Anda di halaman 1dari 27

Preparasi Asam Sulfat Skala Industri di Indonesia

Anisa Helmilia Putri, Fauzan Yan Hawari, Novera


Elsi Mudia, Nur Hafni Hasibuan*1

1
Mahasiswa Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Padang, Indonesia

*E-mail : Anisahelmiliaputri@gmail.com

Abstrak. Bahan penunjang utama dalam berbagai industri umumnya


menggunakan asam sulfat untuk memproduksi berbagai macam produk
petrokimia. Asam sulfat umumnya disintesis menggunakan dua metode
atau proses. Proses yang digunakan yaitu proses kontak yang
menggunakan katalis vanadium pentaoksida (V2O5), dan proses bilik
timbal menggunakan katalis (NO2). Proses kontak lebih efektif dilakukan
karena proses yang dilakukan menghasilkan hasil sintesa yang lebih
banyak dibandingkan proses bilik timbale, namun pada proses bilik
timbal lebih efektif waktu karena katalis yang bekerja adalah katalis
homogen, yang mekanisme kerjanya lebih sederhana dibanding proses
kontak yang menggunakan katalis heterogen. Jadi, pembahasan akan
terfokus kepada proses kontak karena pada umumnya dalam skala
industri yang digunakan adalah proses kontak. Studi literatur ini
bertujuan untuk menambah wawasan bagaimana preparasi asam sulfat
skala industri di dunia terutama di Indonesia. Sehingga hasil studi
literatur yang didapat dapat menambah wawasan mahasiswa kimia
bagaimana proses preparasi asam sulfat dengan proses kontak dan proses
bilik timbal skala industri di dunia terkhusus di Indonesia.
Keywods : Asam Sulfat, Belerang, proses kontak, proses bilik timbal

1. Pendahuluan
Indikator sebuah negara meruakan negara maju dapat dilihat dari berapa
banyaknya pabrik[23-36] atau industry yang berkembang dinegaranya. Semakin
hari perkembangan industry didunia semakin pesat ini tentu saja berpengaruh
terhadap Indonesia, Bahan penunjang yang umum digunakan di industri adalah
asam sulfat[25]. Di Indonesia contohnya saja pabrik petrokimia[30-33] banyak
menggunakan asam sulfat sebagai bahan penunjang[34] untuk memproduksi[33]
berbagai produk[27]. Dengan demikian perkembangan industry asam sulfat di
dunia mempengaruhi kestabilan ekonomi di indonesia[28], bagaimana tidak rata-
rata pabrik petrokimia di Indonesia[29] menggunakan asam sulfat sebagai bahan
penunjang produksi[18], sementara untuk mendapatkan bahan[41-44] penunjang
tersebut indonesia harus mengimpor dari luar negri, tentunya dengan harga yang
tinggi[30]. Untuk itu sebagai mahasiswa kimia, diharapkan kita dapat mengusai
bagaimana preparasi asam sulfat skala industri yang dapat menopang berbagai
industri lainnya di Indonesia. Di Indonesia sendiri asam sulfat juga ada
diproduksi, namun hasil produksi tidak sejalan dengan kebutuhan asam sulfat[31] ,
sehingganya pabrik-pabrik yang ada harus mengimpornya dari luar negri, yang
tentunya dengan harga tinggi[30].

Gambar 1. Struktur Asam sulfat

Secara alami Asam sulfat terbentuk melalui oksidasi mineral sulfide[32-33],


misalnya pada besi sulfida, yaitu pada asam tambang yang berasal dari air yang
dihasilkan dari oksidasi,yang mana air dapat melarutkan logam-logam yang ada
pada biji logam sulfida tersebut, melalui membentukan uap awan yang
beracun[32]. Asam sulfat diproduksi dari bahan baku utama yaitu belerang, air, dan
oksigen melalui dua metode yang umumnya dikenal segai proses kontak, dan
proses bilik timbale[22].
Proses atau metode preparasi[21] yang umum digunakan untuk mensintesis
asam sulfat yaitu menggunakan proses kontak dengan katalis heterogen yang
berwujud padat yaitu vanadium pentaoksida(V2O5), dan proses bilik timbal yang
menggunakan katalis homogen yaitu menggunakan NO2[33].

2. Metode
2.1 Metode Literatur
Metode yang digunakan kali ini yaitu metode studi literatur yang
bertujuan untuk menambah wawasan ilmu mengenai preparasi asam sulfat skala
industri di Indonesia[3-6]. Metode yang dilakukan penulis adalah metode kajian
literatur. Pada metode ini hanya membahas bagaimana preparasinya secara
teoritis saja, dan tidak melakukan penelitian ini.
Studi literatur bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa kimia
tentang preparasi asam sulfat skala industri, dan diharapkan kedepannya dengan
bertambahnya pengetahuan tentang preparasi asam sulfat ini dapat mempengaruhi
industriyang ada Indonesia, karena berkembangnya industry asam sulfat[2] dapat
membawa perkembangan yang baik untuk industri lainnya di Indonesia. Dan
menjadikan Indonesia negara industi yang berpengaruh didunia[4].
Metode yang umumnya digunakan adalah proses kontak, karena pada
preparasi skala industri diharapkan hasil sintesa maksimal, dan pada metode
kontak proses lebih efektif.

2.2. Preparasi Asam Sulfat


2.2.1. Bahan Baku preparasi Asam Sulfat
Bahan baku yang digunakan dalam preparasi asam sulfat yaitu :
Tabel 2. Sifat fisika komponen pembentuk asam sulfat
Titik Titik
No. Komponen Bentuk warna
didih(oC) leleh(oC)
1. Belerang 444,6 120 padatan Kuning

2. Oksigen -183 -218,4 gas -


Vanadium
3. pentaoksid 1750 800 padatan kuning
a
4. Air 100 - cairan -

Tabel 2. Sifat kimia komponen pembentuk asam sulfat (H2SO4).


Berat
No. Komponen Molekul Sifat
(gr/mol)
1. sulfur (S) 32,062 Higroskopis
.
Oksigen (O2) 31,888 -
2.
Vanadium Dalam asam dan alkali zat
181,91
3. Pentaoksida(V2O5) larut

4. Air (H2O) 18 Pelarut

Sifat-Sifat Asam Sulfat


Berikut ini terdapat dua sifat asam sulfat, antara lain:

1. Reaksinya dengan Air


Reaksi hidrasi Asam sulfat sangat eksotermik[110-112]. Sehingga saat
penambahan yang ditambahkan adalah asam ke dalam air bukan air ke dalam
asam. Sebab massa jenis air lebih rendah dibandingkan asam sulfat dan air
cenderung mengapung di atasnya, akibatnya jika air ditambahkan ke dalam asam
sulfat pekat, air akan dapat mendidih dan bereaksi keras dengan air. Reaksi yang
terjadi antara air dengan asam sulfat yaitu terbentuknya ion hidronium[113-114].
Berdasarkan reaksi termodinamika, asam sulfat di favoritkan, asam sulfat
merupakan zat yang dapat mendehidrasi dengan sangat bagus dan dapat
digunakan untuk pengeringan buah-buahan. Afinitas asam sulfat terhadap air
begitu kuat sehingga ia akan memisahkan atom oksigen dan hidrogen dari suatu
senyawa. Sebagai contoh, pencampuran pati (C6H12O6)n bersama Asam sulfat
yang pekat, dia akan membentuk Asam sulfat yang terserap oleh air dengan
reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:

Kejadian tersebut dapat diamati jika dilakukan penetasan terhadap Asam


sulfat pada kertas. Maka, selulosa pada kertas mulai bereaksi dengan Asam sulfat
yang diteteskan sehingga terlihat seperti terjadinya pembakaran pada kertas.
Kejadian yang lebih menarik akan dapat dilihat dengan pengujian penetesan Asam
sulfat pada gula. Maka pada akan terlihat mengembang dengan adanya pori-pori
juga menghasilkan bau karamel.

2. Reaksinya dengan Basa


Asam sulfat juga dapat bereaksi dengan basa yang menghasilkan garam
sulfat[115-118].
Untuk contohnya adalah garam tembaga (II) sulfat terbentuk dari reaksi
tembaga (II) oksida dengan Asam sulfat seperti berikut ini :

Selain itu Asam sulfat juga dapat menghasilkan garam yang lebih lemah,
melalui reaksi pengasaman. Contohnya adalah reaksi yang terjafi antara natrium
asetat yang merupakan garam kuat dari basa kuat Natrium hidroksida dan Asam
asetat sebagai asam lemah yang jika direaksikan dengan Asam sulfat akan
menghasilkan garan Natrium sufat dan Asam asaetat dengan reaksi berikut ini :

Kejadian serupa akan terjadi dengan mereaksikan Asam sulfat dengan


Kalium nitrat. Yang mana pada reaksi ini akan menghasilkan endapam Kalium
bisulfat dan Asam nitrat. Disini Asam sulfat berperan sebagai asam sekaligus zat
pen dehidrasi yang akan membentuk ion nitronium, dan reaksi ini merupakan
reaksi penting yang akan menggukan substitusi aromatik.

3. Reaksinya dengan Logam


Dengan reaksi tunggal Asam sulfat banyak bereaksi dengan logaam yang
akan membentuk logam sulfat encer dan gas hidrogen. Asam sulfat encer dapat
menyerang logam-logam seperti besi, nikel, tembaga dan logam lainnya[119-120].

Namun reaksi dengan timah dan tembaga memerlukan asam sulfat yang
panas dan pekat. Timbal dan tungsten tidak bereaksi dengan asam sulfat. Reaksi
antara asam sulfat dengan logam biasanya akan menghasilkan hidrogen seperti
yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini. Namun reaksi dengan timah akan
menghasilkan sulfur dioksida daripada hidrogen[121-122].

Hal ini dikarenakan asam pekat panas umumnya berperan sebagai


oksidator, manakala asam encer berperan sebagai asam biasa. Sehingga ketika
asam pekat panas bereaksi dengan seng, timah, dan tembaga, ia akan
menghasilkan garam, air dan sulfur dioksida, manakahal asam encer yang beraksi
dengan logam seperti seng akan menghasilkan garam dan hidrogen.
4. Asam Sulfat sebagai Agen Sulfonasi
Asam sulfat dapat berperan sebagai agen sulfonasi yang akan
menggantikan atom hidrrogen oleh bantuan gugus asam sulfonat. Contohnya
dalah pada reaski berikut :

dapat dilihat bahwa, Asam sulfat disini mengalami reaksi substitusi aromatik
eleektrofilik bersama dengan senyawa aromatis sehingga akan mengahsilkan
Asam sulfonat[123-125].

5. Asam Sulfat Sebagai Dehidrator


Asam sulfat juga dapat berfungsi sebagai dehidrator. Dimana unsur
pembentuk air dari beberapa senyawa akan ditarik oleh Asam sulfat pekat. Seperti
pada gula yang akan di konversi menjadi karbon dan air. Reaksi tersebut
merupakan reaski ekso yang luar biasa[1226-127].
6. Asam Sulfat Sebagai Oksidator
Asam sulfat dapat berfungsi sebagai oksidator meskipun tak sekuat Asam
nitrat. Namun sifat oksidator yang terbentuk akan muncul jika Asam sulfat yang
dipakai dalam suasana panas dan pekat jika yang dipakai adalah Asam sulfat
encer, maka reaksi yang terjadi adalah reaksi biasa, namun jika dengan Asam
sulfat pekat maka reakinya akan berubah menajdi reaksi reduksi oksidasi atau
redoks[128-130].
Sifat Asam Sulfat
1. Jenis-Jenis Asam Sulfat
Meski hampir sepenuhnya Asam sulfat itu dapat dibuat, ia akan
menyumbang atau melepas Sulfur trioksida jiaka telah mencapai titik didihnya
dan dari sini akan terbentuk asam sebanyak 98,3% yang merupakan bentuk umum
dari Asam sulfat yang lebih stabiil untuk disimpan. Asam sulfat yang memiliki
persen 98% biasanya adalam Asam sulfat pekat yang biasa digunakan.
Adapun beberapa konsentrasi Asam sulfat dapat dilihat pada penjabaran
berikut :
a) Asam sulfat dengan konsentrasi 10% biasanya sering digunakan pada
laboratoeium.
b) Asam sulfat 33,5% biasa digunakan untuk baterai,
c) Asam sulfat konsentrasi 62, 18 biasa digunakan untuk pupuk yang dikenal
dengan Asam bilik,
d) Asam sulfat konsentrasi 76,31% biasa disebut asam menara
e) Dan Asam sulfat 97% yang merupakan Asam sulfat pekat sering juga
digunakan dalam laboratorium
Kemurnian dari beberapa Asam sulfat sangat baik diguanakan untuk
pembuatan pupuk karena ia tak berwarna sehingga sangat cocok digunakan untk
pembuatan pupuk[131-133].

2. Polaritas dan Konduktivitas


H2SO4 anhidrat adalah cairan yang bersifat sangat polar,ini dapatkita lihat dari
strukturnya yang asimetris dan adanya elektron dengan atom pusat saling tarik
menarik. Ia memiliki konstanta dielektrik sekitar 100. Asam sulfat memiliki
tingkat konduktivitas listrikyang tinggi. Hal ini disebabkan oleh disosiasi yang
disebabkan autopirolisis[134-136].

Konstanta kesetimbangan dari autopirolisis dari aam sulfat yaitu :

Nilai konstanta kesetimbangan autopirolisis asam sulfat 1010 jauh lebih kecil,
dibandingkan dengan konstanta keseimbangan air, yaitu 10−14. Asam sulfat
memiliki viskositas yang cukup tinggi, konduktivitas efektif ion dari H3SO+4 dan
HSO−4 tinggi dikarenakan mekanisme ulang proton intra molekul, yang membuat
asam sulfat sebagai konduktor yang baik. Asam sulfat juga merupakan pelarut
yang baik untuk berbagai reaksi- reaksi[137].

3. Reaksi Asam Sulfat


Berikut ini terdapat beberapa reaksi asam sulfat, antara lain sebagai berikut:
a. Reaksi dengan halogen[138]
NaCI + H2SO4 →NaHSO4 + HCI
b. Reaksi pembentukan asam fosfat untuk idustri alumunium fosfat
Ca5F(PO4) + 5 H2SO4 + 10 H20 → 5 CaSO4.2H2O + HF + 3 H3PO4
c. Reaksi dengan logam
Fe(S) + H2SO4(aq) → H2(g) + FeSO4(aq)
d. Reaksi dengan air membentuk larutan asam kuat
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4–
e. Reaksi dengan non logam[139]
C + 2 H2SO4 → CO2 + 2 SO2 + 2 H2O

2.2.2. Proses Preparasi Asam Sulfat


Dalam pembuatan[37] material [11] ada beberapa metode[38] yang digunakan
yaitu , metode sintesis[21] atau preparasi, dan dengan metode dekomposisi[41] suatu
campuran menjadi komponen-komponen[39]. Pada kali ini pembuatan asam sulfat
menggunakan metode sintesis. Asam sulfat (H2SO4)[40] disintesis dari[42] belerang
(S), oksigen (O2), dan air menggu[60] nakan katalis[5], pada proses kontak
digunakan katalis vanadium pentaoksida (V2O5), dan pada proses bilik timbal
NO2.
Asam sulfat[43] merupakan bahan baku[44] atau bahan penunjang industri.
Preparasi asam sulfat[46] yaitu dengan Cara Kerja bilik timbale, bahan yang
disiapkan[47] yaitu nitrogen[48] teroksidasi[49] yang digunakan sebagai katalis[50]
untuk mengoksidasi[51] sulfur dioksida(SO2) menjadi[52] sulfur trioksida(SO3).
Produk yang dihasilkan[53] pada proses bilik timbale[54] yaitu kisaran 77,98%[4] ini
merupakan kadar konsentrasi[55] yang rendah[56], dan tidak dapat digunakanuntuk
proses industri[57] secara keseluruhan karena pada umumnya[58] dalam industry[59]
digunakan asam sulfat[61] dengan konsentrasi tinggi [62]dan skala besar[63].
Penggunaan proses kontak[3] dapat dilakukan sebab[64] banyaknya proses
industri[65] yang membutuhkan asam sulfat[64] konsentrasi tinggi[62], dan proses
pembuatan pupuk, dan lainnya. proses bilik timbal pertama kali dibuat pada
pertengahan abad ke-19[4] dengan menggunakan katalis platinum(Pt)[7] dan pada
perang dunia I asam sulfat digunakan pada pembuatan bahan peledak dengan
menggunakan campuran antara asam sitrat dengan asam sulfat[8] . Proses sintesis
asam s[69] ulfat[65] yang dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu:
A. Peleburan Belerang
Hal yang harus dilakukan dalam sintesis[22] asam sulfat[66] pertama kali
adalah peleburan[67] bahan baku utama yaitu belerang. Peleburan belerang (S)
menggunakan steam[68] yang dialirkan dengan tekanan4 Kg/cm2 yang digunakan,
kemudian dialirkan pada coil-coil yang terdapat pada sulfur meter. Setelah itu
belerang cair tersebut dimasukan melalui penekanan[70] oleh pompa dari meteran
belerang lalu penyemprotan untuk pembakaran[71]. Pada tungku pembakaran,
belerang dan udara mengalami pembakaran.
Setelah mengalami proses pengeringan[72], udara tersebut disuplai[73]
oleh Main Blower. Di dalam Tower pengering akan dilakukan pengeringan
udara[74] dengan Asam sulfat berkonsentrasi 92,99%-97,89%.
Peleburan belerang cair menjadi SO2 dilakukan pada temperatur tinggi
yaitu dengan pembakaran 751-771oC[29]. Gas hasil pembakaran[75-77] di tungku
pembakaran akan dialirkan ke pengeringan melalui pipa-pipa[5-6] dengan
mengambil panasnya yang berguna untuk menghasilkan uap panas yang akan
meleburkan sulfur pada meteran sulfur, aliran dari beberapa gas akan menuju
pemanasan yang sudah terambil panas nya[6]. Pada alat pengganti panas gas akan
mendingin dengan adanya suplai udara oleh boiler. Yang kemudian dialirkan ke
hot gas filter untuk proses penyaringan dan penstabilan suhu.

B. Pengoksidasian SO2 Menjadi SO3 oleh Katalis


Setelah penyaringan gas[77] masuk dari tempat penyaringan ke converter,
terdiri dari empat bed katalis[78-90] Vanadium pentaoksida[21]. Kemudian gas
,memasuki[8] bed dengan suhu 425-440oC. Oleh katalis vanadium pentaoksida ,
cairan gas sulfur dioksida yang dialirkan menjadi sulfur trioksida. Proses harus
didinginkan karena ini adalah reaksi eksotern [9].
Reaksi yang terjadi : SO2(g) + 1/2O2(g) → SO3(g)

C. Penyerapan gas SO3


Dalam tempat penyerapan, di AT Pump Tank proses ini dengan Asam
sulfat berkonsentrasi 98-99,5% [5]. Selanjutnya proses pengenceran melalui
penambahkan aquades kemudian pengaliran lagi ke tanki[6]. Setelah mencapai
batas maksimum yang ditentukan, hasil sintesa ditransfer dan ditampung di
Sulphuric Acid Storage Tank.
Reaksi yang terjadi : SO3(g) + H2SO4(l) → H2SO4.SO3(aq)
H2SO4.SO3(aq) + H2O(l) → 2 H2SO4(aq)
Berikut contoh preparasi asam sulfat dengan proses kontak double :
proses pembuatan Asam Sulfat disini menggunakan proses katalitik hidrogenasi.
Proses tersebut terdiri dari tahap-tahap tersendiri dan memiliki unit operasi
tersendiri sesuai dengan fungsi dari unit tersebut. Secara garis besar proses
tersebut dapat digambarkan dengan flowchart berikut:
Proses pembuatan Asam Sulfat disini menggunakan proses katalitik
hidrogenasi. Proses ini melalui beberapa tahap berikut :
1. unit Preparation (Sulphur Handling)
2. SO2 Generation
3. SO2 Convertion
4. SO3 Absorbtion

Proses tersebut terdiri dari tahap-tahap tersendiri dan memiliki unit operasi
tersendiri sesuai dengan fungsi dari unit tersebut. Secara garis besar proses
tersebut dapat digambarkan dengan flowchart berikut:

Gambar 1. Skema pembuatan Asam sulfat[140-144].

1. Persiapan Bahan Baku


Jenis sulfur yang digunakan adalah sulfur dari pegunungan belerang di
kawah ijen. Dari tempat ini sulfur diangkut dengan truk untuk d bawa ke pabrik
dan di tampung ke dump hopper [145-148].

2. Tahap Sulfur Handling


Belerang masuk pada crusher untuk mengecilkan ukuran dan dimasukkan
ke melter menggunakan conveyor. Sulfur dicairkan dengan pemanas steam (steam
coil) yang dilengkapi dengan agitator. Lama dari proses untiuk pengendapan
kotoran dalam sulfur adalah selama 48 untuk menghasilkan sulfur bersih yang
akan dilanjutkan ke proses selanjutnya. Sulfur cair kemudian dipompakan ke
sulphur filter. Untuk mencairkan sulfur di melter digunakan steam yang
bertekanan 7 kg/cm2 dan untuk menjaga keadaan sulfur tetap cair diperpipaan
digunakan steam jacket dengan tekanan steam sebesar 4 kg/cm2. Untuk menjaga
sulfur tetap cair temperatur dijaga 135oC. Viskositas sulfur cair akan menurun
dengan kenaikan temperatur, viskositas minimum dicapai pada temperatur 153oC.
Pada temperatur di atas 153oC viskositas sulfur akan naik dengan cepat.
Kondensat steam dari jacket dikumpulkan dan ditampung untuk digunakan lagi.

3. SO2 Generation
Cairan sulfur terbersih di storage tank kemudian disalurkan ke sulphur feed
pit burner yang dibangun di bawah tanah dan dilengkapi steam coil pemanas. Pit
ini dilengkapi juga dengan pompa sulfur tipe vertikal, burner feed pump yang
mana pompa ini memompa sulfur cair ke sulphur furnace dengan tekanan sekitar
10 kg/cm2. Laju alir sulfur cair ke furnace dapat diatur dengan control valve.
Cairan sulfur dalam penampung sulfur akan dikeringkan di alat pengering dengan
udara kering yang akan membentuk gas sulfur dioksida dengan reaksi sebagai
berikut:

S + O2 → SO2 = 70,96. 103 Kcal/kmol.

Untuk melindungi pemanasan harus dilakukan pembakaran yang sempurna


dari refractory dan penguapan sulfur serta pembentukan NOx. Gas proses panas
yang mengandung SO2 dengan konsentrasi sekitar 10,5 %-v didinginkan secara
tepat di dalam WHB dan steam superheater yang mana steam yang diproduksi
adalah superheater steam. Temperatur gas outlet furnace sekitar 1042oC dan
outlet WHB 593oC yang dengan by pas gas sebagai pelengkap agar temperatur
gas inlet converter terjaga[149-151].

4. SO2 Convertion
Converter terdiri dari empat bed. Tiga bed merupakan konverter tingkatan
pertama juga bed keempat merupakan konverter tingkatan kedua. Setiap tingkat
konversi masing-masing mempunyai absorber. proses yang mengandung gas SO2
bersuhu 430oC masuk ke converter bed dimana kira-kira 60,01% gas Sulfur
dioksida dirubah menjadi sulfur trioksida dengan bantuan katalis Vanadium
pentaoksida dengan reaksi sebagai berikut :

SO2 + ½ O2 SO3 - 23,49. 103 Kcal/kmol

Gas outlet bed I yang mengandung SO3 dengan temperatur 611oC masuk ke
heat exchanger I dimana panas ini disalurkan atau diberikan untuk gas yyang akan
masuk ke bed keempat. Gas dari bed pertama kemudian masuk ke bed II dengan
temperatur 440oC untuk konversi selanjutnya.
Gas outlet bed II dengan temperatur 521oC masuk ke exchanger pemanasan
II dan kemudian keluar pada temperatur 430oC dan masuk ke bed III. Pada heat
exchanger ini panas gas digunakan untuk memanaskan gas-gas yang ingin ke bed
keempat. Gas outlet bedd III banyak mengandung SO3 dengan temperatur 451oC
masuk ke economizer I untuk didinginkan hingga 220oC sebelum masuk
absorbing tower I. Sekitar 94% dari gas SO2 dikonversikan menjadi gas SO3 di
tiga bed pertama.
Setelah gas SO3 diserap dengan H2SO4 di Absorber, sisa gas dengan
temperatur 80oC melalui demister di bagian atas Absorber. Aliran gas tersebut
kemudian dipisah secara paralel dan masing-masing masuk ke pemanasan
exchanger pertama dan kedua, aliran gas digabung untuk masuk ke bed keempat
sebelumnya. Gas sebelum masuk bed IV dipanasi di heat exchanger I dan II.
Temperatur gas naik menjadi 420oC. Konversi terakhir ini dari double contact
terjadi di bed katalis IV. Gas outlet bed IV dengan temperatur 440oC masuk ke
dalam economizer II untuk didinginkan hingga 190oC sebelum masuk absorbing
tower II. Untuk mencegah kondensasi gas dari gas outlet T 1302, dipasang tracing
pada gas duct antara dan[142].

5. SO3 Absorbtion
Udara atmosfer dihisap dengan air blower melalui drying tower. Pada
drying tower ini kandungan air dalam udara diserap H2SO4 dan menghasilkan
udara kering. Asam sulfat 98,5 % disirkulasikan melalui drying tower. Udara
kering dari air blower yang bertemperatur 109oC dimasuki menuju sulphur
penampung berguna sebagai udara untuk pembakaran oksidasi belerang. Sulfur
trioksida yang dikandung oleh gas di bed ketiga dan bed terakhir dari penampung,
oleh H2SO4 98,5% akan diserap yangkemudian di sirkulasikan di absorbing tower
pertama dan kedua yang akan menghasilkan Asam sulfat.

SO3 + H2O H2SO4 - 32,8 kcal/kmol

Pengenceran H2SO4 selama penyerapan H2O dari udara di dalam drying


tower dan penamb ahan konsentrassi oleh absorpsi Sulfur trioksida di dalam
absorbing tower pertama kemudian disatukan bersamaan di dalam DT/1st AT
pumpa tanki. Apabila konsentrasi H2SO4 di dalam pumpa tanki besar dari 98,5%
ditambahkan air (dilution water) yang tujuannya untuk menjaga konsentrasi tetap
98,5% H2SO4.

2.3. pengaplikasian
Biasa digunakan untuk pembuatan pupuk, seperti Amonium sulfat dengan
fosfat[7] .Digunakan juga dalam pembuatan pigmen pada skala yang besar, yaitu
Barium sulfat dan Titanium sulfat. Pada detergen, pewarna, obat juga plastik bisa
diaplikasikan[6]. Bisa juga digunakan pada pemisahan Hidrokarbon[16],
pengecatan, mengisi aki atau baterai, dan bahan sutera sintetik. Kegunaan asam
sulfat dalam industri sebagai berikut :
1. Asam sulfat digunakan pada proses pembuatan deterjen[81-83]
2. Asam sulfat[14-18] juga digunakan sebagai larutan elektrolit pada
pembuatan baterai untuk industri otomotif [84-87].
3. Industri pembuatan asam nitrat atau HNO3 juga menggunakan asam
kuat[88-90] yang satu ini.
4. Biasa digunakan pada penyulingan minyak bumi[13] .
5. Pembuatan pupuk fofat juga bisa digunakan[15].
6. Asam sulfat digunakan sebagai salah satu reaktan pada proses pembuatan
bahann peledak, nitrogliserin[91-93].
7. Proses pembuatan rayon juga menggunakan asam sulfat. Serat selulosa
kayu[28] setelah dicampur dengan tetra amine copper (II) [7] direaksikan
dengan asam sulfat untuk menghasilkan serat rayon[94].
8. Asam kuat yang satu ini juga dipergunakan sebagai bahan pembuat
bahan perekat atau lem[13].
9. Untuk meregenerasi kation resin – pada unit pembuatan air bebas
mineral – selain biasa menggunakan asam klorida juga dapat digunakan
asam sulfat
Sebagai senyawa kimia yang sangat penting, asam sulfat digunakan dalam
proses pembuatan sejumlah bahan kimia terkenal termasuk asam klorida, asam
nitrat, asam fosfat dan banyak bahan kimia industri lainnya. Contohnya :

1. Refining minyak
Proses pemurnian minyak mentah memerlukan penggunaan asam sebagai
katalisator dan asam sulfat sering digunakan untuk tujuan ini. Hal ini digunakan
dalam SAAU atau Sulfuric acid alkilasi Unit Satuan[151-153].

2. Pengolahan logam
‘Pengasaman’ adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pengolahan logam untuk menghilangkan kotoran, karat atau skala dari
permukaan, seperti dalam pembuatan baja. Saat ini, penggunaan asam sulfat untuk
tujuan ini telah menurun sedikit, Industr-industri sekarang lebih senang
menggunakan asam klorida. Meskipun asam klorida lebih mahal daripada asam
sulfat, asam klorida menghasilkan hasil yang lebih cepat dan meminimalkan
hilangnya logam dasar selama proses pengasaman[152].

3. Pembuatan Rayon
Rayon tekstil terbuat dari serat selulosa yang berasal dari kayu. Selulosa
ini dilarutkan dalam larutan Tetra Amine Tembaga (II) untuk menghasilkan cairan
biru tebal yang kemudian disuntikkan ke asam sulfat untuk membentuk serat
Rayon. Rayon dianggap tekstil semi-sintetik yang baik dan dapat menyaingi sutra
untuk kain yang mahal dan berkimilau. Memang, kadang-kadang disebut sebagai
‘sutra seni’. Rayon ini mudah dicelup dan kain yang lembut, dingin dan halus.
Namun, tidak seperti sutra, Rayon tidak melindungi panas tubuh sehingga sangat
cocok untuk digunakan di negara-negara yang lembab dan panas[121-123].

4. Memproduksi Baterai Tipe Timbal Asam


Baterai unit timbal-asam merupakan baterai tipe tertutup yang digunakan
dalam industri otomotif untuk mobil dan truk. Baterai unit timbal-asam tertutup
ini merupakan baterai tipe diciptakan pada tahun 1859 oleh Oarng Prancis Gaston
Plant. Asam sulfur digunakan dalam bentuk encer untuk bertindak sebagai
electrolye untuk memungkinkan aliran elektron antara pelat dalam baterai. Asam
Sulfat digunakan dengan cara ini biasa disebut Acid Battery. Hal ini dapat
bervariasi dalam kekuatan sesuai dengan produsen baterai tetapi pada
umumnya antara 28 sampai 32 persen atau antara 4,2-5 Molar.

5. Panen kentang
Petani kentang mempekerjakan kontraktor spesialis untuk menyemprot
ladang mereka dari kentang sebelum panen sehingga puncak hijau mati kembali
dan menghitamkan dalam satu atau dua hari. Hal ini membantu untuk
mengeringkan batang dan mencegah mereka dari menjadi kusut dalam peralatan
panen. Metode yang biasa penyemprotan puncak kentang dengan larutan asam
sulfat[125-129].
6. Pembuatan Obat
Obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker.
Sel-sel kanker lebih sensitif terhadap kerusakan DNA dari sel normal sehingga
sel-sel kanker pengobatan kemoterapi dihancurkan dengan cara merusak DNA
mereka. Proses ini dikenal sebagai alkilasi DNA dan jenis obat yang dikenal
sebagai alkylating agen antineoplastik digunakan. Asam sulfur digunakan dalam
proses pembuatan obat tersebut[13-15] .

2.2.3 Aspek Ekonomi


Penggunaan Asam sulfat terus meningkat dengan perkembangan industry
Indonesia

Tahun Produksi (ton/tahun)


2008 118.151
2007 126.796
2006 89.915
2005 80.533
2004 51.297
Tabel 3. Kapasitas produksi di Indonesia[95]

Asam sulfat[30-33] di Indonesia sering kali dipakai di pabrik-pabrik


petrokimia, terutama pabrik pupuk[17] , dan pabrik kimia lainnya, selain sebagai
bahan baku utama, asam sulfat juga digunakan sebagai bahan baku utama[21]
dalam memproduksi asam sulfat encer[96-97]untuk institusi-institusi yang
mengadakan program praktikum di laboratorium, asam sulfat sering digunakan
sebagai bahan utama untuk penggunaan asam kuat. Di Indonesia jumlah
produksi[74-76] asam sulfat tidak sebanding dengan jumlah produksinya, akibat
kesenjangan itu, banyak pabrik-pabrik di Indonesia mengimpor asam sulfat dari
negara China. Dari diagram dibawah ni kita dapat mengetahui tingkat produksi
asam sulfat dari beberapa negara industry bibawah ini :
Gambar 2. Diagram Lingkaran konsumsi Asam Sulfat di Dunia[2-6].

2.2.4 Proses Pengolahan Limbah


Dalam produksi asam sulfat tentunya bahan-bahan yang digunakan sebagai
prekusor adalah bahan kimia, sehingganya bahan buangan dari produk itu disebut
dengan limba[16-17] . Dalam pabrik yang memproduksi asam sulfat tentunya ada
jenis-jenis limbah yang berbeda wujudnya[18-20], dengan demikian tentulah cara
pengolahan limbah-limbah tersebut berbeda, berikut adalah jenis-jenis limbah
dan bagaimana cara pengolahannya ;
a. Limbah gas
penyaringan partikel dari gas asam pada proses penyerapan[107] yang tidak
maksimal dengan memasang alat penyaring [96-97] .
b. Limbah cairan
pengolahannya dengan penetralan[98-101] .
c. Limbah padat
menyatukan pada penampungan limbah[102-105] .
d. Limbah kebisingan dan debu
melakukan penghijauan[106] dibeberapa titik, pemasangan tembok untuk
meminimalisir kebisingan, pemakaian penutup mulut yang sesuai bagi
karyawan[108-109].

2.2.5 Bahaya Asam Sulfat


Asam sulfat atau sulphuric acid adalah asam mineral kuat tak berwarna
dengan sifat korosif yang tinggi. Asam sulfat dapat larut dalam air dalam berbagai
perbandingan. Asam sulfat sangat berbahaya bila terkena jaringan kulit karena
sifatnya yang korosif, dan dengan sifatnya sebagai penarik air yang kuat
(pendehidrasi) akan menimbulkan luka seperti luka bakar pada jaringan kulit.
Semakin tinggi konsentrasi asam sulfat semakin bertambah bahayanya. Walaupun
asam sulfat tersebut encer, akan tetap mampu mendehidrasi kertas jika tetesan
asam sulfat dibiarkan di kertas dalam waktu lama[112-115].
Asam sulfat memiliki sifat korosif yang sangat berbahaya. Resiko yang
utama jika kulit terjadi kontak lansung dengan asam sulfat dapat menyebabkan
kulit terbakar sama halnya jika asam sulfat pekat diteteskan pada kertas, kertas
tersebut akan terbakar seperti dibakar dengan api, asam sulfat yang dapat
menyebabkan luka bakar tentu asam sulfat dengan konsentrasi yang tinggi. Di
laboratorium sering dijumpai asam sulfat dengan kepekatan 98% yang biasanya
memiliki konsentrasi 18 M[116-117].
Paparan dengan aerosol asam sulfat pada konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan iritasi pada mata, membran mukosa yang parah, serta kerusakan
pada saluran pernapasan. Iritasi ini akan mereda dengan cepat setelah paparan
menghilang,namun masih terdapat risiko edema paru apabila kerusakan pada
jaringan lebih parah. Pada konsentrasi yang rendah, kasus-kasus akibat dari
paparan kronis aerosol asam sulfat yang paling umumnya dilaporkan adalah
pengikisan gigi. Indikasi kerusakan kronis saluran pernapasan masih belum jelas.
Di Amerika Serikat, nilai baku mutu udara tercemar aerosol asam sulfat
yang diperbolehkan ditetapkan dengan nilai ambang batas 1 mg/m³. Jika melewati
nilai baku mutu, berarti udara tersebut telah tercemar dan berdampak bahaya bagi
kesehatan. Ada pula kasus yang dilaporkan bahwa laporan tersebut menyatakan
penelanan asam sulfat yang menyebabkan defisiensi vitamin B12 dengan
degenarasi gabungan subsub-akut[119-120].
Asam sulfat atau yang sering disebut oleum terindikasi sangat.
sangat Oleum dapat
menghasilkan gas SO2 (sulfur dioksida) yang sangat reaktif jika gas tersebut
terhirup, akan merusak organ pernafasan yaitu paru-paru. paru. Untuk pertolongan
pertama jika terhirup, segera cari udara segar dan segera cari pertolongan medis.
Langkah yang harus dilakukan jika terkena asam sulfat adalah, dengan
mengguyuri bagian tubuh yang terpapar asam sulfat den dengan
gan air yang mengalir
selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk mendinginkan jaringan disekitar luka
bakar asam, dan untuk mencegah ada adanya
nya kerusakan sekunder. Pakaian yang
terkena asam sulfat pun juga harus segera di lepas, dan guyur dengan air kulit
yang terkena asam sulfat lewat pakaian tersebut. Jika terpapar asam sulfat pada
mata, segera guyur mata dengan air hangat selama 20 menit, dan dan segera pergi ke
dokter,, agar dilakukan tindakan medis[121-123].
Tumpahan dari Asam sulfat yang kontak dengan logam akan menyebabkan
pelepasan hidrogen.sehingga dapat menyebabkan bahaya kebakaran. Di Amerika
Serikat, batasan yang boleh digunakan untuk Asam sulfat hanya 1 mg/m3. Kehati-
hatian sangat diperlukan dalam menangani asam sulfat melihat fatalnya bahaya
jika terkena ataupun berinteraksi langsung dengan Asam sulfat. Sehingga sebelum
memulai pekerjaaan yang berkaitan dengan Asam sulfat sangat disarankan untuk
memakai peralatan-peralatan
peralatan keamanan, antara lain
1. Kacamata Laboratorium

Gambar 4. Kacamata Laboratorium

Kacamata pelindung berfungsi melindungi mata dari berbagai


kemungkinan terkena percikan asam sulfat ke mata.

2. Pelindung Muka
Gambar 5. Pelindung muka

Safety goggle atau pelindung muka dapat mencegah tumpahan ataupun


percikan asam sulfat ke muka

3. Sarung Tangan Polietilen

Gambar 6. Sarung Tang


Tangan Polietilen
Sarung tangan polietilen berfungsi melindungi tangan saat menangani asam
as
sulfat[110-115].

2.2.6 Industri Asam Sulfat


Contoh PT Asam Sulfat[20-22] di Indonesia yang terkenal adalah PT.
Indonesia Acids Industry di Jakarta Timur, Asam sulfat kapasitas 82.500
ton/th[116-119], Aluminium Sulfat kapasitas 44.600 ton/th[120-122],, Total kapasitas
127.000 ton/th.

3.1. Pembahasan
Asam sulfat merupakan bahan kimia penunjang dalam produksi berbagai
macam produk . Pembuatan asam sulfat biasanya menggunakan dua metode.
metode
Metode pembuatan asam sulfat dengan proses kontak melalui empat proses.
Yaitu pengubahan sulfur granuler ke sulfur cairan, proses membentuk sulfur
dioksida, pembakaran dan penyaringan.
Metode yang kedua yaitu bilik timbale, dimana nitrogen teroksidasi
sebagai katalis untuk mengoksidasi sulfur dioksida menjadi sulfur trioksida.
Produk yang dihasilkan pada proses ini kadar konsentrasi yang rendah. Studi
Literatur ini bertujuan untuk menambah wawasan bagaimana preparasi asam
sulfat skala industri di Indonesia. Sehingga hasil studi literature yang didapat
dapat menambah wawasan mahasiswa kimia bagaimana preparasi asam sulfat
dengan metode kontak skala industry terutama di Indonesia.
Asam Sulfat sering digunakan dalam industri pupuk buatan, khususnya
Ammonium Sulfat dengan super fosfat. Dalam skala besar juga digunakan dalam
pembuatan pigmen, khususnya barium sulfat dan titanium dioksida. Pembuatan
detergen, bahan pewarna, obat-obatan serta plastik. Asam sulfat juga digunakan
untuk memisahkan hidrokarbon, untuk menghilangkan lapisan film zat asam dari
besi atau baja sebelum proses pelapisan, pengecatan, mengisi aki atau baterai, dan
pembuatan sutera sintetik.
Di samping banyaknya kegunaan dari Asam sulfat tentu saja juga memiliki
bahaya-bahaya jika terkena ataupun menyentuh Asam sulfat. Misalnya saja kasus
yang baru-baru ini terjadi di Indonesia, yaitu air keras digunakan untuk menyiram
Novel Baswedan hingga wajahnya melepuh merupakan larutan kimia berjenis
Asam sulfat pekat. Selain itu bahaya dari Asam sulfat juga telah dijelasakan pada
halaman sebelumnya. Seperti, iritasi juga dapat membakar kulit. Oleh karenanya,
sebelum melakukan suatu kegiatan yang berkenaan dengan Asam sulfat tentu kita
harus mengetahui MSDS dan cara penanggulangan jika terkena larutan ini.
Seperti dengan mempersiapkan safety sebelum melakukan kontak langsung
dengan Asam sulfat ini.

4.1 Kesimpulan
Pada studi literature mengenai industry asam sulfat di Indonesia dapat
disimpulkan bahwa, banyak metoda yang digunakan dalam preparasi atau sintesis
asam sulfat. Asam sulfat banyak digunakan dalam berbagai industry yang
berfungsi sebagai bahan baku tambahan, seperti pada pabrik pupuk, pabrik plastic
dan lainnya. Manfaat dari studi literature yang dilakukan adalah untuk menambah
wawasan bagaiman proses pembuatan asam sulfat serta teknik atau metoda apa
yang umum digunakan di Indonesia. Sebelum berkenaan langsung dengan Asam
sulfat apalagi yang pekat, dibutuhkan pengenalan terlebih dahulu terhadap sifat
dari zat yang akan digunakan disamping bahaya yang dapat terjadi sangat fatal.

4.2 Saran
Penulisan paper ini sebaiknya menggunakan banyak referensi, agar teori
yang ada pada kajian pustaka kuat. Selain itu, penulis hanya mengumpulkan
jurnal-jurnal untuk menyelesaikan paper ini sehingga isi dari paper mungkin
kurang sempurna jika dibandingkan dengan paper yang penelitiannya langsung
turun tangan ke lapangan. Sehingga saran dan kritik untuk perbaikan paper kami
kedepannya sangatlah kami butuhkan.

4.3 Acknowledgement
Ucapan terimakasih kepada Dosen Pengampu Dr. Rahadian Zainul M.Si,
Ph.D, yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan paper Preparasi
Asam Sulfat skala industri di Indonesia ini.
Referensi :
[1]. Darwanti, Winda. 2012. Pabrik asam sulfat dengan proses double
contact absorber. Jawa Timur : UPN.
[2]. Hakim, Muhammad . 2018. Pra desain pabrik asam sulfat dari belerang
dengan proses double absorber., Jawa timur : Teknik Kimia, 2018, Vol.
7: 1-2
[3]. Max peters, and Klaus Timmerhaus. 201. Plant Design and Economics
For Chemical Engineering. Singapore : Mc Grow Hill Book, .
[4]. pacia.or.au. sulphuric acid.pdf. [Online] uploads item, senin juni 2018.
[Dikutip: 22 februari 2019.] http://www.pacia.org.au.
[5]. P.Fatimah, R jurnalia, E.R Noviati, dan R.Zainul. Prinsip dan Dasar-
Dasar Teknik Blended. Padang : A Review Teknik Blended, 2018.
[6]. Zainul, R. et all. 2015. Design of Photovoltaic Cell with Copper Oxide
electrode by Using Indoor or Lights. Zainul, R. et all. 353-361, Padang :
Research Journal of Phamrmaceutical Biological and Chemical Science,
Vol.
[7]. Zainul, R. et all. Design and Modification of Copper Oxide Electrodes
for Improving Convertion Coeffecient Indoors Light (PV-
Cell)Photocells. 1-6, Padang : INAR-xiv, 2016, Vol. 6.
[8]. Zainul, R. dkk. 2015. Modifikasi dan Karakteristik IV Sel Fotovoltaik
Cu2O/Cu-Gel Na2SO4 Melalui Lampu Neon. Padang : eksakta, Vol. 50.
[9]. Zainul, R. 2016. Determination of The Half-Life and Quantum Yiels of
ZnO Semiconducor Photocatalyst in Humic Acid., Padang : INAR-xiv,
2016, Vol. 8: 3-5
[10]. Putra, A. A. B., Bogoriani, N. W., Diantariani, N. P., & Sumadewi, N.
L. U. (2014). Ekstraksi zat warna alam dari bonggol tanaman pisang
(musa paradiasciaca l.) dengan metode maserasi, refluks, dan sokletasi.
Jurnal Kimia.
[11]. Fahriya, P. S., & Shofi, M. S. (2011). Ekstraksi zat aktif antimikroba
dari tanaman yodium (Jatropha multifida Linn) sebagai bahan baku
alternatif antibiotik alami.
[12]. Gautama, R. S. (2012). Pengelolaan Air Asam Tambang. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
[13]. Ayustaningwarno, F. (2012). Proses pengolahan dan aplikasi minyak
sawit merah pada industri pangan. Journal VITASPHERE, 2(1), 1-11.
[14]. Hermawati, E., Wiryanto, W., & Solichatun, S. (2005). Fitoremediasi
limbah detergen menggunakan kayu apu (Pistia stratiotes L.) dan Genjer
(Limnocharis flava L.). BioSMART: Journal of Biological Science,
7(02).
[15]. Arifin, M. N. (2014). Studi Perbandingan Kinetika Reaksi Hidrolisis
Tepung Tapioka dan Tepung Maizena dengan Katalis Asam Sulfat
(Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
[16]. Noer, R. H., & Martiana, T. (2013). Hubungan karakteristik dan
perilaku pekerja dengan gejala ISPA di pabrik asam fosfat dept.
produksi III PT. Petrokimia Gresik. The Indonesian Journal uf
Occupational Safety and Health Vol, 2, 130-136.
[17]. Wijanarko, A., Witono, J. A., & Wiguna, M. S. (2006). Tinjauan
komprehensif perancangan awal pabrik furfural berbasis ampas tebu di
Indonesia. Journal of the Indonesian Oil and Gas Community:
Komunitas Migas Indonesia.
[18]. Lutfiati, A. (2008). Prarancangan Pabrik Asam Sulfat dari Sulfur dan
Udara dengan Proses Kontak Kapasitas 225.000 Ton per Tahun
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
[19]. Adam, M. A. (2015). Evaluasi Pengoptimalan Instalasi Pengolahan Air
Limbah Terhadap Pencemaran Sungai Wangi Di Pasuruan. Journal of
Environmental Engineering and Sustainable Technology, 2(1), 1-5.
[20]. Lestari, R. P. (2011). Pengujian Kualitas Air di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) Mojosongo Kota Surakarta (Doctoral dissertation,
Universitas Sebelas Maret).
[21]. Suryelita, S., Etika, S. B. and Kurnia, N. S. (2017) “ISOLASI DAN
KARAKTERISASI SENYAWA STEROID DARI DAUN CEMARA
NATAL (Cupressus funebris Endl.)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang
MIPA, 18(01), pp. 86-94. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss01/23.
[22]. Lubis, A. P., & Zainul, R. (2018). Interaksi Molekuler Amonium
Hidroksida.
[23]. Hariyadi, P. (2010). Penguatan Industri Penghasil Nilai Tambah
Berbasis Potensi Lokal peranan Teknologi Pangan untuk Kemandirian
Pangan. PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 295-301, 19(4), 295-
301.
[24]. Simatupang, T. M. (2008). Perkembangan Industri Kreatif. School of
Business and Management of the Bandung Institute of Technology.
[25]. Alamsyah, H. (2012). Perkembangan dan prospek perbankan syariah
Indonesia: Tantangan dalam menyongsong MEA 2015. Makalah
disampaikan pada Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI),
Milad ke-18 IAEI,(13 April 2012).
[26]. Rahayu, M. (2007). Teknologi Proses Produksi Biodiesel. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi.
[27]. Maghfiroh, E. (2018). Dampak Industri Pt Petrokimia Gresik Terhadap
Kehidupan Sosio-Kultural Masyarakat Sekitar Tahun 1980-2000.
Avatara, 6(1).
[29]. Noer, R. H., & Martiana, T. (2013). Hubungan karakteristik dan
perilaku pekerja dengan gejala ISPA di pabrik asam fosfat dept. produksi
III PT. Petrokimia Gresik. The Indonesian Journal uf Occupational
Safety and Health Vol, 2, 130-136.
[30]. Hambali, E., Mujdalifah, S., Tambunan, A. H., Pattiwiri, A. W., &
Hendroko, R. (2007). Teknologi bioenergi. AgroMedia.
[31]. PRAHASTUTI, A. (2010). PRARANCANGAN PABRIK SELULOSA
ASETATDARI SELULOSA DAN ASETAT ANHIDRID DENGAN
PROSES ASETILASI KAPASITAS 25.500 TON PER TAHUN (Doctoral
dissertation, Univerversitas Muhammadiyah Surakarta).
[32]. Gautama, R. S. (2012). Pengelolaan Air Asam Tambang. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
[33]. Bumi, G. B. M., & Bara, B. 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang.
[34]. Firdaus, A., & Zainul, R. (2018). SESIUM KLORIDA (CsCl):
TRANSPORT ION DALAM LARUTAN.
[35]. Dwynda, I., & Zainul, R. (2018). Boric Acid (H3 (BO3): Recognize The
Molecular Interactions in Solutions.
[36]. Hidayati, R., & Zainul, R. (2019). Studi Termodinamika Transpor Ionik
Natrium Klorida Dalam Air dan Campuran Tertentu.
[37]. Nasution, A. W., Putri, R. N., & Mayendra, E. (2019). MENGKAJI
KARAKTERISTIK PEMAKAI TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR
BERSIH DI INDONESIA.
[38]. Feronika, N. I., & Zainul, R. (2018). Kalium Permanganat:
Termodinamika Mengenai Transport Ionik dalam Air.
[39]. Zainul, R. SILVER SULFATE (Ag2SO4): MOLECULAR ANALYSIS
AND ION TRANSPORT.
[40]. Yanti, C. F., & Zainul, R. (2018). A Review Ba (OH) 2: Transpor Ionik
pada Barium Hidroksida di dalam Air dengan Konsep Termodinamika.
[41]. Alfionita, T., & Zainul, R. (2019). Calcium Chloride (CaCl2):
Characteristics and Molecular Interaction in Solution.
[42]. Tamarani, A., Zainul, R., & Dewata, I. (2019, April). Preparation and
characterization of XRD nano Cu-TiO2 using sol-gel method. In Journal
of Physics: Conference Series (Vol. 1185, No. 1, p. 012020). IOP
Publishing.
[43]. Artika, P. I., & Zainul, R. (2018). Potassium Bromide (KBr):
Transformasi ionik dan sifat temodinamika dalam Larutan.
[44]. Sari, M., & Zainul, R. (2018). Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
Spektroskopi dan Transpor K2Cr2O7.
[45]. Husna, A. D., & Zainul, R. (2019). Analisis Molekular dan Karakteristik
Hidrogen Sianida (HCN).
[46]. Zainul, R., Dewata, I., & Oktavia, B. (2019, April). Fabrication of
hexagonal photoreactor indoor lights. In Journal of Physics: Conference
Series (Vol. 1185, No. 1, p. 012007). IOP Publishing.
[47]. Kristy, D. P., & Zainul, R. (2019). Analisis Molekular dan Transpor Ion
Natrium Silikat.
[48]. Warlinda, Y. A., & Zainul, R. (2019). Asam Posfat (H3Po4): Ionic
Transformation of Phosphoric Acid in Aqueous Solution.
[49]. Delvi, I. P., & Zainul, R. (2019). Mercury (II) Nitrate (Hg (NO3) 2):
Interaksi Molekul dan Adsorpsi Hg dengan Karbon Aktif.
[50]. Yulis, R., & Zainul, R. (2018). DESAIN DAN KARAKTERISASI SEL
SURYA SISTEM ELEKTRODA TEMBAGA (I) OKSIDA (Cu2O/Al)
MODEL PIPA PADA LARUTAN NATRIUM SULFAT (Na2SO4).
[51]. Yulis, R., Zainul, R., & Mawardi, M. (2019, April). Effect of natrium
sulphate concentration on indoor lights photovoltaic performance. In
Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1185, No. 1, p. 012019).
IOP Publishing.
[52]. Chaidir, Z., Zainul, R., Nurakhbari, D., & Salim, M. (2016).
Optimization of Spirulina Platensis Culture for Antioxidant Production.
[53]. Kurniawati, D., Lestari, I., Harmiwati, S. S., Chaidir, Z., Munaf, E.,
Zein, R., ... & Zainul, R. (2015). Biosorption of Pb (II) from aqueous
solutions using column method by lengkeng (Euphoria logan lour) seed
and shell. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 7(12),
872-877.
[54]. Zainul, R., Nurakhbari, D., & Salim, M. Optimization of Spirulina
Platensis Culture for Antioxidant Production.
[55]. Zainul, R., Oktavia, B., Dewata, I., & Efendi, J. (2017). Studi Dinamika
Molekular dan Kinetika Reaksi pada Pembelahan Molekul Air untuk
Produksi Gas Hidrogen.
[56]. Firdaus, A., & Zainul, R. (2018). SESIUM KLORIDA (CsCl):
TRANSPORT ION DALAM LARUTAN.
[57]. Zainul, R., & Isara, L. P. (2019, April). Preparation of Dye Sensitized
Solar Cell (DSSC) using anthocyanin color dyes from jengkol shell
(Pithecellobium lobatum Benth.) by the gallate acid copigmentation. In
Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1185, No. 1, p. 012021).
IOP Publishing.
[58]. Putri, G. E., Arief, S., Jamarun, N., Gusti, F. R., & Zainul, R. (2018).
Microstuctural Analysis and Optical Properties of Nanocrystalline
Cerium Oxides Synthesized by Precipitation Method.
[59]. Rahmadhanty, S., & Zainul, R. (2018). DESIGN OF HUMAT ACID
SOLID SOLUTION REACTOR THROUGH
PHOTOTRANSFORMATION OF COPPER OXIDE (CuO)
SEMICONDUCTOR PLATE.
[60]. Zainul, R., Abd Azis, N., Md Isa, I., Hashim, N., Ahmad, M. S., Saidin,
M. I., & Mukdasai, S. (2019). Zinc/Aluminium–Quinclorac Layered
Nanocomposite Modified Multi-Walled Carbon Nanotube Paste
Electrode for Electrochemical Determination of Bisphenol A. Sensors,
19(4), 941.
[61]. Zainul, R., Hasti, M., & Amri, E. (2019). Effect of different solvent on
Total Phenolic, Total Flavonoid, and Sun Protection Factor of Belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Fruits Fraction.
[62]. Sanjaya, H., & Zainul, R. Characterization of napa soil and adsorption
of Pb (II) from aqueous solutions using on column method.
[63]. Lubis, A. P., & Zainul, R. (2018). Interaksi Molekuler Amonium
Hidroksida.
[64]. Fati N, Siregar R, Sujatmiko S. Addition Of Coleus Amboinicus, L
Leaf’s Extract In Ration To Percentage Of Carcass, Abdominal Fat,
Liver And Heart Broiler. EKSAKTA [Internet]. 30Apr.2019 [cited
15May2019];20(1):1-.
[65]. Putri D, Anika M, Wahyuni W. Bioinformatics Study Genes Encoding
Enzymes Involved in the Biosynthesis of Carotenoids Line Cassava
(Manihot esculenta). EKSAKTA [Internet]. 30Apr.2019 [cited
15May2019];20(1):10-6.
[66]. Iskandar I, Horiza H, Fauzi N. EFEKTIVITAS BUBUK BIJI PEPAYA
(Carica Papaya Linnaeaus) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI
TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES AEGYPTY TAHUN 2015.
EKSAKTA [Internet]. 28Apr.2017 [cited 15May2019];18(01):12-8.
[67]. Horiza H, Azhar M, Efendi J. EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI
INULIN DARI UMBI DAHLIA (Dahlia sp.L) SEGAR DAN
DISIMPAN. EKSAKTA [Internet]. 28Apr.2017 [cited
15May2019];18(01):31-9.
[68]. Iryani I, Iswendi I, Katrina IT. UJI AKTIVITAS ANTI DIABETES
MELLITUS SENYAWA METABOLIT SEKUNDER FRAKSI AIR
DARI BERAS KETAN HITAM ( Oryza satival. Var glutinosa) PADA
MENCIT PUTIH. EKSAKTA [Internet]. 28Apr.2017 [cited
15May2019];18(01):54-0.
[69]. Azhar M, Ahda Y, Ihsanawati I, Puspasari F, Mawarni S, Risa B,
Natalia D. SKRINING BAKTERI PENDEGRADASI INULIN DARI
RIZOSFER UMBI DAHLIA MENGGUNAKAN INULIN UMBI
DAHLIA. EKSAKTA [Internet]. 30Nov.2017 [cited
15May2019];18(02):13-0.
[70]. Samah S. KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABEL DARI
LDPE-g-MA DAN PATI TANDAN KOSONG SAWIT. EKSAKTA
[Internet]. 30Nov.2017 [cited 15May2019];18(02):30-8.
[71]. Ningsih SK. SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL
ZnO DOPED Cu2+ MELALUI METODA SOL-GEL. EKSAKTA
[Internet]. 30Nov.2017 [cited 15May2019];18(02):39-1.
[72]. Sari A. POTENSI ANTIOKSIDAN ALAMI PADA EKSTRAK DAUN
JAMBLANG (Syzigium cumini (L.) Skeels). EKSAKTA [Internet].
30Nov.2017 [cited 15May2019];18(02):107-12.
[73]. Syafei N. ANALISA FENOMENA KOROSI PELAT PIPA BAJA
KARBON API 5L-X65 DALAM LARUTAN 250 ML ASAM ASETAT
DAN 4750 ML AQUADES PADA KONDISI GAS CO2 DAN H2S
JENUH PADA SUHU RUANG. EKSAKTA [Internet]. 30Nov.2017
[cited 15May2019];18(02):113-20.
[74]. Mulia M. ISOLASI KUMARIN DARI KULIT BUAH LIMAU
SUNDAI (Citrus nobilis Lour). EKSAKTA [Internet]. 30Nov.2017 [cited
15May2019];18(02):137-45.
[75]. Tutuarima T. SIFAT FISIK DAN KIMIA MARMALADE JERUK
KALAMANSI (Citrus microcarpa) : KAJIAN KONSENTRASI PEKTIN
DAN SUKROSA Physical and Chemical Properties of Marmalade Citrus
of Calamondin (Citrus microcarpa) : Study of Pectin and Sucrose
Concentrations. EKSAKTA [Internet]. 30Nov.2017 [cited
15May2019];18(02):164-72.
[76]. Syafei N. Riset Material ANALISA FENOMENA KOROSI PELAT
PIPA BAJA KARBON API 5L-X65 DALAM LARUTAN 7900 ML
AIR LAUT DAN 100 ML AMONIAK PADA KONDISI GAS CO2
DAN H2S JENUH PADA SUHU RUANG. EKSAKTA [Internet].
21Apr.2018 [cited 15May2019];19(1):7-3.
[77]. Rizki Saputra M, Sumarmin R. PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRIH
MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP GLUKOSA
DARAH MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN YANG DIINDUKSI
SUKROSA. EKSAKTA [Internet]. 25Apr.2018 [cited
15May2019];19(1):43-5.
[78]. Sanjaya H. DEGRADASI METIL VIOLET MENGGUNAKAN
KATALIS ZnO-TiO2 SECARA FOTOSONOLISIS. EKSAKTA
[Internet]. 25Apr.2018 [cited 15May2019];19(1):91-9.
[79]. Dinata M, Soehardi F. Factor Analysis of Physics Chemistry Waters that
Affects Damage Safety Cliff on the Outskirts of River Siak. EKSAKTA
[Internet]. 30Oct.2018 [cited 15May2019];19(2):46-9.
[80]. Parbuntari H, Prestica Y, Gunawan R, Nurman M, Adella F.
Preliminary Phytochemical Screening (Qualitative Analysis) of Cacao
Leaves (Theobroma cacao L.). EKSAKTA [Internet]. 30Oct.2018 [cited
15May2019];19(2):40-5.
[81]. Sudiarta, I. W. (2009). Biosorpsi ion Cr (III) pada rumput laut
Eucheuma spinosum teraktivasi asam sulfat. Jurnal Kimia (Journal of
Chemistry).
[82]. Sumantri, I., & Afiati, N. (2010). PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
PUPUK KADAR AMONIAK TINGGI DENGAN PROSES
GABUNGAN MICROALGAE DAN NITRIFIKASI-DENITRIFIKASI
AUTOTROFIK. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).
[83]. Sudaryati, N. L. G., Kasa, I. W., & Suyasa, I. W. B. (2012).
Pemanfaatan sedimen perairan tercemar sebagai bahan lumpur aktif
dalam pengolahan limbah cair industri tahu. ECOTROPHIC: Jurnal Ilmu
Lingkungan (Journal of Environmental Science), 3(1)
[84]. Irawati, U., Utami, U. B. L., & Muslima, H. (2016). Pengolahan limbah
cair sasirangan menggunakan filter arang aktif cangkang kelapa sawit
berlapiskan kitosan setelah koagulasi dengan FeSO4. Jurnal Sains dan
Terapan Kimia, 5(1), 34-44.
[85]. Ramdja, A. F., Febrina, L., & Krisdianto, D. (2010). Pemurnian minyak
jelantah menggunakan ampas tebu sebagai adsorben. Jurnal Teknik
Kimia, 17(1).
[86]. Ayustaningwarno, F. (2012). Proses pengolahan dan aplikasi minyak
sawit merah pada industri pangan. Journal VITASPHERE, 2(1), 1-11.
[87]. Netti Herlina, M. H., & ST GINTING, M. H. S. (2002). Lemak dan
minyak. Universitas Utara, Medan.
[88]. Septiana, A., Arienata, F., & Kumoro, A. C. (2013). Potensi jus jeruk
nipis (citrus aurantifolia) sebagai bahan pengkelat dalam proses
pemurnian minyak nilam (patchouli oil) dengan metode
kompleksometri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 257-261.

[89]. Septiana, A., Arienata, F., & Kumoro, A. C. (2013). Potensi jus jeruk
nipis (citrus aurantifolia) sebagai bahan pengkelat dalam proses
pemurnian minyak nilam (patchouli oil) dengan metode
kompleksometri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 257-261.
[90]. Mukimin, A. (2006). Pengolahan limbah industri berbasis logam
dengan teknologi elektrokoagulasi flotasi (Doctoral dissertation,
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro).
[91]. Herman, D. Z. (2006). Tinjauan terhadap tailing mengandung unsur
pencemar Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd)
dari sisa pengolahan bijih logam. Indonesian Journal on Geoscience,
1(1), 31-36.
[92]. Bahri, S. (2017). Pembuatan pulp dari batang pisang. Jurnal Teknologi
Kimia Unimal, 4(2), 36-50.
[93]. Hariyanto, A. (2009). Pengaruh Fraksi Volume Komposit Serat Kenaf
dan Serat Rayon Bermatrik Poliester Terhadap Kekuatan Tarik dan
Impak.
[94]. Suharto, S., Suryanto, S., Priyo, V. T., Sarana, S., Hermawan, I., &
Suwondo, A. (2014). BAHAN ALTERNATIF PEMBUATAN
CANTING BATIK CAP (CBC). Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).
[95]. Sulam, A. L. (2008). Teknik Pembuatan Benang dan pembuatan Kain.
Jakarta, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
[96]. Haroen, W. K., & Wistara, N. (2008). Rayon Filament Properties from
Five Lesser Known Tropical Woods Species. Journal of Agroindustrial
Technology, 18(2).
[97]. Ismayanda, M. H. (2011). Produksi Aluminium Sulfat dari Kaolin dan
Asam Sulfat Dalam Reaktor Berpengaduk Menggunakan Proses
Kering. Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 8(1).
[98]. Widyati, E. (2009). Kajian fitoremediasi sebagai salah satu upaya
menurunkan akumulasi logam akibat air asam tambang pada lahan
bekas tambang batu bara. Tekno Hutan Tanaman, 2(2), 67-75.
[99]. Nilna Minah, F. (2010). Potensi Ganyong (Canna Edulis Kerr) dari
Malang Selatan Sebagai Bahan Baku Bioethanol dengan Proses
Hidrolisa Asam. Spectra, 8(16), 12-22.
[100]. Praja, D. I. (2015). Zat Aditif Makanan: Manfaat dan Bahayanya.
Penerbit Garudhawaca.
[101]. Widyati, E. (2009). Kajian fitoremediasi sebagai salah satu upaya
menurunkan akumulasi logam akibat air asam tambang pada lahan
bekas tambang batu bara. Tekno Hutan Tanaman, 2(2), 67-75.
[102]. Kebijakan, T. S. (2008). Pemanfaatan dan konservasi ekosistem lahan
rawa gambut di Kalimantan. Pengembangan Inovasi Pertanian, 1(2),
149-156.
[103]. Ratnani, R. D. (2009). Bahaya bahan tambahan makanan bagi
kesehatan. MAJALAH ILMIAH MOMENTUM, 5(1).
[104]. Suhardi, B. (2008). Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
[105]. Yudo, S., & Said, N. I. (2005). Pengolahan Air Limbah Industri Kecil
Pelapisan Logam. Jurnal Air Indonesia, 1(1).
[106]. Andaka, G. (2008). Penurunan kadar tembaga pada limbah cair industri
kerajinan perak dengan presipitasi menggunakan natrium hidroksida.
Jurnal Teknologi, 1(2), 127-134.
[107]. Fritz, J. S., & Schenk, G. H. (1987). Quantitative analytical chemistry.
[108]. Hill, R. H., & Finster, D. C. (2016). Laboratory safety for chemistry
students. John Wiley & Sons.
[109]. Young, J. A. (Ed.). (1991). Improving safety in the chemical
laboratory: a practical guide. Wiley.
[110]. Di Raddo, P. (2006). Teaching chemistry lab safety through comics.
Journal of Chemical Education, 83(4), 571.
[111]. Ashwood, E. R., Burtis, C. A., & Tietz, N. W. (2001). Tietz
fundamentals of clinical chemistry. Elsevier,.
[112]. Girolami, G. S., Rauchfuss, T. B., & Angelici, R. J. (1999). Synthesis
and technique in inorganic chemistry: a laboratory manual. University
Science Books.
[113]. Haynes, W. M. (2014). CRC handbook of chemistry and physics. CRC
press.
[114]. Alaimo, P. J., Langenhan, J. M., Tanner, M. J., & Ferrenberg, S. M.
(2010). Safety teams: An approach to engage students in laboratory
safety. Journal of Chemical Education, 87(8), 856-861.
[115]. Alaimo, P. J., Langenhan, J. M., Tanner, M. J., & Ferrenberg, S. M.
(2010). Safety teams: An approach to engage students in laboratory
safety. Journal of Chemical Education, 87(8), 856-861.
[116]. Juditha, C. (2014). Opini Publik terhadap Kasus “KPK Lawan Polisi”
dalam Media Sosial Twitter. Pekommas, 17(2).
[117]. Isra, S., Amsari, F., & Tegnan, H. (2017). Obstruction of justice in the
effort to eradicate corruption in Indonesia. International Journal of
Law, Crime and Justice, 51, 72-83.
[118]. Jamil, A., & Doktoralina, C. M. (2016). The Save KPK Movement: A
Framing Analysis of Coverage in Indonesian News Media Surrounding
the KPK and Police Dispute. Mediterranean Journal of Social Sciences,
7(3 S1), 229.
[119]. Widojoko, J. D. (2017). Indonesia’s anticorruption campaign: Civil
society versus the political cartel. In The Changing Face of Corruption
in the Asia Pacific (pp. 253-266). Elsevier.
[120]. HARIYANTO, D., Heri, S., & Dwi, A. B. Pemberitaan Kasus Novel
Baswedan (Analisis Wacana Pada Pemberitaan Kasus Novel Baswedan
di Antara bengkulu. Com Edisi Januari 2016–Maret 2016) (Doctoral
dissertation, Universitas Bengkulu).
[121]. Widiyati, E. (2006). Penentuan adanya senyawa triterpenoid dan uji
aktivitas biologis pada beberapa spesies tanaman obat tradisional
masyarakat pedesaan Bengkulu. GRADIEN: Jurnal Ilmiah MIPA, 2(1),
116-122.
[122]. Kaswinarni, F. (2008). Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan
Cair Industri Tahu. MAJALAH LONTAR, 22(2).
[123]. Fitria, Y., IBRAHIM, B., & DESNIAR, D. (2008). Pembuatan Pupuk
Organik Cair dari Limbah Cair Industri Perikanan Menggunakan Asam
Asetat dan EM4 (Effective Microorganisme 4). Akuatik: Jurnal
Sumberdaya Perairan, 2(1).
[124]. Husin, A. (2008). Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan
Biofiltrasi Anaerob Dalam Reaktor Fixed–Bed (Master's thesis).
[125]. Ibrahim, B. (2005). Kaji ulang sistem pengolahan limbah cair industri
hasil perikanan secara biologis dengan lumpur aktif. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia, 8(1).
[126]. Puspita, U. R., Siregar, A. S., & Hidayati, N. V. (2011). Kemampuan
tumbuhan air sebagai agen fitoremediator logam berat kromium (Cr)
yang terdapat pada limbah cair industri batik. Berkala Perikanan
Terubuk, 39(1).
[127]. Widijanto, H., Syamsiyah, J., & Ferela, B. D. I. (2013). Efisiensi
serapan p tanaman kentang pada tanah andisol dengan penambahan
vermikompos. Sains Tanah-Journal of Soil Science and
Agroclimatology, 5(2), 67-74.
[128]. WITJAKSO, A. (1997). STUDI PERANCANGAN PENGONTROL
NEURO-FUZZY PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
[129]. Saputro, M. (2010). Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Kacang Tanah
(Arachis hypogaea) dengan Aktivator Asam Sulfat (Doctoral
dissertation, Undip).
[130]. Juwita, R., Syarif, L. R., & Tuhuloula, A. (2012). Pengaruh jenis dan
konsentrasi katalisator asam terhadap sintesis furfural dari sekam padi.
Jurnal Konversi UNLAM, 1(1), 34-38.
[131]. Sitorus, M., Ibrahim, S., Nurdin, H., & Darwis, D. (2009).
Transformation of Ricinoleic of Castor Oil into Linoleic (Omega-6) and
Conjugated Linoleic Acid by Dehydration. Indonesian Journal of
Chemistry, 9(2), 278-284.
[132]. Setiawan, A., Dewi, A. K., & Mukhlis, M. (2019). PENGARUH
SURFACE TREATMENT TERHADAP KETAHANAN KOROSI
BAJA KARBON TERCOATING ZINC FOSFAT PADA MEDIA
ASAM SULFAT. Jurnal Teknologi, 11(1), 57-66.
[133]. Bahri, S. (2007). Penghambatan korosi baja beton dalam larutan garam
dan asam dengan menggunakan campuran senyawa butilamina dan
oktilamina. GRADIEN: Jurnal Ilmiah MIPA, 3(1), 231-236.
[134]. Budimarwanti, C., & Handayani, S. (2010, October). Efektivitas
Katalis Asam Basa Pada Sintesis 2-hidroksikalkon, Senyawa yang
Berpotensi Sebagai Zat Warna. In Prosiding Seminar Nasional Kimia
dan Pendidikan Kimia 2010.
[135]. PUTRA, M. A. (2017). STUDI KULTIVASI DENGAN VARIASI pH
DAN EKSTRAKSI LIPID MIKROALGA Spirulina sp SEBAGAI BAHAN
BAKU BIODIESEL (Doctoral dissertation, POLITEKNIK NEGERI
SRIWIJAYA).
[136]. SARI, V. P. (2016). Karbon Aktif dari Biji Alpukat sebagai Adsorben
Logam Besi (Fe) dalam Air Limbah (Doctoral dissertation,
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA).
[137]. Dwipa, I. B. M. A., Nurlita, F., & Tika, I. N. (2017). OPTIMASI
PROSES ESTERIFIKASI ASAM SALISILAT DENGAN n-
OKTANOL. Wahana Matematika dan Sains: Jurnal Matematika,
Sains, dan Pembelajarannya, 8(1), 1-11.
[138]. Luthfi, A. (2014). PENGARUH SUHU DAN WAKTU OPERASI
TERHADAP PEMBUATAN PUPUK CAIR KALIUM SULFAT DARI
ABU CANGKANG KELAPA SAWIT (Doctoral dissertation, Politeknik
Negeri Sriwijaya).
[139]. Laos, L. E., Masturi, M., & Yulianti, I. (2016, October). Pengaruh
Suhu Aktivasi Terhadap Daya Serap Karbon Aktif Kulit Kemiri. In
PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIKA (E-JOURNAL) (Vol. 5, pp.
SNF2016-MPS).
[140]. Rachim, P. F., Mirta, E. L., & Thoha, M. Y. (2012). Pembuatan
surfaktan natrium lignosulfonat dari tandan kosong kelapa sawit dengan
sulfonasi langsung. Jurnal Teknik Kimia, 18(1).
[141]. Furi, T. A., & Coniwanti, P. (2012). Pengaruh perbedaan ukuran
partikel dari ampas tebu dan konsentrasi natrium bisulfit (NaHSO3)
pada proses pembuatan surfaktan. Jurnal Teknik Kimia, 18(4).
[142]. Pramono, E., Wicaksono, A., & Wulansari, J. (2012). Pengaruh Derajat
Sulfonasi terhadap Degradasi Termal Polistirena Tersulfonasi.
Indonesian Journal of Applied Physics, 2(2), 1-7.
[143]. Syamsu, K., Suryani, A., & Putra, N. D. (2004). Kajian Pengaruh
Konsentrasi H2SO4 dan Suhu Reaksi pada Proses Produksi Surfaktan
metil Ester Sulfonat (MES) dengan Metode Sulfonasi. Journal of
Agroindustrial Technology, 14(2).
[144]. Hidayati, S., Gultom, N., & Hestuti, E. (2012). Optimasi Produksi
Metil Ester Sulfonat dari Metil Ester Minyak Jelantah. Reaktor, 14(2),
165-172.
[145]. Hidayat, S., Leonardo, C., KARTAWIDJAJA, M., ALAMSYAH, W.,
& RAHAYU, I. (2016). SINTESIS POLIANILIN DAN
KARAKTERISTIK KINERJANYA SEBAGAI ANODA PADA
SISTEM BATERAI ASAM SULFAT. Jurnal Material dan Energi
Indonesia, 6(01).
[146]. Qomariyah, S. N. (2011). Pengembangan Sensor Alkohol dari Bahan
Polipirol Konduktif dengan Variasi Konsentrasi Dopan Fluoroborat
(Doctoral dissertation).
[147]. FARIDA, E. N. PENGARUH VARIASI KONSENTRASI DAN pH
ASAM LARUTAN NATRIUM LAURIL SULFAT TERHADAP
PROSES PEMISAHANNYA PADA MEMBRAN SELULOSA
ASETAT.
[148]. Wilandari, S. (2015). PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG
LILIN (MUSA ZEBRINE VAN HOUTTE) SEBAGAI BAHAN BAKU
PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE (Doctoral dissertation,
Politeknik Negeri Sriwijaya).
[149]. Setianingsih, E. (2014). Karakteristik Struktur, Sifat Optik dan Sifat
Listrik Film Tipis Polianilin Doping H2So4 yang Ditumbuhkan dengan
Metode Spin Coating (Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Semarang).
[150]. Gautama, R. S. (2012). Pengelolaan Air Asam Tambang. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
[151]. Andaka, G. (2011). Hidrolisis ampas tebu menjadi furfural dengan
katalisator asam sulfat. Jurnal Teknologi, 4(2), 180-188.
[152]. Said, M. (2009). Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan
Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida
(PAC). Jurnal Penelitian Sains, 9(12), 38-43.
[153]. Yulianto, A., Hakim, L., Purwaningsih, I., & Pravitasari, V. A. (2009).
Pengolahan limbah cair industri batik pada skala laboratorium dengan
menggunakan metode elektrokoagulasi. Jurnal Teknologi Lingkungan
Universitas Trisakti, 5(1), 6-11.

Anda mungkin juga menyukai