ASESMEN PASIEN
RUMAH SAKIT UMUM SATITI PRIMA HUSADA
2019
i
KATA PENGANTAR
Halaman
1. Definisi ............................................................................................ 2
2. Tujuan ............................................................................................. 3
1
20. Pengkajian Asesmen Nyeri .......................................................... 43
21. Pengkajian Asesmen Gizi.............................................................. 51
22. Pengkajian Asesmen Fungsional ................................................... 52
23. Pengkajian Resiko Jatuh................................................................ 52
24. Pengkajian Pelayanan Khusus ....................................................... 53
25. Pengkajian Pasien Resiko Tinggi .................................................. 53
26. Pengkajian Asesmen Pasien Terminal .......................................... 53
27. Pengkajian Discharge Planning .................................................... 54
28. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan........................................... 54
29. Case Manager ............................................................................... 55
30. Keperawatan .................................................................................. 55
31. Profesional Pemberi Asuhan ......................................................... 55
32. Pendidik dan Pelatih ...................................................................... 55
33. Monitoring dan Evaluasi ............................................................... 55
BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................. 56
1. Definisi
Asesmen Pasien adalah tahapan dari proses dimana PPA (Profesional
Pemberi Asuhan) mengumpulkan data dan informasi, menganalisi informasi sehingga
menghasilkan diagnosa, dan membuat rencana
1) Assesmen / Pengkajian Pasien meliputi :
a. Assesmen awal ;
a) Dilakukan di Rawat Jalan, UGD dan Rawat Inap. Berisi Pemeriksaan
: status fisik, psiko-sosio-spiritual, ekonomi, riwayat kesehatan
pasien, riwayat alergi, asesmen nyeri, risiko jatuh, asesmen
fungsional, risiko nutrisional. kebutuhan edukasi dan Perencanaan
Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
b) Menentukan : apakah perlu assemen khusus atau tidak.
c) Menghasilkan : Diagnosa kerja .
d) Pelaksanaan Asesmen awal pasien rawat inap harus selesai dalam
waktu 24 jam atau lebih cepat sesuai dengan kondisi pasienjam sejak
pasien di rawat inap
e) Pelaksanaan pasien rajal dgn penyakit akut /non kronis, asesmen awal
diperbaharui setelah 1 (satu) bulan, riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik tersebut harus diperbaharui dan dicatat pada form
pengkajian awal yang baru.
f) Pelaksanaan pasien rajal dengan penyakit kronis, asesmen awal
diperbaharui setelah 3 (tiga) bulan. , riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik tersebut harus diperbaharui dan dicatat pada form
pengkajian awal yang baru
b. Assesmen ulang :
1) Dilakukan pada interval tertentu :
a) Medik: Setiap visite harian dokter.
b) Keperawatan: Setiap shift jaga perawat.
2) Bila terjadi perubahan kondisi pasien.
3) Untuk menentukan keberhasilan terapi atau untuk memulangkan
pasien .
c. Assesmen tambahan /khusus :Dilakukan sesuai kebutuhan pasien.Semua
hasil assesmen pasien didokumentasikan di Rekam Medik.
3
Asesmen tambahan antara lain untuk:
1) Neonatus
2) Anak
3) Remaja
4) Obsteri/maternitas
5) Geriatri
6) Pasien dengan kebutuhan untuk P3(Perencanaan Pemulangan Pasien)
7) Sakit terminal/menghadapi kematian
8) Pasien dengan rasa sakit kronik atau nyeri (intense)
9) Pasien dengan gangguan emosional atau pasien psikiatris
10) Pasien kecanduan obat terlarang atau alkohol
11) Korban kekerasan atau kesewenangan
12) Pasien dengan penyakit menular atau infeksius
13) Pasien dengan sistem imunologi terganggu
d. Rekam Medik adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentangidentitas
pasien,pemeriksaan,pengobatan,tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien
2. Tujuan
Asesmen awal dari seorang pasien, baik pasien gawat darurat, pasien rawat jalan,
maupun pasien rawat inap dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien
dan untuk memulai proses pelayanan. Asesmen awal memberikan informasi
untuk:
1. Mengumpulkan data yang komprehensif untuk menilai kondisi dan masalah
pasien.
2. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
3. Memiih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
4. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa
5. Melakukan intervensi segera
6. Menetapkan diagnosis awal
7. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
BAB II
RUANG LINGKUP ASESMEN
3. Kewenangan Pelaksana
1) Dokter
Dokter adalah dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis lulusan fakultas atau
Universitas yang terakreditasi. Dokter dapat melakukan asesmen berupa
anamnesis, pemeriksaan fisik dan permintaan pemeriksaan penunjang
berdasarkan kompetensinya, dan berdasarkan Panduan Praktik Klinis masing-
masing.
2) Perawat/Bidan
Perawat/Bidan yang bekerja di RSU Satiti Prima Husada yang di lengkapi
dengan SIK, STR yang berlaku sesuai kebijakan yang telah ditentukan.
Perawat/Bidan dapat melakukan asesmen berupa anamnesis dan pemeriksaan
fisik sesuai dengan kompetensinya berdasarkan Standar Asuhan
Keperawatan/Kebidanan yang telah ditetapkan
3) Apoteker
Apoteker dapat melakukan asesmen berupa pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat.
5
4) Ahli gizi
Ahli gizi melakukan asesmen nutrisi terhadap pasien rawat jalan (di Poli Gizi)
dan pasien rawat inap yang mendapatkan instruksi diet khusus dari dokter
DPJP dan juga dari hasil skrining status gizi pasien dengan menggunakan
MST (malnutrition screening tools) dan pasien diketahui berisiko atas
nutrisinya
4. Waktu Pelaksanaan
1. Asesmen awal pasien dilakukan pada saat kontak pertama Pemberi Pelayanan
Kesehatan dengan pasien, di setiap unit pelayanan. Asesmen awal pasien
rawat inap harus sudah selesai dilakukan dan dicatat dalam berkas rekam
medis pasien selambat-lambatnya 24 jam sejak pasien masuk rumah sakit.
2. Asesmen yang sebagian atau seluruhnya dibuat di luar rumah sakit, maka
segera dilakukan penilaian ulang atau verifikasi pada saat masuk sebagai
pasien rawat inap, antara lain:
a. Temuan yang bersifat penting sesuai dengan kompleksitas pasien, rencana
pelayanan dan pengobatan
b. Kejelasan diagnosis,
c. Adanya foto radiologi yang diperlukan untuk operasi,
d. Adanya perubahan kondisi pasien, seperti pengendalian gula darah,
identifikasi hasil laboratorium yang penting dan perlu diperiksa ulang.
3. Asesmen yang dibuat di luar RS, apabila pasien masuk rumah sakit melebihi
30 hari, maka asesmen tersebut harus dinilai ulang dan diverifikasi pada saat
pasien masuk rawat inap, untuk memperbarui atau mengulang bagian-bagian
dari asesmen yang sudah lebih dari 30 hari.
4. Asemen ulang dilakukan pada saat pasien masuk rumah Sakit lewat rawat
jalan dan Unit Gawat Darurat, berdasarkan kebutuhan dan kondisinya.
ASESMEN
PASIEN
MENGEMBANGKAN
RENCANA ASUHAN
MELAKUKAN EVALUASI
7
umumnya disebut monitoring yang menjelaskan faktor-faktor yang akan
menentukan pencapaian hasil-hasil nyata yang diharapkan pasien.
BAB III
TATA LAKSANA
1. Asesmen Awal
Asesmen awal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani
kondisi yang mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien, stabilisasi
leher dan tulang belakang, menjaga patensi jalan napas, pernapasan,dan sirkulasi.
Asesmen awal harus dilakukan pada saat kontak pertama dengan pasien. Asesmen
awal hendaknya dilakukan dengan cepat dan hanya memerlukan waktu beberapa
detik hingga satu menit. Asesmen awal yang cepat dan tepat akan menghasilkan
diagnosa awal yang dapat digunakan untuk menentukan penanganan yang diperlukan
oleh pasien. Asesmen awal dan diagnosa awal menentukan apakah pasien
membutuhkan pelayanan segera-gawat darurat. Selain itu, asesmen awal dapat
membantu menentukan apakah kondisi pasien kritis, tidak stabil, berpotensi tidak
stabil atau stabil. Asesmen awal dapat membantu menentukan apakah pasien
membutuhkan pelayanan kesehatan gawat darurat, rawat jalan ataupun rawat inap.
Sehingga dengan adanya asesmen awal ini, pelayanan kesehatan terhadap pasien
dapat dilakukan secara optimal. Panduan pelaksanaan asesmen awal adalah sebagai
berikut:
9
ventilasi inisial (jika perlu). Jangan menunda defibrilasi (jika diperlukan)
· Identifikasi dan atasi masalah pernapasan lainnya yang mengancam
nyawa
4. Sirkulasi · Nilai nadi dan mulai Resusitasi Jantung-Paru (RJP) jika
diperlukan:.
1) Jika pasien tidak sadar, nilai arteri karotis
2) Jika pasien sadar, nilai arteri radialis dan bandingkan dengan arteri
karotis
3) Untuk pasien usia < 1 tahun, nilai arteri brakialis.
Atasi perdarahan yang mengancam nyawa dengan memberi tekanan langsung
(direct pressure) dengan kasa bersih · Palpasi arteri radialis. nilai kualitas (lemah/
kuat), kecepatan denyut (lambat, normal, cepat), teratur atau tidak ·
Identifikasi tanda hipoperfusi/ hipoksia (capillary refill, warna kulit, nilai ulang
status kesadaran). Atasi hipoperfusi yang terjadi untuk pasien geriatric. Pada pasien
geriatri seringkali dijumpai denyut nadi yang irreguler. Hal ini jarang sekali
berbahaya. Akan tetapi frekuensi nadi, baik itu takikardi (terlalu cepat) maupun
bradikardi (terlalu lambat) dapat mengancam nyawa.
Asesmen awal dilakukan oleh dokter / perawat yang pertama kali menerima /
menangani pasien.
d) Nilai SAMPLE :
(1) S = sign & symptoms - tanda dan gejala, keluhan utama b. A =
alergi
(2) M = medikasi / obat-obatan
(3) P = penelusuran riwayat penyakit terkait
(4) L = last oral intake / menstrual period - asupan makanan terkini /
periode mestruasi terakhir
(5) E = etiologi penyakit
e) Inisiasi intervensi yang sesuai.
f) Transfer sesegera mungkin.
g) Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh.
h) Lakukan asesmen berkelanjutan
2) Trauma
a) Dilakukan pada pasien, baik sadar maupun tidak sadar, yang
mengalami
mekanisme cedera signifikan untuk mengidentifikasi cedera yang
mengancam nyawa.
1) Kasus Medis
a) Asesmen berfokus pada keluhan utama.
b) Telusuri riwayat penyakit sekarang (onset, pemicu, kualitas,
11
penjalaran nyeri, derajat keparahan, durasi).
c) Nilai SAMPLE.
d) Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
e) Inisiasi intervensi yang sesuai.
f) Transfer sesegera mungkin.
g) Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh.
h) Lakukan asesmen berkelanjutan.
2) Trauma
a) Pemeriksaan berfokus pada area/ bagian tubuh yang mengalami
cedera dengan menggunakan DCAP-BTLS.
b) Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
c) Nilai SAMPLE
d) Inisiasi intervensi yang sesuai.
e) Transfer sesegera mungkin.
f) Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh.
g) Lakukan asesmen berkelanjutan
13
2. Pada pasien stabil · ulangi dan catat asesmen awal setiap 15 menit. Pada
pasien tidak stabil ulangi dan catat asesmen awal setiap 5 menit.
1) Nilai ulang status kesadaran
2) Pertahankan patensi jalan napas
3) Pantau kecepatan dan kualitas pernapasan
4) Nilai ulang kecepatan dan kualitas denyut nadi
5) Pantau warna dan suhu kulit
6) Nilai ulang dan catat tanda vital ·
Ulangi asesmen terfokus sesuai dengan keluhan pasien. Periksa intervensi
1. Pastikan pemberian oksigen adekuat
2. Manajemen perdarahan
3. Pastikan intervensi lainnya adekuat
5. Asesmen Ulang
a. Bagian subyektif ( S ):
Penting untuk melakukan pemeriksaan karena anak atau bayi sering tidak dapat
mengungkapkan keluhannya secara verbal dan amati adanya pergerakan spontan anak
atau bayi terhadap area tertentu yang dilindungi. Tahapan asesmen keperawatan anak
dan neonates
2) B2
Nadi, tensi, CRT
Irama jantung: teratur/tidak teratur, S1/S2tunggal
15
Conjungtiva: anemis ya/tidak
3) B3
Kesadaran: composmentis, somnolen, delirium,apatis, stupor, coma
Istirahat tidur: gangguan tidur banyak siang hari, lebih banyak malam
hari, tidak tidur, tidur terus
Kepala: lingkar kepala, kelainan ada/ tidak ada dan ubun-ubun datar ,
cekung /cembung
4) B4
Kebersihan bersih, kotor, dan secret ada/tidak
Produksi urine, jam, warna (jernih, keruh, bau)
5) B5
Nafsu makan baik, menurun dan frekuensi
Minum jenisnya dan cara minum menetek,peroral, sonde lambung,
muntah, puasa
Anus ada/tidak
BB lahir, MRS, saat ini berapa gram, reflek krooting ada/tidak ada
Kelainan labio schizis, palato schizis, gnatoschizis
6) B6
Pergerakan sendi: bebas, terbatas.
Warna kulit pucat, icterus, sianotik,hiperpigmentasi
Kekuatan otot 0, 1, 2, 3, 4, 5
7) Alat genital
Laki-laki testis sudah/belum turun, rugae jelas/tidak jelas, hipospadi
ada/tidak ada
Perempuan labia mayor sudah menutupi labio minor, labia mayor dan
minor sama menonjol
8) Sosial ekonomi
Biaya perawatan sendiri, perusahaan
Menggendong ya/tidak
7. Asesmen Kebidanan
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien awal rawat inap pemeriksaan
akan dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah kebidanan pada
pasien, antara lain:
17
3) nyeri pada bekas jahitan
4) Nyeri dan tegang payudara karena bendungan ASI
5) Cemas karena belum bisa bertemu bayinya
2. Riwayat Keluhan Apa saja yang pernah dirasakan oleh ibu
3. Riwayat Menstruasi
1) Menarche
2) Siklus
3) Teratur
4) Tidak teratur
5) Lama
6) Volume
7) Keluhan saat haid
4. Riwayat Perkawinan
1) Status b. Berapa kali c. Umur menikah d. Tahun menikah e. cerai
5. Riwayat Obstetri
1) Kehamilan keberapa
2) Umur kehamilan
3) Jenis persalinan
4) Penolong
5) BBL
6) Keadaaan anak sekarang
7) Menyusui
6. Riwayat KB
1) Kapan
2) Jenis
3) Lamanya
7. Riwayat Hamil ini ANC yang sudah dilakukan, keluhan serta tindakan
apa yang sudah didapatkan
8. Riwayat Penyakit yang Lalu Penyakit apa yang pernah diderita oleh ibu
dan mendukung dengan keadaannya sekarang
9. Riwayat Alergi Apakah pernah mengalami alergi
10. Riwayat Penyakit Keluarga Apa saja penyakit yang pernah diderita oleh
keluarga yang berhubungan kasus saat ini yang derita oleh ibu
11. Riwayat Ginekologi Apakah pernah mengalami gangguan
kesehatareproduksi
12. Kebutuhan Bio-psiko-sosial
1) Pola makan
2) Pola minum
3) Pola eliminasi
4) Pola istirahat
5) Psikologi
6) Dukungan social
7) Spiritual
13. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum Meliputi pemeriksaan tekanan darah,
nadi,temperature, pernafasan, keadaan umum pada setiap
kasus.Tekanan darah dan nadi harus diukur setiap seperempat jam
pada periode pemulihan sesaat pasca operasi. Suhu harus diukur
setiap 2 jam (myles, 2009). Suhu yang melebihi 38C pasca
pembedahan hari ke 2 harus dicari penyebabnya. Yakinkan pasien
bebas demam selama 24 keluar dari rumah sakit. Jika ada tanda
infeksi atau pasien demam, berikan antibiotika sampai bebas demam
selama 48 jam( sarwono,2008).
2) Pemeriksaan fisik Dilakukan secara focus sesuai dengan kasus yang
dikerjakan
3) Pemeriksaan kebidanan Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus
kebidanan mulai dari abdomen sampai dengan genetalia
14. Prosedur Invasif Alat yang terpasang saat itu, meliputi : infuse
intravena,central line, dower catether, selang NGT
15. Kontrol Resiko Infeksi apakah mengalami infeksi : MRSA, TB dll dan
tindakan apa yang sudah dilakukan
19
a. Identitas pasien rawat jalan harus selalu dikonfirmasi pada awal pemberian
pelayanan kesehatan.
b. Dokter melakukan asesmen awal dan menentukan apakah pasien bias dilayani
di Instalasi Rawat Jalan atau seharusnya mendapatkan pelayanan segera di
Instalasi Gawat Darurat. Pasien yang harus mendapatkan pelayanan segera
ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.
c. Dokter melakukan asesmen terfokus kasus medis atau trauma sesuai dengan
kondisi pasien.
d. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan atau meminta pasien untuk
menceritakan keluhan yang dirasakan sehingga membuat pasien datang untuk
berobat.
e. Dokter menambahkan atau memberikan pertanyaan- pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan pasien sehingga keluhan pasien menjadi lebih
lengkap dan terperinci
f. Dokter menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat alergi
atau pemakaian obat sebelumnya.
g. Perawat melakukan pengukuran tanda-tanda vital: kesadaran, tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernapasan dan suhu badan serta berat badan,
terutama untuk pasien anak-anak. Apabila perawat atau dokter meragukan
hasil pemeriksaan yang dilakukan maka dokter akan melakukan sendiri
pemeriksaannya.
h. Dokter melakukan asesmen menyeluruh dan terarah sesuai dengan keluhan
pasien.
i. Perawat mengkaji status nyeri dan status psikologis pada setiap pasien rawat
jalan. Pengkajian status nyeri dilakukan berdasarkan asesmen status
nyeriyang telah ditetapkan.
j. Apabila diperlukan, dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan
penunjang baik laboratorium atau radiologi dan pemeriksaan
penunjanglainnya seperti patalogi anatomi dan lain-lain untuk membantu
menegakkandiagnosa penyakit pasien secara lebih pasti.
k. Dokter membuat kesimpulan dari semua informasi yang diperoleh selama
proses rawat jalan berupa diagnosa sementara dan differensial diagnosa.
l. Dokter memberikan pengobatan dan/ atau rencana pelayananan selanjutnya
seperti rawat inap, konsultasi spesialisasi lain atau tindakan lainnya. Untuk
rawat inap, pasien dan keluarga diarahkan ke prosedur pasien rawat inap.
Konsultasi spesialisasi harus dilakukan secara tertulis melalui lembaran
konsultasi dan hasil konsultasi dicatat dalam rekam medis.
m. Tindakan dilakukan setelah adanya persetujuan tindakan medis (informed
consent) dari pasien atau keluarga pasien.
n. Semua informasi diatas wajib diperoleh dari pasien dan/ atau keluarga pasien
dan harus dicatat secara lengkap dan terperinci dalam status rawat jalan dan
didokumentasikan dalam buku rekam medis.
o. Untuk pelayanan kesehatan gigi di Poliklinik Gigi ditambahkan odontogram
dalam rekam medisnya.
Isi Minimal Asesmen Pasien Rawat Jalan Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/ III/ 2008 tentang Rekam
Medis bahwa isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan
kesehatan sekurang-kurangnya memuat
a. Identitas pasien
b. tanggal dan waktu
c. hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit
d. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan
Isi minimal asesmen pasien rawat jalan adalah informasi atau data minimal
yang harus dikaji dari pasien rawat jalan Isi minimal asesmen pasien rawat jalan RSU
Satiti Prima Husada mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 269/MENKES/ III/ 2008 dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah
Sakit(KARS) adalah sebagai berikut
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit, status psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau alergi
obat sebelumnya
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik serta skala nyeri
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
21
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan
a. Pelaksanaan pasien rajal dgn penyakit akut /non kronis, asesmen awal
diperbaharui setelah 1 (satu) bulan, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
tersebut harus diperbaharui dan dicatat pada form pengkajian awal yang baru.
b. Pelaksanaan pasien rajal dengan penyakit kronis, asesmen awal diperbaharui
setelah 3 (tiga) bulan. , riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik tersebut
harus diperbaharui dan dicatat pada form pengkajian awal yang baru
23
rekam medisuntuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari pada sarana pelayanan
kesehatan sekurang-kurangnya memuat
1. Identitas pasien
2. tanggal dan waktu
3. hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
4. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic
5. Diagnosis
6. Rencana penatalaksanaan
7. Pengobatan dan atau tindakan
8. Persetujuan tindakan jika diperlukan
9. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10. Ringkasan pulang (discharge summary)
11. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
12. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, dan
13. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
Isi minimal asesmen pasien rawat jalan RSU Satiti Prima Husada mengikuti
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/ III/ 2008
dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah Sakit(KARS) adalah sebagai berikut
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit, status psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau
alergi obat sebelumnya
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
e. serta penilaian skala nyeri dan manajemennya
f. Diagnosis
g. Rencana penatalaksanaan dan rencana pulang (discharge planning)
h. Pengobatan dan atau tindakan
i. Catatan observasi klinis yang terintegrasi dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (informasi
mengenai penyakit, edukasi kepada keluarga)
l. Persetujuan tindakan bila diperlukan
m. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentuyang memberikan pelayanan kesehatan
n. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
Terbuka spontan 4
Terbuka saat dipanggil/diperintahkan 3
Mata
Terbuka terhadap rangsang nyeri 2
Tidak merespons 1
Orientasi baik 5
Disorientasi / bingung 4
Verbal Jawaban tidak sesuai 3
Suara yang tidak dapat dimengerti (erangan, teriakan) 2
Tidak merespons 1
Mengikuti perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Pergerakan
Menarik diri (withdraw) dari rangsang nyeri 4
Fleksi abnormal anggota gerak terhadap rangsang nyeri 3
25
Ekstensi abnormal anggota gerak terhadap rangsang nyeri 2
Tidak merespons 1
27
Pengukuran alternatif :
29
c) LLA < 23,5 cm = perkiraan IMT < 20 kg/m2
d) LLA > 32 cm = perkiraan IMT > 30 kg/m2
b. Langkah 2 : nilai persentase kehilangan berat badan yang tak
direncanakan
menggunakan tabel di bawah ini, dan berikanlah skor.
c. Langkah 3 : nilai adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita
pasien, dan berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien
sedang mengalami penyakit akut dan sangat sedikit / tidak terdapat
asupan makanan > 5 hari, diberikan skor 2.
d. Langkah 4 : tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2, dan 3
untuk menilai adanya risiko malnutrisi. Skor 0 = risiko rendah Skor 1 =
risiko sedang Skor ≥ 2 = risiko tinggi
e. Langkah 5 : gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi
31
keperawatan berikut ini :
1) Risiko rendah
Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap
minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum
dengan usia > 75 tahun (tiap tahun).
2) Risiko sedang
a) Observasi :
(1) Catat asupan makanan selama 3 hari.
(2) Jika asupan adekuat, ulangi skrining: pasien di rumah sakit
(tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan),
masyarakat umum (tiap 2-3 bulan).
(3) Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan
peningkatan asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program
pemberian nutrisi secara teratur.
3) Risiko tinggi
a) Tatalaksana :
(1) Rujuk ke ahli gizi
(2) Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
(3) Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: pada pasien
di rumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap
bulan), masyarakat umum (tiap bulan).
3. Untuk semua kategori :
a. Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan jenis
makanan.
b. Catat kategori risiko malnutrisi.
c. Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat.
12. Asesmen Risiko Jatuh
a. Faktor predisposisi untuk risiko jatuh :
Intrinsik (berhubungan Ekstrinsik (berhubungan
dengan kondisi pasien) dengan lingkungan)
Dapat diperkirakan Riwayat jatuh sebelumnya Lantai basah/silau, ruang
Inkontinensia berantakan, pencahayaan
Gangguan kurang, kabel longgar /
kognitif/psikologis lepas.
Gangguan Alas kaki tidak pas
keseimbangan/mobilitas Dudukan toilet yang
Usia > 65 tahun rendah.
Osteoporosis Kursi atau tempat tidur
Status kesehatan yang beroda.
buruk Rawat inap
berkepanjangan.
Peralatan yang tidak
aman.
Peralatan rusak
Tempat tidur
ditinggalkan
dalam posisi tinggi.
Tidak dapat Kejang Reaksi individu terhadap
diperkirakan Aritmia jantung obat-obatan.
Stroke atau Serangan
Iskemik Sementara (Transient
Ischaemic Attack-TIA) .
Pingsan
‘Serangan jatuh’ (Drop
Attack)
b. Etiologi jatuh :
a. Ketidaksengajaaan: 31%
b. Gangguan gaya berjalan / keseimbangan: 17%
c. Vertigo: 13%
d. Serangan jatuh (drop attack): 10%
e. Gangguan kognitif: 4%
f. Hipotensi postural: 3%
33
g. Gangguan visus: 3%
h. Tidak diketahui: 18%
i. Asesmen risiko jatuh menggunakan Morse Fall Scale (Skala Jatuh Morse)
sebagai berikut.
skor
faktor risiko Skala poin
pasien
Ya 25
riwayat jatuh
Tidak 0
diagnosis sekunder Ya 15
(≥ 2 diagnosis medis) Tidak 0
Berpegangan pada perabot 30
alat bantu tongkat/alat penopang 15
tidak ada/kursi roda/perawat/tirah baring 0
Ya 20
terpasang infus
Tidak 0
terganggu 20
gaya berjalan Lemah 10
normal/tirah baring/imobilisasi 0
sering lupa akan keterbatasan yang
15
status mental dimiliki
sadar akan kemampuan diri sendiri 0
Total
Kategori :
Risiko tinggi = ≥ 45
Risiko sedang = 25 - 44
Risiko rendah = 0 – 24
35
menghentikannya. Setiap usaha untuk memperpanjang kehidupan pasien
harus diinformasikan kepada pasien/ keluarga, semua informasi tentang
perawatan yang ada serta kemungkinan keberhasilannya. Dokter harus tetap
menghormati keputusan pasien apakah akan memulai atau melanjutkan
suatu terapi
C. Tahap-tahap menjelang kematian
Kubler-Rosa(1969), telah menggambarkan / membagi tahap-tahap menjelang ajal
(dying) dalam 5 tahap,yaitu:
a. Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien tidak siap menerima keadaan yang
sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak.Timbul
pemikiran-pemikiran seperti:“Seharusnya tidakterjadi dengan
diriku,tidak salahkah keadaan ini?”.Beberapa orang bereaksi pada
faseinidengan menunjukkan keceriaan yang palsu (biasanya orang
akan sedih mengalami keadaan menjelang ajal).
b. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam
kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga
menggagalkan cita-citanya. Timbul pemikiran padadiriklien, seperti:
“Mengapa hal ini terjadi dengan diriku kemarahan-kemarahan tersebut
biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek yang dekat dengan pasien,
seperti: keluarga, teman dan tenaga kesehatan yang merawatnya.
c. Tawar menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan
dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi
dengan dirinya. Pada pasien yang sedang dying, keadaan demikian
dapat terjadi, sering kali klien berkata: “Ya Tuhan, jangan dulu saya
mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi sarjana”.
d. Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara
dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk
dengan tenang disamping pasien yang sedang melalui masa sedihnya
sebelum meninggal.
e. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh pasien
dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi
yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila pasien dapat
menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi
dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga
terdekat, menulis surat wasiat, dan sebagainya.
D. Tanda-tanda klinis menjelang kematian
a. Kehilangan tonus otot,yang ditandai :
Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek
menelan.
Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah,
perut kembung, obstipasi, dsbg.
Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
Gerakan tubuh yang terbatas
b. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:
Kemunduran dalam sensasi.
Cyanosis pada daerah ekstermitas.
Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga
dan hidung
c. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
Nadi lambat dan lemah.
Tekanan darah turun.
Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur
d. Gangguan Sensori
Penglihatan kabur.
Gangguan penciuman dan perabaan.
Variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang-kadang
pasien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori
terakhir yang berfungsi sebelum meninggal.
37
a. Hak diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal tiba.
b. Hak mempertahankan harapannya, tidak perduli apapun perubahan yang
terjadi
c. Hak mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan harapannya,
apapun yang terjadi.
d. Hak mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kematian
yang sedang dihadapinya.
e. Hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan
perawatan
f. Hak memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan secara
berkesinambungan, walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah
menjadi tujuan memberikan rasa nyaman
g. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian.
h. Hak untuk bebas dari rasa sakit
i. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur.
j. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga
yang ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya
k. Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat.
l. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil
keputusan yang bertentangan dengan kepercayaan yang dianut.
m. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun artinya
bagi orang lain
n. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati
setelah yang bersangkutan meninggal,
o. Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang profesional, yang dapat
mengerti kebutuhan dan kepuasan dalam mnghadapi kematian.
G. Bantuan pelayanan pada pasien dalam tahap terminal
a. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Emosional
- Fase Denial/ Menolak
Dokter/perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial
dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan
pasien dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya.
- Fase Depresi
Pada fase ini dokter/perawat selalu hadir di dekatnya dan
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika
berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang
disampingnya dan mengamati reaksi-reaksinon verbal dari pasien
sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
- Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada
keluarga dan teman- temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien
telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin
dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya
sendiri sebatas kemampuannya.
39
Untuk pasien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik
dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan
jalan nafas,sedangkan bagi pasien yang tidak sadar, posisi yang baik
adalah dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, pasien dapat dibantu untuk
bergerak,seperti:turun dari tempat tidur,ganti posisi tidur miring kiri,
miring kanan untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara
periodik,jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh
pasien,karena tonus otot sudah menurun.
Nutrisi
Pasien seringkali anorexia,nausea karena adanya penurunan peristaltik
.Dapat diberikan anti emetik untuk mengurangi nausea dan
merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan
protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang,
terjadi dysphagia, dokter perlu menguji reflek menelan klien
sebelum diberikan makanan,kalau perlu diberikan makanan cair atau
IntraVena/Infus.
Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinensia urin danfeses. Obat laxant perlu diberikan
untuk mencegah konstipasi. Pasien dengan inkontinensia dapat
diberikan urinal,pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganti
setiap saat atau dipasang kateter.Harus dijaga kebersihan pada daerah
sekitar perineum,apabila terjadi lecet,harus diberikan salep.
PerubahanSensori
Pasien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, pasien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang.
Pasien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon,
perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-
bisik.
c. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Sosial
Pasien dengan dying lebih baik ditempatkan diruang tersendiri atau
pengawasan, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya,perawat
dapat melakukan:
41
c. Pengkajian gawat darurat harus dilakukan maximal dalam waktu 3 menit sejak
pasien tiba di RSU Satiti Prima Husada atau mengalami kejadian gawat
darurat di RSU Satiti Prima Husada.
d. Hasil pengkajian gawat darurat didokumentasikan di rekam medic dalam
kronologi waktu yang jelas dan menunjang diagnosis kerja serta penanganan
yang dilakukan
43
harus dituliskan sertarencana penanganan pasca operasi (lihat pengkajan
lanjutan ).
D. Pasien tidak dilakukan tindakan pembedahan bilamana pengkajian pasien
belum dilakukan dandidokumentasikan di rekam medic, termasuk proses
untuk mendapatkan pesetujuan tindakan medik(informed- consent) dan
skrining dilakukan oleh unit kamar bedah.
1. Anamnesis
a. Riwayat penyakit sekarang
1) Onset nyeri: akut atau kronik, traumatik atau non-traumatik.
2) Karakter dan derajat Keparahan nyeri : nyeri tumpul, nyeri tajam,
rasa terbakar tidak nyaman, kesemutan, neuralgia.
3) Pola penjalaran/penyebaran nyeri.
4) Durasi dan lokasi nyeri.
5) Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan, baal, kesemutan
mual/muntah. Atau gangguan keseimbangan control motoric.
6) Faktor yang memperberat dan memperingan.
7) Kronisitas.
8) Hasi pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk
respons terapi.
9) Gangguan/kehilangan fungsi akibat nyeri/luka.
10) Penggunaan alat bantu.
11) Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan
aktivitashidup dasar (activity of daily living).
12) Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti
adanya fraktur yang tidak stabil, gejala neurologistprogresif cepat
yang berhubungan dengan sindrom kaudaekuina.
b. Riwayat pembedahan/penyakit dahulu.
c. Riwayat psiko-sosial.
1) Riwayat konsumsi alkohol, merokok, atau narkotika.
2) Identifikasi pengasuh / pcrawat utama (primer) pasien.
3) Identifikasi kondisi tempat tinggal pasien yang
berpotensimenimbulkan eksaserbasi nyeri.
4) Pembatasan/restriksi partisipasi pasien dalam aktivitas sosial,yang
berpotensi menimbulkan stress. Pertimbangkan jugaaktivitas
penggantinya.
5) Masalah psikiatri (misalnya depresi, cerita ingin bunuh diri) dapat
menimbulkan pengaruh negatif terhadap motivasidan operasi pasien
45
dengan program penanganan/manajemennyeri ke depannya. Pada
pasien dengan masalah psikiatri,diperlukan dukungan
psikoterapi/psikofarmako.
6) Tidak dapat bekerjanya pasien akibat nyeri dapat menimbulkanstres
bagi pasien/keluarga.
d. Riwayat pekerjaan.
Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dan rutin, seperti
mengangkat benda berat, membungkuk atau memutar, merupakan
pekerjaan tersering yang berhubungan dengan nyeri Punggung.
c. Comfort Scale
1) Indikasi : pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang rawat
intensif/kamar operasi/ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai
47
menggunakan Numeric Rating Scale Wong-Baker FACES Pain
Scale.
2) Instruksi8 : terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor
1-5, dengan skor total antara 9-45.
a) Kewaspadaan.
b) Ketenangan.
c) Distress pernapasan.
d) Menangis.
e) Pergerakan.
f) Tonus otot.
g) Tegangan wajah
h) Tekanan darah basal.
i) Denyut jantung basal.
COMFORT Scale5
Tanggal /Waktu
Kategori Skor
49
d. Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi
sedang, asesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien
menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau verbal akan rasa nyeri.
e. Asesmen ulang nyeri : dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari
beberapa jam dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut:
1) Lakukan asesmen nyeri yang komprensif setiap kali
melakukanpemeriksaan fisik pada pasien.
2) Dilakukan pada : pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam
setelahtatalaksana nyeri, setiap empat jam (pada pasien yang
sadar/bangun), pasien yang menjalani prosedur menyakitkan,
sebelumtransfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari rumah
sakit.
3) Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan
asesmen ulang setiap 5menit setelah pemberian nitrat atau obat-obat
intravena.
4) Pada nyeri akut / kronik lakukan asesmen ulang tiap 30 menit –
1jam setelah pemberian obat nyeri.
f. Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila
sampaimenimbulkan perubahan tanda vital, merupakan tanda adanya
diagnosismedis atau bedah yang baru (misalnya komplikasi pasca -
pembedahan, nyeri neuropatik).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh.
2) Ukurlah berat badan dan tinggi badan pasien.
3) Periksa apakah terdapat lesi / luka di kulit seperti jaringan parut
akibat operasi, hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas jarumsuntik.
4) Perhatikan juga adanya ketidaksegarisan tulang(malalignment),
atrofi otot, fasikulasi, diskolorasi, dan edema.
b. Status mental
1) Nilai orientasi pasien.
2) Nilai kemampuan mengingat jangka panjang, pendek, dan
segera.
3) Nilai kemampuan kognitif.
4) Nilai kondisi emosional pasien, termasuk gejala-gejala depresi,
tidak ada harapan atau cemas.
c. Pemeriksaan sendi
1) Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan.
2) Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi, perhatikan
adanyaketerbatasan gerak, ndiskinesis, raut wajah meringgis,
atauasimetris.
3) Nilai dan catat pergerakan pasif dari sendi yang
terlihatabnormal/dikeluhkan olehpasien (saat menilai
pergerakanaktif). Perhatikan adanya limitasi gerak, raut wajah
meringis,atau asimetris.
4) Palpasi setiap sendi urituk menilai adanya nyeri.
5) Pemeriksaan stabilitas sendi untuk mengidentifikasi adanya
cedera ligament.
d. Pemeriksaan Motorik
1) Nilai dan catat kekuatan motorik pasien dengan menggunakan
kriteria di bawah ini.
Derajat Definisi
5 Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu
melawan tahanan kuat.
4 Mampu melawan tahanan ringan.
3 Mampu bergerak melawan gravitasi.
2 Mampu bergerak / bergeser ke kiri dan kanan
tetapi tidak mampu melawan gravitas.i
1 Terdapat kontraksi otot (inspeksi / palpasi), tidak
menghasilkan pergerakan.
0 Tidak terdapat kontraksi otot.
e. Pemeriksaan sensorik
Lakukan pemeriksaan : sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum-pin prick),
getaran, dan suhu.
51
Hamstring medial L5
Achilles S1
53
1. Memakai metode SGA ( Subjective Global Assesment ) yang dimodifikasi. Untuk
pasien rawat jalan dan pasien IGD diukur BB, TB dan Lingkar Lengan Atas (
LILA ) untuk pasien yang tidak bias diukur BB, TB nya.
2. Untuk pasien skrining gizi di HCU dilakukan assement lanjut gizi oleh tim
terapi gizi. Status Gizi dinilai dengan menggunakan criteria MUST (
Malnutrition Universal Screening Tool)nuntuk mengidentifikasi dan
menatalaksanakan pasien dewasa yang mengalami gizi buruk, kurang gizi atau
obesitas.
55
1. Gejala seperti mau muntah darin kesulitan pernafasan
2. Faktor-faktor yang meningkatkan dan membangkitkan gejala fisik
3. Manajemen gejala saat ini dan hasil respon pasien
4. Orientasi spiritual pasien dan keluarga dan kalau perlu keterlibatan kelompok
agama
5. Urusan dan kebutuhan spiritual pasien dan keluarga, seperti putus
asa,penderitaan,rasa bersalah atau pengampunan
6. Status psikososial pasien dan keluarga seperti hubungan keluarga,lingkungan
rumah yang memadai apabila diperlukan perawatan di rumah,cara mengatasi,
reaksi pasien dan keluarga atas penyakit pasien
7. Kebutuhan dukungan atau kelonggaran pelayanan (respite services) bagi
pasien,keluarga dan pemberi pelayanan lain
8. Kebutuhan akan alternative atau tingkat pelayanan lain
9. Faktor resiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi
patologis atas kesedihan
Setiap pasien di RSU Satiti Prima Husada memiliki Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan ( DPJP )
Wewenang Dan Tanggung Jawab DPJP
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan kompetensi dan kewenangan klinis
yang diberikan, serta penugasan dari.
2. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan keilmuan kedokteran/
kesehatan di department.
3. Meningkatkan kompetensi profesi sesuai bidang keilmuannya.
4. Melakukan evaluasi dan usulan revisi (bila diperlukan) kepada direktur RSU
Satiti Prima Husada melalui komite medic terhadap peraturan internal staf medis,
standar/ panduan pelayanan medis dan standar prosedur operasional (SPO)
dibidang pelayanan medis.
30. Keperawatan
Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan dan kebidanan
diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan
yang optimal.
57
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Rekam Medis
Mendokumentasikan pemeriksaan pasien merupakan langkah kritikal dan
penting dalam proses asuhan pasien. Hal ini umumnya dipahami pelaksana
praktek kedokteran bahwa “ jika anda tidak mendokumentasikannya, anda
tidak melakukannya”. Dokumentasi adalah alat komunikasi berharga untuk
pertemuan di masa mendatang dengan pasien tersebut dan dengan tenaga ahli
asuhan kesehatan lainnya. Saat ini, beberapa metode berbeda digunakan untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dan PCP, dan beragam format cetakan dan
perangkat lunak komputer tersedia untuk membantu farmasis dalam proses
ini. Dokumentasi yang baik adalah lebih dari sekedar mengisi formulir; akan
tetapi, harus memfasilitasi asuhan pasien yang baik. Ciri-ciri yang harus
dimiliki suatu dokumentasi agar bermanfaat untuk pertemuan dengan pasien
meliputi: Informasi tersusun rapi, terorganisir dan dapat ditemukan dengan
cepat