Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hakikatnya, sebagai warga Negara yang baik seharusnya kita mengerti dan memahami arti
serta tujuan dan apa saja yang terkandung dalam Identitas Nasional. Identitas Nasional merupakan
pengertian dari jati diri suatu bangsa dan negara, Selain itu pembentukan Identitas Nasional sendiri
telah menjadi ketentuan yang telah di sepakati bersama. Menjunjung tinggi dan mempertahankan
apa yang telah ada dan berusaha memperbaiki segala kesalahan dan kekeliruan di dalam diri suatu
bangsa dan negara sudah tidak perlu di tanyakan lagi.

Identitas Nasional merupakan hal penting yang dimiliki suatu bangsa karena identitas
nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer
disebut dengan kepribadian suatu bangsa. Hal ini diciptakan oleh para pemimpin Republik
diproklamasikan pada tahun 1945.
Seharusnya dalam hal – hal seperti ini, penting untuk kita mengetahui apa itu Identitas
Nasional, karena di zaman yang semakin modern seperti sekarang, banyak anak muda yang mulai
lupa dan acuh tenrhadap Identitas Nasional bangsanya. Itu cukup membuktikan bahwa, tidak
sedikit orang yang acuh dan tidak perduli seolah – olah tidak mempermasalahkan kekliruan yang
terjadi di negaranya, dan yang paling memprihatinkan seolah – olah masyarakat membiarkan itu
semua terjadi karena kurangnya pemahaman akan pentingnya Identitas Nasional bagi kehidupan
bangsanya. Disinilah peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bagi masyarakat..
Warga negara haruslah tahu apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa ini,
khususnya yang terjadi di dalamnya atau yang terjadi di masyarakat yaitu seperti mengetahui
identitas nasional sangat penting bagi kita demi untuk menjunjung tinggi bangsa kita dan
menggali serta melestarikan identitas nasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Identitas Nasional ?


1.2.2 Apa sajakah unsur-unsur Identitas Nasional menurut UUD 1945?
1.2.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dibentuknya Identitas nasional?
1.2.4 Bagaimana cara kita melestarikan Identitas Nasional ?
1.2.5 Bagaimana hubungan antara Pendidikan Kewarganegaraan dengan Identitas
Nasional suatu bangsa?
1.3 TUJUAN

1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Identitas Nasional


1.3.2 Untuk mengetahui unsur-unsur Identitas Nasional menurut UUD 1945
1.3.3 Untuk mengetahi apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dibentuknya
Identitas Nasional
1.3.4 Untuk mengetahui cara melestarikan Identitas Nasional
1.3.5 Untuk mengetahui hubungan antara Pendidikan Kewarganegaraan dengan
Identitas Nasional suatu bangsa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Identitas Nasional

Identitas Nasional merupakan gabungan dari dua buah kata yaitu Identitas dan Nasional.
Masing-masing diantaranya memiliki arti yang berbeda. Identitas sendiri memiliki arti sebagai
ciri yang dimiliki setiap pihak yang dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan
pihak yang lain, sedangkan Nasional atau Nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang
berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan.
Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu
bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya.
Identitas Nasional juga merupakan Pandangan Hidup Bangsa, Kepribadian Bangsa, Filsafat
Pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi
dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disisni adalah tatanan hukum yang
berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai dasar Negara yang merupakan norma
peraturan yang harus dijunjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa kecuali "Rule of Law ",
yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara,demokrasi serta hak asasi manusia
yang berkembang semakin dinamis di Indonesia. Menurut Koenta Wibisono juga menuturkan
bahwa pengertian identitas nasional sebagai manifestasi akan nilai – nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri khusus sehingga bangsa
tersebut berbeda dengan bangsa lainnya.

2.2 Unsur – Unsur Identitas Nasional menurut UUD


Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu
merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas diantaranya suku bangsa, agama,
kebudayaan, bahasa, wilayah nusantara, ideologi pancasila. Suku bangsa adalah golongan
sosial yang khusus dan bersifat Askriftip (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan
golongan umur dan jenis kelamin.di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau
kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bangsa. Agama termasuk unsur-unsur identitas
nasional karena bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama
yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu,
Budha, dan Kong Hu Cu. Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang
isinya adalah perangkat-perangkat dan model-model pengetahuan yang kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak ( dalam bentuk kelakuan dan benda-
benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Bahasa merupakan unsur
pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang
secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai
sarana berinteraksi antar manusia. Wilayah nusantara yaitu wilayah Indonesia yang terdiri dari
beribu-ribu pulau yang terbentang di khatulistiwa. Terakhir, ideologi Pancasila sebagai ideologi
dan dasar negara.
Dari unsur - unsur identitas Nasional tersebut diatas dapat dirumuskan pembagiannya
menjadi 3 bagian yaitu identitas fundamental yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa,
Dasar Negara, dan Ideologi Negara. Identitas instrumental, yang berisi UUD 1945 dan Tata
Perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan "
Indonesia Raya" dan Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, dan agama, serta kepercayaan ( agama).
Para pendiri Negara ( founding father) telah membuat dan menyepakati kelahiran sebuah
identitas nasional. Khususnya yang terkait dengan identitas instrumental. Adapun tentang
unsur-unsur identitas nasional ini juga telah dimuat secara resmi dalam UUD 1945. Dalam pasal
35 sampai dengan 36 C yang termasuk kedalam identitas nasional dimana pasal 35 UUD 1945
dijelaskan bahwa bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih. Pasal 36 menegaskan
bahwa bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia. Pasal 36A menjelaskan bahwa lambang Negara
kita adalah Garuda Pancasila. Sebuah identitas nasional yang sangat gagah dengan
semboyannya yaitu Bhineka tunggal Ika. Walaupun berbeda - beda tetap satu jua. Pasal 36
B menegaskan bahwa lagu Kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya. Dari pasal-pasal UU
diatas dapat kita ketahui bahwa kekayaan bangsa Indonesia sendiri merupakan Identitas
Nasional-nya.

2.3 Faktor – Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Proses pembentukan bangsa negara membutuhkan identitas-identitas untuk menyatukan
masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas
bersama suatu bangsa menurut Ramlan Surbakti (1999) meliputi primordial, sakral, tokoh,
kesediaan bersatu dalam perbedaan, sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan
(Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, faktor-faktor primordial ini meliputi: kekerabatan (darah
dan keluarga), kesamaan suku bangsa, daerah asal (home land), bahasa dan adat istiadat. Faktor
primodial merupakan identitas yang khas untuk menyatukan masyarakat Indonesia sehingga
mereka dapat membentuk bangsa negara. Kedua, praktik keagamaan, yaitu ritual yang
didasarkan pada keyakinan individu dan dipraktekan secara kolektif. Unsur keimanan
berkontribusi penting pada motivasi untuk berpartisipasi pada ritual yang dijalani secara
kolektif berdasarkan sistem keyakinan yang sama. Ketiga, pemimpin bangsa, yaitu figure atau
tokoh karismatik yang menjadi kebanggaan rakyatnya. Seorang pemimpin bangsa pada
prinsipnya adalah pelayan masyarakatnya. Rakyat merasa diayomi dan bangga pada
pemimpinnya yang dianggap bagian dari dirinya. Keempat, prinsip kesediaan warga bangsa
bersatu dalam perbedaan (unity in deversity). Yang disebut bersatu dalam perbedaan adalah
kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut negara dan pemerintahnya
tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, agamanya. Sesungguhnya
warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga setia pada identitas
primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada pemerintah dan negara, namun mereka
menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang terwujud dalam bangsa negara
di bawah satu pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup bersama di bawah satu bangsa
meskipun berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap warga negara perlu memiliki
kesadaran akan arti pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas bersama yang tujuannya
adalah menegakkan Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan (unity in deversity)
suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility). Kelima, sejarah bangsa, yaitu
narasi masa lalu suatu bangsa yang membentuk memori kolektif masyarakat yang hidup di
jaman sekarang. Kesamaan asal usul atau nenek moyang juga bagian dari sejarah yang dapat
membentuk solidaritas (rasa kebersamaan) dan identitas kolektif. Keenam, perkembangan
ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan profesi sesuai dengan aneka
kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat, semakin saling
tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan saling bergantung dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan anggota masyarakat karena
perkembangan ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.
Solidaritas yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh Emile Durkheim disebut
Solidaritas Organis. Faktor ini berlaku di masyarkat industri maju seperti Amerika Utara dan
Eropa Barat. Terakhir, lembaga-lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu
seperti birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga-lembaga itu
melayani dan mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul dan golongannya
dalam masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai satu
bangsa. Berdasarkan faktor – faktor pembentuk Identitas Nasional diatas, pembentukkan
Identitas Nasional tidak semudah yang dibayangkan karena banyak faktor yang mempengaruhi
sehingga menghasilkan Identitas Nasional tersebut.
2.4 Cara Untuk Melestarikan Identitas Nasional

Identitas suatu bangsa yang merupakan faktor penting untuk menetukan jati diri sebuah
bangsa ataupun megara yang pada prinsipnya identitas itulah yang sedikit banyak menandakan
eksistensi sebuah bangsa di lingkungan internasional perlu dilestarikan. Berdasarkan dari
konsep tersebut, sangat penting bagi setiap bangsa untuk mampu mempertahankan jati diri
nasionalnya demi menjaga eksistensi bangsa terutama dalam meningkatkan aspek harga diri
serta kehormatan bangsa tersebut. Di era globalisasi seperti sekarang, menuntut penyesuaian-
penyesuaian strategis bagi setiap negara atau bangsa agar dapat mempertahankan eksistensinya
sebagai sebuah negara yang benar-benar berdaulat di mata dunia. Demikian halnya dengan
identitas nasional suatu bangsa agar tidak mengalami pergeseran nilai.

Demi mewujudkan hal tersebut, sebagai warga negara yang ingin mempertahankan
eksistensi identitas nasional bangsanya, banyak hal yang bisa kita lakukan. Mulai dari hal yang
besar hingga hal kecil sekali pun, seperti mengembangkan nasionalisme sebagai pemicu
kebangkitan kembali dari budaya yang telah memberi identitas sebagai anggota dari masyarakat
bangsa- bangsa. Secara umum, nasionalisme dipahami sebagai kecintaan terhadap tanah air,
termasuk segala aspek yang terdapat didalamnya. Dari pengertian tersebut ada beberapa sikap
yang bisa mencerminkan sikap nasionalisme, diantaranya menggunakan barang – barang hasil
bangsa sendiri, karena bisa menumbuhkan rasa cinta dan bangga dengan hasil tangan kreatif
penduduknya, menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini,
bertujuan untuk membangkitkan jiwa nasionalisme, serta berprestasi dalam semua bidang
bertujuan untuk menambahkan rasa bangga dan sikap rela berkorban demi bangsa. Kemudian
dengan menambahkan pendidikan nasionalisme ke dalam pembelajaran sehari-hari.
Ada tiga aspek penting yang tidak dapat dilepaskan dalam konteks nasionalisme yaitu :
a. Politik. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghilangkan dominasi politik bangsa
asing dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat.
b. Sosial ekonomi. Nasionalisme Indonesia muncul untuk menghentyikan eksploitasi
ekonomi asing dan membangun masyarakat baru yang bebas dari kemeralatan dan
kesengsaraan.
c. Budaya. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan kembali kepribadian bangsa
yang harus diselaraskan dengan perubahan zaman.
Selain itu, memberikan pendidikan pembinaan jati diri bangsa dengan basis nasionalisme
mempunyai peran yang besar didalam melestarian Identitas Nasional. Pendidikan Pembinaan
jati diri bangsa indonesia dapat dilaksanakan melalui jalur formal maupun informal. Melalui
jalur formal jati diri bangsa Indonesia dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan
nasional mempunyai peran yang sangat besar didalam pembentukan jati diri bangsa Indonesia.
Salah satu kenyataan bangsa Indonesia ialah memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam
dengan jumlah suku bangsa yang ratusan dengan budayanya masing-masing merupakan
kekayaan yang sangat berharga didalam pembentukan bangsa Indonesia yang multikultural.
Didalam upaya pembentukan dan mempertahankan jati diri bangsa, peran pendidikan
sangat efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan keinginan untuk mengembangkan
kekayaan nasional dari masing-masing budaya lokal . Hal ini sejalan dengan penuturan
Syamhalim dalam tulisannya yang ditampilkan di blog-nya bahwa salah satu upaya untuk
mengembalikan dan mengembangkan identitas nasional adalah melalui bidang pendidikan.
Socrates menegaskan bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan manusia kearah
kearifan (wisdom), pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct), (Zaim. 2007).
Ada dua fenomena mengapa pendidikan adalah yang pertama dan utama . Pertama, ketika
Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yang pertama Sputnic pada 4 Oktober 1957,
Amerika Serikat “meradang”. Amerika adalah negara besar dengan kemampuan teknologi yang
paling maju merasa didahului oleh Uni Sovyet. Presiden AS ketika itu memerintahkan untuk
membentuk special unit. Tim ini tidak berkeinginan untuk menandingi Uni Sovyet, tetapi
tugasnya adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang Pendidikan
Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dengan bekerja keras dalam waktu yang singkat tim
tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan AS
dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi dan harus direvisi. Amerika pun mulai
melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan dimensinya. Mulai dari kurikulum,
mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan sampai pada sistem evaluasi pendidikan.
Usaha mereka dengan sangat cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Pada tanggal 14
Juli 1969 mereka berhasil meletakkan manusia pertama di permukaan bulan. Hanya dalam
kurun waktu 12 tahun mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu yang relatif
singkat, kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar sampai jenjang perguruan
tinggi. (C. Winfield dan Scoot dalam Zaim. 2007).
Kedua, kejadian yang hampir serupa ketika Jepang telah kalah dalam perang dunia II
dengan dijatuhi bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945.
Jepang praktis lumpuh dalam segala sendi kehidupan. Bahkan Kaisar Jepang waktu itu
menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali tanah dan air. Namun sang
Kaisar langsung memanggil pucuk pimpinan dan bertanya: berapa orang guru yang masih
hidup?. Sebuah pertanyaan sederhana tapi mengandung makna bahwa pendidikan adalah awal
segalanya. Dua fenomena di atas merupakan gambaran nyata dari urgensi pendidikan yang telah
dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan Jepang. Langkah yang mereka ambil telah
membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan pendidikan berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan
bangsa manapun di dunia ini yang mengabaikan pendidikan maka akan mengalami kehancuran
dari bangsanya. Di Indonesia, jauh sebelum Bung Karno menggagas konsep kemerdekaan
Indonesia, elemen bangsa yang berbasis pendidikan seperti R.A. Kartini, HOS Cokroaminoto,
Dr. Soetomo, Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, sudah memikirkan bangsa ini
lewat pendidikan. Tidak lama berselang giliran KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi
sosial dan kependidikan dengan nama Muhammadiyah. Lewat satu Dekade berikutnya KH.
Hasyim Asy’ari ikut mencerdaskan bangsa dengan NUnya. Semua bermuara pada pendidikan.
Hasilnya, semua orang terdidik mulai memikirkan bangsa dan berusaha lepas dari penjajahan .
Dari uraian di atas nampak adanya keterkaitan antara pendidikan dengan kemajuan suatu
bangsa. Warna pendidikan adalah warna suatu bangsa. Identitas nasional yang dikembangkan
melalui pendidikan diharapkan akan memberi harapan positif bagi kemajuan bangsa ini untuk
mempertahankan karakteristiknya sebagai sebuah bangsa yang beradab, bangsa yang santun,
bangsa yang toleran, bangsa yang menghargai perbedaan dan bangsa yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan. Pemantapan identitas nasional melalui dunia pendidikan hendaknya
tidak dilakukan setengah hati dan parsial. Transformasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang
memacu tumbuhnya identitas dan jatiri bangsa perlu sinergi dari pihak-pihak yang berkompeten
di dunia pendidikan terutama guru yang bersentuhan langsung dengan siswa, dan yang perlu
diperhatikan adalah bahwa tugas ini tidak hanya menjadi tugas guru mata pelajaran tertentu saja
misalnya Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi juga semua guru mata pelajaran dengan
pendekatan sesuai karakteristik mata pelajaran yang diampuh. Melalui dunia pendidikan dapat
ditanamkan identitas nasional kepada generasi muda yang merupakan miniatur masyarakat
masa depan.
Pelestarian budaya juga termasuk salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk melestarikan
Identitas Nasional bangsa Seseorang yang di sebut berbudaya adalah seorang yang menguasai
dan berperilaku sesuai dengan nilainilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup
di dalam kebudayaan tersebut . Budaya merupakan salah faktor penentu jati diri bangsa. Pada
pengertiannya, budaya adalah hasil karya cipta manusia yang dihasilkan dan telah dipakai
sebagai bagian dari tata kehidupan sehari-hari . Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan
dalam kehidupan dalam waktu yang lama, akan mempengaruhi pembentukan pola kehidupan
masyarakat, seperti kebiasaan rajin bekerja. Kebiasaan ini berpengaruh secara jangka panjang,
sehingga sudah melekat dan terpatri dalam diri masyarakat. Namun pada kenyataannya budaya
indonesia sekarang ini mulai menghilang karena pengaruh budaya asing yang masuk ke
indonesia, untuk itulah perlu adanya pembangunan kembali jati diri dan budaya bangsa dan
Negara.
Ada dua hal untuk membangunkan jati diri dan budaya bangsa :
a. Merevatalisasi kedaulatan politik, ekonomi dan budaya agar berada pada jalur yang benar
dan sesuai dengan hakikat bangsa yang merdeka sehingga bangsa kita mampu mandiri dan
bermartabat.
b. Mendorong political will penyelenggaraan Negara, baik legislatif maupun eksekutif untuk
membangun dan menjabarkan kembali nilai – nilai dan semangat kebangsaan disetiap hati
nurani rakyat. ,.
Selain pembangunan diatas, pembangunan dalam bangunan-bangunan budaya seperti rumah
adat, dan lain sebagainya juga perlu diperhatikan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya
yang ada di Indonesia
Bela Negara juga dapat kita lakukan untuk melestarikan Identitas Nasional karena dengan
bela negara dapat membangkitkan rasa cinta tanah air. Menurut UUD 1945 Pasal 27 ayat 3
UUD 1945 berbunyi ”setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”, ini membuktikan bahwa bela negara juga menjadi suatu aturan agar setiap warga
negara harus melakukan tindakan bela negara demi ketahanan dan eksistensi sebuah negara.
Pada zaman penjajahan bela negara diartikan dengan cara mengikuti wajib milter dapat
membertahankan negara indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu ketika bangsa indonesia
berhasil mengalahkan para penjajah dan merdeka, konsep bela negara berbuah dalam arti tidak
tertapaku lagi harus mengikuti wajib iliter. Zaman sekarang ini, setiap orang dapat melakukan
bela negara dengan caranya masing-masing, menurut profesinya atau pekerjaannya. Dalam
konsep bela negara diinterpretasikan secara labih luas lagi sehingga meliputi segala bidang
dalam kehidupan bernegara. Dalam upaya pembelaan negara ini, dilakukan secara terpadu dan
disadasarkan atas kecintaan terhadap tanah air dan bangsa. Misalnya, dalam bidang kesehatan
seorang dokter menekuni preofesinya dengan sungguh sehingga dapat membuat ia menjadi
dokter yang handal bukkan hanya di Indonesia namun juga di luar negeri.

2.5 HUBUNGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN IDENTITAS


NASIONAL
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan
pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan
sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan.
Karena di nilai penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jejang
pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar menghasikan
penerus –penerus bangsa yang berompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan
bernegara.
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan
bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus
bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta
seni. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi
luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktif
serta sehat jasmani dan rohani. Ditambah lagi untuk mewujudkan warga negara sadar bela
negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri
dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa. Maka dari itu, pendidikan kewarganegaraan
dikatakan penting untuk dipelajari.

Setiap kali kita mendengar kata kewarganegaraan, secara tidak langsung otak
merespon dan mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran kewarganegaraan pada saat
sekolah, dan mata kuliah kewarganegaraan pada saat kita kuliah. Bisa jadi kata
kewarganegaraan di dalam memori otak tersimpan kuat karena setiap tahun dari sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas ada pelajaran kewarganegaraan yang harus dipelajari, dan
ternyata saat kuliah juga ada. Di dalam bangku perkuliahan kita akan mempelajari lebih
dalam seberapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Dalam konteks Indonesia, pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai
pruralisme yakni sikap menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas.
Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional.
Umumnya nilai-nilai yang diajar merupakan dasar untuk melestarikan Identitas Nasional
karena dalam pendidikan kewarganegaraan kita diajarkan untuk mengetahui sejarah
pahlawan, sejarah terbentuknya Negara Indonesia, proses berat yang harus dipikul pahlawan
banga untuk memerdekakan Indonesia. Selain itu, dalam pendidikan kewarganegaraan kita
juga diajarkan untuk peduli pada aturan-aturan yang berlaku, dasar-dasar hukum yang
diterapkan dalam pemerintahan. Itu semua akan memicu kepedulian kita terhadap Identitas
Nasional kita sehingga kita tidak dengan mudah melupakannya begitu saja. Pendidikan
kewarganegaraan seperti tiket emas untuk melestarikan Identitas Nasional karena selain
masyarakat memperoleh ilmu yang berguna bagi masa depannya, rasa memiliki terhadap
Identitas Nasional pun perlahan-lahan akan muncul. Hal itu mengakibatkan, masyarakat lebih
sadar akan adanya Identitas Nasional bangsa yang harus mereka lestarikan. Jika kita tidak
tahu apa itu identitas nasional, kita tidak akan bisa mencintai Indonesia, dengan ini,
sesungguhnya Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untuk diajarkan oleh anak idik
bangsa kita sendiri. Sesungguhnya pendidikan kewarganegaraan tidak hanya harus di ajar
tetapi juga harus di leksanakan, karena pendidikan kewarganegaraan juga membawa ajaran
dari pancasila yang juga harus kita amalkan baik perbuatan atau segala macamnya.
BAB IV

KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai