FRAKTUR TULANG
Disusun oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
2019
1. Anatomi dan Fisiologi beserta Klasifikasi
Sistem muskuloskeletal
Jenis rangka
Struktur Tulang
Sel tulang mencakup osteoblast (sel yang membentuk tulang), osteosit (sel yang
mempertahankan matriks tulang), osteoklas (sel yang meresorpsi tulang), dan sel
osteoprogenitor (sumber semua sel tulang kecuali osteoklas). Matriks tulang
adalah elemen ekstraseluler jaringan tulang; tulang terdiri atas serabut kolagen,
mineral (terutama kalsium dan fosfat) , protein, karbohidrat,dan (substansi dasar).
Substansi dasar adalah bahan gelatin yang memfasilitasi difusi gizi, sampah dan
gas antara pembuluh darah dan jaringan tulang. Tulang ditutupi dengan
periosteum, jaringan ikat berlapis ganda. Lapisan luar periosteum mengandung
pembuluh darah dan saraf; lapisan dalam menjangkarkan tulang.
Tulang tersusun atas jaringan ikat kaku yang disebut jaringan oseus, ada dua
jenis, yaitu tulang laminar (tulang kuat dan matur pada skeleton orang dewasa)
dan tulang beranyam (yang memberikan kerangka sementara untuk menyokong
dan diemukan pada fetus yang berkembang, sebagai bagian penyembuhan
fraktur, dan pada area sekitar tumor dan infeksi tulang). Ada dua jenis tulang
matur: tulang padat dan tulang kanselosa (berongga). Tulang padat membentuk
kulit luar tulang, sedangkan tulang kanselosa ditemukan dibagian dalam tulang.
Tulang kanselosa tersusun atas struktur seperti kisi-kisi (trabekula), dilapisi
dengan sel osteogenik dan diisi dengan sumsum tulang nerah atau kuning (Porth
& Matfin, 2009).
Unit struktur dasar tulang laminar adalah sistem havers (juga dikenal sebagai
osteon). Sistem havers terdiri atas kanal sentral, disebut kanal havers; lapisan
konsentrik matriks tulang, disebut lamella; ruang antara lamella, disebut kanalikuli.
Bagian berongga pada tulang panjang dan tulang pipih mengandung jaringan
untuk hematopoiesis. Pada orang dewasa, bagian ini deisebut rongga sumsum
tulang merah, ada di pusat berongga tulang pipih (khususnya sternum) dan hanya
pada dua tulang pipih yaitu humerus dan kepala femur.
A. Bentuk tulang
1. Tulang panjang (ossa longa). Bentuknya bulat panjang dengan rongga besar di
bagian tengah seperti sebuah pipa. Contohnya tulang lengan atas, tulang lengan
bawah, tngan, tungkai, dan kaki. Badan tulang ini disebut diafisis, sedangkan
ujungnya disebut epifisis.
2. Tulang pendek (ossa brevia). Bentuknya bulat pendek. Contohnya tulang
pergelangan tangan, tulang pergelangan kaki, ruas-ruas tulng belakang, dan
tulang tempururng lutut.
3. Tulang pipih (ossa plana). Bentuknya pipih atau gepeng. Contohnya tulang
belikat, tulang dada, tulang rusuk, tulang panggul, dan tulang-tulang tengkorak.
4. Tulang tidak beraturan (ossa irregular). Contohnya tulang wajah.
5. Tulang berongga (ossa pneumatika). Contohnya tulang maxilla.
6. Tulang rawan (kartilago). Tulang rawan berkembang dari mesenkim membentuk
sel kondrosit yang kemudian menempati rongga kecil pada matriks dengan bentuk
seperti gel. Jenis-jenis tulang rawan, yaitu :
a. Hialin cartilago, berwarna putih-biru transparan, berserat elastic dengan elastisitas
tinggi. Terletak pada endi, aluran pernapasan, ujung tulang rusuk.
b. Elastic cartilgo, berwarna kuning, berserat elastik dengan elastisitas tinggi, dan
terletak pada telinga, laring, dan epiglotis.
c. Fibrokartilago, berwarna gelap keruh, berserat kolagen dengan elastisitas yang
rendah dan terletak pada antar tulang belakang.
B. Sistem skeletal
Jumlah tulang dalam sistem skeletal manusia yang saling berhubungan yaitu
sekitar 206 buah tulang dan dibagi dalam beberapa bagian, yakni :
Tulang tengkorak adalah tulang yang menyusun kerangka kepala yang terdiri dari
8 buah tulang yang menyusun kerangka kepala dan 14 buah tulang yang
menyusun kerangka wajah. Tulang-tulang tersebut dihubungkan oleh sendi mati
sehingga bersifat sutura( tidak dapat digerakan). Fungsi utama tulang tengkorak
adalah melindungi otak.
1. Os. Neurokranium / Tulang tengkorak bagian kepala terdiri dari :
a. Tulang frontal,
pembentuk bagian dahi
dan rongga mata atas
b. Tulang parietal, tulang
yang menutup bagian
sisi hingga ke atas
c. Tulang temporal,
bagian tulang samping
kiri kanan kepala dekat
teling
d. Tulang oksipital,
bagian belakang
tengkorak
e. Tulang spenoid, tulang
di sekitar rongga mata
f. Tulang ethmoid, tulang
penyusun rongga
hidung.
2. Os.splanknokranium / Tulang tengkorak bagian wajah, terdiri dari :
a. Tulang mandibula, pembentuk rahang bawah yang posisinya menempel pada
tulang temporal
b. Tulang maksila, pembentuk rahang atas, menyusun sebagian dari hidung, dan
langit-langit mulut
c. Tulang palatinum, tulang yang menyusun sebagian hidung dan atap mulut
d. Tulang zigomatik, tulang pipi
e. Tulang hidung
f. Tulang lakrimal, sekat tulang hidung.
Os. hyoid
Kolumna vertebratae /
Tulang belakang
Ruas-ruas tulang belakang terdiri dari 33 buah tulang dengan bentuk tidak
beraturan, yaitu :
1. Tujuh ruas pertama disebut tulang leher. Ruas pertama disebut tulang atlas dan
ruas kedua berupa tulang pemutar atau poros.
2. Dua belas ruas berikutnya membentuk tulang punggung dan tempat melekatnya
tulang rusuk.
3. Lima ruas berikutnya merupakan tulang pinggang.
4. Lima ruas tulang kelangkangan (secrum) yang menyatu, berbentuk segitiga dan
terletak dibawah rua-ruas tulang pinggang.
5. Tulang ekor (coccyx) yang tersusun atas 3—5 ruas tulang belakang yang
menyatu.
a. Manubrium atau tulang hulu, terletak di bagian atas tulang dada dan tempat
melekatnya tulang rusuk pertama dan kedua
b. Gladiolus atau tulang badan, terletak di bagian tengah dan tempat melekatnya
tulang rusuk ketiga sampai ketujuh serta gabungan tulang rusuk kedelapan
sampai sepuluh
c. Xipoid atau tulang taju pedang, terletak di bagian bawah dan terbentuk dari tulng
rawan.
2. Os. Costae / Tulang rusuk
Tulang rusuk berbentuk tipis, pipih, dan melengkung. Tulang rusuk dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu:
Tersusun atas 5 buah tulang. Pada bagian atas berhubungan dengan tulang
pergelangan tangan sedangkan bagian bawah berhubungan dengan tulang jari.
tulang.
Skeleton terdiri dari kartilago dan tulang. Kartilago adalah suatu bentuk
semikaku, menyerupai karet pada jaringan ikat yang membentuk bagian-bagian
skeleton yang memerlukan lebih banyak fleksibilitas misalnya, tempat cartilago
costalis menempelkan costae ke sternum. Selain itu, artikulasi permukaan tulang
yang berpartisipasi dalam suatu sendi synovial juga ditutupi kartilago artikularis
yang menyebabkan permukaan luncur, friksi rendah, dan halus untuk gerakan
bebas. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam kartilago (disebut avascular);
akibatnya, sel mendapatkan oksigen dan zat makanan melalui difusi.
Perbandingan tulang dan kartilago pada skeleton berubah sesuai pertumbuhan
tubuh; semakin muda usia seseorang, maka lebih banyak kartilago yang dimiliki
orang tersebut. Tulang-tulang bayi baru lahir sifatnya lunak dan fleksibel karena
sebagian besar terdiri dari kartilago. (Lemone Priscilla, 2016)
Kartilago adalah tipe jaringan penghubung yang padat (kolagen tipe II)
yang terdapat di semua bagian sistem musculoskeletal. Kartilago dapat menahan
tekanan dan kompresi dengan ketahanan yang besar. Berwarna semi-opaque
(putih kebiruan atau abu-abu) dan memiliki suplai saraf dan darah yang terbatas.
Sebagian besar dari rangka pada embrio adalah kartilago yang kemudian secara
bertahap menjadi tulang (osifikasi). (Black, 2014)
Tulang rawan bersifat lentur (elastis). Pada orang dewasa tulang rawan
terdapat pada telinga, ujung hidung, dan ruas antartulang belakang. Tulang rawan
disusun oleh sel-sel tulang rawan yang disebut kondrosit. Kondrosit yang matang
dibentuk dari sel-sel tulang rawan muda yang disebut kondroblas. Tulang rawan
diselubungi oleh selaput yang disebut perikondrium. (Irianto, 2012)
Di dalam suatu lakuna, pada umumnya terdapat dua buah sel tulang
rawan. Namun, terkadang terdapat tiga, empat, atau lebih sel-sel dalam sebuah
lakuna. Kumpulan sel-sel seperti ini disebut sarang-sarang sel atau sel-sel
isogenik. Sel-sel di dalam sebuah lakuna merupakan sel-sel bersaudara dari
turunan satu sel kondroblas tunggal. (Irianto, 2012)
Tulang rawan dibedakan menjadi tulang rawan hialin, serat (fibrosa), dan
elastin.
Tulang rawan hialin berwarna putih kebiru-biruan dan pada keadaan segar terlihat
bening. Kondrosit terletak di dalam lakuna yang berdinding licin pada matriks
tulang. Tulang rawan hialin terdapat pada semua rangka janin yang belum
menjadi tulang, tulang rawan iga, tulang rawan sendi dari persendi-sendian, dan
tulang-tulang rawan pada saluran pernapasan.
Tulang rawan fibrosa berwarna buram keputihan dan bersifat keras. Jumlah
selnya lebih sedikit dan berdiri sendiri atau mengelompok. Tulang rawan ini
dikelilingi oleh sebuah kapsul dari matriks tulang rawan. Tulang rawan fibrosa
dapat dijumpai pada ruas tulang belakang.
Tulang rawan elastin berwarna buram kekuningan, serta bersifat fleksibel dan
elastis. Sel-sel sama dengan sel-sel tulang rawan hialin dan dapat berdiri sendiri
atau berkelompok. Tulang rawan elastin terdapat pada telinga bagian luar dan
epiglotis (katup tulang rawan yang menutup celah menuju trakea). (Irianto, 2012)
1. OTOT
System muscular terdiri dari semua otot tubuh. Jenis lain jaringan otot
membentuk komponen penting organ pada system lain, termasuk kardiovaskular,
pencernaan, genitouria, dan system integument. ( Moore, L. Keith, 2013)
a. Jenis Otot
Otot dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan ciri khas yang berbeda berkaitan
dengan ;
Apakah secara normal dapat terkontrol dengan sengaja (volunteer vs involunter)
Apakah tampak berlurik atau tidak bila dilihat di bawah mikroskop (berlurik vs
polos).
Apakah terletak pada dinding tubuh dan ekstremitad atau membentuk organ
berongga (viscera) rongga tubuh atau pembuluh darah (somatic vs visceral) (
Moore, L. Keith, 2013)
Fungsi otot rangka adalah dengan kontraksi; otot rangka menarik dan tidak
pernah mendorong. Pelekatan otot sering dideskripsika sebagai origo dan insersi ;
origo biasanya ujung proksimal otot, tetap terfiksasi selama kontraksi otot, dan
insersi biasanya ujung distal otot, yang berubah saat berkontraksi dan dapat
digerakkan. ( Moore, L. Keith, 2013)
c. Unit structural
Unit struktral suatu otot adalah serabut otot lurik skeletal, unit fungsional
suatu otot adalah unit motoric, yang terdiri dari neuron motoric dan serabut otot
yang dikontrolnya. Banyak serabut berbeda-beda dari satu sampai beberapa
ratus. Banyak serabut berbeda-beda berdasarkan ukuran dan fungsi otot. (
Moore, L. Keith, 2013)
d. Fungsi otot
Inversi yaitu gerakan memutar kaki sehingga sisi dalam telapak kaki akan
terangkat ke dalam. sedangkan eversi adalah gerakan memutar kaki sehingga sisi
luar telapak kaki kan terangkat ke luar. Misalnya, ketika kita memiringkan atau
membuka telapak kaki ke araah dalam tubuh maka akan menimbulkan gerak
inversi. Contoh lainnya ketika kita memiringkan atau membuka telapak kaki ke
arah luar tubuh, maka akan menimbulkan gerak eversi.
1. Artikulasi (sendi)
Sendi atau artikulasi adalah area tempat dua tulang atau lebih bertemu.
Sendi menahan tulang skeleton bersama saat memungkinkan tubuh untuk
bergerak. (Pricillia, 2011)
Artikulasi (sendi) adalah tempat bertemunya dua atau lebih tulang. Tidak
semua sendi dapat melakukan pergerakan. Sendi dapat bersifat synovial, fibrosa,
atau kartilago. (Black, 2014)
a. Sendi synovial
Sebagian besar sendi dalam tubuh adalah sendi synovial. Mereka dapat bergerak
bebas, memungkinkan terjadinya perubahan posisi dan gerak. Sendi synovial
mampu untuk berbagai jenis pergerakan, bergantung pada tipe sendi. Sendi
synovial memiliki empat karakteristik.
1) Tiap sendi dilapisi oleh kapsul articular, mengakibatkan adanya celah sendi
2) Membrane synovial menghasilkan cairan synovial yang mengisi celah untuk
lubrikasi dan pemberian nutrisi pada kartilago
3) Permukaan tulang pada sendi dilapisi oleh kartilago hialin (kartilago articular)
4) Sendi synovial memiliki karakteristik pendukung tambahan. Ligament dan tendon
menguatkan kapsul dan membantu membatasi pergerakan. Lempeng articular
berlokasi di antara tulang-tulang pada beberapa sendi synovial untuk menahan
benturan keras.
Tulang dalam sendi synovial tertutup oleh rongga yang berisi cairan synovial,
filtrate plasma darah. Sendi synovial bebas bergerak memungkinkan banyak jenis
gerakan. Cairan synovial mengisi ruang bebas kapsula sendi, meningkatkan
gerakan halus pada tulang yang berartikulasi. (Pricillia, 2011)
b. Sendi Fibrosa
Sendi fibrosa merupakan artikulasi di mana tulang disatukan oleh jaringan
penghubung fibrosa. Hanya sedikit material yang memisahkan pangkal tulang dan
pergerakan yang minimal mungkin dilakukan.
Sendi fibrosa memungkinkan sedikit atau tidak ada gerakan, karena artikulasi
tulang digabungkan oleh serabut jaringan ikat pendek yang mengikat tulang
secara bersamaan, seperti pada sutura tengkorak, atau dengan korda pendek
jaringan fibrosa disebut ligament, yang memungkinkan gerakan sedikit, tetapi
bukan gerakan nyata.
c. Sendi Sutura
Sendi sutura termasuk tulang pada tengkorak dan terkadang sutura di antara
tulang illium, iskium dan pubis. Pada saat lahir, tulang-tulang pada tengkorak
terpisah untuk memfasilitasi proses kelahiran. Tulang-tulang ini biasanya menyatu
pada saat anak berusia 2 tahun. Ujung-ujung tulang ini memiliki lekukan
(interdigitasi) yang pas satu dengan lainnya dan terlihat seperti jahitan.
d. Sendi sindesmosis
Sendi sindesmosis (ligamentus) digabung oleh ligament (pita-pita jaringan fibrosa)
atau membrane. Sendi sindesmosis memungkinkan terjadinya gerakan elastis di
mana tulang dapat meregang dan kembali ke bentuk semua. persendian pada
ujung distal dari tibia dan fibula adalah contoh dari sendi sindesmosis.
e. Sendi kartilago
Tulang disatukan oleh kartilago (jaringan penghubung yang padat). Pergerakan
yang terbatas memungkinkan dilakukan di persendian ini.
Terdapat dua tipe persendian: sinkondrosis dan simfisis.
a. Sinkondrosis
Sinkondrosis disatukan oleh kartilago hialin. Persendian di antara epifisis dan
diafisis pada tulang panjang digantikan oleh tulang pada saat maturitas. Pada
tulang rusuk, bentuk kartilago ini juga bersifat sementara dan pada akhirnya akan
digantikan oleh tulang. Pada kartilago kostal, sinkondrosis di antara tulang rusuk
dan sternum biasanya tidak digantikan oleh tulang.
b. Simfisis
Simfisis adalah permukaan articular yang memiliki bantalan atau lempeng
fibrokartilago yang menghubungkan sambungan tulang. Pergerakan yang terbatas
dapat dilakukan. Pada sendi, permukaan berperan sebagai penyerap gesekan.
Tulang belakang dari pubis dipisahkan oleh simfisis.
2. Ligamen
Ligamen adalah ikatan dari jaringan fibrosa yang menghubungkan tulang
pada sendi dan memberikan stabilitas selama pergerakan. Beberapa ligament
yang sering kali mengalami cedera adalah ligament korakohumeral dan
glenohumeral, yang mendukung lutut. (Black, 2014)
Ligament membatasi atau meningkatkan gerakan, memberikan stabilitas
sendi, dan meningkatkan kekuatan sendi. (Pricillia, 2011)
3. Tendon
Bursae adalah kantung kecil yang sejajar dengan membrane synovial dan
berisi cairan synovial. Mereka berperan sebagai bantalan antarstruktur terutama
di mana otot dan tendon melintas di antara tulang-tulang. Tubuh memiliki ratusan
bursae. Beberapa diantaranya bersifat subkutan, berada diantara tulang dan kulit.
Sarung tendon merupakan struktur synovial silinder yang mirip dengan bursue.
Mereka ditemukan di mana tendon bersilangan dengan sendi dan mungkin
menyebabkan terjadinya gesekan yang konstan, seperti pada terowongan karpal
(carpal tunnel). Sarung tersebut melapisi di sekeliling tendon, membentuk
bantalan berisi cairan di mana tendon dapat melintas. (Black, 2014)
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa yang menghubungkan otot ke
periosteum tulang dan memungkinkan tulang bergerak ketika otot skeletal
berkontraksi. Ketika otot berkontraksi peningkatan tekanan menyebabkan tendon
menarik, mendorong, atau memutar tulang yang berkaitan. (Pricilia, 2011)
Penatalaksanaan:
1. Nyeri punggung dapat hilang sendiri dan akan sembuh sekitar 6 minggu
dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi.
2. Pasien harus tetap berada di tempat tidur dengan matras yang padat dan
tidak membal selama 2 sampai 3 hari.
3. Pasien di anjurkan untuk tidak beraktivitas di luar tempat tidur.
4. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar ,
yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian
kepala tempat tidur di tinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk
lututnya atau berbaring miring dengan lutut dan panggul ditekuk (posisi
melingkar) dengan diletakan bantal diantara lutut dan tungkai dan sebuah
bantal di bawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan
memperberat lordosis.
1. Penatalaksanaan nyeri
Mendiskusikan dengan pasien mengenai metode peredaan nyeri:
Tirah baring terbatas dengan lutut fleksi untuk mengurangi ketegangan
pada pada punggung
Pendekatan nonfarmakologis: distraksi, relaksasi, imajinasi, intervensi
termal (mis.es atau panas) pengurangan stress.
Pendekatan farmakologis: agens antiinlamasi non-steroid, analgetik,
relaksasi otot.
2. Latian
Mendorong pasien melakukan latihan punggung untuk meningkatkan
fungsi, penekanan pada peningkatan bertahap waktu dan
pengulangannya: peregangan, pelenturan dan penguatan
3. Mekanika tubuh
Menginstruksikan pasien untuk:
Mempraktikan postur yang baik
Menghindari memutar tubuh
Mengangkat beban:
- Menjaga bebab tetap mendekati tubuh
- Melipat lutut dan menegangkan otot abdomen
- Menghindari menjangkau benda yang terlalu jauh
- Menggunakan penyokong dengan dasar luas
- Menggunakan brace untuk melindungi punggung
4. Modifikasi pekerjaan
Mendoron pasien untuk:
Menyesuaikan area pekerjaan untuk menghindari stress pada pinggang
Menyesuaikan tinggi kursi dan meja
Menggunakan penyangga lumbal saat duduk di kursi
Menghindari berdiri lama dan tugas berulang ulang
Menghindari mengangkat benda yang berat
Gambar (posisi dalam bekerja)
Penatalaksanaan:
Pemberian kompres dingin/ hangat intermiten
Latihan pendulum
Diberikan obat antiinflamasi-salisilat (aspirin)
Diberikan injeksi kortikosteroid atau anestesi ke dalam sendi bahu
2. Tendonitis kalsifikan
Gambar (tendonitis)
Penatalaksanaan:
Melakukan infiltrasi daerah subakromial dan aspirasi deposit
Diberikan analgetik untuk nyeri
Diberikan agens antiinflamasi (aspirin, fenilbutason, indometasin)
Pemberian kompres dingin/ hangat
Diberikan injeksi dengan bahan anestesi dan kortikosteroid
Diperlukan tindakan pembedahan untuk mengeksisi deposit berkalsifikasi
Penatalaksanaan:
Mengkonfirmasi defek dengan MRI atau artrogram
Diberikan obat antiinflamasi
Dilakukan infiltrasi dengan anestesi local untuk mengurangi nyeri
Melakukan tindakan bedah untuk rupture komplet
4. Sindrom bisipital (lesi pada kaput longgus otot biseps) tendonitis
dantenosinovitis
Penatalaksanaan:
Mengistirahatkan ekstremitas salisilat
Kompres dngin/hangat intermiten
Melakukan latihan lembut sejauh masih ditoleransi
Menghindari gerakan yang meregangkan tendo biseps
Osteoporosis
gambar (osteoporosis)
Penatalaksanaan:
1. Diet kaya kalsium dan vitamin D, terdiri atas tiga gelas vitamin D susu
skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis. Keju
swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari.
2. Pada menopause, terapi penggantian hormone (HRT= HORMONE
REPLACEMENT THERAPY) dengan estrogen dan progesterone dapat
diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah
terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.
3. Obat-obat lain yang diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk
kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara
primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan
atau intramuscular. Efek samping (mis. Gangguan gastrointestinal, aliran
panas, frekwensi urine). Natrium fluoride memperbaiki aktivitas
osteoblastik dan pembentukan tulang; namun, kualitas tulang yang baru
masih dalam pengkajian. Natrium etidronat, yang menghalangi resorpsi
tulang osteoklastik, sedang dalam penelitian untuk efisiensi
penggunaanya sebagai terapi osteoporosis.
Osteomalasia
Gambar (osteomalasia)
Penatalaksanaan:
1. Bila osteomalasia akibat kesalahan diet, maka perlu diberikan diet kaya
protein dan kalsium dan vitamin D tinggi. Suplemen vitamin D harus
diresepkan. Vitamin D akan meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfor
dalam cairan ekstra sel dan maka tersedia ion kalsium dan fosfor untuk
mineralisasi tulang
2. Pemantauan jangka panjang pasien diperlukan untuk meyakinkan
stabilisasi atau kekambuhan osteomalasia. Berbagai deformitas ortopedik
persisten mungkin perlu ditangani dengan brace atau pembedahan (
dapat dilakukan osteotomy untuk mengoreksi deformitas tulang panjang)
Osteomyelitis
Gambar (osteomyelitis)
Penatalaksanaan:
1. Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.
2. Diberikan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari
untuk meningkatkan aliran darah.
3. Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik.
4. Setelah specimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi
antibiotika intravena. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran
darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya thrombosis. Bila
infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan
dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral,
jangan diminum bersama makanan. Bila pasien tidak menunjukan
respons terhadap terapi antiotika, tulang yang terkena harus dilakukan
pembedahan, jaringan purulent dan nekrotik diangkat itu diirigasi secara
lansung dengan larutan salin fisigis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Penatalaksanaan:
1. Diberikan antibiotika seperti nafsilin, sefoperazone, dan gentamisin, harus
dimulai segera secara intravena
2. Dilakukan aspirasi sendi dengan jarum untuk mengambil cairan sendi
yang berlebihan, eksudat, dan debris. Untuk meningkatkan kenyamanan
selain mengurangi destruksi sendi akibat kerja enzim proteolitik dalam
cairan purulent.
3. Perlu dilakukan artroskopi untuk mendrainase sendi dan membuang
jaringan mati
4. Sendi yang mengalami inflamasi disokong dan diimobilisasi pada posisi
fungsional menggunakan bidai yang dapat memperbaiki kenyamanan
5. Diberikan kodein untuk mengontrol nyeri. Setelah infeksi berespons
terhadap antibiotika yang sesuai, dapat diberikan NSAID.
6. Memantau nutrisi dan cairan pasien untuk mempercepa penyembuhan.
Dan latihan rentang gerak progresif dilakukan bila infeksi sudah
menghilang
Cedera Olahraga
Fraktur
Penatalaksaan Kedaruratan
1. Reduksi Fraktur
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
a. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan
dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara
gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan
menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan
tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmne tulang
telah dalam kesejajaran yang benar.
b. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka.
Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna
dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
2. Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan.Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna atau
eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan gips, bidai, traksi
kontinu, pin dan teknik gips atau fiksator eksterna. Implant logam dapat
digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur.
3. Mempertahankan dan Mengembalikan fungsi
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan
lunak.Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai
kebutuhan.Status neurovaskuler (mis.Pengkajian peredaran darah, nyeri,
perabaan, gerakan) dipantau.Kegelisahan, ansietas dan
ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan
(mis.Meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk
analgetika).Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk
meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.
Amputasi
Bahan-bahan Gips:
1. Plaster
Gips tradisional dibuat dari bahan gips. Gips pembalut dapat mengikuti
kontur tubuhsecara halus.gulungan crinoline diimpregnasi dengan serbuk
kalsium sulfat (Kristal gipsun).Bila basah, terjadi reaksi kristalisasi dan
mengeluarkan panas (reaksi eksotermis).
Panas yang dihasilkan selama reaksi ini sering menganggu
kenyamanan.Maka air yang digunakan harus dingin.
Gips harus ditempatkan ditempat terbuka agar dapat keluar secara
maksmimal. Kebanyakn gips sudah dingin selama 15 menit.
Gips memerlukan 24-72 jam untuk mengering, tergantung ketebalan dan
kondisi kelembaban lingkungan.
2. Non Plaster
Secara umum berarti gips fiberglas, bahan poliuretan yang diaktivasi air
ini mempunyai sifat ynag sama dengan gips san mempunyai kelebihan
karena lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.
Dibuat dari serat rajutan terbuka tak menyerap yang diimpregnasi dengan
bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya
dalam beberapa menit.
3. Bebat dan brace
Bebat plaster yang dibentuk sesuai kontur atau bahan termoplastik yang
dapat dilekuk, dapat digunakan pada keadaan yang tidak memerlukan
imobilisasi kaku atau untuk keadaan dimana kemungkinan terjadi
pembengkakan. Bebat harus diberi bantalan yang memadai untuk
mencegah tekanan, abrasi kulit, dan luka kulit.
Untuk penggunaan jangka panjang, brace digunakan untuk memberikan
dukungan, mengontrol gerakan dan mencegah cedera lebih lanjut.
3.Gangguan Muskuloskeletal
a. Fraktur
1) Definisi
2) Klasifikasi
Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang
dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi
normal).
Fraktur tidak komplet adalah patah yang terjadi pada sebagian
garis tengah tulang.
Fraktur tertutup (fraktur simpel) adalah fraktur yang tidak
menyebabkan robeknya kulit.
Fraktur terbuka (fraktur kompleks) adalah fraktur yang dicirikan
oleh robeknya kulit di atas cedera tulang. Kerusakan jaringan
dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi
berdasarkan tingkat keparahannya:
Derajat 1. Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal.
Derajat 2. Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang.
Derajat 3. Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan
luas pada jaringan lunak, saraf, dan tendon, kontaminasi
banyak
1) Kekerasan Langsung
4) Manifestasi Klinis
Deformitas.
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau
gesekan antar fragmen fraktur yang menciptakan sensasi dan suara
deritan. Krepitasi tulang adalah suara-suara yang dihasilkan oleh
gesekan-gesekan dari segmen-segmen tulang
Perubahan neurovaskular.
Cedera neurovascular terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau
struktur vascular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas
atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari
fraktur.
Syok.
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar
atau tersembunyi dapat menyebabkan syok.
(Joyce M.Black, Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal
Bedah – manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan. Edisi 8 buku
1 bab27 ;Elsevier)
Manifestasi Patofisiologi
Deformitas Posisi abnormal tulang akibat
fraktur dan menarik otot pada
tulang yang mengalami fraktur
Pembengkakan Edema dari lokalisasi cairan
serosa dan perdarahan
Nyeri/nyeri tekan Spasme otot, trauma jaringan
langsung, tekanan saraf dan
gerakan tulang yang mengalami
fraktur
Baal Kerusakan saraf atau penjeratan
saraf
Melindungi Nyeri
Krepitus Memarut tulang atau masuknya
udara pada fraktur terbuka
Syok hipovolemik Perdarahan atau cedera terkait
Spasme otot Kontraksi otot atau cedera
terkait
Ekimosis Ekstravasasi darah ke dalam
jaringan subkutan
(Joyce M.Black, Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal
Bedah – manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan. Edisi 8 buku
1 bab39 ;Elsevier)
5) Patofisiologi
6) Penatalaksanaan Medis
Medikasi
Terapi
Traksi
Pembedahan
Pengkajian sendi
Spina servikal :
Fleksi 45 derajat : sentuh dagu ke dada anda
Ekstensi 55 derajat : lihta langit-langit
Menekuk lateral 38 derajat : coba untuk menyentuh telinga
kanan hingga bahu kanan anda
Rotasi 70 derajat : coba untuk menyentuh dagu anda untuk
setiap bahu
Spina lumbar
Fleksi 75 hingga 90 derajat : sentuh jari kaki anda dengan jari
tangan
Ekstensi 30 derajat : tekuk ke belakang secara perlahan
Tekuk lateral 35 derajat : tekuk kanan dan kiri
Rotasi 30 derajat : pelintir bahu anda ke kanan dan kiri
Jari
Fleksi : membuat kepalan tangan
Ekstensi : membuka tangan anda
Abduksi : buka jari anda
Adduksi : rapatkan jari anda
Pergelangan tangan
Fleksi 90 derajat : tekeuk pergelangan tangan ke bawah
Ekstensi 70 derajat : tekuk pergelangan tangan ke atas
Deviasi ulna 55 derajat : tekuk pergelanagan tangan ke arah
jari kelingking
Deviasi radial 20 derajat : tekuk pergelanagn tangan ke arah
ibu jari
Siku
Fleksi 160 derajat : sentuh tangan hingga bahu anda
Ekstensi 180 derajat : luruskan siku anda
Supinasi 90 derajat : tekuk siku anda 90 derajat ,dan putar
telapak tangan ke atas
Pronasi 90 derajat : tekuk siku anda 90 derajat dan turunkan
kepalan tangan ke bawah
Bahu
Fleksi 180 derajat : tahan lengan anda lurus ke atas dan
keluar
Hiperekstensi 50 derajat : letakkan lengan lurus anda di
belakang punggung
Rotasi internal 90 derajat : letakan lengan bawah di belakang
punggung bawah
Abduksi 180 derajat : angkat lengan luruh ke atas dan keluar
sisi
Adduksi 50 derajat : letakan lengan lurus anda melewati dada
Jari kaki
Fleksi 90 derajat : berjalan dengan jari kaki anda
Pergelangan kaki
Dorsi fleksi 20 derajat : arahkan kaki anda ke langit-langit
Plantar fleksi 45 derajat : arahkan kaki anda ke lantai
Inversi 30 derajat : berjalan pada sisi luar kaki anda
Eversi 20 derajat : berjalan pada sisi dalam kaki anda
Lutut
Fleksi 130 derajat : tekuk lutut
Ekstensi 180 derajat : duduk dan tahan kaki kurus di depan
anda
Pinggul (pasien berbaring)
Fleksi 120 derajat : tekuk lutut hingga menyentuh dada
Hiperekstensi 30 derajat :berbaring telentang dan angkat satu
kaki
Abduksi 45 derajat : tahan tungkai anda tetap lurus dan
pindahkan ke samping
Rotasi internal 38 derajat : tekuk lutut dan putar ke arah
tungkai anda yang lain
Rotasi eksternal 45 derajat : tekuk lutut dan putar ke samping
luar
Pengkajian khusus :
.
8) Komplikasi
1. Komplikasi awal fraktur
A. Kerusakan
D. Infeksi
F. Shock
D. Penyatuan terhambat
9) Kasus
Asuhan Keperawatan
Seorang klien dirawat diruangan perawatan umum dirumah sakit pemerintah. Klien
dirawat dengan keluhan patah tulang pada femur sinistra dan luka terbuka sehingga
tulang keluar dari kulit, nyeri hebat, dan perdarahan. Seorang perawat melakukan
anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut: klien mengatakan sakitnya karena
kecelakaan ditabrak motor, saat kecelakaan klien menyatakan sadar akan kejadian,
dan tungkai sinistra sakit untuk digerakkan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapat
data: tingkat kesadaran composmentis, TTV: TD 100/60 mmHG, HR 112 x/menit,
Suhu 37 oC, RR 20 x/menit, palpasi daerah farktur ada bagian tulang yang menonjol
dan ada krepitus di femur sisnistra, tulang keluar dari permukaan kulit, perdarahan.
Dari hasil pemeriksaan laboraturium Hb 12 gr/dl, Ht 40%, Lekosit 12.000, GDS 125,
Hasil Rontgen Femur Sinistra: Fraktur Kominutif. Tindakan sementara klien
terpasang spalk dan akan direncanakan dilakukan ORIF, klien terpasang Infus RL
28 tts/menit, dan mendapat antibiotik Cefizox 1 gr/IV. Diagnosa medis klien Fraktur
Terbuka Kominutif Sinistra. Perawat dan dokter serta paramedic lainnya yang terkait
melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari / mengurangi resiko
komplikasi lebih lanjut.
Data Fokus
Analisa Data
Do:
- Klien dirawat dengan patah
tulang pada femur sinistra
- Luka terbuka sehingga tulang
keluar dari kulit
- Tingkat kesadaran
composmentis
- TD: 100/60 mmHG,
- HR: 112 x/menit,
- Suhu: 37 oC,
- RR: 20 x/menit
- Palpasi daerah fraktur ada
bagian tulang yang menonjol,
ada krepitus di femur sinistra
- Tulang keluar dari permukaan
kulit
- Hasil Rontgen Femur Sinistra:
Fraktur Kominutif
- Terpasang spalk dan
direncanakan ORIF
- Diagnosa medis klien Fraktur
Terbuka Kominutif Sinistra
Do:
- Klien dirawat dengan patah
tulang pada femur sinistra
- Luka terbuka sehingga tulang
keluar dari kulit
- Tingkat kesadaran
composmentis
- TD: 100/60 mmHG,
- HR: 112 x/menit,
- Suhu: 37 oC,
- RR: 20 x/menit
- Palpasi daerah fraktur ada
bagian tulang yang menonjol,
ada krepitus di femur sinistra
- Tulang keluar dari permukaan
kulit
- Hb 12 gr/dl
- Ht 40%
- Lekosit 12.000
- GDS 125
- Hasil Rontgen Femur Sinistra:
Fraktur Kominutif
- Terpasang spalk dan
direncanakan ORIF
- Klien mendapat antibiotik
Cefizox 1gr/IV
- Diagnosa medis klien Fraktur
Terbuka Kominutif Sinistra
3. Ds: Hambatan Kerusakan
- Klien mengatakan sakitnya Mobilisasi Fisik Integritas Struktur
karena kecelakaan ditabrak (NANDA, 00085) Tulang
motor
- Klien mengatakan tungkai
sinistra sakit untuk digerakkan
Do:
- Klien dirawat dengan patah
tulang pada femur sinistra
- Hasil Rontgen Femur Sinistra:
Fraktur Kominutif
- Terpasang spalk dan
direncanakan ORIF
- Diagnosa medis klien Fraktur
Terbuka Kominutif Sinistra
Resiko 1. Lakukan perawatan pen steril Tujuan : infeksi tidak Mencegah infeksi
2 Infeksi dan perawatan luka sesuai terjadi / terkontrol. sekunderdan
berhubunga protokol Kriteria hasil : - tidak mempercepat
n dengan 2. Ajarkan klien untuk ada tanda-tanda penyembuhan
Gangguan mempertahankan sterilitas infeksi seperti pus. luka.
Integritas insersi pen. - luka bersih tidak Meminimalkan
Kulit 3. Kolaborasi pemberian kontaminasi.
lembab dan tidak
antibiotika dan toksoid
kotor. Antibiotika
tetanus sesuai indikasi. spektrum luas
- Tanda-tanda vital
4. Analisa hasil pemeriksaan atau spesifik
laboratorium (Hitung darah dalam batas normal
dapat digunakan
5. lengkap, LED, Kultur dan atau dapat
secara profilaksis,
sensitivitas ditoleransi. mencegah atau
luka/serum/tulang) mengatasi infeksi.
6. Observasi tanda-tanda vital Toksoid tetanus
dan tanda-tanda peradangan untuk mencegah
lokal pada luka. infeksi tetanus.
Leukositosis
biasanya terjadi
pada proses
infeksi, anemia
dan peningkatan
LED dapat terjadi
pada
osteomielitis.
Kultur untuk
mengidentifikasi
organisme
penyebab infeksi.
Mengevaluasi
perkembangan
masalah klien.
Hambatan 1. Pertahankan pelaksanaan Tujuan : pasien akan Memfokuskan
3 Mobilitas aktivitas rekreasi terapeutik menunjukkan tingkat perhatian,
Fisik (radio, koran, kunjungan mobilitas optimal. meningkatakan
berhubunga teman/keluarga) sesuai Kriteria hasil : - rasa kontrol
n dengan keadaan klien. penampilan yang diri/harga diri,
Kerusakan 2. Bantu latihan rentang gerak seimbang.. membantu
Integritas pasif aktif pada ekstremitas menurunkan
- melakukan
Struktur yang sakit maupun yang isolasi sosial.
pergerakkan dan
Tulang sehat sesuai keadaan klien. Meningkatkan
perpindahan.
3. Berikan papan penyangga sirkulasi darah
kaki, gulungan - mempertahankan
muskuloskeletal,
trokanter/tangan sesuai mobilitas optimal mempertahankan
indikasi. yang dapat di tonus otot,
4. Bantu dan dorong perawatan toleransi, dengan mempertahakan
diri (kebersihan/eliminasi) karakteristik : gerak sendi,
sesuai keadaan klien. 0 = mandiri penuh mencegah
5. Ubah posisi secara periodik 1 = memerlukan kontraktur/atrofi
sesuai keadaan klien. alat Bantu. dan mencegah
6. Dorong/pertahankan asupan 2 = memerlukan reabsorbsi
cairan 2000-3000 ml/hari. bantuan dari orang kalsium karena
7. Berikan diet TKTP. lain untuk bantuan, imobilisasi.
8. Kolaborasi pelaksanaan pengawasan, dan Mempertahankan
fisioterapi sesuai indikasi. pengajaran. posis fungsional
9. Evaluasi kemampuan ekstremitas.
3 = membutuhkan
mobilisasi klien dan program
bantuan dari orang Meningkatkan
imobilisasi kemandirian klien
lain dan alat Bantu.
4= dalam perawatan
diri sesuai kondisi
ketergantungan;
keterbatasan
tidak berpartisipasi
klien.
dalam aktivitas.
Menurunkan
insiden komplikasi
kulit dan
pernapasan.
Mempertahankan
hidrasi adekuat,
mencegah
komplikasi
urinarius dan
konstipasi.
Kalori dan protein
yang cukup
diperlukan untuk
proses
penyembuhan
dan
mempertahankan
fungsi fisiologis
tubuh.
Kerjasama
dengan
fisioterapis perlu
untuk menyusun
program aktivitas
fisik secara
individual.
Menilai
perkembangan
masalah klien
DAFTAR PUSTAKA
Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks, (2014). Medical Surgical Nursing vol
1. Jakarta: SalembaMedika
Black J.M., Hawks J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
untuk hasil yang diharapkan (3-vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Elsevier
Pte. Ltd
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
3. Jakarta EGC
LeMone, Priscilla, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguian
Respirasi Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC