Anda di halaman 1dari 10

MEMANUSIAKAN ODGJ MELALUI WANI PIRO

( Warga masa kiNI PedulI kesehatan ROhani)

UPTD PUSKESMAS KELIR


KECAMATAN KALIPURO BANYUWANGI
TAH U N 2 0 1 7

JL.Pesucen No.379 Telepon (0333) 415377 KalipuroKalipuro (68451)


Email : puskesmaskelir@yahoo.co.id dan puskesmaskelir2017@gmail.com
A. PROFIL PENANGGUNG JAWAB PROGAM JIWA

1. Judul Sucses History : MEMANUSIAKAN ODGJ MELALUI


WANI PIRO
( Warga masa kiNI PedulI
kesehatan ROhani)
2. Penanggung jawab : Eka Putra Bastian Q Amd. Kep
3. Nomor HP / WA : 081234546389
4. Tanggal pelaksanaan : 10 Oktober 2017
5. Kategori Pelayanan : Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat

Tujuan Inovasi WANI PIRO :


a. Tujuan umum
Terwujudnya masyarakat sehat jasmani dan rohani
b. Tujuan khusus
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan jiwa di wilayah
kerja
2. Mendorong kemandirian hidup sehat rohani bagi kelurga dan
masyarakat
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan jiwa yang diselenggarakan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan jiwa perseorangan,
keleuarga, dan masyarakat beserta lingkungannya

6. Ringkasan Inovasi :
Inovasi WANI PIRO (WARGA MASA KINI PEDULI KESEHATAN ROHANI)
merupakan progam pencarian dan pengobatan ODGJ di Unit pelayanan terkecil yaitu
Puskesmas dimana melibatkan kerja sama lintas sektor yang dalam hal ini di berikan kepada
kasus kejiwaan secara umum serta pada kasus remaja dengan penyalahgunakan zat atau obat
obatan yang telah mengalami gangguan kejiwaan pada dirinya. Kegiatan Inovasi ini
dengancara memberikan kegiatan pencarian yang bertujuan membantu ODGJ dan
keluarganya memenuhi peran dan fungsi baik dilingkungannya. Stigma yang negative
masyarakat terhadap ODGJ akan memperparah keadaan. Terkesan ODGJ adalah orang yang
menakutkan ,tidak bias bekerja lagi dan banyak kasus perceraian karena pasangan tidak mau
lagi menerimanya karena dirasa sebagai beban dan tidak bias bertanggung jawab lagi
khususnya ODGJ pria. Meninjau kejadian di masyarakat tidak semua pasien mampu dan mau
untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan. Adapula yang rawat jalan di Puskesmas
sebagai Unit terkecil pelayanan kesehatan di masyarakat membuat Puskesmas menjadi lini
pertama instansi kesehatan yang dapat menjangkau pasien ODGJ.
Meskipun ada progam jaminan kesehatan untuk membantu mereka, akan tetapi
sampai kapan mereka bias discover mengingat kondisi ini berkepanjangan dan membutuhkan
anggaran yang besar. Oleh sebab itu dengan Inovasi ini diharapkan bias meminimalisasi
kekambuhan. Setelah dilakukan kegiatan WANI PIRO, diharapkan dapat menunjukan bahwa
ODGJ ternyata bias diobati beraktivitas layaknya masyarakat lain.
Beberapa hal yang mempengaruhi kesembuhan dan kekambuhan pasien :
a. Kurangnya keaktifan keluarga
b. Lamanya penyakit
c. Biaya
d. Diskriminasi
e. Pengobatan
Inovasi ini dalam masyarakat ditekankan bahwa pasien dapat diobati. ODGJ dengan
afek emosi belum stabil pun bias diobati. Puskesmas melibatkan KADER Jiwa dan RT untuk
mencari pasien ODGJ untuk kemudia diarahkan ke Puskesmas untuk diperiksa dan diobati.
Bagi pasien dan keluarga pasien yang tetap tidak mau atau tidak mampu ke Puskesmas, maka
kader jiwa dan RT melaporkan kepada pemegang progam Jiwa Puskesmas dan Kasie Kesra
Desa dengan bertemu langsung atau via sms atau WA. Kegiatan ini akan direspon oleh
pemegang progam jiwa Puskesmas dengan mendatangi kediaman pasien ODGJ beserta kader
jiwa dan RT untuk deberikan pemahaman terlebih dahulu. Setelah pasien, keluarga pasien,
dan masyarakat sekitar diberikan pengertian tentang kesehatan jiwa maka akan dilanjutkan
lagi ketika jadwal pertemuan kembali di Puskesmas, yang antara lain dilakukan konseling
dan pengobatan. Sehingga kegiatan akan bersifat dinamis untuk bagi para ODGJ. Pengobatan
yang rutin mengurangi kekambuhan pasien dengan gangguan Jiwa. Puskesmas akan
mengembangkan inovasi ini dan terus mengevaluasi hasil keterampilannya dan bekerjasama
dengan kader jiwa, RT, dan lintas sektor.

7. Analisa masalah

Puskesmas Kelir mempunyai wilayah kerja 4 desa meliputi : Desa Kelir, Desa Telemung, Desa
Pesucen, Desa Bulusari. Jumlah Penduduk : 19.837 Jiwa, Target ODGJ ringan 6% jumlah penduduk
Target ODGJ berat :0,17% Jumlah penduduk. Target penemuan pasien pasung 14,3% dari jumlah
ODGJ berat. Wilayah kerja Puskesmas Kelir termasuk daerah dataran tinggi dengan topografi
pedesaan, distribusi penduduk menyebar, akses jalan masih banyak jalan tanah dan makadam, sosial
ekonomi masyarakat katagori kurang, pekerjaan masyarakat sebagian besar buruh yaitu buruh tani,
buruh perkebunan, buruh bangunan. Pendidikan masyarakat sebagian besar tamat SD : 70 %

Dari target ODGJ ringan ditentukan sebanyak 1.190 orang sampai dengan bulan september 2017
tercapai 456 orang. Dari target target ODGJ berat ditentukan sebanyak 34 orang sampai dengan bulan
september 2017 tercapai 7 orang. Dari target target penemuan pasien pasung ditentukan sebanyak 5
orang sampai dengan bulan september 2017 tercapai 0 orang. Jumlah ODGJ ringan dari target dengan
pencapaian ada selisih 734 orang (61 %). Jumlah ODGJ Berat dari target dengan pencapaian ada
selisih 23 0rang (79%). Jumlah penemuan pasien pasung dari target dengan pencapaian ada selisih5
0rang (100 %). Dari data diatas menunjukkan capaian ODGJ ringan, ODGJ berat, penemuan pasien
pasung, kurang dari target yang ada. Adapun penyebab dari permasalah tersebut berdasarkan dari
analisa dan pengamatan yang dilakukan petugas ada beberapa faktor meliputi :

1. Faktor masyarakat
a. Pengetahuan ODGJ yang kurang tentang pentingnya segera dilakukan pemeriksaan, untuk
menentukan pengobatan selanjutnya
b. Motivasi ODGJ yang rendah dengan berbagai alasan untuk tidak segera melakukan
pemeriksaan dan pengobatan antara lain adalah karena malu memiliki keluarga dengan
gangguan jiwa
c. Langsung periksa ke pelayanan kesehatan lain meliputi : BPS = 3 orang
2. Faktor Keluarga
a. Keluarga merasa malu memiliki anggota keluarga ODGJ, sehingga bersikap
menyembunyikannya tanpa diobati.
b. Keluarga tidak memilik biaya yang cukup untuk berobat ke RSJ. Keluarga juga
tidak memiliki kartu jaminan kesehatan.
3. Faktor kader kesehatan.
a. Kurang aktifnya kader memantau pasien gangguan jiwa di wilayahnya
b. Kurangnya penyuluhan kader tentang kesehatan jiwa
c. Kurangnya kunjungan rumah
4. Faktor petugas
a. Kurangnya koordinasi petugas dengan stakeholder ( kader kesehatan, kader PKK, RT,
toma, toga) dalam memantau pasien dengan gangguan jiwa
b. Kurangngya monitoring dan evaluasi kesehatan jiwa
5. Faktor geografis
a. Distribusi penduduk yang cenderung menyebar, sehingga menyebabkan kurangnya
motivasi pasien untuk memeriksakan diri.
b. Sarana jalan dan transportasi yang masih kurang baik menyebabkan motivasi kurang.
c. Demikeswan beberapa uraian masalah dan faktor penyebab dari rendahnya cakupan
ODGJ di Puskesmas Kelir pada tahun 2017.

Demikeswan beberapa uraian masalah dan faktor penyebab dari rendahnya cakupan ODGJ di
Puskesmas Kelir pada tahun 2017.
8. Pendekatan strategis

Berdasarkan analisa di atas maka langkah langkah yang dilakukan yaitu .

1. Melakukan pertemua lintas sektor di Puskesmas dengan mengundang hadirkan stake


holder.
a. Peserta :Camat, Kepala Desa, TP PKK Desa, Ketua Posyandu, Bidan Wilayah, Toma,
Toga
b. Tujuannya menyampaikan permasalahan dan mencari solusinya.
c. Solusi dan pengusul.:
1) Meningkatkan peran serta stakeholder (kader, PKK RT, RT) memantau ODGJ di
wilayahnya. Usul dari ketua posyandu dan TP PKK
2) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan, PKK RT, RT. Usul
dari petugas kesehatan
3) Meningkatkan monitoring dan evalusi setiap 1 minggu sekali. Usul Kepala
Puskesmas
4) Meningkatkan koordinasi lintas program dan sektor dengan peremuan rutin sebulan
sekali untuk monitoring dan evaluasi tiap desa. Usul kepala desa.
5) Membentuk kelompok pencari ODGJ. Usul dari seluruh peserta.
6) Meningkatkan promotif pada TOKOH MASYARAKAT
7) Meningkatkan koordinasi pelayanan kesehatan lain :BPS,DOKTER SP.KJ,
Puskesmas lain dalam bentuk rujuk balik ODGJ
8) Meningkatkan kerjasama dengan KUA

2. Usulan usulan dari stake holder dapat menyelesaikan masalah dengan solusi dan
argumen sebagai berikut.
a. Meningkatkan peran serta stakeholder (kader, PKK RT, Ketua RT) memantau ODGJ
di wilayahnya. Kader kesehatan, PKK RT dan Ketua RT adalah orang orang yang
paling mengetahui dan sering ber-interaksi dengan ODGJ yang ada di lingkungannya ,
bila stake holder ini di tingkatkan perannya maka ODGJ yang ada di wilayahnya
segera diketahui dan bisa dilaporkan
b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan, dengan pelatihan
stakholder maka pengetahuan meningkat sehingga stakeholder memantau dan
melaporkan ODGJ disertai dengan dokumentasi yang baik dan berjenjang
c. Meningkatkan monitoring dan evalusi setiap 1 minggu sekali. Dengan monev 1
minggu sekali akan segera diketahui kekurangan dan diketahui perkembangan
program.
d. Meningkatkan koordinasi lintas program dan sektor dengan pertemuan rutin sebulan
sekali untuk monitoring dan evaluasi tiap desa. Dengan laporan berjenjang dari
tingkat RT kepada kepala dusun selanjutnya kepada Kepala urusan kesra Desa,
dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi setiap bulan , maka bentuk partisipasi
stakeholder ini bisa dipantau kebenaran dan rutinitas laporannya serta dapat diketahui
capaian program tersebut.
e. Membentuk kelompok pencari ODGJ merupakan partisipasi masyarakat
meningkatkan capaian program KESWA yang kurang sehingga tujuan pembangunan
kesehatan jiwa dapat tercapai.
f. Meningkatkan promotif TOKOH MASYARAKAT, dengan penyuluhan yang berkala
dan teratur maka pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan dan pengobatan pada
ODGJ, maka akan meningkatkan motivasi ODGJ untuk melakukan pemeriksaan dan
pengobatan
g. Meningkatkan koordinasi dengan : BPS, DOKTER SP.KJ, puskesmas sekitar
puskesmas kelir untuk memberikan rujukan balik bila ada ODGJ dari wilayah kerjaa
Puskesmas Kelir, sehingga dokumentasi ODGJ tercatat.
h. Meningkatkan koordinasi dengan KUA, untuk penjaringan pada calon pengantin.

9. Pelaksanaan dan penerapan

1. Dari rencana solusi yang sudah diuraikan diatas maka langkah langkah yang dilakukan
sebagai berikut.

a. Membentuk kelompok tingkat RT pencari ODGJ.


1) Pelaku : Kader kesehatan, Tim Penggerak PKK RT, ketua RT
2) Ketuanya : Ketua RT, wakil TP PKK RT, anggota : kader kesehatan, Toma, Toga
3) Strategi pelaksanaan : kader kesehatan dan tim penggerak PKK RT memantau
ODGJ di RT masing masing. Bila ada ODGJ dilaporkan kepada ketua RT.
Selanjutnya ketua RT mendokumentasikan ODGJ tersebut dan melaporkan
kepada kepala dusun;
4) Koordinasi laporan tingkat dusun dan desa. Kepala dusun menerima laporan
ODGJ dari ketua RT, selanjutnya di dokumentasikan. Data dari seluruh wilayah
dusun dilaporkan kepada Ka. Urusan kesra desa. Kaur kesra mendokumentasikan
data ODGJ dari masing masing dusun untuk di tabulasi menjadi data ODGJ 1
desa.
b. Pelatihan stake holder.
1) Sasaran : kader kesehatan, ketua RT, tim penggerak PKK RT, kepala dusun, kasi
kesra
2) Tempat : balai desa masing masing
3) Tujuan : meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder
4) Out put : dapat mencatat dan melaporkan ODGJ di wilayahnya.
c. Monitoring dan evaluasi 1 minggu sekali.
Stake holder melaporkan secara berjenjang mulai dari RT kepada kepala Dusun,
selanjutnya kepala dusun melaporkan kepada kasi kesra desa
d. Pertemuan rutin 1 bulan sekali di balai desa masing masing
1) Sasaran : Ketua RT, kader, kepala dusun, kepala Desa, Kasi Kesra, bidan,
2) Tujuan : evaluasi dan monitoring cakupan program
3) Out put : diketahui peran stake holder dan keteraturan laporan berjenjang dari
ketua RT sampai kaur kesra.
4) Out come : diketahuinya capaian program.
e. Melakukan penyuluhan pada TOKOH MASYARAKAT.
1) Sasaran : Caten, TOKOH MASYARAKAT.
2) Tujuan : meningkatkan pengetahuan tentang keswa
3) Out put : pengetahuan TOKOH MASYARAKAT meningkat
4) Out come : kunjungan ODGJ ke puskesmas
f. Koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain
1) Sasaran : BPS, DOKTER SP.KJ, Koordinator KESWA Puskesmas sekitar
Puskesmas kelir
2) Tujuan : terdokumentasi ODGJ dari wilayah kerja puskesmas kelir
3) Strategi : pemberian blanko rujuk balik bagi ODGJ yang dirujuk ke RS
4) Out put : adanya laporan ODGJ dari pelayanan kesehatan lain
g. Melakukan koordinasi dengan KUA
1) Sasaran : KUA, CATIN (Calon pengantin)
2) Tujuan : Meningkatkan pengetahuantentang keswa pada ODGJ.
3) Output : pengetahuan calon pengantin meningkat
4) Outcome : kunjungan ODGJ

2. Stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan kelompok pencari ODGJ.

a. Tingkat Desa
1) Penanggung jawab : Kepala Desa
2) Ketua : Kasi Kesra
3) Wakil : 1. Bidan desa 2. Ketua TP PKK Desa 3. Ketua poskesdes
4) Sekretaris : Sekretaris desa
5) Anggota : ketua BPD, LPMD, Toma Toga
b. Tingkat RT
1) Ketua : Ketua RT
2) Wakil : Ketua TP PKK RT
3) Anggota : Kader kesehatan, TP PKK RT

3. Sumber daya yang digunakan untuk program inivasi.

a. Dukungan dana : dari dana ADD dan swadaya masyarakat


b. Teknis pelaksanaan :
1) Melakukan koordinasi lintas program /lintas sektor dan pemantapan program
serta persamaan persepsi
2) Dibuatkan SK Kepala Desa tentang pembentukan kelompok RT pencari ODGJ
mulai tingkat desa, dusun dan RT.
3) Untuk memotivasi peran kelompok pencari ODGJ tingkat RT, setiap mengambil
beras sembako harus melaporkan data ODGJ di wilayahnya kepada kepala dusun,
selanjutnya atas rekomendasi dari kepala dusun ketua RT yang sudah melaporkan
datanya untuk mengambil beras sembako.
4) Untuk memotivasi peran kelompok pencari ODGJ ttingkat dusun, setiap kepala
dusun wajib hadir di balai desa setiap minggu nya antara hari senen sampai jum,
at, untuk melaporkan hasil pendataan dari masing masing RT
5) Untuk memotivasi peran kelompok pencari ODGJ tingkat desa, kepala desa
bersama sama bidan wilayah melakukan evaluasi dan monitoring perkembangan
program setiap 1 minggu sekali

4. Out put dari program inovasi ini yaitu :adanya laporan yang berkala dari ODGJ

5. Sistem yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan evaluasi kegiatan yaitu komitmen
dari stake holder terutama kepala desa dan bidan sebagai motivator dari keberhasilan
program.

6. Kendala utama yang dihadapi dan cara mengatasi.

a. Kurang berrjalannya stake holder dalam melakukan fungsinya. Solusinya melakukan


pendampingan, memotivasi stake holder. Melakukan koordinasi dengan Camat ,
kepala desa, serta melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala .
b. Masalah dana : selalu koordinasi dengan kepala desa, dan mencarikan donatur kepada
perusahaan / dermawan

10. Dampak sebelum dan sesudah

1. Manfaat utama program inovasi


Dengan membentuk kelompok RT pencari ODGJ, maka ada peran serta
masyarakat dalam meningkatkan pencapaian program KESWA, kader kesehatan, ketua
RT, TP PKK RT merupakan orang orang yang mengetahui adanya ODGJ. Dengan
meningkatkan peran mereka dalam mencatat dan melaporkan ODGJ maka data ODGJ
yang ada segera terdokumentasi dan ODGJ di beri motivasi untuk melakukan
pemeriksaan dan pengobatan. Dengan demikian maka pencapaian penemuan ODGJ
meningkat.
Dengan peningkatan frekwensi penyuluhan kepada Caten ,TOKOH
MASYARAKAT, maka akan meningkatkan kesadaran ODGJ segera melakukan
pemeriksaan dan pengobatan
Dengan melakukan koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain dalam bentuk
rujuk balik, maka segera tercatat ODGJ yang menggunakan pelayanan kesehatan lain.
2. Beda sebelum dan sesudah inovasi
Sebelum ada inovasi peran stakeholder kurang aktif, frekwensi penyuluhan yang
masih kurang, dan belum adanya rujuk balik dari pelayanan kesehatan lain
menyebabkan rendahnya cakupan KESWA, akibat dari ODGJ lebih dari 3 bulan baru
mengunjungi pelayanan kesehatan di Puskesmas kelir
Sesudah penerapan inovasi program ini, maka peran stkeholder meningkat,
frekwensi penyuluhan meningkat dan ada partisipasi dari pelayanan kesehatan lain
dalam melaporkan ODGJ yang berkunjung ke pelayanan tersebut dalam bentuk rujuk
balik.
Dengan program inovasi ini dan dukungan yang penuh dari stake holder,
petugas puskesmas kelir, dan petugas kesehatan yang lain serta komitmen yang tinggi
untuk melaksanakan sesuai peran masing masing maka pencapaian ODGJ meningkat.
11. Keterlanjutan
1. Pembelajaran yang dapat di petik
Sebaik apapun program yang dibuat kalau belum ada partisipasi dari seluruh
stake holder maka program tersebut kurang tercapai, tetapi bila keterlibatan stake
holder akttif mendukung dan terlibat dalam program tersebut , maka program tersebut
akan tercapai.
Kesuksesan suatu program tidak hanya dari sisi petugas tetapi kesuksesan suatu
program bila seluruh komponen baik petugas, stake holder berkomitmen tinggi untuk
bersama sama melaksanakan program.

2. Inovasi ini berkelanjutan dan replikasi


Program kelompok RT pencari ODGJ harus dipertahankan dan seluruh stake
holder ber komitmen untuk melaksanakan. Dengan kesuksesan program ini
diharapkan dapat menjadi role model atau acuan program lain yang masih belum
tercapai, bila program inovasi ini membuktikan dapat meningkatkan capaian program
maka program WANI PIRO ini bisa menjadi acuan pada tatanan yang lebih luas
jangkaunnya baik skala nasional maupun internasional.

BENTUK DOKUMENTASI KELOMPOK RT PENCARI ODGJ


1. DOKUMENTASI TINGKAT RT

Nama kelopok pencari ODGJ : WANI PIRO RT.

Alamat : RT / RW : Dusun : Desa :

Nama Ketua RT :
No Tanggal Nama Nama KK Riwayat lama Riwayat Keterangan
ODGJ keluhan pengobatan

2. DOKUMENTASI TINGKAT DESA

Nama kelopok pencari ODGJ : WANI PIRO DESA.

Alamat : RT / RW : Dusun : Desa :

Alamat :

No Tanggal Nama Nama KK Riwayat Riwayat Keterangan


ODGJ lama pengobat
keluhan an

3. DOKUMENTASI REKAP PJ KESWA

No Tanggal Nama Nama Alamat Riwayat Riwayat Ket


ODGJ KK RT/RW Desa lama pengobatan
keluhan

Anda mungkin juga menyukai