OLEH :
FERI FADLI
D111 08 897
ABSTRAK
Kota Makassar beberapa tahun terakhir ini sering dilanda banjir. Puncaknya pada tahun 2012 yang terjadi
mencapai seluruh wilayah kota, termasuk di daerah jln. Sulawesi dan sekitarnya. Banjir yang melanda Kota
Makassar ini telah menghambat aktifitas ekonomi dan sosial masyarakat, tidak jarang menjadi penyebab
kerusakan infrastruktur seperti jalan dan jembatan. Tata guna lahan yang mayoritas bangunan bisnis dan
perdagangan, tidak adanya ruang terbuka sebagai resapan air, kondisi topografi yang rendah, kondisi infastruktur
drainase yang tidak memadai dan pasang surut air laut yang merupakan penyebab terjadinya banjir dan genangan
air di wilayah ini. Banjir dan genangan air menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan infrastruktur
yang membutuhkan perhatian khusus untuk menanganinya. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan data
dan informasi teknis mengenai penanganan banjir dan genangan air di zona jln. Sulawesi dan sekitarnya dengan
tujuan untuk mengidentifikasi daerah banjir dan genangan air, mengevaluasi kapasitas jaringan drainase yang
ada, menganalisis pengaruh pasang surut air laut terhadap masalah banjir dan genangan air, dan merencanakan
typikal drainase retensi pengendali banjir dan genangan air zona jln. Sulawesi dan sekitarnya, Kota Makassar.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini, dapat diketahui bahwa banjir dan genangan air
terjadi hampir di seluruh wilayah jln. Sulawesi dan sekitarnya dengan tinggi dan durasi waktu bervariasi, sistem
jaringan drainase yang ada sudah tidak memadai untuk melayani debit maksimal air hujan yang terjadi, kondisi
ukuran saluran drainase yang kurang besar jika dibandingkan limpasan permukaan yang masuk ke dalam
saluran, pasang air laut mempengaruhi kapasitas saluran outlet drainase yang bermuara langsung ke laut, dan
untuk menampung debit sisa air hujan limpasan permukaan yang tidak dapat dialirkan melalui saluran outlet
yang ada, maka di rencanakan saluran retensi (retention channel) yang berada di bawah badan jalan sepanjang
jln. Sulawesi dan bermuara jln. Riburane.
ABSTRACT
Makassar last few years is often flooded. The peak occurred in 2012 that reached all areas of the city ,
including in the st. Sulawesi and the surrounding zone. The floods that hit the city of Makassar has hampered the
economic and social activity , not less likely to cause damage to infrastructure such as roads and bridges. Land
use that the majority of business and trade buildings, lack of open space as water absorption, low topography,
drainage conditions inadequate infrastructures and tide which is the cause of flooding and inundation in the
region . Flood and inundation to be one factor that causes damage to the infrastructure that require special
attention to handle it. This study is intended to provide data and technical information regarding the handling of
flood and inundation in st. Sulawesi and the surrounding zone in order to identify flooded areas and inundation,
evaluate the capacity of the existing drainage network, analyzing the influence of the tide on flooding and
inundation problems, and plan typikal drainage retention control flood and inundation st. Sulawesi and
surrounding zone, Makassar City.
Based on the analysis conducted in this study , it is known that flooding and inundation occurs in almost all
regions st. Sulawesi and the surrounding zone with high and variable duration, drainage network systems are no
longer adequate to serve the maximum discharge rainwater that happens, the condition of the drainage channel
size is not big enough compared to surface runoff into the channel, tides affect the channel capacity drainage
outlet that empties directly into the sea , and to accommodate residual discharge rainwater runoff that can not
be channeled through the existing outlet channel, the retention channel which is under the road along st.
Sulawesi and outlet st. Riburane .
1
Dosen , Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makssar 90245, INDONESIA
2
Mahasiswa, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA
Tata guna lahan yang mayoritas bangunan bisnis kondisi permukaan tanah. Kedua faktor ini memberi
dan perdagangan, tidak adanya ruang terbuka pengaruh terhadap kuantitas dan kualitas air hujan.
sebagai resapan air, kondisi topografi yang rendah, Jumlah dan lamanya hujan merupakan faktor
kondisi infastruktur drainase yang tidak memadai penting dalam analisis sehingga mutlak diperlukan
dan pasang surut air laut yang merupakan penyebab data curah hujan yang baik kualitasnya.
terjadinya banjir dan genangan air di wilayah ini. Kondisi permukaan tanah memberikan gambaran
Banjir dan genangan air menjadi salah satu faktor prosentase air yang dapat dialirkan di atas
yang menyebabkan kerusakan infrastruktur yang permukaan atau air limpasan (surface runoff).
membutuhkan perhatian khusus untuk Besarnya aliran yang terjadi untuk tiap kondisi
menanganinya. permukaan tanah berbeda-beda (koefisien
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengaliran).
bagaimana kondisi daerah banjir dan genangan air di Tujuan dari analisis curah hujan terutama
zona jln. Sulawesi dan sekitarnya, bagaimana dipergunakan untuk memperoleh pola kejadian
kondisi sistem jaringan drainase di zona jln. curah hujan pada setiap periode ulang dan intensitas
Sulawesi dan sekitarnya, bagaimana pengaruh curah hujan pada suatu rencana/prakiraan tertentu.
pasang surut air laut terhadap masalah banjir dan Analisa aliran permukaan (runoff) dipergunakan
genangan air di zona jln. Sulawesi dan sekitarnya, untuk memperoleh gambaran tentang volume air
dan bagaimana penanganan banjir dan genangan air limpasan, sehingga dimensi bangunan seperti
di zona jln. Sulawesi dan sekitarnya. saluran, gorong-gorong dan lain-lain bisa
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan diperkirakan. Analisa aliran permukaan selain
data dan informasi teknis mengenai penanganan dititikberatkan pada volume limpasan juga tinggi
banjir dan genangan air di zona jln. Sulawesi dan muka air pada titik-titik tertentu yang selanjutnya
sekitarnya dengan tujuan untuk mengidentifikasi dipakai sebagai referensi perencanaan elevasi
daerah banjir dan genangan air, mengevaluasi bangunan-bangunan drainase.
kapasitas jaringan drainase yang ada, menganalisis
pengaruh pasang surut air laut terhadap masalah Analisis Frekuensi Curah Hujan
banjir dan genangan air, dan merencanakan typikal Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi
drainase retensi pengendali banjir dan genangan air oleh peristiwa-peristiwa yang luar biasa, seperti
zona jln. Sulawesi dan sekitarnya, Kota Makassar. hujan lebat, banjir, dan kekeringan. Besaran
peristiwa ekstrim berbanding terbalik dengan
TINJAUAN PUSTAKA frekuensi kejadiannya, peristiwa yang luar biasa
1. Banjir dan Genangan Air ekstrim kejadiaanya sangat langka. Tujuan analisis
Banjir didefinisikan dengan kenaikan drastis dari frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan
aliran sungai, kolam, danau, dan lainnya, dimana besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan
kelebihan aliran itu menggenangi keluar dari tubuh dengan frekuensi kejadiannya melalui distribusi
air dan menyebabkan kerusakan dari segi sosial kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis
ekonomi dari sebuah populasi. (Smith et, al., 1998 diasumsikan tidak bergantung (independent) dan
dalam Marfai, 2003). terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik.
Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan
banjir. Namun secara umum penyebab terjadinya suatu besaran hujan disamai atau dilampaui.
banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu Sedangkan, kala ulang adalah waktu hipotetik
banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alam dan dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan
banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala-ulang
(Kodoatie R.J dan Sugiyanto, 2002) (return period) adalah waktu hipotetik dimana hujan
Pengendalian banjir dan genangan air pada dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau
dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, dilampaui. Dalam hal ini tidak terkandung
namun yang paling penting adalah dipertimbangkan pengertian bahwa kejadian tersebut akan berulang
secara keseluruhan dan dicari sistem yang paling secara teratur setiap kala ulang tersebut. Misalnya,
optimal. Dan untuk menanggulangi masalah banjir hujan dengan kala ulang 10 tahunan, tidak berarti
dan genangan air perlu suatu metode penanganan akan terjadi sekali setiap 10 tahun akan tetapi ada
genangan serta perencanaan yang menyeluruh dan kemungkinan dalam jangka 1000 tahun akan terjadi
terpadu dengan sasaran utama yang akan dicapai 100 kali kejadian hujan 10 tahunan. Ada
yaitu penanganan daerah genangan. kemungkinan selama kurun waktu 10 tahun terjadi
hujan 10 tahunan lebih dari satu kali, atau sebaliknya
2. Analisis Hidrologi tidak terjadi sama sekali.
Analisis hidrologi mencakup pembahasan Metode analisis hujan rancangan pemilihannya
tentang hujan, aliran permukaan dan faktor lain yang sangat tergantung dari kesesuaian parameter statistik
akan mempengaruhi kuantitas air hujan yang akan dari data yang bersangkutan atau dipilih
ditanggulangi. Kondisi hidrologi suatu wilayah berdasarkan pertimbangan teknis lainnya. Ada
sangat dipengaruhi oleh iklim terutama hujan dan
beberapa jenis distribusi dalam analisis frekuensi menghitung profil muka air pada aliran tidak
yaitu : permanen. Metode ini dikembangkan dari
1. Distribusi Normal persamaan sebagai berikut :
2. Distribusi Log Normal 𝑧𝑧1 + ℎ1 +
𝑣𝑣1 2
= 𝑧𝑧2 + ℎ2 +
𝑣𝑣2 2
+ ℎ𝑓𝑓 ......(3)
3. Distribusi Log Pearson Type III 2𝑔𝑔 2𝑔𝑔
4. Distribusi Gumbel Type I Dimana :
z = Ketinggian dasar saluran dari garis
Intensitas Curah Hujan referensi
Intensitas Curah hujan adalah ketinggian curah h = Kedalaman air dari dasar saluran
hujan yang terjadi pada satu kurun waktu dimana v = Kecepatan rata-rata
air hujan terkonsentrasi (naik dan turun) selanjutnya g = Percepatan gravitasi
disebut Intensitas Duration Frequensi (IDF) dan hf = Kehilangan energi karena gesekan
dipakai untuk menentukan besarnya surface runoff dasar saluran
yang dihitung dengan Rational Method. Prinsip dari metode tahapan langsung adalah
Perhitungan intensitas curah hujan jika mencari panjang back water effect, dengan jalan
menggunakan data curah hujan otomatis / jangka membuat beberapa tahapan dengan menganalisa
pendek, dipakai rumus – rumus Metode Talbot, tinggi muka air antara MAT di sungai dan
Metode Sherman, Metode Ishiguro, dan Metode Dr. kedalaman saluran.
𝐸𝐸
Mononobe. 𝑥𝑥 = −𝑆𝑆 ......(4)
2 𝑆𝑆𝑜𝑜 𝑓𝑓
𝐼𝐼 =
𝑅𝑅24 24 3
. � � ......(1) Dimana :
24 𝑡𝑡 x = Jarak antara tahapan (m)
Dimana : E = Selisih energi antara tahapan dengan
I = Intensitas hujan (mm/jam) tahapan sebelumnya (m).
t = Waktu hujan / durasi (jam) So = Kemiringan dasar saluran
R 24 = Curah hujan maksimum dengan T Sf = Kemiringan rata-rata garis energi
tahun (mm) antara tahapan dengan tahapan
sebelumnya.
Debit Limpasan Lahan
Untuk menghitung debit puncak rencana Debit Saluran
digunakan Rational Method (RM) dimana data Persamaan yang digunakan untuk menghitung
hidrologi memberikan kurva intensitas durasi debit saluran drainase adalah rumus manning,
frekuensi (IDF) yang seragam dengan debit puncak perhitungannya dengan cara trial and error dimana
dari curah hujan rata-rata, sesuai waktu konsentrasi. debit banjir sama dengan debit maksimal air
Debit puncak dapat diformulasikan sebagai berikut: limpasan permukaan lahan yang terjadi.
- Debit rencana saluran :
𝑄𝑄 = 0,00278 . 𝐶𝐶𝐶𝐶. 𝐶𝐶. 𝐼𝐼. 𝐴𝐴......(2)
Dimana: 𝑄𝑄𝑑𝑑 = 𝐴𝐴 . 𝑉𝑉 ......(5)
Q = debit puncak rencana (m3/det) - Kecepatan aliran air dalam saluran :
C = Koefisient Limpasan
2 1
I = intensitas (mm/jam) diperoleh dari 𝑉𝑉 =
1
. 𝑅𝑅3 . 𝑆𝑆 2 ......(6)
IDF Curve berdasarkan waktu 𝑛𝑛
permukaan yang rendah dari jalan. Genangan terjadi 5 297.67 406.21 478.07 546.10 568.88 636.24
pada saat turun hujan dalam waktu relatif lama (+ 3 10 187.52 255.90 301.16 344.02 358.37 400.81
jam) dan terus menerus dengan tinggi genangan 20 118.13 161.21 189.72 216.72 225.76 252.49
relatif dalam antara 10 sampai dengan 50 sentimeter 30 90.15 123.02 144.78 165.39 172.29 192.69
di atas permukaan jalan. Luas daerah genangan 40 74.42 101.55 119.52 136.52 142.22 159.06
mencapai 34,419 ha atau 50,41% dari luas daerah 60 56.79 77.50 91.21 104.19 108.53 121.39
tangkapan air (cachtment) untuk zona jln. Sulawesi 80 46.88 63.97 75.29 86.00 89.59 100.20
dan sekitarnya. 120 35.78 48.82 57.46 65.63 68.37 76.47
700.00
600.00 2 TAHUN
5 TAHUN
10 TAHUN
500.00
25 TAHUN
INTENSITAS
50 TAHUN
400.00
100 TAHUN
300.00
200.00
100.00
Karakteristik Hidrologi
Curah Hujan Rencana Gambar 8. Grafik Intensitas Durasi Frekuensi
1 . Metode E.J Gumbel Type I Metode Dr. Mononobe
Tabel 1. Curah Hujan Rencana dengan Metode E.J
Gumbel type I Kapasitas Sistem Jaringan Drainase Yang Ada
Kala ulang t Hujan Rencana Dari hasil perhitungan kapasitas saluran dan
No. debit air limpasan yang terjadi, hampir semua
(tahun) Rt (mm/ 24 jam)
saluran sudah tidak mampu melayani debit air
1 2 163.81 limpasan yang terjadi. Salah satu penyebabnya
2 5 223.55 adalah berubah atau berkurangnya ukuran
3 10 263.09 penampang saluran akibat sedimentasi dan sampah.
4 20 300.53 Tinggi muka air, kecepatan, kemiringan dasar
5 25 313.07 saluran yang ada tidak konsisten, sehingga
6 50 350.14 menyebabkan terjadi luapan air. Air hujan yang
7 100 386.93 meluap dari saluran akan mengalir melalui badan
jalan menuju saluran pembuang dan sebagian
2 . Metode Log Person Type III menimbulkan genangan pada daerah cekungan.
Tabel 2. Curah Hujan Rencana dengan Metode Log Kerusakan dinding saluran, tidak adanya inlet
Person Type III yang mengalirkan air dari badan jalan menuju
Kala ulang t Hujan Rencana Rt saluran dan tersumbatnya plat duiker atau gorong-
No.
(tahun) (mm/ 24 jam) gorong mengurangi kapasitas aliran saluran. Saluran
1 2 159.78 sekunder yang mengalirkan air menuju saluran
2 5 205.75 outlet banyak mengalami pendangkalan akibat
3 10 237.07 sedimentasi. Oleh karena itu, untuk mengalirkan
4 20 263.47
semua air limpasan hujan yang terjadi, maka
sedimentasi dan sampah pada badan saluran
5 25 277.75
diangkat, perlu dibuatkan konstruksi inlet pada
6 50 308.99 saluran-saluran yang tertutup, serta ukuran saluran
7 100 340.95 yang tidak memadai diubah menjadi lebih besar.
Debit (m3/detik)
22.485
25.000
20.000
15.000
6.972
10.000
3.360
5.000 0.000 0.904
0.000
Q2 tahun Q5 tahun Q10 tahun Q20 tahun
Kala ulang
Debit Limpasan Maksimal Debit KapasitasOutlet
Gambar 9. Peta Jaringan Drainase Debit Sisa Limpasan
Gambar 10. Debit Kapasitas Saluran Outlet yang
Kapasitas Saluran Outlet Drainase Ada
Tabel 4. Kapasitas Saluran Outlet pada Sub Sistem Pengaruh Aliran Balik Terhadap Kapasitas
Drainase Zona jln. Sulawesi dan sekitarnya Jaringan Drainase
Data Saluran Eksisting Debit Limpasan Lahan Debit Sisa Limpasan
Kontrol
Kapasitas
Air pasang laut mempengaruhi aliran air
Nama Outlet
Drainase Lebar Tinggi Panjang Kemiringan
Kecepat Debit
Untuk Kala Ulang 2, 5, 10 dan 20 tahun Untuk Kala Ulang 2, 5, 10 dan 20 tahun pembuangan ke laut. Pada waktu hujan bersamaan
an Kapasitas
B H L So V QSAL
QSAL >
Q2 tahun Q5 tahun Q10 tahun Q20 tahun Q2 tahun Q5 tahun Q10 tahun Q20 tahun QLIMPASAN dengan pasang air laut yang tinggi, tinggi genangan
m m m m2/dtk m3/dtk m3/dtk m3/dtk m3/dtk m3/dtk m3/dtk m3/dtk m3/dtk m3/dtk atau banjir terjadi menjadi lebih besar karena terjadi
1
1.3
3
0.8
4 5
2.884
9
1.311 1.789
10 11
2.106
12
2.405
14 15 16 17 13
Cukup
aliran balik (back water effect) pada saluran outlet.
Untuk itu dibutuhkan analisa pengaruh aliran balik
Outlet Jln. Serui 1.9 1.45 294.91 0.00176323 2.231 6.146 4.348 5.934 6.983 7.977 0.837 1.831 Tidak Cukup pada saluran outlet, sehingga penyebab banjir dan
Outlet Jln. Timor 1.9 1.45 234.02 0.00205114 2.406 6.629 4.553 6.213 7.312 8.353 0.683 1.724 Tidak Cukup
genangan air dapat diketahui.
Pasang Surut Air Laut
Outlet Jln. Lembeh 1.96 1.1 65.445 0.00580636 3.782 8.154 4.339 5.921 6.968 7.960 Cukup 2
1.9
1.8
1.7
Outlet Jln. Banda 1.5 0.95 200.19 0.00509508 3.075 4.382 3.874 5.286 6.221 7.106 0.904 1.839 2.724 Tidak Cukup 1.6
1.5
1.4
1.3
Outlet Jln. Butung 1.85 1.13 200.15 0.00434683 3.232 6.756 4.060 5.540 6.520 7.448 0.692 Tidak Cukup 1.2
Tinggi (m)
1.1
1
0.9
Total 0.904 3.360 6.972 0.8
0.7
0.6
0.5
Dari hasil perhitungan, diperoleh kapasitas outlet 0.4
0.3
0.2
drainase yang melayani zona jln. Sulawesi dan 0.1
0
sekitarnya. Debit limpasan yang terjadi pada kondisi Durasi (hari)
hujan normal untuk kala ulang 2, 5, 10, dan 20 Gambar 11. Grafik Pasang Surut Air Laut
tahun. Untuk kala ulang 2 tahun, semua saluran Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar
outlet masih mampu melayani debit limpasan air
hujan yang terjadi. Pada kala ulang 5 tahun, saluran Untuk mengetahui pengaruh pasang – surut terhadap
outlet jln. Banda tidak mampu lagi melayani debit saluran drainase dilakukan perhitungan profil muka
limpasan air hujan, dimana debit limpasan sebesar air dengan metode tahapan langsung (direct step
5,286 m3/detik, sedangkan kapasitas saluran hanya method).
sebesar 4,382 m3/detik. Debit sisa limpasan yang Selanjutnya, menghitung profil muka air laut,
terjadi sebesar 0,904 m3/detik. dimulai dari kedalaman yang sudah diketahui di hilir
Pada kala ulang 10 tahun, Saluran outlet jln. saluran , h = 1.500 m, bergerak ke arah hulu. Pada
Serui, jln. Timor dan jln. Banda tidak mampu lagi titik control ini diberi notasi x = 0. Perhitungan
melayani debit limpasan air hujan yang terjadi. Sisa profil muka air laut dihentikan jika kedalaman air
debit limpasan outlet jln. Serui sebesar 0,837 pada kisaran 1 persen dari kedalaman normal.
m3/detik, jln. Timor sebesar 0,683 m3/detik, dan jln.
Banda sebesar 1,839 m3/detik. Untuk kala ulang 20
tahun, outlet jln. Butung tidak mampu lagi melayani
debit limpasan air hujan, dimana debit sisa limpasan
yang terjadi sebesar 0,692 m3/detik. Sisa debit
limpasan yang di peroleh pada kala ulang 2 tahun
tidak ada, untuk 5 tahun sebesar 0,904 m3/detik,
untuk 10 tahun sebesar 3,360 m3/detik, dan untuk 20
tahun sebesar 6,972 m3/detik.
Elevasi Muka Air Outlet Jln. Riburane
Pada Kondisi Hujan Normal dan Pasang Air Laut
2.500
45.000 41.250
2.000
40.000 36.111
ELEVASI (m)
1.500 35.000 30.684
Debit (m3/detik)
1.000 30.000
22.485 21.662
0.500 25.000 19.588 19.588 19.588 19.588
20.000 16.523
0.000
200.000 150.000 100.000 50.000 0.000
15.000 11.095
DASAR SALURAN MUKA AIR
10.000
TINGGI ENERGI SPESIFIK TINGGI SALURAN 3.330
5.000
0.000
Gambar 12. Tinggi Muka Air pada Outlet Jln. Q2 tahun Q5 tahun Q10 tahun Q20 tahun
Riburane Kondisi Hujan I 2tahun dan Pasang Air Laut Debit Limpasan Maksimal Kala ulang
HWL = +1,500 m Debit Kapasitas Outlet
Debit Sisa Limpasan
Perubahan Kecepatan Akibat Pasang Air Laut
2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27 2.27
2.50 Gambar 14. Debit Air Limpasan Permukaan pada
2.00 KECEPATAN (m/dtk)
Kondisi Hujan dan Pasang Air Laut
1.50
1.55
1.44
25 21.662
1.34
1.26
1.19 1.00
1.12
1.06
1.01 0.96 0.92 0.88 0.84 0.81 0.78
20 16.523
0.75 0.72 0.70
Debit (m3/detik)
0.67 0.50
-
15 11.095
200.000 180.000 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0.000
Kecepatan Aliran pada Kondisi Hujan dan Pasang Air Laut 10 6.972
Kecepatan Aliran pada Kondisi Hujan
3.330 3.359
5
0.904
0
Gambar 13. Perubahan Kecepatan Aliran pada 0
Outlet Jln. Riburane Kondisi Hujan I2tahun dan Q2 tahun Q5 tahun Q10 tahun Q20 tahun
Pasang Air Laut HWL = +1,500 m
Kondisi Hujan Kala Ulang
Tabel 5. Perubahan Kecepatan Aliran Saluran Outlet Kondisi Hujan dan Pasang Air Laut
Akibat pada Kondisi Air Laut Pasang Gambar 15. Debit Sisa Air Limpasan Permukaan
pada Kondisi Hujan dan Pasang Air Laut