Anda di halaman 1dari 4

Berikut 11 daftar pasal kontroversial RUU KUHP yang dirangkum detikcom:

1. Hukum Adat

Hukum adat menjadi salah satu pasal RUU KUHP yang kontroversi karena pelanggaran
hukum adat di masayarakat bisa dipidana. Hal ini masuk dalam pasal nomor 2.

2. Kebebasan Pers dan Berpendapat

Dalam pasal kontroversial RUU KUHP nomor 218 ayat 1 tertulis bahwa setiap orang yang
menyerang kehormatan atau harkat dan martabat diri Presiden atau Wakil Presiden dapat
dipidana. Bahkan hukumannya paling lama 3 tahun, 6 bulan.

3. Aborsi

Tindakan aborsi diatur dalam pasal kontroversial RUU KUHP nomor 251, 470, 471, dan 472.
Prinsipnya, semua bentuk aborsi adalah bentuk pidaha dan pelaku yang terlibat bisa dipenjara
kecuali bagi korban pemerkosaan, termasuk tenaga medisnya tidak dipidana.

4. Kumpul Kebo

Pasal RUU KUHP tentang kumpul kebo diatur dalam pasal 417 ayat 1. Dalam pasal tersebut,
tertulis bahwa setiap orang yang melakukan persetubuhan dengan orang yang bukan suami
atau istrinya dipidana karena perzinahan dengan penjara paling alam 1 tahun atau denda
kategori II.

5. Memelihara Hewan

Seseorang yang memelihara hewan tanpa pengawasan sehingga bisa membahayakan orang
atau hewan lainnya dapat dipidana paling lama 6 bulan. Hal itu tertuang dalam pasal RUU
KUHP nomor 340 RUU KUHP.

6. Gelandang Didenda Rp 1 Juta

Pasal Kontroversial RUU KUHP lainnya, mengenai denda yang diberikan pada gelandangan
sebesar Rp 1 juta, Aturan ini terdapat dalam Pasal nomor 432.

7. Alat Kontrasepsi

Dalam Pasal Kontroversial RUU KHUP nomor 414 menyebutkan, setiap orang yang secara
terang-terangan, mempertunjukan, menawarkan, menyiarkan tulisan, atau menunjukkan alat
kontrasepsi kepada anak diancam pidana atau denda. Tercatat, perbuatan tersebut dapat
dipidana paling lama enam bulan.

8. Korupsi

Bagi pelaku korupsi dalam pasal kontroversial RUU KUHP hanya dipidana selama dua
tahun. Hukuman ini lebih ringan dibandingkan dalam KUHP yang lama, yakni hukuman
paling sedikit enam tahun penjara.
9. Penistaan Agama

Dalam Pasal RUU KUHP 313 tentang penodaan agama seseorang bisa dipidana selama 5
tahun lamanya. Hal itu berlaku bagi orang yang menyiarkan, menunjukan, menempelkan
tulisan, gambar, atau rekaman, serta menyebarluaskannya melalui kanal elektronik

10. Santet

Tindakan santet bagi orang yang menawarkan jasa praktik ilmu hitam bisa diancam pidana.
Hal itu tertuang dalam Pasal Kontroversial RUU KUHP 252.

11. Pencabulan Sesama Jenis

Pasal kontroversial RUU KUHP yang terakhir, adalah pencabulan yang terdapat pada Pasal
421. Dalam draft aturan tersebut, makna pencabulan diluaskan kepada sesama jenis.
Berikut ini 26 persoalan RUU KPK seperti dirangkum :
1. Pelemahan independensi KPK, bagian yang mengatur pimpinan adalah penanggung
jawab tertinggi dihapus.
2. Dewan pengawas lebih berkuasa daripada pimpinan KPK.
3. Kewenangan dewan pengawas masuk pada teknis penanganan perkara.
4. Standar larangan etik dan antikonflik kepentingan untuk dewan pengawas lebih
rendah dibanding pimpinan dan pegawai KPK.
5. Dewan pengawas untuk pertama kali dapat dipilih dari aparat penegak hukum yang
sedang menjabat yang sudah berpengalaman minimal 15 tahun.
6. Pimpinan KPK bukan lagi penyidik dan penuntut umum sehingga akan berisiko pada
tindakan-tindakan pro justicia dalam pelaksanaan tugas penindakan.
7. Salah satu pimpinan KPK setelah UU ini disahkan terancam tidak bisa diangkat
karena tidak cukup umur atau kurang dari 50 tahun.
8. Pemangkasan kewenangan penyelidikan.
9. Pemangkasan kewenangan penyadapan.
10. Operasi tangkap tangan (OTT) menjadi lebih sulit dilakukan karena lebih rumit
pengajuan penyadapan dan aturan lain yang ada di UU KPK.
11. Terdapat pasal yang berisiko disalahartikan seolah-olah KPK tidak boleh melakukan
OTT seperti saat ini lagi.
12. Ada risiko kriminalisasi terhadap pegawai KPK terkait penyadapan karena aturan
yang tidak jelas dalam UU KPK.
13. Ada risiko penyidik PNS di KPK berada dalam koordinasi dan pengawasan penyidik
Polri karena Pasal 38 ayat (2) UU KPK dihapus.
14. Berkurangnya kewenangan penuntutan, dalam pelaksanaan penuntutan KPK harus
berkoordinasi dengan pihak terkait tetapi tidak jelas siapa pihak terkait yang
dimaksud.
15. Pegawai KPK rentan dikontrol dan tidak independen dalam menjalankan tugasnya
karena status ASN.
16. Terdapat ketidakpastian status pegawai KPK apakah menjadi Pegawai Negeri Sipil
atau PPPK (pegawai kontrak).
17. Terdapat risiko dalam waktu dua tahun bagi penyelidik dan penyidik KPK yang
selama ini menjadi pegawai tetap.
18. Harus menjadi ASN tanpa kepastian mekanisme peralihan ke ASN.
19. Jangka waktu SP3 selama dua tahun akan menyulitkan dalam penanganan perkara
korupsi yang kompleks dan bersifat lintas negara.
20. Diubahnya Pasal 46 ayat (2) UU KPK yang selama ini menjadi dasar pengaturan
secara khusus tentang tidak berlakunya ketentuan tentang prosedur khusus yang
selama ini menyulitkan penegak hukum dalam memproses pejabat negara.
21. Terdapat pertentangan sejumlah norma.
22. Hilangnya posisi penasihat KPK tanpa kejelasan dan aturan peralihan.
23. Hilangnya kewenangan penanganan kasus yang meresahkan publik.
24. KPK hanya berkedudukan di ibu kota negara.
25. Tidak ada penguatan dari aspek pencegahan.
26. Kewenangan KPK melakukan supervisi dikurangi.

Anda mungkin juga menyukai