6. Ringkasan Inovasi :
Inovasi WANI PIRO (WARGA MASA KINI PEDULI KESEHATAN ROHANI)
merupakan progam pencarian dan pengobatan ODGJ di Unit pelayanan terkecil yaitu
Puskesmas dimana melibatkan kerja sama lintas sektor yang dalam hal ini di berikan kepada
kasus kejiwaan secara umum serta pada kasus remaja dengan penyalahgunakan zat atau obat
obatan yang telah mengalami gangguan kejiwaan pada dirinya. Kegiatan Inovasi ini
dengancara memberikan kegiatan pencarian yang bertujuan membantu ODGJ dan
keluarganya memenuhi peran dan fungsi baik dilingkungannya. Stigma yang negative
masyarakat terhadap ODGJ akan memperparah keadaan. Terkesan ODGJ adalah orang yang
menakutkan ,tidak bias bekerja lagi dan banyak kasus perceraian karena pasangan tidak mau
lagi menerimanya karena dirasa sebagai beban dan tidak bias bertanggung jawab lagi
khususnya ODGJ pria. Meninjau kejadian di masyarakat tidak semua pasien mampu dan mau
untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan. Adapula yang rawat jalan di Puskesmas
sebagai Unit terkecil pelayanan kesehatan di masyarakat membuat Puskesmas menjadi lini
pertama instansi kesehatan yang dapat menjangkau pasien ODGJ.
Meskipun ada progam jaminan kesehatan untuk membantu mereka, akan tetapi
sampai kapan mereka bias discover mengingat kondisi ini berkepanjangan dan membutuhkan
anggaran yang besar. Oleh sebab itu dengan Inovasi ini diharapkan bias meminimalisasi
kekambuhan. Setelah dilakukan kegiatan WANI PIRO, diharapkan dapat menunjukan bahwa
ODGJ ternyata bias diobati beraktivitas layaknya masyarakat lain.
Beberapa hal yang mempengaruhi kesembuhan dan kekambuhan pasien :
a. Kurangnya keaktifan keluarga
b. Lamanya penyakit
c. Biaya
d. Diskriminasi
e. Pengobatan
Inovasi ini dalam masyarakat ditekankan bahwa pasien dapat diobati. ODGJ dengan
afek emosi belum stabil pun bias diobati. Puskesmas melibatkan KADER Jiwa dan RT untuk
mencari pasien ODGJ untuk kemudia diarahkan ke Puskesmas untuk diperiksa dan diobati.
Bagi pasien dan keluarga pasien yang tetap tidak mau atau tidak mampu ke Puskesmas, maka
kader jiwa dan RT melaporkan kepada pemegang progam Jiwa Puskesmas dan Kasie Kesra
Desa dengan bertemu langsung atau via sms atau WA. Kegiatan ini akan direspon oleh
pemegang progam jiwa Puskesmas dengan mendatangi kediaman pasien ODGJ beserta kader
jiwa dan RT untuk deberikan pemahaman terlebih dahulu. Setelah pasien, keluarga pasien,
dan masyarakat sekitar diberikan pengertian tentang kesehatan jiwa maka akan dilanjutkan
lagi ketika jadwal pertemuan kembali di Puskesmas, yang antara lain dilakukan konseling
dan pengobatan. Sehingga kegiatan akan bersifat dinamis untuk bagi para ODGJ. Pengobatan
yang rutin mengurangi kekambuhan pasien dengan gangguan Jiwa. Puskesmas akan
mengembangkan inovasi ini dan terus mengevaluasi hasil keterampilannya dan bekerjasama
dengan kader jiwa, RT, dan lintas sektor.
7. Analisa masalah
Puskesmas Kelir mempunyai wilayah kerja 4 desa meliputi : Desa Kelir, Desa Telemung, Desa
Pesucen, Desa Bulusari. Jumlah Penduduk : 19.837 Jiwa, Target ODGJ ringan 6% jumlah penduduk
Target ODGJ berat :0,17% Jumlah penduduk. Target penemuan pasien pasung 14,3% dari jumlah
ODGJ berat. Wilayah kerja Puskesmas Kelir termasuk daerah dataran tinggi dengan topografi
pedesaan, distribusi penduduk menyebar, akses jalan masih banyak jalan tanah dan makadam, sosial
ekonomi masyarakat katagori kurang, pekerjaan masyarakat sebagian besar buruh yaitu buruh tani,
buruh perkebunan, buruh bangunan. Pendidikan masyarakat sebagian besar tamat SD : 70 %
Dari target ODGJ ringan ditentukan sebanyak 1.190 orang sampai dengan bulan september 2017
tercapai 456 orang. Dari target target ODGJ berat ditentukan sebanyak 34 orang sampai dengan bulan
september 2017 tercapai 7 orang. Dari target target penemuan pasien pasung ditentukan sebanyak 5
orang sampai dengan bulan september 2017 tercapai 0 orang. Jumlah ODGJ ringan dari target dengan
pencapaian ada selisih 734 orang (61 %). Jumlah ODGJ Berat dari target dengan pencapaian ada
selisih 23 0rang (79%). Jumlah penemuan pasien pasung dari target dengan pencapaian ada selisih5
0rang (100 %). Dari data diatas menunjukkan capaian ODGJ ringan, ODGJ berat, penemuan pasien
pasung, kurang dari target yang ada. Adapun penyebab dari permasalah tersebut berdasarkan dari
analisa dan pengamatan yang dilakukan petugas ada beberapa faktor meliputi :
1. Faktor masyarakat
a. Pengetahuan ODGJ yang kurang tentang pentingnya segera dilakukan pemeriksaan, untuk
menentukan pengobatan selanjutnya
b. Motivasi ODGJ yang rendah dengan berbagai alasan untuk tidak segera melakukan
pemeriksaan dan pengobatan antara lain adalah karena malu memiliki keluarga dengan
gangguan jiwa
c. Langsung periksa ke pelayanan kesehatan lain meliputi : BPS = 3 orang
2. Faktor Keluarga
a. Keluarga merasa malu memiliki anggota keluarga ODGJ, sehingga bersikap
menyembunyikannya tanpa diobati.
b. Keluarga tidak memilik biaya yang cukup untuk berobat ke RSJ. Keluarga juga
tidak memiliki kartu jaminan kesehatan.
3. Faktor kader kesehatan.
a. Kurang aktifnya kader memantau pasien gangguan jiwa di wilayahnya
b. Kurangnya penyuluhan kader tentang kesehatan jiwa
c. Kurangnya kunjungan rumah
4. Faktor petugas
a. Kurangnya koordinasi petugas dengan stakeholder ( kader kesehatan, kader PKK, RT,
toma, toga) dalam memantau pasien dengan gangguan jiwa
b. Kurangngya monitoring dan evaluasi kesehatan jiwa
5. Faktor geografis
a. Distribusi penduduk yang cenderung menyebar, sehingga menyebabkan kurangnya
motivasi pasien untuk memeriksakan diri.
b. Sarana jalan dan transportasi yang masih kurang baik menyebabkan motivasi kurang.
c. Demikeswan beberapa uraian masalah dan faktor penyebab dari rendahnya cakupan
ODGJ di Puskesmas Kelir pada tahun 2017.
Demikeswan beberapa uraian masalah dan faktor penyebab dari rendahnya cakupan ODGJ di
Puskesmas Kelir pada tahun 2017.
8. Pendekatan strategis
2. Usulan usulan dari stake holder dapat menyelesaikan masalah dengan solusi dan
argumen sebagai berikut.
a. Meningkatkan peran serta stakeholder (kader, PKK RT, Ketua RT) memantau ODGJ
di wilayahnya. Kader kesehatan, PKK RT dan Ketua RT adalah orang orang yang
paling mengetahui dan sering ber-interaksi dengan ODGJ yang ada di lingkungannya ,
bila stake holder ini di tingkatkan perannya maka ODGJ yang ada di wilayahnya
segera diketahui dan bisa dilaporkan
b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan, dengan pelatihan
stakholder maka pengetahuan meningkat sehingga stakeholder memantau dan
melaporkan ODGJ disertai dengan dokumentasi yang baik dan berjenjang
c. Meningkatkan monitoring dan evalusi setiap 1 minggu sekali. Dengan monev 1
minggu sekali akan segera diketahui kekurangan dan diketahui perkembangan
program.
d. Meningkatkan koordinasi lintas program dan sektor dengan pertemuan rutin sebulan
sekali untuk monitoring dan evaluasi tiap desa. Dengan laporan berjenjang dari
tingkat RT kepada kepala dusun selanjutnya kepada Kepala urusan kesra Desa,
dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi setiap bulan , maka bentuk partisipasi
stakeholder ini bisa dipantau kebenaran dan rutinitas laporannya serta dapat diketahui
capaian program tersebut.
e. Membentuk kelompok pencari ODGJ merupakan partisipasi masyarakat
meningkatkan capaian program KESWA yang kurang sehingga tujuan pembangunan
kesehatan jiwa dapat tercapai.
f. Meningkatkan promotif TOKOH MASYARAKAT, dengan penyuluhan yang berkala
dan teratur maka pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan dan pengobatan pada
ODGJ, maka akan meningkatkan motivasi ODGJ untuk melakukan pemeriksaan dan
pengobatan
g. Meningkatkan koordinasi dengan : BPS, DOKTER SP.KJ, puskesmas sekitar
puskesmas kelir untuk memberikan rujukan balik bila ada ODGJ dari wilayah kerjaa
Puskesmas Kelir, sehingga dokumentasi ODGJ tercatat.
h. Meningkatkan koordinasi dengan KUA, untuk penjaringan pada calon pengantin.
1. Dari rencana solusi yang sudah diuraikan diatas maka langkah langkah yang dilakukan
sebagai berikut.
a. Tingkat Desa
1) Penanggung jawab : Kepala Desa
2) Ketua : Kasi Kesra
3) Wakil : 1. Bidan desa 2. Ketua TP PKK Desa 3. Ketua poskesdes
4) Sekretaris : Sekretaris desa
5) Anggota : ketua BPD, LPMD, Toma Toga
b. Tingkat RT
1) Ketua : Ketua RT
2) Wakil : Ketua TP PKK RT
3) Anggota : Kader kesehatan, TP PKK RT
4. Out put dari program inovasi ini yaitu :adanya laporan yang berkala dari ODGJ
5. Sistem yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan evaluasi kegiatan yaitu komitmen
dari stake holder terutama kepala desa dan bidan sebagai motivator dari keberhasilan
program.
Nama Ketua RT :
No Tanggal Nama Nama KK Riwayat lama Riwayat Keterangan
ODGJ keluhan pengobatan
Alamat :