ii
Diharapkan Panduan ini dapat digunakan sebagai acuan baku bagi para PPK untuk
memberikan pelayanan kesehatan dengan pasien sebagai fokus/sentral pelayanan
kesehatan. Penyempurnaan dan perbaikan Panduan ini akan dilakukan secara
periodik dengan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan di lapangan.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. TUJUAN............................................................................................. 1
B. DEFINISI............................................................................................. 1
BAB II RUANG LINGKUP........................................................................... 3
A. UNIT KERJA TERKAIT PELAKSANAAN ASESMEN PASIEN.... 3
B. KEWENANGAN PELAKSANA........................................................ 3
C. WAKTU PELAKSANAAN................................................................. 3
D. KATEGORI ASESMEN PASIEN....................................................... 4
E. ISI MINIMAL ASESMEN AWAL...................................................... 6
F. ASESMEN ULANG............................................................................. 7
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................... 7
BAB III TATA LAKSANA............................................................................. 9
A. TATA LAKSANA SKRINING INFORMASI...................................... 9
B. TATA LAKSANA ASESMEN MEDIS................................................ 9
C. TATA LAKSANA ASESMEN KEPERAWATAN.............................. 10
D. TATA LAKSANA ASESMEN GIZI..................................................... 10
E. TATA LAKSANA ASESMEN MALNUTRISI..................................... 14
F. TATA LAKSANA ASESMEN PASIEN DENGAN NYERI................ 14
G. TATA LAKSANA ASESMEN RESIKO JATUH.................................. 15
H. TATA LAKSANA ASESMEN TAHAP TERMINAL............................ 15
I. TATA LAKSANA ASESMEN PRA BEDAH........................................ 16
BAB IV DOKUMENTASI................................................................................. 20
JENIS FORM ASESMEN
A. FORM RAWAT JALAN
B. FORM GAWAT DARURAT
C. FORM RAWAT INAP
D. FORM POLI SPESIALIS
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
Asesmen awal dari seorang pasien, baik pasien gawat darurat, pasien rawat jalan,
maupun pasien rawat inap dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
untuk memulai proses pelayanan. Asesmen awal memberikan informasi untuk:
1. Mengumpulkan data yang komprehensif untuk menilai kondisi dan masalah
pasien.
2. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
3. Memiih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
4. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa
5. Melakukan intervensi segera
6. Menetapkan diagnosis awal
7. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
B. Definisi
1. Asesmen Pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat, dietisien
mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk membuat
keputusan terkait :
a. Status kesehatan pasien
b. Kebutuhan perawatan
c. Intervensi
d. Evaluasi
2. Asesmen AwalPasien Rawat Inap adalah tahap awal dari proses dimana
dokter, perawat, dietisien mengevaluasi data pasien dalam 24 jam pertama
sejak pasien masuk rawat inap atau bisa lebih cepat tergantung kondisi
pasien dan dicatat dalam rekam medis
3. Pelaksanaan pasien rawat jalan dengan penyakit akut/non kronis, asesmen
awal diperbaharui setelah 1(satu) bulan
4. Untuk pelaksanaan pasien rawat jalan dengan penyakit kronis, asesmen awal
diperbaharui setelah 3(tiga) bulan
5. Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan adalah tahap awal dari proses dimana
dokter mengevaluasi data pasien baru rawat jalan, bidan melakukan
pengkajian awal kebidanan dan menentukan rencana pelayanan kebidanan
selanjutnya.
1
6. Asesmen Awal Pasien Gawat Darurat adalahpengumpulan informasi
(anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang diagnostik) oleh
dokter, perawat, dan bidan untuk menentukan rencana pelayanan
kegawatdaruratan selanjutnya.
7. Asesmen Ulang Pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter,
perawat, bidan, dietisien mengevaluasi ulang data pasien atas adanya
perubahan yang signifikan atas kondisi klinisnya berdasarkan pelayanan
klinis yang telah diberikan sebelumnya.
8. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien
9. DPJP adalah seorang dokter / dokter gigi yang bertanggung jawab atas
pengelolaan asuhan medis seorang pasien. DPJP juga bertanggung jawab
terhadap kelengkapan, kejelasan dan kebenaran serta ketepatan waktu
pengembalian dari rekam medis pasien tersebut
10. Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan &
kebidanan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang di
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki
ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal
11. Ahli gizi/dietisien adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh Direktur RS untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetic di RS.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
B. Kewenangan Pelaksana
1. Dokter
Dokter adalah dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis lulusan fakultas atau
Universitas yang terakreditasi. Dokter dapat melakukan asesmen berupa anamnesis,
pemeriksaan fisik dan permintaan pemeriksaan penunjang berdasarkan
kompetensinya, dan berdasarkan Panduan Praktik Klinis masing-masing.
2. Perawat/Bidan
Perawat/Bidan yang bekerja di RSU satiti prima husada yang di lengkapi dengan SIK,
STR yang berlaku sesuai kebijakan yang telah ditentukan. Perawat/Bidan dapat
melakukan asesmen berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan
kompetensinya berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan/Kebidanan yang telah
ditetapkan
3. Apoteker
Apoteker dapat melakukan asesmen berupa pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat.
4. Ahli gizi
Ahli gizi melakukan asesmen nutrisi terhadap pasien rawat jalan (di Poli Gizi) dan
pasien rawat inap yang mendapatkan instruksi diet khusus dari dokter DPJP dan juga
dari hasil skrining status gizi pasien dengan menggunakan MST (malnutrition
screening tools) dan pasien diketahui berisiko atas nutrisinya
C. Waktu Pelaksanaan
1. Asesmen awal pasien dilakukan pada saat kontak pertama Pemberi Pelayanan
Kesehatan dengan pasien, di setiap unit pelayanan. Asesmen awal pasien
3
rawat inap harus sudah selesai dilakukan dan dicatat dalam berkas rekam
medis pasien selambat-lambatnya 24 jam sejak pasien masuk rumah sakit.
2. Pelaksanaan pasien rawat jalan dengan penyakit akut/non kronis, asesmen
awal diperbaharui setelah 1(satu) bulan
3. Untuk pelaksanaan pasien rawat jalan dengan penyakit kronis, asesmen awal
diperbaharui setelah 3(tiga) bulan
4. Kerangka waktu untuk melakukan assesmen awal keperawatan IGD antara 15
s/d 30 menit. Apabila di perlukan pemeriksaan penunjang atau konsultasi
spesialistik maka assesmen dapat dilakukan dalam waktu 2 jam.
5. Asesmen yang sebagian atau seluruhnya dibuat di luar rumah sakit, maka
segera dilakukan penilaian ulang atau verifikasi pada saat masuk sebagai
pasien rawat inap, antara lain:
a. Temuan yang bersifat penting sesuai dengan kompleksitas pasien, rencana
pelayanan dan pengobatan
b. Kejelasan diagnosis,
c. Adanya foto radiologi yang diperlukan untuk operasi,
d. Adanya perubahan kondisi pasien, seperti pengendalian gula darah,
identifikasi hasil laboratorium yang penting dan perlu diperiksa ulang.
6. Asesmen yang dibuat di luar RS, apabila pasien masuk rumah sakit melebihi
30 hari, maka asesmen tersebut harus dinilai ulang dan diverifikasi pada saat
pasien masuk rawat inap, untuk memperbarui atau mengulang bagian-bagian
dari asesmen yang sudah lebih dari 30 hari.
7. Asemen ulang dilakukan pada saat pasien masuk rumah Sakit lewat rawat
jalan dan Unit Gawat Darurat, berdasarkan kebutuhan dan kondisinya.
4
keperawatan, dan gizi. Untuk dapat berhasil memberikan terapi / asuhan yang
berorientasi kepada pasien, dalam prakteknya, dokter, perawat dan dietisien harus
memiliki pengetahuan dan keahlian dalam melakukan asesmen pasien. Asesmen
pasien diperoleh dari pasien dan sumber-sumber lain (misalnya: profil terapi obat,
rekam medis, dan lain-lain). Asesmen pasien dibutuhkan dalam membuat keputusan-
keputusan terkait: (a) status kesehatan pasien; (b) kebutuhan dan permasalahan
keperawatan; (c) intervensi guna memecahkan permasalahan kesehatan yang sudah
teridentifikasi atau juga mencegah permasalahan yang bisa timbul dimasa mendatang;
serta (d) tindak lanjut untuk memastikan hasil-hasil yang diharapkan pasien
terpenuhi.
Proses asuhan kepada pasien saling berhubungan/ terjadi kolaborasi antara dokter,
perawat dan gizi. Sulit untuk dimengerti bahwa dokter dapat menyembuhkan pasien
tanpa bantuan asuhan keperawatan dan terapi gizi.
ASESMEN
PASIEN
ASESMEN ASESMEN
ASESMEN GIZI
KEPERAWATAN MEDIS
MENGEMBANGKAN
RENCANA ASUHAN
MELAKUKAN EVALUASI
Dalam asesmen, pasien dan keluarga harus diikutsertakan dalam seluruh proses,
agar asuhan kepada pasien menjadi optimal. Pada saat evaluasi, bila terjadi
perubahan yang signifikan terhadap kondisi klinis pasien, maka harus segera
dilakukan asesmen ulang. Bagian akhir dari asesmen adalah melakukan evaluasi,
umumnya disebut monitoring yang menjelaskan faktor-faktor yang akan
menentukan pencapaian hasil-hasil nyata yang diharapkan pasien.
5
E. Isi Minimal Asesmen Awal
a. Asesmen AwalKeperawatanIGD
1) Identitas Pasien
2) Alergi reaksi
3) Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat penyakit saat ini
c) Riwayat penyakit sebelumnya
d) Riwayat penyakit keluarga
e) Riwayat alergi
f) Status ekonomi
g) Psiko-sosio-spritual
h) Kultural
i) Biologis
j) Resiko cidera jatuh
k) Kebutuhan privasi pasien
l) Status fungsional
4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Pernafasan
c) Kardiovaskuler
d) Persyarafan
e) Penginderaan
f) Perkemihan
g) Pencernaan
h) Muskulos skeletal
i) Lokasi luka
j) Endokrin
k) Risiko nutrisional
l) Personal higienes
m) Resiko cidera jatuh
n) Kebutuhan privasi pasien
o) Status fungsional
p) Asesmen nyeri
q) Kebutuhan edukasi
r) Discharge planing
s) Terapi
6
t) Pemeriksaan penunjang
u) Masalah keperawatan
Asesmen Awal Keperawatan dicatat pada berkas rekam medis
F. Asesmen Ulang
Asesmen ulang didokumentasikan pada lembar SOAP (Subyektif, Obyektif ,
Asesmen, Planning).
1. Bagian subyektif ( S ) : berisi informasi tentang pasien yang meliputi
informasi yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang
penting, atau yang merawat. Jenis informasi dalam bagian ini meliputi:
a. Keluhan/gejala-gejala atau alasan utama pasien datang ke rumah sakit,
menggunakan kata-katanya sendiri (keluhan utama).
b. Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-gejala (riwayat
penyakit saat ini).
c. Riwayat penyakit dahulu (pada masa lampau).
d. Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping (dari pasien,
bukan dari profil obat yang terkomputerisasi).
e. Alergi.
f. Riwayat sosial dan/atau keluarga.
g. Tinjauan/ulasan sistem organ
2. Bagian objektif ( O ) : berisi informasi tentang pemeriksaan fisik, tes – tes
diagnostik dan laboratorium dan terapi obat
3. Bagian asesmen ( A ) : menilai kondisi pasien untuk diterapi.
4. Bagian plan ( P ) : berisi rencana pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan,
rencana terapi yang akan diberikan dan rencana pemantauan khusus yang
akan dilakukan untuk menili perkembangan kondisi pasien.
Dengan format dokumentasi yang sistematik, konsisten dan seragam tersebut maka
lembar SOAP akan menjadikan rencana berbagai asuhan pasien menjadi lebih
efisien. Catatan SOAP adalah format yang akan digunakan pada keseluruhan tindakan
medik, keperawatan dan gizi dalam rencana terapi / terapeutik serta asuhan pasien.
Asesmen ulang keperawatan tersebut dicatat dalam berkas rekam medis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang gawat Darurat
Dokter yang berwenang di unit Gawat Darurat membuat permintaan untuk segera
dilaksanakan pemeriksaan penunjang (cito) meliputi pemeriksaan Laboratorium (
darah lengkap ) dan radiodiagnostik (rontgen,USG) sesuai keperluan. Semua catatan
hasil pemeriksaan penunjang tersebut harus disimpan dalam rekam medis pasien
7
Pemeriksaan Penunjang Rawat Inap
DPJP membuat permintaan untuk dilaksanakan pemeriksaan penunjang
termasuk didalamnya pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, kimia klinik, dll),
pemeriksaan radiodiagnostik (rontgen, USG) sesuai yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosa medis. Semua catatan hasil pemeriksaan penunjang tersebut
harus disimpan dalam rekam medis pasien
8
BAB III
TATA LAKSANA
10
7) Diagnosis Gizi: Dietisien menetapkan diagnosis gizi dari data-data
yang diperoleh. Diagnosis gizi diuraikan atas komponen masalah gizi
(problem), penyebab masalah (Etiologi) dan tanda-tanda atau gejala
adanya masalah (Signs dan Symptoms).
8) Intervensi : Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan
konseling gizi yang meliputi makanan yang boleh dan tidak boleh
dikonsumsi sesuai dengan diagnosis yang telah ditetapkkan
2. Asesmen Gizi Rawat Inap
a. Identitas Pasien: Dietisien menanyakan dan mencatat identitas pasien
b. Skrining Gizi:
1) Ahli gizi mengukur tinggi badan pasien baru dengan mengukur tinggi
badan yang terdapat pada timbangan. Posisi pasien berdiri tegak.
2) Ahli gizi menimbang berat badan pasien dengan timbangan yang
terdapat diruangan.
3) Resiko malnutrisi pasien baru ditentukan dengan perangkat MST (
Malnutrition Screening Tool) yaitu memberikan 2 pertanyaan yang
berhubungan dengan riwayat perubahan berat badan dan asupan
makanan.
a) Langkah pertama : menanyakan apakah ada penurunan berat badan yang tidak
direncanakan, apabila ada diberi skor 2, dan apabila tidak ada diberi skor 0.
Apabila ada penurunan BB sebanyak : 1-5 kg diberi skor 1, 6-10 kg diberi
skor 2, 11-15 kg diberi skor 3, > 15 kg diberi skor 4, tidak yakin diberi skor 2.
Bila pasien tidak tahu atau tidak yakin apakah berat badannya turun, tetapi
baju menjadi lebih longgar / tampak lebih kurus, maka skor 2. Bila pasien
tidak tahu / tidak yakin berat dan turun dan tidak ada perubahan pada
tubuhnya maka skor 0.
b) Langkah kedua : menanyakan apakah ada penurunan nafsu makan. Apabila
ada diberi skor 1, dan apabila tidak ada diberi skor 0.
c) Langkah ke tiga: Menanyakan kepada pasien apakah pasien menderita
penyakit yang meningkatkan kebutuhan gizi karena stress metabolik seperti
salah satu diagnosis penyakit seperti : penyakit kronis dengan komplikasi
diabetes, penyakit ginjal kronik, sirosis hati, PPOK, HD, kanker, strok,
pneumonia, transplantasi sumsum tulang, cedera kepala berat, luka bakar,
bedah digestif, patah tulang pinggul, dll. Apabila ada yang berisiko malnutrisi
di beri skor 2, dan apabila tidak ada di beri skor 0
d) Langkah ke empat : jumlahkan nilai skor 3 pertanyaan diatas, dan menentukan
tingkat resiko malnutrisi.
11
e) Skor < 2 : berarti pasien tidak berisiko malnutrisi
f) Skor >2 :berarti pasien berisiko malnutrisi
5.Pasien yang beresiko masalah gizi dilakukan pengkajian gizi lebih lanjut
dengan mengisi formulir asuhan gizi. Langkah – langkahnya adalah sebagai
berikut :
a. Riwayat Gizi : pola makan, alergi, asupan makanan : Dietesien
menanyakan pola makan pada pasien sebelum sakit, ada atau tidak
mempunyai alergi terhadap makanan tertentu, dan jumlah asupan
makanan sehari sebelum datang ke RS yang meliputi jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi.
b. Riwayat personal : Dietesien menanyakan riwayat penyakit yang
pernah diderita dan keluarga pasien.
c. Antropometri :Dietesien mengukur berat badan dan tinggi badan , atau
LILA dan tinggi lutut , kemudian disimpulkan status gizinya.
d. Biokimia : Dietesien mencatat hasil pemeriksaan laboratorium yang
berhubungan dengan gizi, apabila ada.
e. Fisik/klinis : Dietesien mencatat hasil pemeriksaan fisik/klinis yang
berhubungan dengan gizi, apabila ada.
f. Diagnosis Gizi : Dietesien menetapkan diagnosis gizi dari data – data
yang diperoleh. Diagnosis gizi diuraikan atas komponen masalah gizi
(problem), penyebab masalah (Etiologi) dan tanda – tanda atau gejala
adanya masalah (Signs dan Symptoms).
g. Intervensi : Dietesien memberikan intervensi gizi berupa terapi diet
penyediaan makanan (Jenis diet, Bentuk Makanan,frekuensi
pemberian).
h. Monitoring evaluasi: kegiatan monitoring dan evaluasi gizi yang di
lakukan untuk mengetahui respon pasien/ klien terhadap intervensi
dan tingkat keberhasilnnya.
i. Edukasi Gizi :Dietesien melakukan penyuluhan atau konsultasi gizi
pada pasien beresiko malnutrisi maupun pada pasien yang tidak
beresiko malnutrisi.
13
E. TATA LAKSANA ASESMEN ULANG MAL NUTRISI
Asesmen ulangdidokumentasikan pada lembar CATATAN PEREKEMBANGAN
GIZI (Antropometri , Biokimia , Fisik/klinis , Diet , Asupan intake makanan )
1. Antropometri : Berat badan , tinggi badan , tinggi lutut ( apabila dalam
kondisi tinggi badan tidak dapat diukur ) , lingkar lengan atas (LILA) ,
2. Biokimia : Data biokimia merupakan hasil pemeriksaan laboratorium ,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi , status metabolik , dan
gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah
gizi.
3. Fisik klinis : Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan fisik klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi.
4. Diet : Pemberiaan Diet Sesuai dengan Intervensi gizi.
5. Asupan Intake makanan : Merupakan gambaran asupan zat gizi melalui
food recall selama 24 jam . Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang
merujuk pada DKBM dan nutrysurvey.
F. TATA LAKSANA ASESMEN PASIEN DENGAN NYERI
1. Asesmen Nyeri pada Pasien Dewasa
a. Asesmen Nyeri meliputi:
1) Intensitas nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale) dengan
skala 0 -10 dimana 0 menunjukkan tidak nyeri sama sekali dan 10
adalah nyeri tak tertahankan. 0-3 (ringan) , 4-6 (sedang) , 7-10 (berat)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2) Penjalaran nyeri
3) Karakter nyeri
4) Faktor yang menstimulasi nyeri
2. Asesmen Nyeri pada Pasien Anak
14
G. TATA LAKSANA ASESMEN RESIKO JATUH
1. Penilaian awal dilakukan dirawat jalan/IGD untuk pasien yang akan MRS oleh
perawat yang bertugas dengan menggunakan “ Asesmen Resiko Jatuh Skala
Moorse “ dan pasien anak-anak menggunakaan skala Humpty dumpty. Asesmen
harus sudah ditetapkan dalam waktu selambat-lambatnya 24jam sejak pasien
dirawat di rumah sakit. Asesmen dilakukan oleh dokter penanggungjawab pasien
(DPJP) dan atau perawat (minimal penanggungjawab shift/kepala tim) dengan
menentukan skor resiko jatuh berdasarkan skala.
2. Apabila hasil total skore pasien termasuk resiko sedang atau tinggi, dibuat
masalah keperawatan untuk mencegah terjadinya pasien jatuh.
3. Perawat IGD khususnya pasien yang akan dilakukan rawat inap, rawat jalan pada
pasien yang akan di rawat inap dan ruangan bersalin/ VK akan memasang
penanda berupa kancing berwarna kuning.
4. Setiap pasien harus dilakukan assesmen ulang, bila mengalami perubahan kondisi
fisik atau status mental
15
6. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien,
mengenali dari ekspresi wajah yang ditunjukkan, sedih, depresi atau marah,
dan kehilangan harga diri dan harapan.
7. Perawat harus mengkaji interaksi pasien, karena pada kondisi ini psaien
cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi dan
sering bertanya tentang kondisi penyakitnya, ketidakyakinan dan
keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi
8. Perawat harus bisa mengenali tanda pasien mengisolasi diri, pemberian
dukungan sosial dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu
menemani klien.
9. Perawat harus mengkaji keyakinan pasien akan proses kematian dengan cara
mendekatkan diri kepada Tuhan, memberikan ketenangan melalui keyakinan-
keyakinan spiritualnya.
19
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Rekam Medis
Mendokumentasikan pemeriksaan pasien merupakan langkah kritikal dan penting
dalam proses asuhan pasien. Hal ini umumnya dipahami pelaksana praktek
kedokteran bahwa “ jika anda tidak mendokumentasikannya, anda tidak
melakukannya”. Dokumentasi adalah alat komunikasi berharga untuk pertemuan di
masa mendatang dengan pasien tersebut dan dengan tenaga ahli asuhan kesehatan
lainnya. Saat ini, beberapa metode berbeda digunakan untuk mendokumentasikan
asuhan pasien dan PCP, dan beragam format cetakan dan perangkat lunak komputer
tersedia untuk membantu farmasis dalam proses ini. Dokumentasi yang baik adalah
lebih dari sekedar mengisi formulir; akan tetapi, harus memfasilitasi asuhan pasien
yang baik. Ciri-ciri yang harus dimiliki suatu dokumentasi agar bermanfaat untuk
pertemuan dengan pasien meliputi: Informasi tersusun rapi, terorganisir dan dapat
ditemukan dengan cepat
20
21