagian Lancar Utang Jumlah Bagian Lancar Utang Jangka Panjang sebesar Rp82.079.302.957.375
Jangka Panjang merupakan utang pemerintah baik dalam negeri maupun luar negeri yang
Rp82,1 triliun diperhitungkan akan dibayar atau jatuh tempo dalam tahun 2005. Jumlah Bagian
Lancar Utang Luar Negeri disajikan pada Tabel 12. Sedangkan rincian Bagian Lancar
Utang Luar Negeri yang akan dibayar per bulan selama tahun 2005 dapat dilihat pada
Lampiran 22.
Tabel 12
Bagian Lancar Utang Luar Negeri per Jenis Utang
(dalam rupiah)
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri merupakan reklasifikasi surat utang negara (SUN)
dalam negeri yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca,
sebagaimana disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri per Jenis Obligasi
(dalam rupiah)
Hedge Bonds :
Nominal 2.711.595.000.000
Accrued Indexation (112.476.474.215
Nilai bersih (nilai buku) (III) 2.824.071.474.215
Rincian lebih lanjut mengenai Bagian Lancar Utang Obligasi Dalam Negeri dapat dilihat
pada Lampiran 23. Sedangkan Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan SUN Tahun
Anggaran 2004 dapat dilihat pada Lampiran 31.
utang bunga dan kewajiban luar negeri lainnya disajikan pada Tabel 14. Rincian utang
bunga obligasi dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 14
Utang Bunga dan Kewajiban Luar Negeri Lainnya
(dalam rupiah)
Jumlah
Bunga
Utang Bilateral 8.074.996.471.505
Obligasi 121.828.361.590
Kredit Komersial 225.694.008.822
Kredit Ekspor 5.259.892.358.843
Leasing 58.683.775.633
Multilateral 8.306.958.118.860
Jumlah Bunga (I) 22.048.053.095.253
Komisi
Bilateral 10.871.670.481
Kredit Ekspor 125.927.450.726
Kredit Komersial 40.127.676.935
Jumlah Komisi (II) 176.926.798.142
Jumlah I+II 22.224.979.893.395
Rincian lebih lanjut Biaya Bunga dan Biaya Utang Luar Negeri dapat dilihat pada
Lampiran 24.
Tabel 15
Utang Bunga Obligasi
(dalam rupiah)
Keterangan :
*) Utang bunga atas CPI Index Linked Bonds (SU) – overdue adalah utang bunga tertunggak
atas penerbitan SU-002 dan SU-004 yang dihitung sejak diterbitkan sampai tanggal
pembayaran bunga terakhir tahun 2004 (1 Oktober 2004 untuk SU-002 dan 1 Desember
2004 untuk SU-004), dan baru dibayar sebagian oleh Pemerintah dengan rincian sebagai
berikut (dalam rupiah):
Saat ini tengah diupayakan proses restrukturisasi SU-002 dan SU –004 antara Departemen
Keuangan dengan Bank Indonesia, termasuk utang bunga tertunggak. Utang bunga CPI
Index Linkeds Bonds (SU)-not yet due adalah utang bunga SU-002 dan SU-004 akrual, yang
dihitung dari tanggal pembayaran bunga terakhir di tahun 2004 sampai tanggal pelaporan.
**) Bunga yang masih harus dibayar untuk SUP No. SU-005/MK/1999 tanggal 29 Desember
1999, periode 10 Desember 2004 s.d. 31 Desember 2004 adalah sebagai berikut:
Mutasi Outstan
Tingkat Bunga Bunga
No Penarikan Pengem ding HB
Tgl (%) (Rp)
(Rp juta) balian (Rp juta)
Saldo Awal 1.304.334
1 10-12-04 - 1.304.334 7,29278 18 4.690.958.256
2 28-12-04 57.000 1.361.334 7,29278 4 1.087.990.068
3 31-12-04
Jumlah 5.778.948.324
HB = Hari Bunga
Rincian lebih lanjut Utang Bunga Obligasi dapat dilihat pada Lampiran 25. Formula
perhitungan bunga dan accrued interest dapat dilihat pada Lampiran 26.
Utang pemerintah kepada BI berupa bunga subsidi impor komoditi Bulog sebesar
Rp428.901.757.712 terjadi karena BI memberikan talangan kepada Pemerintah untuk
subsidi impor pangan yang dilakukan Bulog. Utang pokok talangan tersebut telah
dibayar Pemerintah, namun bunganya sampai dengan tanggal 31 Desember 2004
belum dilunasi.
Utang Jangka Panjang Jumlah Utang Jangka Panjang Dalam Negeri SUN sebesar Rp621.854.878.768.795
DN SUN Rp621,9 merupakan posisi Utang Obligasi Dalam Negeri yang akan jatuh tempo lebih dari satu
triliun tahun setelah tanggal neraca sebagaimana disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16
Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Obligasi
(dalam rupiah)
Rincian Utang Obligasi Dalam Negeri Jangka Panjang dapat dilihat pada Lampiran 27.
Catatan :
a. Jumlah yang tercantum dalam CPI Index Linked Bonds (SU – Surat Utang) adalah
jumlah pokok SU-002 dan SU-004 setelah memperhitungkan indeksasi pada awal
tahun anggaran 2004. Jumlah nominal SU-002 dan SU-004 pada saat
diterbitkan masing-masing sebesar Rp20.000.000.000.000 dan
Rp53.779.500.000.000. Surat Utang diindeks setiap awal tahun anggaran
berdasarkan inflasi pada tahun anggaran sebelumnya. Amortisasi pertama untuk
SU-002 adalah pada tanggal 1 April 2005, sementara untuk SU-004 adalah
tanggal 1 Juni 2005.
b. Dalam rangka program penjaminan, pada tanggal 6 September 2001,
Pemerintah menerbitkan SU-006 sebesar nominal Rp40.000.000.000.000.
Jumlah nominal atas SU-006 ini merupakan jumlah maksimum, sehingga baru
akan efektif menjadi utang jika benar-benar sudah terjadi penarikan. Namun
sampai 31 Desember 2004 belum terpakai sama sekali, sehingga nilai utang
Pemerintah atas SU-006 ini per tanggal 31 Desember 2004 adalah nol.
c. Nilai nominal penerbitan SRBI adalah sebesar Rp144.536.094.294.530 atau
sama dengan jumlah nominal SU-001 dan SU-003. SRBI jatuh tempo tahun 2033
dengan tingkat kupon 0,1% setahun dihitung dari sisa pokok terutang yang
dibayarkan secara periodik 2 (dua) kali setahun. Pelunasan SRBI akan bersumber
dari surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian Pemerintah dan akan dilakukan
apabila rasio modal terhadap kewajiban moneter BI telah mencapai di atas 10%.
Dalam hal rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia kurang dari
3%, maka Pemerintah akan membayar charge kepada Bank Indonesia sebesar
kekurangan dana yang diperlukan untuk mencapai rasio modal tersebut.
Tabel 17
Utang Luar Negeri Perbankan per Jenis Utang
(dalam rupiah)
Outstanding
Jenis Utang Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
31 Des 04
Bilateral 317.441.091.076.379 16.153.493.926.222 301.287.597.150.157
Multilateral 180.498.228.761.161 18.748.076.084.809 161.750.152.676.352
Kredit Ekspor 136.111.521.867.901 16.140.457.859.450 119.971.064.008.451
Jumlah 634.050.841.705.441 51.042.027.870.481 583.008.813.834.960
Utang Jangka Panjang Jumlah Utang Jangka Panjang Luar Negeri Non Perbankan sebesar
LN Non Perbankan Rp2.929.540.649.970 merupakan posisi Utang Luar Negeri yang akan jatuh tempo
Rp2,9 triliun lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca sebagaimana disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18
Utang Luar Negeri Non Perbankan per Jenis Utang
(dalam rupiah)
Komposisi utang jangka panjang pemerintah per jenis utang disajikan pada Grafik 17.
Grafik 17
Komposisi Utang Jangka Panjang Pemerintah
per 31 Desember 2004
UJP LN Non
UJP LN UJP LN SUN
Perbankan
Perbankan 0,75%
0,24%
47,66%
UJP LN Lainnya
0,34%
UJP DN
Lainnya UJP DN SUN
0,16% 50,84%
Keterangan:
UJP DN = Utang Jangka Panjang Dalam Negeri, UJP LN = Utang
Jangka Panjang Luar Negeri, SUN = Surat Utang Negara
SAL Rp24,6 triliun Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp24.588.479.454.419 merupakan saldo awal SAL
tahun anggaran 2004. Rincian akumulasi SAL sampai dengan akhir Tahun Anggaran
2003 disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19
Akumulasi SAL s.d akhir TA 2003
(dalam jutaan rupiah)
C.2.32. SIKPA
SIKPA minus Rp3,014 Jumlah SIKPA sebesar minus Rp3.014.097.677.000 merupakan selisih antara realisasi
triliun seluruh penerimaan anggaran dengan pengeluaran anggaran TA 2004.
Dana Lancar Lainnya Jumlah Dana Lancar Lainnya sebesar Rp32.504.118.643.407 merupakan Kas dan Bank
Rp 32,5 triliun pemerintah di luar Rek. 502 BUN dan Rek. Kas di KPPN dan Uang Muka dari Rek. BUN.
C.2.37. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
Dana yang Harus Perkiraan tersebut merupakan bagian dari ekuitas dana yang disediakan untuk
Disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek. Jumlah ini merupakan total nilai Bagian Lancar
Pembayaran Utang Utang jangka Panjang, Utang Bunga dan utang Jangka Pendek Lainnya. Rincian dana
Jangka Pendek
yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek adalah sebagai berikut:
Rp125,6 triliun
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Rp 82.079.302.957.375
Utang Bunga 43.054.542.475.822
Utang Jangka Pendek Lainnya 478.049.128.712
Jumlah Rp125.611.894.561.909
Diinvestasikan dalam Jumlah Diinvestasikan dalam Aset Lainnya sebesar Rp68.915.807.829.538 merupakan
Aset Lainnya Rp68,9 jumlah ekuitas dana yang diinvestasikan oleh pemerintah pusat dalam bentuk aset
triliun lainnya dengan rincian sebagai berikut:
Diinvestasikan dalam Tagihan Penjualan Angsuran Rp 396.163.190.389
Diinvestasikan dalam Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 33.475.182.449
Diinvestasikan dalam Kemitraan dengan Pihak Ketiga 31.579.000
Diinvestasikan dalam Dana yang Dibatasi Penggunaannya 11.303.683.753.573
Diinvestasikan dalam Aset Lain-lain 57.182.454.123.677
Jumlah Rp 68.915.807.829.538
C.2.41. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
Dana yang Harus Perkiraan tersebut merupakan bagian dari ekuitas dana yang disediakan untuk
Disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang. Jumlah ini merupakan akumulasi utang jangka
Pembayaran Utang panjang, yang terdiri dari Utang Jangka Panjang Dalam Negeri dan Utang Jangka
Jangka Panjang Panjang Luar Negeri. Rincian dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang
Rp1.223,2 riliun jangka panjang adalah sebagai berikut:
Utang Jangka Panjang Dalam Negeri SUN Rp 621.854.878.768.795
Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Lainnya 1.988.569.160.166
Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan 583.008.813.834.960
Utang Jangka Panjang Luar Negeri Non Perbankan 2.929.540.649.970
Utang Jangka Panjang Luar Negeri SUN 9.228.859.647.206
Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya 4.184.071.033.048
Jumlah Rp1.223.194.733.094.145
3. Pada tanggal 1 Januari 2005, sesuai dengan terms and conditions SU dilakukan
indeksasi terhadap SU-002 dan SU-004 berdasarkan inflasi tahun 2004. Hal ini
mengakibatkan perubahan saldo pokok SU yang cukup signifikan, baik untuk SU
yang berada pada posisi kewajiban jangka pendek maupun pada SU yang berada
pada posisi kewajiban jangka panjang, dengan rincian sebagai berikut:
(dalam rupiah)
CPI Index Linked Kewajiban Jangka Indeksasi Setelah Indeksasi
Bonds Pendek
SU-002 2.174.243.754.123 139.169.021.131 2.313.412.775.154
SU-004 5.402.826.376.873 345.824.177.633 5.748.650.554.506
Total 7.577.070.130.996 484.993.198.764 8.062.063.329.660
Saldo awal kas Saldo Awal Kas per 1 Januari 2004 sebesar Rp19.313.910.770.106 merupakan kas
pemerintah per 1 pemerintah pusat yang tersedia untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan
Januari 2004 sebesar operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan non anggaran, dengan
Rp19,3 triliun rincian:
- Kas di Bank Indonesia Rp 7.672.665.511.000
- Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara 11.641.245.259.106
Jumlah Saldo Awal Kas Pemerintah Rp19.313.910.770.106
PERUBAHAN/MUTASI KAS
Perubahan/mutasi kas sepanjang tahun anggaran 2004 menginformasikan tentang
kenaikan (penurunan) kas dari berbagai aktivitas pemerintah dengan rincian:
Penurunan kas
pemerintah pada TA - Kenaikan (Penurunan) Kas Operasi Rp30.451.771.854.000
2004 sebesar Rp6,6 - Kenaikan (Penurunan) Kas Investasi Aset Non
triliun Keuangan (66.853.143.100.000)
- Kenaikan (Penurunan) Kas Pembiayaan 33.387.273.569.000
- Kenaikan (Penurunan) Kas Non Anggaran (3.552.066.133.188)
Kenaikan (Penurunan) Kas Pemerintah Rp(6.566.163.810.188)
Dari data tersebut berarti defisit anggaran adalah sebesar Rp36.401.371.246.000, yaitu
selisih antara kenaikan kas dari aktivitas operasi dan penurunan kas dari aktivitas
investasi aset non keuangan. Komposisi kenaikan (penurunan) dari tiap aktivitas
disajikan dalam Grafik 18.
Grafik 18
Komposisi Arus Kas Bersih per Aktivitas
40 33,4
30,5
20
0
triliun rupiah
-3,6
-20
-40
-60
-66,9
-80
Operasi Investasi Aset Non Pembiayaan Non Anggaran
Keuangan
Penjelasan atas Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2004 diuraikan
sebagai berikut:
Komposisi penerimaan perpajakan dalam prosentase dapat dilihat pada Grafik 19:
Grafik 19
Komposisi Penerimaan Perpajakan TA 2004
PNBP sebesar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp116.704.801.670.000 adalah
Rp116,7 triliun semua penerimaan yang diterima negara dalam bentuk penerimaan dari sumber daya
alam, bagian pemerintah atas laba Badan Usaha Milik Negara dan penerimaan negara
bukan pajak lainnya.
Rincian atas penerimaan negara bukan pajak adalah sebagai berikut :
PNBP Lainnya
PNBP Lainnya sebesar Rp15.489.523.930.000 merupakan penerimaan negara selain
dari penerimaan sumber daya alam dan pendapatan bagian pemerintah atas laba
BUMN yang terdiri dari:
- Penjualan Hasil Produksi/Sitaan Rp 1.013.841.537.000
- Pendapatan Sewa 31.962.445.000
- Pendapatan Jasa I 3.385.888.989.000
- Pendapatan Jasa II 1.288.180.309.000
- Pendapatan Rutin dari Luar Negeri 100.000.004.000
- Pendapatan Bunga 447.274.212.000
- Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan 46.744.252.000
- Pendapatan Pendidikan 1.182.243.621.000
- Pendapatan Laba Bersih Penjualan BBM 24.000
- Pendapatan Lain-lain 3.644.379.697.000
- Pendapatan dari Penerimaan Kembali Belanja TAYL 4.649.271.885.000
Jumlah PNBP Lainnya 15.789.786.975.000
Dikurangi :
- Pengembalian PNBP (300.263.045.000)
Jumlah PNBP Lainnya (Netto) 15.489.523.930.000
Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Rp116.704.801.670.000
Hibah sebesar Pendapatan Hibah sebesar Rp277.962.833.000 adalah semua penerimaan negara
Rp277,9 miliar yang berasal dari sumbangan swasta dalam negeri dan sumbangan lembaga swasta dan
pemerintah luar negeri:
- Hibah Luar Negeri – Bilateral Rp115.678.198.000
- Hibah Luar Negeri - Multilateral 84.336.093.000
- Pendapatan Hibah Luar Negeri Lainnya 77.948.542.000
Jumlah Pendapatan Hibah Rp277.962.833.000
Belanja subsidi mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak, sehingga harga
sebesar Rp91,9 jual terjangkau oleh masyarakat. Rincian Belanja Subsidi adalah sebagai berikut:
triliun
Subsidi Harga/Biaya
- Subsidi BBM Rp69.024.450.135.000
- Subsidi Pangan 4.830.777.908.000
- Subsidi Listrik 2.316.650.000.000
- Subsidi Benih 76.202.915.000
- Subsidi Pupuk 1.259.218.582.000
Jumlah Subsidi Harga/Biaya 77.507.299.540.000
Subsidi Bunga Kredit/Penyertaan Risiko
- Subsidi Bunga Kredit Pemilikan Rumah 61.572.454.000
- Subsidi Bunga Kredit Ketahanan Pangan 34.889.148.000
Jumlah Subsidi Bunga Kredit/Penyertaan Resiko 96.461.602.000
Subsidi Pajak dan Bea Masuk
- Subsidi Pajak Penghasilan 1.312.122.928.000
Jumlah Subsidi Pajak dan Bea Masuk 1.312.122.928.000
Subsidi Rutin Lainnya
- Subsidi Lainnya 5.825.493.493.000
Jumlah Subsidi Rutin Lainnya 5.825.493.493.000
Subsidi Lain-lain 11.285.088.000
Subsidi/Belanja Bantuan
- Tunjangan Kesehatan Veteran Non Tuvet 793.000
- Belanja Rutin KONI 14.322.124.000
- Dana Kontingensi 6.409.717.749.000
- Bantuan Dalam Rangka Penugasan/PSO 722.598.587.000
Jumlah Subsidi/Belanja Bantuan 7.146.639.253.000
Jumlah Belanja Subsidi Rp91.899.301.904.000
Bunga utang sebesar Bunga Utang sebesar Rp62.664.201.767.000 merupakan pembayaran yang dilakukan
Rp62,7 triliun atas kewajiban penggunaan pokok utang (Principal Outstanding), baik utang dalam
negeri maupun utang luar negeri, yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman. Bunga
Utang diklasifikasikan menjadi Bunga dan Kewajiban Utang Dalam Negeri serta Bunga
dan Kewajiban Utang Luar Negeri.
Rincian Bunga Utang tersebut adalah sebagai berikut :
Bunga dan Kewajiban Utang Dalam Negeri
Bunga dan Kewajiban Utang Dalam Negeri sebesar Rp39.867.284.566.000
merupakan pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah sehubungan dengan surat
berharga (obligasi) pemerintah dalam negeri dalam rangka Program Restrukturisasi
Perbankan dengan rincian:
- Bunga Utang Dalam Negeri – Obligasi Rp39.553.587.093.000
- Pembayaran Imbalan Bunga (SPM-IB) 313.697.473.000
Jumlah Bunga dan Kewajiban Utang Dalam Negeri Rp39.867.284.566.000
Penurunan kas dari - Arus Masuk Kas Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Rp 107.537.409.000
aktivitas investasi aset - Dikurangi Arus Keluar Kas Aktivitas Investasi Aset Non
non keuangan Keuangan (66.960.680.509.000)
sebesar Rp66,9 triliun
- Arus Kas Bersih (Rp66.853.143.100.000)
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah dalam tahun anggaran berjalan tidak
dapat mendanai seluruh pengeluaran aktivitas investasi aset non keuangan dari
penerimaannya.
Pinjaman Proyek
Pinjaman Proyek yang diterima pemerintah dalam tahun anggaran berjalan sebesar
Rp18.416.772.005.000 berasal dari:
- Pinjaman Proyek dari Bilateral Rp 8.734.844.120.000
- Pinjaman Proyek dari Multilateral 1.832.993.226.000
- Pinjaman Proyek Fasilitas Kredit Ekspor 3.332.536.828.000
- Pinjaman Proyek dari Komersial 4.516.397.831.000
Jumlah Pinjaman Proyek Rp18.416.772.005.000
Pembiayaan Lain-lain
Pembiayaan lain-lain sebesar Rp8.961.109.912.000 merupakan penerimaan
pembiayaan sehubungan dengan penerbitan Surat Utang Negara yang diterima
dalam tahun berjalan.
Pembayaran pokok Pembayaran Pokok (Amortisasi) Utang Luar Negeri sebesar Rp46.491.106.882.000
utang luar negeri merupakan pengeluaran pemerintah atas cicilan pokok (amortisasi) pinjaman yang telah
sebesar Rp46,5 triliun jatuh tempo. Pembayaran cicilan pokok (amortisasi) dalam tahun berjalan seluruhnya
dikeluarkan untuk cicilan pokok pinjaman proyek piutang kepada BUMN.
Penerimaan PFK
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) sebesar Rp12.286.381.675.000 merupakan
sebesar Rp12,3 triliun penerimaan pemerintah yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat
Perintah Membayar (SPM) atau diterima secara tunai untuk fihak ketiga, misalnya
potongan atas gaji, pensiun, beras BULOG, dan lain-lain.
Pengeluaran transito Pengeluaran transito sebesar Rp. 14.990.372.531.864 merupakan sisa uang muka
sebesar Rp15 triliun bendahara yang disetor ke kas negara baik itu berasal dari bendahara rutin, proyek dan
swadana rincian penerimaan transito sebagai berikut:
- Pengeluaran Transito Rutin Rp 6.861.703.440.864
- Pengeluaran Transito Pembangunan 7.357.736.253.000
- Pengeluaran Transito Pengguna PNBP (Swadana) 770.564.233.000
Pengeluaran Transito Dana Perimbangan 368.605.000
Jumlah Pengeluaran Transito Rp14.990.372.531.864
Lampiran 1
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENERIMAAN DALAM NEGERI
TAHUN ANGGARAN 2004
(Dalam Rupiah)
REALISASI
ANGGARAN
MAP URAIAN REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU. NO. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
Lampiran -69-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
REALISASI
ANGGARAN
MAP URAIAN REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU. NO. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
Lampiran -70-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
REALISASI
ANGGARAN
MAP URAIAN REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU. NO. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
0555 Pendapatan biaya penagihan pajak-pajak negara dengan surat paksa 2.520.781.000 490.370.624 (2.030.410.376)
0556 Pendapatan uang pewarganegaraan 7.000.000.000 3.839.862.684 (3.160.137.316)
0557 Pendapatan bea lelang 16.500.100.000 16.561.262.397 61.162.397
0558 Pendapatan biaya pengurusan piutang negara dan lelang negara 100.000.000.000 41.743.311.075 (58.256.688.925)
0559 Pendapatan jasa lainnya 273.760.432.000 18.988.959.704 (254.771.472.296)
0560 Pendapatan rutin dari luar negeri 198.646.387.000 200.050.263.847 1.403.876.847
0561 Pendapatan dari pemberian surat perjalanan Republik Indonesia - 259.557 259.557
0562 Pendapatan dari jasa pengurusan dokumen konsuler 198.646.387.000 200.050.004.290 1.403.617.290
0610 Pendapatan kejaksaan dan peradilan 40.690.460.000 30.652.605.169 (10.037.854.831)
0611 Legalisasi tanda tangan 200.000.000 154.704.740 (45.295.260)
0612 Pengesahan surat di bawah tangan 70.000.000 29.042.563 (40.957.437)
0613 Uang meja (leges) dan upah pada panitera badan pengadilan 1.026.000.000 685.203.244 (340.796.756)
0614 Hasil denda/denda tilang dan sebagainya 25.200.000.000 24.356.987.469 (843.012.531)
0615 Ongkos perkara 6.109.960.000 3.694.243.732 (2.415.716.268)
0619 Penerimaan kejaksaan dan peradilan lainnya 8.084.500.000 1.732.423.421 (6.352.076.579)
0710 Pendapatan pendidikan 1.422.600.000.000 391.072.665.044 (1.031.527.334.956)
0711 Uang pendidikan 1.311.980.504.000 335.206.223.987 (976.774.280.013)
0712 Uang ujian masuk, kenaikan tingkat, dan akhir pendidikan 12.314.222.000 9.786.713.910 (2.527.508.090)
0713 Uang ujian untuk menjalankan praktek 1.393.030.000 1.077.182.100 (315.847.900)
0719 Pendapatan pendidikan lainnya 96.912.244.000 45.002.545.047 (51.909.698.953)
Penerimaan Lain-lain 15.170.002.446.000 16.032.007.909.960 862.005.463.960
0810 Pendapatan dari penerimaan kembali belanja tahun anggaran berjalan 1.007.251.556.000 7.084.518.122 (1.000.167.037.878)
0811 Penerimaan kembali belanja pegawai pusat 38.740.128.000 5.857.653.832 (32.882.474.168)
0813 Penerimaan kembali belanja pensiun 151.139.068.000 - (151.139.068.000)
0814 Penerimaan kembali belanja rutin lainnya 649.885.342.000 657.843.653 (649.227.498.347)
0815 Penerimaan kembali belanja pembangunan rupiah murni 47.487.018.000 569.020.637 (46.917.997.363)
0816 Penerimaan kembali belanja pembangunan pinjaman LN 120.000.000.000 - (120.000.000.000)
0820 Pendapatan dari penerimaan kembali belanja tahun anggaran yang lalu 581.686.032.000 4.734.987.591.960 4.153.301.559.960
0821 Penerimaan kembali belanja pegawai pusat 20.432.802.000 6.034.328.921 (14.398.473.079)
0822 Penerimaan kembali belanja pegawai daerah otonom 2.537.454.000 1.778.613.448 (758.840.552)
0823 Penerimaan kembali belanja pensiun 3.141.286.000 3.020.012.388 (121.273.612)
0824 Penerimaan kembali belanja rutin lainnya 343.141.022.000 4.631.570.216.826 4.288.429.194.826
0825 Penerimaan kembali belanja pembangunan rupiah murni 62.751.364.000 18.940.635.093 (43.810.728.907)
0826 Penerimaan kembali belanja pembangunan pinjaman LN 149.661.234.000 73.475.214.034 (76.186.019.966)
0827 Penerimaan kembali belanja pembangunan Hibah 20.870.000 168.571.250 147.701.250
REALISASI
ANGGARAN
MAP URAIAN REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU. NO. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
0841 Pendapatan pelunasan piutang 7.691.600.000.000 7.692.467.357.932 867.357.932
Lampiran -72-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 2
Lampiran -73-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran -74-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 3
REALISASI
ANGGARAN
KODE SEKTOR / SUBSEKTOR REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU No. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
Lampiran -75-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
REALISASI
ANGGARAN
KODE SEKTOR / SUBSEKTOR REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU No. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
10 SEKTOR SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP, DAN TATA RUANG 606.621.951.000 636.776.131.099 30.154.180.099
10.1 Subsektor Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 17.602.943.000 24.016.396.941 6.413.453.941
10.2 Subsektor Tata Ruang dan Pertanahan 589.019.008.000 612.759.734.158 23.740.726.158
11 SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAL, PEMUDA DAN OLAH RAGA 5.773.406.162.000 5.593.700.703.595 (179.705.458.405)
Lampiran -76-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
REALISASI
ANGGARAN
KODE SEKTOR / SUBSEKTOR REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU No. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
16.1''' Subsektor Pelayanan dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 3.433.084.000 4.314.441.513 881.357.513
16.2 Subsektor Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 574.597.080.000 623.085.853.074 48.488.773.074
16.3 Subsektor Kelembagaan, Prasarana dan Sarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 28.990.010.000 28.266.203.606 (723.806.394)
16.4 Subsektor Statistik 270.970.874.000 296.827.134.126 25.856.260.126
Lampiran -77-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 4
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN
PEMBIAYAAN RUPIAH
TAHUN ANGGARAN 2004
(Dalam Rupiah)
REALISASI
ANGGARAN
KODE SEKTOR / SUBSEKTOR REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU. NO. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
Lampiran -78-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
REALISASI
ANGGARAN
KODE SEKTOR / SUBSEKTOR REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU. NO. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
10 SEKTOR SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP, DAN TATA RUANG 449.112.288.000 537.395.363.208 88.283.075.208
10.1 Subsektor Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 322.985.688.000 426.044.849.621 103.059.161.621
10.2 Subsektor Tata Ruang dan Pertanahan 126.126.600.000 111.350.513.587 (14.776.086.413)
-
11 SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAL, PEMUDA DAN OLAH RAGA 13.905.477.194.000 12.101.825.884.319
(1.803.651.309.681)
Lampiran -79-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
REALISASI
ANGGARAN
KODE SEKTOR / SUBSEKTOR REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU. NO. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
16.1 Subsektor Pelayanan dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) 208.557.671.000 193.344.152.713 (15.213.518.287)
16.2 Subsektor Penelitian dan Pengembangan Iptek 349.558.891.000 312.971.200.151 (36.587.690.849)
16.3 Subsektor Kelembagaan, Prasarana dan Sarana Iptek 250.610.328.000 282.899.859.117 32.289.531.117
16.4 Subsektor Statistik 217.059.253.000 213.631.249.097 (3.428.003.903)
Lampiran -80-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 5
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN
PEMBIAYAAN PROYEK
TAHUN ANGGARAN 2004
(Dalam Rupiah)
REALISASI
ANGGARAN
KODE SEKTOR / SUBSEKTOR REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU. NO. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
Lampiran -81-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
REALISASI
ANGGARAN
KODE SEKTOR / SUBSEKTOR REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU. NO. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
10 SEKTOR SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP, DAN TATA RUANG 297.648.056.000 81.319.129.227 (216.328.926.773)
10.1 Subsektor Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 181.306.056.000 27.486.733.096 (153.819.322.904)
10.2 Subsektor Tata Ruang dan Pertanahan 116.342.000.000 53.832.396.131 (62.509.603.869)
11 SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAL, PEMUDA DAN OLAH RAGA 1.302.020.275.000 419.189.891.943 (882.830.383.057)
Lampiran -82-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
REALISASI
ANGGARAN
KODE SEKTOR / SUBSEKTOR REALISASI DI ATAS (DI BAWAH)
(UU. NO. 35 / 2004)
ANGGARAN
1 2 3 4 5=4-3
15 SEKTOR AGAMA - -
16.1 Subsektor Pelayanan dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) 5.553.343.000 17.364.437.275 11.811.094.275
16.2 Subsektor Penelitian dan Pengembangan Iptek 20.496.000.000 - (20.496.000.000)
16.3 Subsektor Kelembagaan, Prasarana dan Sarana Iptek 2.375.000.000 - (2.375.000.000)
16.4 Subsektor Statistik 1.350.000.000 585.109.645 (764.890.355)
Lampiran -83-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 6
Lampiran -84-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 7
Lampiran -85-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 8
V. KANWIL V 189.939.000.000
1 JAMBI 84.428.000.000
2 SUNGAI PENUH 20.380.000.000
3 MUARA BUNGO 30.090.000.000
4 KUALA TUNGKAL 25.523.000.000
5 BANGKO 29.518.000.000
Lampiran -86-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
X. KANWIL X 230.224.000.000
1 SERANG 126.326.000.000
2 TANGERANG 75.063.000.000
3 RANGKASA BITUNG 28.835.000.000
Lampiran -87-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran -88-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran -89-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 9
Lampiran -90-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 10
DAFTAR PERSEDIAAN
per 31 Desember 2004
(dalam rupiah)
No BA Kementerian Negara/Lembaga Jumlah
Lampiran -91-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 10
DAFTAR PERSEDIAAN
per 31 Desember 2004
(dalam rupiah)
No BA Kementerian Negara/Lembaga Jumlah
Lampiran -91-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 11
1. DALAM NEGERI
PDAM 1.891.222,67 3.184.943,11 5.076.165,78
PDK 21.330,41 26.673,68 48.004,09
PEMDA 389.854,13 1.016.956,75 1.406.810,88
Jumlah 1 2.302.407,21 4.228.573,54 6.530.980,75
2. BPIS 96.843,50 1.335.229,07 1.432.072,57
3. KEUANGAN 1.439.195,36 5.468.143,68 6.907.339,04
4. INDUSTRI 966.278,63 668.745,96 1.635.024,58
5. PERTANIAN 1.314.987,35 1.501.052,96 2.816.040,30
6. KEHUTANAN 296,58 20.481,21 20.777,79
7. PU 43.172,36 479.520,70 522.693,06
8. PERHUBUNGAN 105.541,87 173.625,78 279.167,65
9. PERTAMBANGAN DAN ENERGI 0,00 10.524.963,80 10.524.963,80
10. PARPOSTEL (5.512,73) 2.044.309,30 2.038.796,57
11. KOPERASI 28.292,66 29.124,35 57.417,00
JUMLAH SLA+RDI+RPD RUPIAH (1 S.D. 11) 6.291.502,79 26.473.770,35 32.765.273,11
JUMLAH (SLA+RDI) VALAS (Ekuiv. Rp) 1.523.319,07 27.989.717,35 29.513.036,42
JUMLAH KESELURUHAN (VALAS + Rp) 7.814.821,86 54.463.487,70 62.278.309,53
Lampiran - 92 -
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 12
I BUMN PENGELOLA/LKP
1 PT Bank Mandiri (Persero) Tb 500.000.000.000 125.000.000.000 25% 375.000.000.000
Sub Jumlah I 500.000.000.000 125.000.000.000 25% 375.000.000.000
-
II BUMN PENGELOLA -
1 PT PNM (Persero) 250.000.000.000 250.000.000.000 100% -
Sub Jumlah II 250.000.000.000 250.000.000.000 100% -
III LKP -
1 PT BRI (Persero) Tbk 500.000.000.000 250.000.000.000 50% 250.000.000.000
2 PT BNI (Persero) Tbk 350.000.000.000 100.000.000.000 29% 250.000.000.000
3 PT Bank Bukopin (Persero) 300.000.000.000 300.000.000.000 100% -
4 PT BTN (Persero) 250.000.000.000 35.000.000.000 14% 215.000.000.000
5 Perum Pegadaian 200.000.000.000 200.000.000.000 100% -
6 BPD Aceh 30.000.000.000 0% 30.000.000.000
7 BPD Sumatera Utara 25.000.000.000 0% 25.000.000.000
8 BPD Sumatera Barat 35.000.000.000 0% 35.000.000.000
9 BPD Bengkulu 10.000.000.000 3.463.000.000 35% 6.537.000.000
10 BPD Riau 25.000.000.000 0% 25.000.000.000
11 BPD Jambi 10.000.000.000 0% 10.000.000.000
12 BPD Sumatera Selatan 40.000.000.000 25.000.000.000 63% 15.000.000.000
13 BPD Lampung 15.000.000.000 0% 15.000.000.000
14 BPD DKI Jakarta 50.000.000.000 25.000.000.000 50% 25.000.000.000
15 BPD Jawa Barat 50.000.000.000 16.250.000.000 33% 33.750.000.000
16 BPD DIY Yogyakarta 15.000.000.000 0% 15.000.000.000
17 BPD Jawa Tengah 50.000.000.000 3.950.000.000 8% 46.050.000.000
18 BPD Jawa Timur 50.000.000.000 32.000.000.000 64% 18.000.000.000
19 BPD Bali 35.000.000.000 20.000.000.000 57% 15.000.000.000
20 BPD Nusa Tenggara Barat 15.000.000.000 15.000.000.000 100% -
21 BPD Nusa Tenggara Timur 25.000.000.000 0% 25.000.000.000
22 BPD Sulawesi Selatan 35.000.000.000 0% 35.000.000.000
23 BPD Sulawesi Tengah 25.000.000.000 0% 25.000.000.000
24 BPD Sulawesi Utara 30.000.000.000 0% 30.000.000.000
25 BPD Sulawesi Tenggara 10.000.000.000 0% 10.000.000.000
26 BPD Kalimantan Selatan 20.000.000.000 0% 20.000.000.000
27 BPD Kalimantan Tengah 20.000.000.000 0% 20.000.000.000
28 BPD Kalimantan Barat 30.000.000.000 0% 30.000.000.000
29 BPD Kalimantan Timur 30.000.000.000 0% 30.000.000.000
30 BPD Maluku 35.000.000.000 19.390.000.000 55% 15.610.000.000
31 BPD Papua 35.000.000.000 0% 35.000.000.000
Sub Jumlah III 2.350.000.000.000 1.045.053.000.000 44% 1.304.947.000.000
Lampiran -93-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004 Lampiran 13
Lampiran -94-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004 Lampiran 13
Lampiran -95-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004 Lampiran 13
Lampiran -96-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004 Lampiran 13
Lampiran -97-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004 Lampiran 13
Lampiran -98-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 14
(Rp Juta)
Kepemilikan Pemerintah
No. Perusahaan % Saham RI Ekuitas
RI
Keterangan:
* = Audit per 31 Desember 2003
Lampiran -99-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 15
ORGANISASI/LEMBAGA TOTAL PENYERTAAN DISETOR s.d. 31 Desember 2004 SISA SETORAN (PROMISSORY NOTES)
NO
INTERNASIONAL/REGIONAL dalam USD dalam IDR** dlm USD dlm IDR** dlm USD dlm IDR**
1. IMF 3.197.609.919 29.705.796.147.510 3.229.173.693 29.999.023.607.970 (31.563.774) (267.187.346.910)
2. IBRD 1.807.000.000 16.787.030.000.000 110.275.771 1.024.461.912.590 1.696.724.229 14.362.770.598.485
3. IDA 14.400.000 133.776.000.000 0 23.847.109.367 14.400.000 121.896.000.000
4. IFC 28.539.000 265.127.310.000 28.539.000 265.127.310.000 0 0
5. MIGA 20.006.000 185.855.740.000 3.797.820 35.281.747.800 16.208.180 137.202.243.700
6. ADB 2.863.464.000 26.601.580.560.000 208.865.530 1.940.360.773.700 2.654.598.470 22.471.176.048.550
7. IFAD 41.959.000 389.799.110.000 38.459.000 357.284.110.000 3.500.000 29.627.500.000
8. ASEAN FUND 1.000.000 9.290.000.000 100.000 929.000.000 900.000 7.618.500.000
9. ASEAN SCIENCE FUND 1.000.000 9.290.000.000 235.000 2.183.150.000 765.000 6.475.725.000
10. ASEAN CENTRE FOR ENERGY 528.000 4.905.120.000 528.000 4.905.120.000 0 0
11. ICD 7.305 67.860.593 0 0 7.305 61.834.222
12. IDB 285.221.330 2.649.706.156.629 126.397.195 1.174.229.941.550 158.824.135 1.344.446.303.622
13. ICIEC 384.458 3.571.610.175 194.126 1.803.430.540 190.332 1.611.156.148
14 CFC 177.005.000 1.644.376.450.000 560.266 5.204.871.140 176.444.734 1.493.604.673.310
15 IRCO 1.000.000 9.290.000.000 1.500.000 13.935.000.000 (500.000) (4.232.500.000)
Keterangan:
**) : Konversi ke dalam IDR menggunakan kurs tengah BI tanggal 31 Desember 2004
USD 1= Rp 9.290
Lampiran -100-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004 Lampiran 16
Lampiran -101-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004 Lampiran 16
34 48 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara 74.237.563.150 302.544.975.844 235.323.980.935 8.633.551.374 1.649.929.793 137.803.810.720 760.193.811.816
35 50 Badan Intelejen Negara 3.756.469.000 477.772.377.532 77.039.215.000 32.738.977.478 239.649.000 0 591.546.688.010
36 51 Lembaga Sandi Negara 6.270.043.451 424.607.190.000 11.656.855.650 287.815.000 78.788.350 15.879.000.000 458.779.692.451
37 52 Dewan Ketahanan Nasional 0 2.297.822.930 0 4.020.000 29.728.250 0 2.331.571.180
38 53 Badan Urusan Logistik 0 262.829.915.325 75.814.007.514 0 0 0 338.643.922.839
39 54 Badan Pusat Statistik 18.175.535.375 207.050.459.669 65.677.573.207 1.038.077.065 291.941.645.316
40 55 Kantor Menneg PPN/Bappenas 15.283.167.243 47.169.362.778 25.641.041.672 179.114.000 578.223.865 0 88.850.909.558
41 56 Badan Pertanahan Nasional 144.462.635.000 322.620.693.500 77.656.729.000 617.600.000 15.723.446.000 0 561.081.103.500
42 57 Perpustakaan Nasional 22.400.000.000 28.980.569.880 62.512.227.488 0 28.534.779.612 12.611.210.000 155.038.786.980
43 59 Kementerian Komunikasi dan Informasi 32.815.145.470 235.743.962.516 196.047.421.687 1.784.368.659 2.661.674.697 0 469.052.573.029
44 60 Kepolisian Negara RI 27.952.092.573.305 10.718.786.943.912 14.071.205.346.123 3.057.721.000 4.272.700.000 105.526.856.900 52.854.942.141.240
45 63 Badan Pengawasan Obat dan Makanan 2.321.250.000 27.324.949.000 35.448.436.374 14.999.000 1.978.905.000 0 67.088.539.374
46 64 Lembaga Ketahanan Nasional 0 13.886.137.100 1.101.649.000 0 0 6.833.784.000 21.821.570.100
47 65 Badan Koordinasi Penanaman Modal 5.196.725.979 47.756.689.088 90.833.224.023 129.836.000 142.324.000 144.058.799.090
48 66 Badan Narkotika Nasional 132.137.296.200 14.648.763.051 0 49.211.740.861 15.248.143.000 211.245.943.112
49 67 Kementerian Percepatan Pembangunan KTI 16.673.465.312 0 0 0 1.010.000.000 17.683.465.312
50 68 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 5.520.201.178.317 87.818.402.073 11.322.411.726 48.682.890 10.555.053.834 0 5.629.945.728.840
51 75 Badan Metereologi dan Geofisika 11.741.888.100 197.458.383.184 39.224.205.130 5.878.313.035 11.488.598.840 0 265.791.388.289
52 72 Komisi Pemberantasan Korupsi 0 7.679.512.641 0 14.712.500 20.325.000 0 7.714.550.141
53 74 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 0 129.250.950 6.470.495.715 0 0 0 6.599.746.665
83.635.282.924.766 61.687.965.097.396 38.896.471.338.200 40.489.403.009.948 1.901.915.011.171 2.460.508.047.387 229.071.545.428.868
Lampiran -102-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 17
1 PT. BANK MANDIRI KCK JAKARTA PLAZA Menkeu-DJA Dana Reboisasi 070-00-0012505-9 2.915.502.452
2 PT. BANK MANDIRI KCK JAKARTA PLAZA Menkeu-DJA Cadangan Reboisasi 070-00-0021024-0 5.026.766.903.181
3 PT. BANK MANDIRI KCK JAKARTA PLAZA Menkeu- DJA Jasa Giro Cadangan Reboisasi 070-00-0116856-1 1.005.540.971
4 PT. BNI Cab. Taman Niaga Suwarna Menkeu-DJA Cadangan Sisas Dana Reboisasi 081,000920111,001 1.467.699.430.382
5 PT. BNI Cab. Taman Niaga Suwarna Menkeu-DJA Jasgir Cadangan Sisa Dana Reboisasi 081,000920129,001 54.178.914.520
6 PT. BNI Cab. Jakarta Kramat Menkeu-DJA Cadangan Sisa Dana Jasa Giro Reboisasi 10560776 612.901.033.187
7 PT. BNI Cab. Jakarta Kramat Menkeu-DJA Cadangan Sisa Dana Jasa Giro Reboisasi 10560787 22.723.352.124
8 PT. BNI KCU TANGERANG Departemen Keuangan cq. Dirjen Perbendaharaan 0019717937 305.852.045.247
9 PT. BNI KCU TANGERANG Departemen Keuangan cq. Dirjen Perbendaharaan 0019717926 2.086.798.662.506
10 PT. BANK DKI JAKARTA Departemen Keuangan cq. Dirjen Perbendaharaan 101,01,07211 433.402.325.680
11 PT. BANK DKI JAKARTA Departemen Keuangan cq. Dirjen Perbendaharaan 101,01,07212 59.570.502.324
12 PT. BNI Cab. Jakarta Kramat Sub Account DAK DR 13630358 1.229.869.541.000
11.303.683.753.574
Lampiran -103--
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 18
3 Aset Hak Tagih Debitur 1.165 3.693.527.076.694 (17) (253.586.241.133) 1.148 3.439.940.835.561 9.423.866.395 1.148 3.430.516.969.165
4 Aset Properti Unit 823 2.168.609.395.241 (1) (6.266.970.000) 822 2.162.342.425.241 822 2.162.342.425.241
JUMLAH 2.027 11.685.652.759.538 (12) (166.818.473.971) 2.015 11.518.834.285.567 - - - 3.643.957.706.450 2.015 7.874.876.579.116
Untuk mata uang USD dikonversi dengan menggunakan kurs beli 31 Desember 2004 sebesar $ 1 = Rp. 9.224,-
*) Saldo per 24 Maret 2004
Lampiran -104 -
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 19
Lampiran -105 -
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 20
Keterangan :
1 US$ = Rp. 9.290,00
1 EUR = Rp. 12,652.06
Lampiran -106 -
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 21
DATA ASSET
KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA
No OPERATOR WILAYAH KERJA DTT STATUS ONS/OFF AREA CODE OPR.CODE KETERANGAN ITEMS ASSET COST (US$) ACCUM. DEPR. BOOK VALUE
1 BP INDONESIA (Ex. ARCO) Wiriagar - Irian Jaya 27-02-1993 PSC ONS 05 045 Produksi 11 20.244,07 14.213,23 6.030,84
2 BP INDONESIA (Ex. ARCO) Onw. Java Sea 19-01-1967 PSC-EXT OFF 03 010 Produksi/Di Extend 7736 2.540.355.703,00 2.506.597.364,00 33.758.339,00
3 BUMI SIAK PUSAKO (Ex.Caltex) CPP Area - C. Sumatra 09-08-1975 PSC ONS 02 029 Produksi 7.970 270.459.872,00 270.459.872,00 0,00
4 CALTEX PACIFIC INDONESIA MFK Area - C. Sumatra 25-11-1963 PSC ONS 02 018 Produksi 430 5.020.314,00 5.019.282,01 1.031,99
5 CALTEX PACIFIC INDONESIA Rumbai C.sum.(Kangguru) 09-08-1975 PSC ONS 02 016 Produksi/Di Extend 129.964 3.897.009.474,83 3.658.682.465,81 238.327.009,02
6 CALTEX PACIFIC INDONESIA C&T Siak C.Sum.(Blok I,II,III.) 25-09-1963 PSC ONS 02 092 Produksi/Di Extend 976 19.976.132,50 18.867.758,52 1.108.373,98
7 CAMAR RES.(Ex.Enterprise,Gfb,INDO PACIFIC) Bawean Block 12-02-1981 PSC ONS/OFF 03 063 Produksi 98 8.069.931,00 5.095.900,00 2.974.031,00
8 CNOOC SE.BV. (Ex.Maxus,Ypf Maxus) S.E. Sumatra 06-09-1968 PSC-EXT OFF 02 011 Produksi/Di Extend 6.246 1.190.330.560,00 1.141.261.680,00 49.068.880,00
9 CONOCO PHILLIPS. (Ex.Asamera,Gulf res.) Corridor - S. Sumatra 20-12-1983 PSC ONS 02 012 Produksi/Di Extend 1.407 630.534.437,00 350.787.344,00 279.747.093,00
10 CONOCO PHILL.IPS (Ex.Asamera,Gulf res.) North Sumatra Blok "A" 01-09-1961 PSC-EXT ONS 02 004 Produksi/Di Extend 623 10.168.904,00 10.168.904,00 0,00
11 CONOCO PHILLIPS (Ex.Conoco) Natuna Sea Blok "B" 16-10-1968 PSC-EXT OFF 02 017 Produksi/Di Extend 2.200 1.221.603.552,00 554.340.657,00 667.262.895,00
12 COSTA INT'L (Ex.Japex Petr.) Gebang - Sumatra Utara 29-11-1985 PSCJOB ONS/OFF 02 034 Produksi 420 41.059.756,00 40.034.805,00 1.024.951,00
13 ENERGY EQUITY (Ex. BP) Sengkang - South Sulawesi 25-04-1995 PSC ONS 03 003 Produksi 417 17.980.909,00 17.546.463,00 434.446,00
14 EMP KANGEAN LTD. (Ex.Arbni,Bp Ind.) Kangean Block Java Sea 14-11-1980 PSC ONS/OFF 03 062 Produksi 650 337.524.000,00 275.367.000,00 62.157.000,00
15 EXXON MOBIL OIL INDONESIA Bee Block 15-01-1970 PSC ONS/OFF 02 019 Produksi 20.728 1.500.280.000,00 1.448.092.000,00 52.188.000,00
16 EXXON MOBIL OIL INDONESIA NSO 18-02-1981 PSC ONS 02 027 Produksi 618 471.974.000,00 206.142.000,00 265.832.000,00
17 EXXON MOBIL OIL INDONESIA Pase Aceh 16-07-1968 PSC-EXT ONS 02 066 Produksi/Di Extend 65 74.598.000,00 25.412.000,00 49.186.000,00
18 KODECO W. Madura Block 07-05-1981 JOA OFF 03 069 Produksi 765 43.797.690,00 34.901.205,00 8.896.485,00
19 KUFPEC Seram non Bula 22-05-2000 PSC ONS 05 136 Produksi 1.913 82.434.613,82 36.694.763,24 45.739.850,58
20 KALREZ PETR. (Ex. AGL,Santos) Bula - Seram 22-05-2000 PSC ONS 05 036 Produksi/Di Extend 1.193 6.253.996,00 6.069.292,00 184.704,00
21 KONDUR PETR. (Ex.Lasmo) Malacca Strait 05-08-1970 PSC ONS/OFF 02 033 Produksi/Di Extend 2.113 267.451.000,00 263.098.000,00 4.353.000,00
22 LAPINDO (Ex.Huffco) Brantas - Jawa Timur 23-04-1990 PSC ONS/OFF 03 021 Produksi 300 12.096.508,00 4.088.766,00 8.007.742,00
23 MEDCO E&P (Ex.Bonham,Enim,Eel,Amerada,Exspan) Lematang Blok - S. Sumatra 06-04-1987 PSC ONS 02 031 Produksi 14 6.101.183,00 6.101.183,00 0,00
24 MEDCO E&P (Ex.Stanvac,Exspan) Barisan-Rimau C/S.Sumatra 23-04-1973 PSC ONS 02 067 Produksi 1.735 100.183.861,00 78.842.136,00 21.341.725,00
25 MEDCO E&P (Ex.Stanvac,Exspan) Kampar, C/S. SUM. Ext. 28-11-1963 PSC ONS 02 168 Produksi/Di Extend 1.384 173.546.629,00 141.641.178,00 31.905.451,00
26 MEDCO E&P (Ex.Tesoro,Phillips,Exspan) Tarakan Kaltim. 14-01-1982 PSC ONS 04 078 Produksi/Di Extend 204 25.757.066,00 24.169.330,00 1.587.736,00
27 PETROCHINA (Ex.Trend, Santa fe,Devon) Kepala Burung - Irian Jaya 15-10-1970 PSC ONS 05 042 Produksi/Di Extend 7.772 113.985.387,00 111.836.277,00 2.149.110,00
28 PETROCHINA (Ex.Trend,Santa fe Devon) Jabung - Jambi 27-02-1993 PSC ONS 02 046 Produksi 2170 156.508.762,00 111.881.332,00 44.627.430,00
29 PETROCHINA (Ex.Trend,Santa fe,Devon) Tuban East Java 29-02-1988 JOB ONS 03 022 Produksi 948 83.078.278,00 78.142.368,00 4.935.910,00
30 PETROCHINA (Ex.Trend,Santa fe,Devon) Salawati - Irian Jaya 23-04-1990 JOB ONS/OFF 05 081 Produksi 345 21.126.991,00 19.587.405,00 1.539.586,00
31 PETROSELAT LTD. (Ex.Petronusa bb.) Selat panjang - Riau 06-09-1991 PSC ONS 02 070 Produksi 244 1.905.075,00 1.781.469,00 123.606,00
32 PREMIER OIL NATUNA SEA B.V. (Ex.Amoseas) Natuna "A" 16-10-1989 PSC OFF 02 014 Produksi 667 389.666.970,00 333.741.318,00 55.925.652,00
33 STAR ENERGY (Ex.Marathon,Clyde,Gulf,conocop.) Kakap Block Natuna 22-03-1975 PSC OFF 02 025 Produksi 1.335 365.481.809,90 331.987.290,13 33.494.519,77
34 TOTAL E&P INDONESIE Mahakam 31-03-1966 PSC-EXT ONS/OFF 04 013 Produksi/Di Extend 5.846 3.240.592.436,00 2.171.317.224,00 1.069.275.212,00
35 TALISMAN ENERGY (Ex.Bow V.Ex.CNWE.) Ogan Komering-Sumsel. 29-02-1988 JOB ONS 02 044 Produksi 9.101 44.602.642,00 37.596.973,00 7.005.669,00
36 UNOCAL INDONESIA (Ex. Mobil Makassar) Makassar Strait 14-03-1973 PSC OFF 04 051 Produksi/Di Extend 315 426.216.246,00 180.958.088,00 245.258.158,00
37 UNOCAL INDONESIA E. Kal. W. Pasir + Attaka 28-08-1968 PSC-EXT ONS/OFF 04 030 Produksi/Di Extend 8.415 679.959.986,00 605.522.876,00 74.437.110,00
38 YPF AMERADA HESS (Ex.Elf Aqut.Saga,Ypf) Jambi Merang 10-02-1989 JOB ONS 02 050 Evaluasi Utn.Pgbgn. 72 9.086.420,00 9.062.468,00 23.952,00
39 VICO INDONESIA E. Kalimantan 08-08-1968 PSC-EXT ONS 04 047 Produksi/Di Extend 11678 758.780.761,00 700.002.279,00 58.778.482,00
239.088,00 19.245.580.100,12 15.822.912.928,94 3.422.667.171,18
JUMLAH Rp 178.791.439.130.115 146.994.861.109.853 31.796.578.020.262
Keterangan:
Jumlah dalam rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2004 1USD=Rp9.290
Lampiran -107 -
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 22
FIN_SOURCE JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC TOTAL
PRINCIPAL
365.437.576.070 1.684.573.521.528 470.801.490.927 2.046.191.598.485 990.763.341.614 2.322.527.879.083 274.986.060.630 1.589.270.878.549 483.448.049.560 2.165.986.765.037 1.012.856.841.344 2.746.649.923.395 16.153.493.926.222
BILATERAL
3.293.553.421 105.840.931 21.809.807.759 0 842.580.435 75.640.063.733 3.293.555.045 0 23.035.576.021 0 842.580.435 58.327.303.053 187.190.860.833
COMMERCIAL CRDT.
1.215.209.143.823 1.693.855.889.431 1.039.571.797.574 756.127.884.882 872.499.101.235 2.573.805.604.058 1.156.517.988.026 1.531.090.194.656 1.060.988.783.586 735.838.940.518 804.676.425.829 2.700.276.105.832 16.140.457.859.450
EXPORT CREDIT
44.489.388.985 26.969.699.709 40.630.176.594 171.201.854.616 56.672.764.028 25.043.988.543 44.489.388.985 26.969.699.709 40.630.176.594 171.201.854.616 56.672.764.028 51.726.864.543 756.698.620.950
LEASING
2.203.326.426.741 1.106.867.514.985 1.910.369.236.028 1.503.562.289.909 1.383.664.656.627 1.230.133.266.135 2.113.194.617.058 1.143.272.101.106 1.917.059.791.601 1.633.439.835.237 1.369.419.213.264 1.233.767.136.118 18.748.076.084.809
MULTILATERAL
3.831.756.089.040 4.512.372.466.584 3.483.182.508.882 4.477.083.627.892 3.304.442.443.939 6.227.150.801.552 3.592.481.609.744 4.290.602.874.020 3.525.162.377.362 4.706.467.395.408 3.244.467.824.900 6.790.747.332.941 51.985.917.352.264
TOTAL PRINCIPAL
Lampiran -108 -
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 23
Lampiran -109 -
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 24
FIN_SOURCE JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC TOTAL
INTERST
BILATERAL 266.132.996.274 379.216.827.641 258.959.521.128 630.117.629.174 460.271.221.086 1.982.958.154.755 353.302.411.037 356.572.929.119 270.033.462.142 618.638.029.132 452.434.266.220 2.046.359.023.797 8.074.996.471.505
COMMERCIAL CREDIT 296.419.968 1.916.859 4.500.770.414 0 575.209.738 108.144.211.722 148.209.984 0 4.479.285.639 0 572.328.153 106.975.656.345 225.694.008.822
EXPORT CREDIT 256.019.549.156 357.321.339.600 289.911.382.041 150.660.263.383 189.549.974.287 1.539.955.557.991 221.678.800.912 324.485.392.274 268.671.536.593 148.819.556.192 160.066.772.356 1.352.752.234.058 5.259.892.358.843
LEASING 2.621.279.486 1.868.774.963 2.777.098.232 16.776.718.165 6.245.742.733 1.815.026.680 2.011.743.102 1.521.232.592 2.296.506.596 13.837.140.333 5.454.986.733 1.457.526.018 58.683.775.633
MULTILATERAL 1.051.397.157.167 516.846.614.970 590.641.742.893 696.730.502.506 653.949.273.588 739.682.878.955 989.321.384.231 483.273.921.301 550.052.703.321 686.411.365.140 630.360.423.512 718.290.151.276 8.306.958.118.860
TOTAL INTERST 1.576.467.402.051 1.316.169.654.828 1.146.790.514.708 1.494.285.113.228 1.310.591.421.432 4.372.555.830.103 1.566.462.549.266 1.226.767.656.081 1.095.533.494.291 1.467.706.090.797 1.248.888.776.974 4.225.834.591.494 22.048.053.095.253
FEES
BILATERAL 1.516.776.804 520.289.944 23.756.893 560.780.034 587.625.000 2.220.774.081 1.547.972.546 511.775.963 - 567.504.908 601.728.000 2.212.686.308 10.871.670.481
EXPORT CREDIT 736.505.188 114.341.097.014 1.133.331.173 181.109.752 2.102.436.164 1.429.579.564 488.464.625 2.131.638.074 558.723.968 40.861.468 1.722.550.113 1.061.153.623 125.927.450.726
MULTILATERAL 227.540.616 274.882.795 539.359.927 3.876.980.420 11.308.088.194 15.481.909.828 76.913.318 1.143.833.311 441.324.521 648.100.450 1.318.731.383 4.790.012.172 40.127.676.935
TOTAL FEES 2.480.822.608 115.136.269.753 1.696.447.993 4.618.870.206 13.998.149.358 19.132.263.473 2.113.350.489 3.787.247.348 1.000.048.489 1.256.466.826 3.643.009.496 8.063.852.103 176.926.798.142
Lampiran -110 -
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 25
Lampiran -111-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 25
Lampiran -112-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 26
HEDGE BONDS
Hedge Bonds are long-term debt instruments issued at par that pay a floating coupon rate
quarterly on the 25th of the month with the interest rate based on 3-month SIBOR. The
coupon is calculated based on the principal being indexed to movements in the Rupiah / US
dollar foreign exchange rate. The interest rate is determined at the start of the repricing
period using the 3-month SIBOR rate and the IDR/USD exchange rate determined two days
prior (T-2) to the coupon date (23rd of the month). Payment of principal on maturity is
indexed to the IDR/USD exchange rate.
Formula:
(1) Indexation Amount = Nominal Principal * Current Index – Original Index /
Original Index
Lampiran -113-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 26
Lampiran -114-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 27
OBLIGASI NEGARA JANGKA PANJANG
PER 31 DESEMBER 2004
(Dalam Rupiah)
Lampiran -115-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 27
OBLIGASI NEGARA JANGKA PANJANG
PER 31 DESEMBER 2004
(Dalam Rupiah)
Penarikan 1.361.334.000.000
Lampiran -116-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 28
1 BBM Mandiri Cab. Jkt Gambir Rek. Cad Dana Subsidi BBM TA 2000 119-00-0009311-0 PT. PERTAMINA 200.000.000.000,00 - 200.000.000.000,00
BNI Cab Jkt Gambir Cad Subsidi BBM TA 2001 89,000,690,384,708 PT. PERTAMINA 200.000.000.000,00 - 200.000.000.000,00
BRI Cab Jkt Veteran Cad Subsidi BBM TA 2002 0329-01-001285-30-4 PT. PERTAMINA 144.463.783.002,00 343.955.182,00 144.807.738.184,00
544.463.783.002,00 343.955.182,00 544.807.738.184,00
2 Pangan BRI KCK Sudirman Cad Subsidi Pangan TA 2001 0206-01-000089-30-1 Perum BULOG 65.921.450.580,00 - 65.921.450.580,00
BRI KCK Sudirman Rek Cad Dana Subsisi Pangan TA 2003 0206-01-001939-30-5 Perum BULOG 155.178.346.179,00 - 155.178.346.179,00
Bukopin Pusat Rek Titipan Subsidi Pangan 1016053-01-1 Perum BULOG 382.207.504.956,00 647.439.336,25 382.854.944.292,25
Bukopin Pusat Rek Cad Dana Subsidi {angan TA 2003 1016977-01-9 Perum BULOG 53.988.905.154,00 91.440.615,16 54.080.345.769,16
657.296.206.869,00 738.879.951,41 658.035.086.820,41
3 Listrik Mandiri Cab. Melawai Rek Cad Dana Susidi Listrik TA 2000 126-00-9903363-0 PT. PLN - 1.209.985.555,34 1.209.985.555,34
BNI Cab Kby Baru Cad Subsidi Listrik TA 2002 22,000,604,189,009 PT. PLN - 1.094.028.495,00 1.094.028.495,00
- 2.304.014.050,34 2.304.014.050,34
4 Pupuk Mandiri Cab. Cikampek Rek Cad Dana Subsisi Pupuk TA 2003 132-00-04113642-1 PT. Pupuk Kujang - 101.104.871,18 101.104.871,18
BNI Cab. Utama Mayestik Rek Cad Dana Subsisi Pupuk TA 2003 76,011,722,990,001 PT. Pupuk Sriwijaya - 212.184.400,00 212.184.400,00
BRI Cab. Gresik Rek Cad Dana Subsisi Pupuk TA 2003 0026-01-000410-30-8 PT. Petrokimia Gresik - 302.483.355,00 302.483.355,00
Mandiri Cab Kebon Sirih Rek Cad Dana Subsisi Pupuk TA 2003 121-00-0410980-1 PT. Pupuk Kaltim - 77.781.079,40 77.781.079,40
- 693.553.705,58 693.553.705,58
5 PSO BNI Cab. Kramat Jkt Sub Account Cad Dana PSO 10560823 Dirjen Perbendaharaan - - -
Lampiran -117-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 29
1 DBH SDA Kehutanan BNI Cab. Kramat Jkt Sub Acc Dana bagi Hasil SDA Kehutanan 0010560801 395.097.838.361,00 0,00 395.097.838.361,00 Saldo menurut BB
2 DBH SDA Perikanan BNI Cab. Kramat Jkt Sub Acc Dana bagi Hasil SDA Perikanan 0010560798 64.752.033.042,00 0,00 64.752.033.042,00 Saldo menurut BB
3 DBH SDA PU BNI Cab. Kramat Jkt Sub Acc Dana bagi Hasil SDA Pertb. Umum 0010560812 607.180.504.694,00 0,00 607.180.504.694,00 Saldo menurut BB
Ket SDA Kehutanan Saldo menurut rek. Koran Rp.395.097.838.361, terdapat selisih sebesar Rp 35.908.179.428 (Sisa DBH dan Jasa Giro)
Sisa DBH SDA Kehutanan Tahun 2003 sebesar Rp 35.801.427.506 ditransfer ke Rekening BUN tanggal 3 Januari 2005 dengan surat No. S-1326/PB/2004 tgl 30 Desember 2004
SDA Perikanan Saldo menurut Rek. Koran Rp 64.752.033.042 terdapat selisih sebesar Rp 32.452.010.520 (Sisa DBH SDA dan Jasa Giro)
Sisa DBH SDA Perikanan Tahun 2003 sebesar Rp 32.379.627.328 ditransfer ke Rekening BUN tanggal 3 Januari 2005 dengan surat No. S-1327/PB/2004 tanggal 30 Desember 2004
SDA Pertamb.Umum Saldo menurut rek.koran Rp 607.180.504.694, terdapat selisih sebesar Rp 455.648.524.241 (Sisa DBH SDA dan Jasa Giro)
Sisa DBH SDA Pertambangan Umum Tahun 2003 sebesar Rp 454.649.768.533 ditransfer ke Rekening BUN tanggal 3 Januari 2005 dengan surat No. S-1328/PB/2004 tanggal 30 Desember 200
Lampiran -118-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 30
REKAPITULASI ASET, KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
PER 31 DESEMBER 2004
(dalam rupiah)
KODE
NO NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA ASET KEWAJIBAN EKUITAS
BA
Lampiran -119-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
Lampiran 30
REKAPITULASI ASET, KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
PER 31 DESEMBER 2004
(dalam rupiah)
KODE
NO NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA ASET KEWAJIBAN EKUITAS
BA
Lampiran -120-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2004
Lampiran 31
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA
TAHUN 2004
Lampiran -121-
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1: Perbandingan Komposisi Obligasi Berbunga Tetap Dengan Obligasi Berbunga Mengambang...... 127
Grafik 2: Saldo Surat Utang Negara Akhir Tahun 2000-2004 .................................................................. 128
Grafik 3: Struktur Jatuh Tempo SUN yang Dapat Diperdagangkan (FR dan VR) .......................................... 129
Grafik 4: Struktur Jatuh Tempo SUN yang Dapat Diperdagangkan (FR, VR dan International Bonds*)........... 129
Grafik 5: Pembayaran Bunga Surat Utang Negara 2000 – 2004 .............................................................. 133
Grafik 6: Rata-rata Perdagangan Harian Obligasi Negara di Pasar Sekunder Januari 2003 – Desember
2004.................................................................................................................................... 138
I. PENDAHULUAN
Laporan pertanggungjawaban pengelolaan Surat Utang Negara (SUN) ini disusun dalam rangka
pemenuhan amanat pasal 16 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, sebagai
berikut:
Pasal 16
(1) Menteri wajib menyelenggarakan penatausahaan dan membuat pertanggungjawaban atas pengelolaan
Surat Utang Negara dan dana yang dikelola.
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan sebagai bagian dari
pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Selain itu, dengan disampaikannya laporan ini sebagai bagian dari pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), masyarakat berkesempatan mengetahui secara jelas dan transparan
informasi terkait dengan pengelolaan Surat Utang Negara. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk
mengelola sektor keuangan yang transparan, profesional dan bertanggung jawab. Seluruh angka dan data yang
digunakan dalam laporan ini meliputi data selama setahun selama periode anggaran 1 Januari 2004 sampai 31
Desember 2004, kecuali secara jelas dinyatakan lain.
II. UMUM
A. Profil Surat Utang Negara
Surat Utang Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 adalah surat berharga yang
berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga
dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. Tujuan penerbitan SUN ialah
untuk: (1) membiayai defisit APBN, (2) menutup kekurangan kas jangka pendek, dan (3) mengelola portofolio
utang negara.
Secara umum SUN dapat dibedakan atas Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang berjangka waktu
sampai dengan 12 bulan dan Obligasi Negara (ON) yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan. Sampai akhir
tahun 2004, Pemerintah baru menerbitkan ON dan belum pernah menerbitkan SPN.
Menurut denominasi mata uangnya, ON yang telah diterbitkan Pemerintah dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok, yaitu ON berdenominasi Rupiah dan ON berdenominasi valuta asing.
likuiditas BI. Nilai nominal penerbitan SRBI adalah sebesar Rp144.536.094.294.530,00 atau sama
dengan jumlah nominal SU-001 dan SU-003. SRBI jatuh tempo tahun 2033 dengan tingkat kupon 0,1%
setahun dihitung dari sisa pokok terutang yang dibayarkan secara periodik 2 (dua) kali setahun.
Pelunasan SRBI akan bersumber dari surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian Pemerintah dan akan
dilakukan apabila rasio modal terhadap kewajiban moneter BI telah mencapai di atas 10%. Dalam hal
rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia kurang dari 3%, maka Pemerintah akan
membayar charge kepada Bank Indonesia sebesar kekurangan dana yang diperlukan untuk mencapai
rasio modal tersebut.
2. Obligasi Negara Berdenominasi Mata Uang Asing
Pada tanggal 10 Maret 2004, Pemerintah menerbitkan ON berdenominasi USD (Dollar Amerika),
selanjutnya disebut RI0014, dengan nominal penerbitan sebesar USD1.000.000.000,00. Obligasi ini jatuh tempo
pada tanggal 10 Maret 2014 dengan tingkat kupon tetap sebesar 6,75% setahun, yang dibayar secara periodik
dua kali setahun (semiannual). Obligasi RI0014 dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di
pasar sekunder.
Pada dasarnya SUN dapat diterbitkan dengan dua cara yaitu melalui lelang atau tanpa lelang. Penerbitan
yang dilakukan melalui lelang memiliki beberapa metode yaitu: (1) lelang dengan metode Harga Beragam
(multiple price), dan (2) lelang dengan metode Harga Seragam (uniform price). Pada lelang dengan metode harga
beragam, pemenang lelang membayar kepada Pemerintah sesuai harga penawarannya masing-masing.
Sementara untuk lelang dengan metode harga seragam, seluruh pemenang lelang membayar pada harga yang
sama, yang dapat ditetapkan atas dasar harga terendah dari penawaran yang dimenangkan. Sampai dengan
akhir tahun 2004, dalam setiap kali kesempatan lelang penerbitan SUN, Pemerintah selalu menggunakan metode
lelang dengan harga beragam (multiple price auction).
Untuk penerbitan tanpa lelang, metode yang dipakai Pemerintah ialah (1) bookbuilding, dan (2) private
placement. Secara ringkas yang dimaksud dengan proses bookbuilding ialah proses pengumpulan dan
pemutakhiran data pemesanan pembelian pada volume dan harga tertentu oleh investor, atas surat utang yang
ditawarkan. Proses pemesanan ini berlangsung selama periode tertentu (masa penawaran) dimana dalam masa
tersebut pemesan/investor dapat mengubah baik volume maupun harga surat utang yang akan dibeli, sesuai
dengan perkembangan terakhir. Setelah masa penawaran berakhir, Pemerintah beserta agen penjual akan
menentukan harga akhir yang optimal, dan melakukan penjatahan/alokasi perolehan atas surat utang yang
ditawarkan. Hingga akhir tahun 2004, Pemerintah telah dua kali melakukan penerbitan secara bookbuilding, yaitu
pada saat penerbitan FR0021 pada bulan Desember tahun 2002, dan saat penerbitan RI0014 pada bulan Maret
2004. Pada saat penerbitan FR0021 pemesan/investor membayar dengan harga beragam, sementara pada saat
penerbitan RI0014, pemesan/investor membayar pada harga yang seragam. Untuk metode private placement,
Pemerintah melakukan penempatan langsung kepada investor tertentu sesuai kesepakatan. Terbitnya SUN pada
saat rekapitalisasi perbankan dahulu dan penerbitan ON baru pengganti HB yang jatuh tempo merupakan contoh
penerbitan SUN tanpa lelang dengan metode private placement.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, SUN terdiri dari beberapa seri: (1) seri fixed rate/FR, yaitu
SUN berdenominasi Rupiah dengan tingkat kupon tetap, (2) seri variable rate/VR, yaitu SUN berdenominasi
Rupiah dengan tingkat kupon mengambang, (3) seri hedge bonds/HB, yaitu SUN berdenominasi Rupiah yang
diindeks dengan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (USD), (4) seri SU, yaitu SUN dalam
rangka program penjaminan dan kredit program, (5) SRBI, yaitu SUN terkait dengan penyelesaian BLBI, dan (6)
international bonds/RI0014, yaitu SUN berdenominasi USD dengan tingkat kupon tetap. Adapun ringkasan posisi
nominal SUN per 1 Januari 2004 dan 1 Januari 2005 adalah sebagai berikut (rincian pada Lampiran 1 dan 2).
*Nominal USD1.000.000.000,00 dengan kurs pada tanggal 31 Desember 2004 sebesar Rp9.290/USD.
Memperhatikan saldo ON berbunga tetap (fixed rate) dan yang berbunga mengambang (variable rate
dan hedge bonds) pada Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perubahan yang cukup signifikan komposisi
ON berbunga tetap dengan yang berbunga mengambang. Pada tanggal 1 Januari 2004, perbandingan
komposisi ON berbunga tetap dengan yang berbunga mengambang adalah sebesar 39:61. Sedangkan
perbandingan komposisi ON berbunga tetap dengan yang berbunga mengambang pada tanggal 1 Januari 2005
adalah sebesar 44:56.
Grafik 1: Perbandingan Komposisi Obligasi Berbunga Tetap Dengan Obligasi Berbunga Mengambang
1-Jan-05
1-Jan-04
FR
FR 44%
39%
VR & HB
VR & HB
56%
61%
Tingginya komposisi ON berbunga mengambang meningkatkan risiko tingkat bunga (interest rate risk)
yang dihadapi Pemerintah. Artinya, jika tingkat bunga yang dijadikan referensi bergerak ke arah yang tidak
menguntungkan (misalnya naiknya tingkat bunga SBI 3-bulan), maka beban pembayaran bunga Pemerintah akan
semakin besar mengingat tingginya porsi ON berbunga mengambang. Sebagai ilustrasi, berdasarkan posisi SUN
per tanggal 1 Januari 2004, kenaikan 1% tingkat bunga SBI 3-bulan meningkatkan pembayaran kupon SUN
sebesar + Rp2,31 triliun.
Pemerintah berupaya untuk menurunkan risiko tingkat bunga dengan cara menurunkan komposisi ON
berbunga mengambang melalui program penerbitan fixed rate bonds dan pelunasan variable rate bonds. Pada
awal tahun 2005 dapat dilihat adanya penurunan yang signifikan atas posisi nominal ON berbunga
mengambang (variable rate dan hedge bonds) dan peningkatan signifikan posisi nominal ON berbunga tetap
(fixed rate bonds). Perbandingan komposisi ON berbunga mengambang (variable rate dan hedge bonds) dengan
yang berbunga tetap (fixed rate bonds) pada tanggal 1 Januari 2005 menjadi 56:44.
Sepanjang tahun 2004, telah terjadi peningkatan posisi ON sebesar Rp7.042,2 miliar. Peningkatan ini
disebabkan oleh adanya penambahan/penerbitan ON baru sebesar (nominal) Rp45.063,3 miliar, yang terdiri dari
penerbitan melalui lelang dan tanpa lelang sebesar Rp32.864,0 miliar, penambahan SU-005 sebesar Rp511,3
miliar, dan penerbitan ON pengganti HB jatuh tempo sebesar Rp11.687,9 miliar. Selain penambahan/penerbitan
ON baru, terdapat pula pelunasan/pembayaran ON sebesar Rp38.021,1 miliar. Secara rinci, penyebab
perubahan posisi tersebut adalah sebagai berikut:
Saldo Awal (1 Januari 2004) Rp623.940.552.294.530,00
Penerbitan (nominal):
• Lelang ON domestik Rp23.574.000.000.000,00
• Penerbitan RI0014 Rp9.290.000.000.000,00
• Penambahan SU-005 Rp511.334.000.000,00
• Penerbitan ON pengganti HB jatuh tempo Rp11.687.989.000.000,00
Total Penerbitan Rp45.063.323.000.000,00
Pelunasan/pembayaran pokok:
• ON seri FR jatuh tempo (Rp3.679.477.000.000,00)
• ON seri VR jatuh tempo (Rp19.396.015.000.000,00)
• ON seri HB jatuh tempo (nominal) (Rp12.353.600.000.000,00)
• Pembelian kembali (buyback) (Rp1.962.000.000.000,00)
• Program divestasi BPD (Rp630.060.000.000,00)
Total Pelunasan (Rp38.021.152.000.000,00)
Netto (Penerbitan-Pelunasan ON) Tahun 2004 Rp7.042.171.000.000,00
Saldo akhir (1 Januari 2005) Rp630.982.723.294.530,00
Perkembangan saldo SUN setiap akhir tahun, dapat dilihat pada Grafik 2 di bawah ini.
650,000.00
640,000.00
Miliar Rp
630,000.00
620,000.00
610,000.00
2000 2001 2002 2003 2004
Saldo SUN 644,701.25 649,902.67 641,313.31 623,940.55 630,982.72
Akhir Tahun
Sebagai instrumen keuangan, SUN dapat dikelompokkan ke dalam SUN yang dapat diperdagangkan
dan yang tidak dapat diperdagangkan. Surat Utang Negara yang dapat diperdagangkan meliputi seri-seri FR, VR
dan international bonds, sementara seri lainnya, yaitu HB, SU dan SRBI merupakan SUN yang tidak dapat
diperdagangkan. Obligasi negara yang dapat diperdagangkan memiliki jatuh tempo yang berbeda-beda, mulai
tahun 2005 sampai dengan tahun 2020.
Struktur jatuh tempo ON diupayakan merata dan tidak terkonsentrasi pada tahun-tahun tertentu. Jika
jatuh tempo ON terkonsentrasi pada tahun-tahun tertentu, maka hal itu akan meningkatkan tekanan fiskal pada
tahun-tahun yang bersangkutan mengingat besarnya beban pembayaran pokok utang yang harus ditanggung.
Perbandingan struktur jatuh tempo ON yang dapat diperdagangkan per 1 Januari 2004 dan 1 Januari
2005 dapat dilihat pada Grafik 3 dan 4 di bawah ini.
Grafik 3: Struktur Jatuh Tempo SUN yang Dapat Diperdagangkan (FR dan VR)
45.00
40.00
1-Jan-04
35.00
1-Jan-05
30.00
Triliun Rp
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
-
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Grafik 4: Struktur Jatuh Tempo SUN yang Dapat Diperdagangkan (FR, VR dan International Bonds*)
45.00
40.00
1-Jan-04
35.00
1-Jan-05
30.00
Triliun Rp
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
-
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Berdasarkan grafik tersebut nampak bahwa secara umum jatuh tempo ON akan mencapai puncak pada tahun
2007 sampai 2009. Lebih jauh dapat dilihat bahwa pembiayaan atas ON yang jatuh tempo tahun 2004
dilakukan terutama dengan menerbitkan ON baru yang jatuh temponya setelah tahun 2010, yaitu ON yang jatuh
tempo tahun 2011, 2012, dan 2014. Strategi ini dilakukan oleh Pemerintah sebagai upaya untuk mewujudkan
struktur jatuh tempo yang lebih manageable dan untuk mengurangi risiko gagal bayar (default risk) terutama untuk
tahun-tahun 2007 sampai 2009, serta untuk menerbitkan ON yang menjadi acuan baru (new benchmark)
terutama untuk tahun-tahun 2011, 2012, dan 2014. Dengan menghindari penerbitan ON yang berjangka waktu
pendek (yaitu yang jatuh tempo sebelum tahun 2010), Pemerintah berupaya meningkatkan kebertahanan
kemampuan pembayaran utang (debt sustainability) pada tahun-tahun tersebut.
Struktur jatuh tempo pada Grafik 3 dan 4 tidak menyertakan ON yang tidak dapat diperdagangkan, yaitu
SU, SRBI, dan Hedge Bonds, dengan pertimbangan: (1) SU sedang dalam proses restrukturisasi dengan Bank
Indonesia, (2) SRBI jatuh tempo pada tahun 2033, dan (3) sesuai dengan terms & conditions-nya (ketentuan dan
persyaratan), Hedge Bonds dapat dilunasi dengan ON jenis lain, tidak harus dengan uang tunai.
2014 dengan tingkat kupon 6,75% setahun (fixed rate). RI0014 diterbitkan melalui proses bookbuilding,
dengan menggunakan jasa penjamin emisi/underwriter beberapa institusi keuangan terkemuka, yaitu:
Deutsche Bank Securities dan JPMorgan sebagai Joint Bookrunners dan Joint Lead Managers serta
Bahana Securities, Citigroup, HSBC, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai Co-Managers. Pemilihan institusi
keuangan di atas telah melalui proses seleksi oleh tim yang dibentuk oleh Menteri Keuangan. Obligasi
Internasional RI0014 dicatatkan (listing) di Luxembourg Stock Exchange, dan diterbitkan dengan format
144A/Reg S. Bertindak sebagai fiscal, paying agent & trustee ialah Bank of New York (BONY).
Sedangkan bertindak sebagai kustodian ialah The Depository Trust Company (DTC).
Harga yang diperoleh Pemerintah dari penerbitan RI0014 ini adalah sebesar 99,285%, yang
mencerminkan adanya diskon sebesar 0,715% dari nominal penerbitan. Biaya penerbitan yang dikenakan
oleh underwriter adalah sebesar USD2.087.130,00 (18 basis points dari nilai penerbitan ditambah Out of
Pocket Expenses USD300.000) dan dipotong langsung dari penerimaan dana hasil penerbitan. Dengan
demikian, jumlah dana hasil penerbitan RI0014 adalah sebesar USD990.762.870,00. Namun demikian
dalam pencatatannya, penerimaan dari penerbitan RI0014 dicatat secara net setelah diskon yaitu sebesar
USD992.850.000,00. Sedangkan biaya underwriter sebesar USD2.087.130,00 dibebankan pada
belanja negara. Realisasi penerbitan setelah dipotong discount tersebut dicatat di APBN dalam Rupiah
sebesar Rp8.961.109.911.780,00 (dengan kurs konversi Rp9.025,00/USD untuk dana sebesar
USD990.762.870,00 dan Rp9.331,00/USD untuk dana sebesar USD2.087.130). Dalam penerbitan
RI0014 tidak ada penerimaan utang bunga/bunga berjalan (accrued interest), mengingat tanggal
penerbitan RI0014 bersamaan dengan tanggal awal periode pembayaran kuponnya.
b) Penerbitan Obligasi Negara Pengganti Hedge Bonds Jatuh Tempo
Selain dengan cara lelang Pemerintah juga menerbitkan ON dengan cara tanpa lelang melalui proses
private placement. Dalam hal ini Pemerintah menerbitkan ON baru sebagai pengganti hedge bonds (HB)
yang jatuh tempo. Sepanjang tahun 2004, pelunasan HB jatuh tempo dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Nilai jatuh tempo HB yang lebih kecil daripada nilai nominalnya adalah sebagai akibat dari nilai tukar
Rupiah terhadap USD pada saat HB jatuh tempo lebih kuat dibandingkan saat HB diterbitkan. Penerbitan
ON baru sebagai pengganti HB jatuh tempo sebesar Rp11.687.989.000.000,00 terdiri dari penerbitan
ON jenis variable rate (VR) sebesar Rp10.915.511.000.000,00 dan ON jenis HB (baru) sebesar
Rp772.478.000.000,00. Obligasi negara jenis VR dipilih untuk menggantikan sebagian besar HB yang
jatuh tempo terutama disebabkan oleh lebih rendahnya biaya kupon VR (SBI 3 bulan) yang harus
ditanggung Pemerintah daripada jika diganti dengan ON jenis fixed rate. Selain itu mengingat ON jenis
FR yang telah ada dan memiliki tenor terpanjang jatuh tempo pada tahun 2014 sedangkan ON jenis VR
tahun 2020, maka untuk mengurangi default risk, opsi penerbitan ON jenis VR dianggap lebih baik.
Dalam realisasinya ON jenis VR yang diterbitkan untuk mengganti HB jatuh tempo tahun 2004 memiliki
jatuh tempo antara tahun 2018 – 2020. Atas penerbitan ON jenis VR tersebut, Pemerintah mencatat
penerimaan bunga berjalan/utang bunga (accrued interest) sebesar Rp42.177.239.913,00.
3. Total Realisasi Tunai Penerbitan Surat Utang Negara Melalui Lelang dan atau Tanpa Lelang
Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa total realisasi tunai penerbitan SUN tahun 2004
melalui lelang dan atau tanpa lelang ialah sebesar Rp32.326.782.517.093,00 (tiga puluh dua triliun tiga
ratus dua puluh enam miliar tujuh ratus delapan puluh dua juta lima ratus tujuh belas ribu sembilan puluh
tiga rupiah), yang terdiri dari penerimaan pokok (clean price) sebesar Rp31.767.718.129.180,00 (tiga
puluh satu triliun tujuh ratus enam puluh tujuh miliar tujuh ratus delapan belas juta seratus dua puluh
sembilan ribu seratus delapan puluh rupiah), dan penerimaan utang bunga/bunga berjalan (accrued
interest) sebesar Rp559.064.387.913,00 (lima ratus lima puluh sembilan miliar enam puluh empat juta
tiga ratus delapan puluh tujuh ribu sembilan ratus tiga belas rupiah). Adapun perincian penerimaan tunai
penerbitan SUN tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Secara lebih mendetail, penerimaan tunai penerbitan SUN dapat dilihat pada Lampiran 4.
B. Pemenuhan Kewajiban (Debt Service Cost) dan Pembelian Kembali
Pemenuhan kewajiban terkait dengan Surat Utang Negara meliputi: (a) pembayaran bunga, utang bunga dan
biaya penerbitan, dan (b) pembayaran pokok (termasuk pembelian kembali).
1. Pembayaran Bunga, Utang Bunga dan Biaya Penerbitan
a) Bunga ON Berdenominasi Rupiah
Sepanjang tahun 2004, Pemerintah telah menyelesaikan seluruh kewajiban pembayaran bunga ON
berdenominasi Rupiah sebesar Rp39.553.587.093.462,00 (tiga puluh sembilan triliun lima ratus lima
puluh tiga miliar lima ratus delapan puluh tujuh juta sembilan puluh tiga ribu empat ratus enam puluh
dua rupiah), dengan perincian sebagai berikut:
• Bunga ON jenis fixed rate (FR) Rp21.839.326.446.136,00
• Bunga ON jenis variable rate (VR) Rp17.254.721.821.006,00
• Bunga ON jenis hedge bonds (HB) Rp315.002.732.026,00
• Bunga ON SRBI Rp144.536.094.294,00
Total Rp39.553.587.093.462,00
Pembayaran bunga SUN lima tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik 5 di bawah ini.
70,000.00
60,000.00
50,000.00
Miliar Rp
40,000.00
30,000.00
20,000.00
10,000.00
-
2000 2001 2002 2003 2004
Bunga 31,237.85 58,196.98 62,260.58 46,355.95 39,553.58
Tahun
Walaupun jumlah bunga yang harus dibayarkan masih relatif tinggi, namun apabila dibandingkan
dengan tahun anggaran sebelumnya, jumlah tersebut telah menunjukkan kecenderungan menurun. Hal
ini dapat dilihat pada grafik pembayaran bunga SUN lima tahun terakhir di atas.
2. Pembayaran/Pelunasan Pokok
Pada tahun 2004, Pemerintah telah melakukan pembayaran/pelunasan ON dengan total nominal
sebesar Rp38.021.152.000.000,00. Pembayaran pokok tersebut dilakukan dengan pembayaran tunai
sebesar Rp24.945.470.845.469,00, menerbitkan ON baru sebesar Rp11.687.989.000.000,00, dengan
perincian pada Tabel 5 di bawah ini.
b) Divestasi BPD
Pelunasan ON melalui program divestasi BPD adalah mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 543/KMK.06/2003 tanggal 18 desember 2003 tentang Divestasi Saham Negara dalam Rangka
Penyertaan Modal Negara dan Pelunasan Obligasi Negara pada Bank Pembangunan Daerah Peserta
Program Rekapitalisasi. Sebagai akibat dari rekapitalisasi BPD, Pemerintah memiliki saham pada BPD.
Seiring dengan perbaikan kondisi keuangan BPD peserta program rekapitalisasi, BPD yang diwakili oleh
pemegang saham pengendali dan Pemerintah sepakat untuk melakukan divestasi penyertaan modal
negara pada BPD dimaksud. Divestasi tersebut dilakukan melalui proses penyetoran dana oleh pemegang
saham pengendali BPD ke rekening Pemerintah (Rekening 502.000.001). Dana tersebut digunakan oleh
Pemerintah untuk membeli kembali ON yang telah ditempatkan pada BPD saat rekapitalisasi perbankan.
Sepanjang tahun 2004, telah dilakukan divestasi terhadap 7 (tujuh) BPD, yaitu: BPD Lampung, Jateng,
Sulut, NTT, Bengkulu, Kalbar dan Sumut (divestasi sebagian). Dari BPD-BPD tersebut Pemerintah
memperoleh dana divestasi sebesar Rp721.197.564.507,87 yang disetor ke rekening 502.000.001.
Selanjutnya Pemerintah membeli kembali ON dari BPD dimaksud sebesar nominal
Rp630.060.000.000,00 dengan pembayaran tunai dalam jumlah yang sama. Adapun sisa dana sebesar
Rp91.137.564.507,87, yang merupakan premi divestasi, disetorkan ke kas negara sebagai penerimaan
non-RDI sisa dana cash bond swap dalam Rupiah. Sebelumnya, yaitu pada tahun 2003, telah dilakukan
divestasi terhadap 3 BPD yaitu BPD DKI Jaya, Jatim, dan NTB. Dengan demikian, dari 12 BPD yang
direkapitalisasi, hingga akhir tahun 2004 telah dilakukan divestasi penuh terhadap 9 BPD dan divestasi
sebagian terhadap 1 BPD (yaitu BPD Sumut). Sisa BPD yang belum didivestasi penuh ialah: BPD Aceh,
Maluku, dan Sumut.
C. Kegiatan Lainnya Terkait dengan Pengelolaan Surat Utang Negara
Kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan SUN meliputi: (a) restrukturisasi Surat Utang dengan Bank
Indonesia, (b) pengembangan pasar SUN, dan (c) memantau rekening terkait dengan pengelolaan SUN.
1. Restrukturisasi Surat Utang (SU) dengan Bank Indonesia
Dalam rangka program penjaminan perbankan, pada tahun 1998 dan 1999 Pemerintah menerbitkan SU
kepada Bank Indonesia, yaitu seri-seri SU-001, SU-002, SU-003 dan SU-004 dengan total nominal
sebesar Rp218.315.594.294.530,00. Sebagai bagian dari penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI), pada tanggal 7 Agustus 2003 seri-seri SU-001 dan SU-003 dengan total nilai nominal
Rp144.536.094.294.530,00 diganti dengan seri baru yaitu seri SRBI-01/MK/2003 (SRBI) dengan jumlah
nominal yang sama. Sementara untuk seri-seri SU yang lain yaitu SU-002 dan SU-004, saat ini tengah
diupayakan proses restrukturisasi terhadap ketentuan dan persyaratannya. Saldo utang Pemerintah
kepada Bank Indonesia, per posisi 1 Januari 2005 adalah sebagai berikut (dalam Rupiah):
Tabel 7: Saldo Utang Pemerintah Kepada Bank Indonesia per 1 Januari 2005
Jenis Pokok Indeksasi Pokok* Pokok Stlh. Diindeks
*Utang tunggakan bunga dan indeksasi pokok atas SU-002 dan SU-004 ini merupakan perhitungan
internal Pemerintah, dan masih akan diverifikasi lebih lanjut dengan pihak BI.
Pada awal terbitnya SU-002 (23 Oktober 1998) dan SU-004 (28 Mei 1999), nominal penerbitannya
masing-masing sebesar Rp20 triliun dan Rp53,78 triliun. Mengingat SU-002 dan SU-004 diindeks
terhadap inflasi, maka nilai utang Pemerintah atas SU-002 dan SU-004 per posisi 1 Januari 2005
meningkat menjadi masing-masing sebesar Rp31,23 triliun (naik 56%) dan Rp80,48 triliun (naik 50%).
Dengan memperhatikan perkembangan tersebut, sasaran utama restrukturisasi yang tengah diupayakan
Pemerintah ialah menghilangkan indeksasi dan memperpanjang jatuh tempo, dengan memperhatikan
kondisi keuangan Pemerintah dan juga Bank Indonesia. Selain itu, Pemerintah juga memiliki utang berupa
tunggakan bunga atas SU-002 dan SU-004 sebesar Rp13,16 triliun. Tunggakan bunga ini juga menjadi
bagian dalam proses restrukturisasi surat utang Pemerintah kepada BI. Jumlah utang Pemerintah berupa
Pokok SU dan SRBI Setelah Indeksasi dan Tunggakan Bunga SU-002 dan SU-004 sebagaimana
disebutkan di atas, merupakan perhitungan internal Pemerintah dan masih akan diverifikasi lebih lanjut
bersama dengan Bank Indonesia.
Grafik 6: Rata-rata Perdagangan Harian Obligasi Negara di Pasar Sekunder Januari 2003 – Desember 2004
Frekuensi
2,500 125
2,000 100
1,500 75
1,000 50
500 25
0 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2003 2004
sebagai penerimaan non-RDI sisa dana cash bond swap dalam Rupiah, sebagaimana diamanatkan
dalam UU APBN-P 2004.
Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2004 tentang APBN-P 2004, pagu untuk pembayaran pokok SUN
(termasuk buyback) ditetapkan sebesar Rp24.075.500.000.000,00, dan pagu untuk pembayaran bunga SUN
ditetapkan sebesar Rp39.814.600.000.000,00. Adapun realisasi penggunaan dana yang disediakan dalam APBN
tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9: Realisasi APBN Untuk Pos Pembayaran Pokok dan Bunga SUN
Berdasarkan APBN-P 2004, pagu untuk penerimaan pembiayaan SUN ditetapkan sebesar
Rp32.300.800.000.000,00. Realisasi penerimaan penerbitan SUN untuk tahun 2004 mencapai
Rp32.326.782.517.093,00 (tiga puluh dua triliun tiga ratus dua puluh enam miliar tujuh ratus delapan puluh dua
juta lima ratus tujuh belas ribu sembilan puluh tiga rupiah), yang terdiri dari:
• Penerimaan pokok penerbitan ON Rupiah Rp22.806.608.217.400,00
• Penerimaan utang bunga ON Rupiah Rp559.064.387.913,00
• Penerimaan pokok penerbitan ON valas Rp8.961.109.911.780,00
Total Realisasi Tunai Rp32.326.782.517.093,00
Dengan demikian terdapat selisih positif realisasi penerbitan tunai SUN dibandingkan dengan yang dianggarkan
sebesar Rp25.982.517.093,00 (dua puluh lima miliar sembilan ratus delapan puluh dua juta lima ratus tujuh
belas ribu sembilan puluh tiga rupiah).
VI. PENUTUP
Demikianlah laporan pertanggungjawaban pengelolaan SUN ini dibuat dalam rangka pemenuhan
amanat sebagaimana dituangkan pada pasal 16 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang
Negara, dan dilampirkan sebagai bagian dari pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Besar harapan
Pemerintah agar masyarakat juga dapat mengetahui secara jelas dan transparan informasi terkait dengan
pengelolaan Surat Utang Negara, sesuai komitmen Pemerintah untuk mengelola sektor keuangan yang
transparan, profesional dan bertanggung jawab.