Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL

PIRANTI LEPASAN ORTODONTI


KELOMPOK TUTORIAL K

1. Astrid Ganadya N.I (161610101101)


2. Pintan Qorina D. (161610101102)
3. Rizky Kurniawan (161610101103)
4. Paramadiva Zefina P. (161610101104)
5. Ajeng N.A (161610101105)
6. Aisya Nurrachma (161610101106)
7. Dhilan Purna Aji (161610101107)
8. Syeifira Salsabila (161610101108)
9. M. Bintang Menara (161610101109)
10. Marisa Icha A (161610101110)

DOSEN TUTOR
drg. Dessy Racmawati, M.Kes Ph.D

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AJARAN 2018/ 2019
BAB 1
SKENARIO

Seorang ibu mengantarkan putra nya kontrol di bagian Ortodonti RSGM Unej.
Peranti ortodonti lepasan yang dipakai sejak 3 bulan yang lalu komponen pasif yaitu
klamer Adams dan busur labial pendek di bagian anterior sudah longgar demikian
juga plat akrilik yang sudah tidak terasa menekan pada gigi gigi lagi. Setiap 2
minggu sekali ibu tersebut mengantarkan putranya untuk melakukan aktivasi pada
komponen aktif yaitu skrup ekspansi sebanyak dua kali putaran. Penderita tersebut
sangat kooperatif karena selalu dilakukan motivasi oleh operatornya, terlihat
adanya kemajuan perawatan yang dapat dilihat pada model progress.
BAB 2

CLARIFYING UNFAMILIAR TERMS

1. Piranti lepasan ortodonti


Alat ortodonti yang dapat dilepas dan dipasang oleh pasien sendiri, terdiri dari
plat akrilik dan kawat, biasa digunakan dalam perawatan utama dalam fase
geligi pergantian dan awal pergantian gigi permanen pada usia 6-16 tahun
2. Skrup ekspansi
Salah satu komponen aktif dari piranti lepas ortodonti untuk memberikan
kekuatan secara terus-menerus pada alat lepasan
3. Model progress
Model untuk evaluasi keberhasilan perawatan ortodonti
4. Aktivasi
Tindakan yang dilakukan pada piranti lepasan ortodonti untuk memberikan
kekuatan pada komponen yang sudah longgar, dilakukan pada komponen aktif,
untuk menggerakkan gigi, diputar menurut aturan, jika memerlukan gaya yang
lebih, maka putaran dibanyakkan.
5. Klamer adams
Salah satu komponen piranti lepasan ortodonti yang berfungsi untuk retensi
alat tersebut, biasanya dipasang di gigi posterior atau molar
6. Busur labial pendek
Salah satu komponen piranti lepasan ortodonti, yang bisa sebagai retensi dan
juga berfungsi sebagai aktif untuk mereduksi overjet(PR overjet dan overbite)
BAB 3

PROBLEM DEFINITION

1. Apa yang dimaksud dengan piranti lepasan ortodonti?


2. Apa fungsi alat ortodonti lepasan pada skenario?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari perawatan ortodonti lepasan?
4. Apa komponen piranti lepasan ortodonti?
5. Apa syarat alat orto lepasan yang baik?
6. Di skenario, alat sudah menjadi longgar, apa yang menyebabkan alat tersebut
longgar?
BAB 4

BRAINSTORMING

1. Apa yang dimaksud dengan piranti lepasan ortodonti?


Alat ortodonti yang dapat dilepas dan dipasang oleh pasien sendiri, sedangkan
yang cekat tidak dapat dilepas karena dipasang secara permanen. Ada aturan
pemakaian supaya alat berfungsi optimal.
2. Apa fungsi alat ortodonti lepasan pada skenario?
Salah satu komponen adalah skrup ekspansi, fungsinya untuk mengekspansi
lengkung gigi kearah transversal, sagittal, atau anterior maupun posterior
tergantung dari jenis skrup dan penempatannya.
Klamer, digunakan untuk retensi dan stabilisasi alat ortodonti lepasan.
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari perawatan ortodonti lepasan?
Indikasi :
1. Pasien kooperatif (dibersihkan sendiri oleh pasien, perawatan adekuat)dan OH
baik
2. Maloklusi skeletal klas 1
3. Jika diperlukan pencabutan, menyisakan diastema/space yang sedikit
4. Pasien usia gigi pergantian atau permanen awal, 6-16 tahun

Kontraindikasi :
1. Bila diperlukan pergerakan bodily, semua bagian gigi bergerak ke posisi yang
baru.
2. Diskrepansi skeletal yang jelas, seperti pada maloklusi klas 2
3. Bila terdapat problema ruangan, misal gigi berdesakan atau diastema yang
parah
4. Apa saja komponen piranti lepasan ortodonti?
1. Baseplate  untuk mendukung alat yang lain, sebagai tempat penanaman
komponen, untuk melindungi pegas didaerah palatal, untuk mencegah
bergesernya gigi geligi yang sesuai tempat.
2. Komponen pasif : bite plane, lingual arch
3. Komponen aktif : auxillary spring, labial arch/bow, skrup expansi, elastic
rubber  memiliki kemampuan untuk menyebabkan perpindahan gigi
4. Komponen retentif : klamer/clasp, kait/hook, busur labial/labial arch dalam
keadaan pasif  memiliki kemampuan untuk mempertahankan gigi yang telah
ditentukan posisinya
5. Komponen penjangkaran : verkeilung, klamer modifikasi  untuk meneruskan
gaya yang diterima komponen aktif, untuk memberikan gaya yang berlawanan
dengan gaya komponen aktif
5. Apa syarat alat orto lepasan yang baik?
1. Syarat biologis, bahan yang digunakan tidak menyebabkan iritasi, alat tersebut
harus dapat memberikan pergerakan gigi yang diinginkan, tidak boleh
mempengaruhi pertumbuhan gigi secara fisiologis
2. Syarat higienis, mudah dibersihkan
3. Syarat mekanis, alat harus dapat menahan tekanan mastikasi, dan mudah
dilepas pasang, agar stabilitas maksimal, plat dibuat seluas mungkin tetapi
tidak mengganggu lidah untuk berbicara
4. Syarat estetis, dapat diterima secara estetis
6. Di skenario, alat sudah menjadi longgar, apa yang menyebabkan alat
tersebut longgar?
Di skenario, dijelaskan bahwa busur labial pendek sudah longgar, berarti
overjet sudah normal, labial bow berfungsi untuk mengkoreksi gigi anterior ke
palatal
Diperlukan aktivasi skrup ekspansi
BAB 5

MAPPING
Piranti Lepasan
Ortodonti

Fungsi Komponen Syarat

Aktif Pasif Retentif Biologis Higienis

Baseplate Penjangkaran Mekanis Estetis

Indikasi dan
Kontraindikasi

Aktivasi

Evaluasi
BAB 6
LEARNING OBJEKTIVE

1. Mahasiswa mampu mengkaji definisi dan fungsi dari piranti ortodonti lepasan
2. Mahasiswa mampu mengkaji syarat piranti ortodonti lepasan yang baik
3. Mahasiswa mampu mengkaji komponen-komponen piranti ortodonti lepasan
4. Mahasiswa mampu mengkaji indikasi dan kontraindikasi piranti ortodonti
lepasan
5. Mahasiswa mampu mengkaji aktivasi dan evaluasi perawatan ortodonti
lepasan
BAB 7

REPORTING/ GENERALISATION

1. Mahasiswa mampu mengkaji definisi dan fungsi dari piranti ortodonti


lepasan
Ortodonti berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu orthos yang berarti
baik, betul dan dons yang berarti gigi. Menurut beberapa ahli seperti Dr. E.H.
Angle dan Noyes, ortodonti adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan gigi-
gigi terhadap perkembangan muka yang bertujuan untuk meratakan atau
membetulkan kedudukan gigi-gigi akibat pertumbuhan yang tidak normal
(Goenharto et al., 2017). Menurut Sulandjari (2008) tujuan perawatan
ortodonti adalah untuk mencegah terjadinya keadaan abnormal dari bentuk
muka yang disebabkan oleh kelainan rahang dan gigi. Perawatan ortodonti
juga memiliki berbagai tujuan lain, diantaranya memperbaiki fungsi
pengunyahan, meningkatkan daya tahan gigi terhadap terjadinya karies
karena terkoreksinya kondisi gigi berdesakan yang rentan terjadinya impaksi
makanan, menghindarkan terjadinya kerusakan jaringan periodontal, serta
memperbaiki fungsi bicara.
Peranti ortodonti lepasan: Alat ortodonti yang dapat dilepas dan dipasang
sendiri oleh pasien untuk dibersihkan tetapi aktivasi tetap dilakukan oleh
dokter gigi sehingga tekanan yang ditimbulkan pada gigi yang akan
dipindahkan dapat terkontrol (Lohakare, 2008).
Klasifikasi alat ortodontik yang paling sederhana yaitu berdasarkan
kemampuan pasien untuk melepas alat ortodontik, yaitu alat lepasan
(removable), alat cekat (fixed), dan alat semi-cekat (semi-fixed). Piranti
ortodontik cekat merupakan alat yang hanya dapat dipasang dan dilepas oleh
dokter yang merawat saja. Alat cekat mempunyai kemampuan perawatan
yang lebih kompleks. Piranti ortodontik lepasan merupakan alat yang dapat
dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien. Untuk itu kedisiplinan pasien dlam
memakai peranti sangat menentukan keberhasilan alat ini.
Menurut Muir dan Reed (1979) perawatan maloklusi dengan alat lepasan
hanya dapat menghasilkan tipe gerakan gigi yang terbatas, yaitu gerakan
tipping. Pasien yang memerlukan pergerakan gigi yang lebih kompleks
memerlukan perawatan ortodontik dengan alat cekat. Perawatan ortodontik
alat cekat meningkatkan resiko terjadinya karies, dekalsifikasi, akumulasi
plak serta memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan alat ortodontik
lepasan. Gerakan rotasi mungkin dapat dihasilkan jika menggunakan
kekuatan kopel, namun gerakan bodily, torqueing apeks dan uprighting
sangat sukar atau tidak mungkin dihasilkan oleh alat penggunaan alat ini
untuk mengoreksi maloklusi yang lebih komplek, sehingga untuk
meningkatkan kemampuannnya, pada beberapa kasus dapat diperluas dengan
penambahan beberapa komponen alat cekat yang dikombinasikan dengan
penggunaan alat lepasan. Pemakaian alat lepasan dapat dilakukan secara
bersamaan atau bergantian pada salah satu atau kedua rahang, sesuai dengan
kasus dan kebutuhan koreksi yang diinginkan (Ditaprilia et al., 2015).

2. Mahasiswa mampu mengkaji syarat piranti ortodonti lepasan yang baik


Biologis
1. Jangan sampai menghambat perkembangan normal rahang.
2. Tidak boleh mengiritasi jaringan rongga mulut dan tidak boleh rusak oleh
sekresi oral.
3. Tidak boleh mengganggu gerakan bibir, pipi dan lidah.
4. Tidak menghasilkan pergerakan gigi yang sudah sejajar dengan benar.
5. Tidak boleh menyebabkan kerusakan pada gigi, tulang atau struktur
jaringan lunak.
Mekanis
1. Tidak tebal dan nyaman dipakai.
2. Ringan tetapi cukup kuat untuk menahan tekanan; tidak mudah aus.
3. Retensi baik untuk fiksasi di posisi yang tepat.
4. Mampu menyebarkan kekuatan di arah yang benar dan memiliki resistensi
penjangkaran yang cukup untuk menginduksi perubahan tulang yang
diperlukan untuk pergerakan gigi ortodontik.
5. Tekanan yang diberikan harus positif dan di bawah kontrol yang tepat.
6. Stabil di mulut sehingga tidak mengganggu fungsi rongga mulut.
7. Mudah diperbaiki.
8. Ekonomis.
9. Mudah dilepas dan dipakai.
Estetis
1. Pelat dasar yang digunakan untuk alat harus memiliki kecocokan warna
dengan mukosa individu.
2. Untuk peralatan fungsional, digunakan bagian transparan seperti resin agar
terlihat bagus secara estetika.
3. Dipangkas dengan baik, selesai dan dipoles.
Higienis
1. Mudah dibersihkan setiap hari.
2. Tidak menyebabkan akumulasi deposit makanan dan kalkulus.
3. Mudah diganti secara rutin jika terjadi diskolorasi
(Lohakare, 2008)(Al-enein, 2018)

3. Mahasiswa mampu mengkaji komponen-komponen piranti ortodonti


lepasan
A. Pelat Dasar /Baseplate
Merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik lepasan, umumnya
berupa plat akrilik, berfungsi untuk (Luther, 2013) :
1. Mendukung komponen-komponen yang lain , seperti tempat
penanaman basis spring, klamer, busur labial dan lain-lain.
2. Meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi
penjangkar.
3. Mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan.
B. Komponen Retentif
Komponen retentif ini bertujuan untuk mempertahankan gigi pada posisi
baru setelah gigi aktif digerakan. Komponen retentif adalah bagian yang
sangat penting dari alat ortho lepasan. Retensi dalam alat removable
diberikan untuk alasan berikut:
1. Kekuatan aktif dari bow, spring, sekrup, dan elastics menimbulkan
rasa sakit
2. Sebuah alat yang longgar tidak nyaman dan jika terus bergerak di
dalam mulut dapat menyebabkan kelelahan logam dan kegagalan
3. Karena alasan di atas, kepatuhan pasien yang buruk tidak akan
menyebabkan pergerakan gigi ysng diharapkan
4. Fiksasi yang baik diperlukan untuk meminimalkan masalah tersebut.
Retensi yang memadai dalam alat removable dibantu oleh komponen
kawat, yang dikenal sebagai clasp atau cangkolan.
Selain itu, juga dapat digunakan untuk menahan ruang terbuka yang telah
dibuat selama perawatan aktif untuk tujuan restoratif. Macam – macamnya
antara lain (Luther, 2013) :
1. Klamer / Clasp
Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen
retentif dari alat ortodontik lepasan. Bagian retensi dari Alat Lepasan
umumnya berupa cangkolan/klamer/clasp dan kait / hook, berfungsi
untuk :
a) Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.
b) Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.
c) Membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage, menghasilkan
kekuatan pertahanan yang berlawanan arah dengan kekuatan
yang dihasilkan oleh bagian aktif untuk menggerakkan gigi.
d) Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai
sebagai komponen retentif pada alat ortodontik lepasan adalah:
 Klamer C / Simple/Buccal Clasp.
Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan
dan kiri tetapi bisa juga pada gigi yang lain. tidak
efektif jika dikenakan pada gigi desidui atau gigi
permanen yang baru erupsi.
 Klamer Adams / Adams Clacp.
Biasanya dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri
serta pada gigi premolar atau gigi anterior. Titik
retentif pada klamer harus terletak dengan baik pada
undercut mesiobukal dan distobukal. Pada anak-anak
dimana mahkota gigi belum erupsi penuh, maka akan
sedikit sulit untuk meletakkannya pada undercut
sehingga perlu untuk memasukkan sedikit di bawah
margin gingiva. Tahap ini dilakukan dengan trimming
model untuk membentuk kontur anatomis mahkota,
sehingga klamer dapat Terletak sedikit jauh untuk
meletakkan undercut di bawah tinggi kontur
 Klamer kepala panah / Arrow Head Clasp
Klamer ini mempunyai bagain yang berbentuk seperti
ujung/kepala anak panah, masuk daerah interdental
membentuk sudut 90° terhadap posisi lengannya.
Indikasi nya antara lain :
i. Untuk memegang lebih dari satu gigi
ii. Dapat dipakai gigi desidui atau permanen
iii. Bentuk modifikasi (kawat tunggal, ring,
triangulair, arrowhea, pinball)
2. Kait / Hook
3. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif)
(Luther, 2013)
C. Komponen Aktif
Komponen aktif alat orthodontik lepasan dirancang untuk mencapai
perpindahan gigi (terutama tipping) melalui komponen aktif, misalnya
kawat pegas, sekrup, dan komponen lain. Komponen aktif mampu
menghasilkan kekuatan untuk gigi bergerak.
1. Pir-pir Pembantu / Auxilliary Springs
2. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow
3. Skrup Ekspansi / Expansion Screw
4. Karet Elastik / Elastic Rubber (Luther, 2013)
D. Komponen Pasif
Komponen pasif alat orthodontik lepasan dirancang untuk
mempertahankan gigi dalam posisi yang telah ditentukan atau sekarang,
misalnya space maintainers, retainers, dan komponen pasif lainnya.
1. Busur Lingual / Lingual Arch / Mainwire
2. Peninggi Gigitan / Biteplane (Luther, 2013)
E. Komponen Penjangkar :
a. Verkeilung,
b. Busur Labial dalam keadaan tidak aktif.
c. Klamer-klamer. dan modifikasinya (Luther, 2013)

4. Mahasiswa mampu mengkaji indikasi dan kontraindikasi piranti


ortodonti lepasan
 Indikasi
Indikasi pemakaian alat ortodonti lepasan antara lain yaitu pasien
kooperatif dengan kebersihan mulut dan geligi dalam kondisi baik,
maloklusi dengan pola skelet kelas 1 degan disertai letak kelainan gigi
berupa jarak gigit besar, gigitan terbalik karena kesalahan inklinasi,
malposisi gigi tetapi akar gigi terletak pada tempat yang benar, kelainan
jurusan buko lingual. Pencabutan yang terencana hendaknya memberi
kesempatan gigi untuk bergerak tipping dalam koreksi maloklusi dan
hendaknya hanya menyisakan sedikit diastema sama sekali , oleh
karena alat ortodonti lepasan tidak efisien untuk menutup diastema sisa
pencabutan (Rahardjo, 2009).
Secara umum indikasinya :
1. Ketika pola kerangka normal dan maloklusi hanya karena
dentoalveolar.
2. Gigi malposisi harus memiliki garis apeks yang cukup baik.
3. Lengkung sempit, crowding ringan, dapat dirawat dengan
peralatan ekspansi sederhana.
4. Crossbite unilateral dan gigi malposisi tunggal serta dapat
dirawat dengan alat yang bisa dilepas.
5. Koreksi gigitan ringan, intrusi gigi seri dan ekstrusi gigi
posterior mungkin dilakukan dengan bite plane.
6. Untuk mempertahankan posisi gigi yang diperbaiki.
7. Untuk mencegah dan efek kebiasaan abnormal. (Lohakare,
2008).
 Kontraindikasi
Kontraindikasi pemakaian alat ortodonti lepasan antara lain yaitu,
adanya diskrepansi skeletal yang jelas, misalmya pada maloklusi kelas
II yang parah, bila dibutuhkan penjangkaran antar maksila, bila
diperlukan pergerakan gigi secara bodily, bila terdapat problema
ruangan yang parah (Rahardjo, 2009).
Secara umum kontraindikasinya :
1. Jika ada skeletal discrepancy.
2. Ada kebutuhan untuk melakukan perawatan di kedua lengkung
atas dan bawah. Misalnya, masalah penjangkaran yang
membutuhkan intermaxillary traction dan perbedaan yang
lebih parah pada lebar atau bentuk lengkung.
3. Adanya malposisi apikal parah atau multipel rotasi.
4. Diperlukan bodily movement.
5. Adanya perbedaan vertikal seperti deep overbite, perbedaan
open bite atau tinggi antar gigi.
6. Adanya crowding parah atau kekurangan ruang severe.
7. Tulang sangat padat dan gerakan gigi memerlukan lebih
banyak waktu. (Lohakare, 2008).

5. Mahasiswa mampu mengkaji aktivasi dan evaluasi perawatan ortodonti


lepasan
1. Aktivasi Finger spring
Finger spring dideformasi pertama kali dalam posisi pasif, untuk
dapat menggerakkan gigi maka finger spring harus dalam posisi aktif
(Foster, 1997). Tekanan yang dihasilkan oleh finger spring harus tepat
sehingga jumlah tekanan yang mengenai gigi-gigi harus dianggap sebagai
tekanan yang mengenai per unit daerah akar. Tekanan yang digunakan
untuk menggerakkan gigi tidak boleh lebih dari 20 g/cm3 karena tekanan
berlebihan akan merusak jaringan periodontal dan menyebabkan
ketidaknyamanan dalam pemakaian alat (Adams, 1991).
Tekanan yang dikeluarkan harus dikontrol secara teratur untuk
menghindari komplikasi perawatan ortodontik. Pengaktifan alat dibuat 11
dengan interval empat minggu (Adams, 1991). Aktivasi pada finger
springdilakukan dengan cara memutar coil dengan besar pembengkokan 3

mm untuk finger spring dengan penampang 0,5 mm dan 1,5 mm untuk


finger spring dengan penampang 0,6 mm (Bhalaji, 2004).

Gambar : Aktivasi Finger Spring (Adams, 1991)

2. Pegas Kantilever Ganda (Pegas Z)


Bila ruangan tidak memungkinkan penempatan pegas kantilever
yang dibengkokkan untuk menggerakkan gigi ke arah labial atau bukal,
pegas kantilever ganda dengan diameter 0,5mm akan lebih sesuai. Lengan
pegas harus selebar mesiodistal insisivi yang digerakkan agar pegas tidak
kaku. Bila lengan pegas kurang panjang, rentang aktivasi sangat terbatas.
Lengan pegas yang kontak dengan gigi terletak di tengah-tengah jarak
serviko-insisal gigi. Pegas harus tegak lurus pada permukaan palatal gigi
yang didorong; kalau tidak maka pegas akan mudah tergelincir dan
menyebabkan gigi intrusi (Devi dkk., 2015).

Pegas kantilever ganda dari kawat 0,5mm (Devi dkk., 2015)

 Aktivasi
Dilakukan pada lengan pegas, mula-mula yang didekat koil yang
jauh dengan gigi, kemudian ujung lainnya yang mengenai gigi
(Devi dkk., 2015).
3. Pegas T
Digunakan untuk mengerakkan gigi premolar (atau kadang-kadang
kaninus) ke bukal. Dibuat dari kawat 0,5mm dengan prinsip mekanika yang
sama dengan pegas kantilever. Karena tidak mempunyai koil, kelenturan
pegas T lebih kecil, sehingga memerlukan defleksi yang kecil agar tidak
menyulitkan pasien sewaktu memasang peranti (Devi dkk., 2015).
Kekuatan yang diberikan oleh pegas T mempunyai dua komponen, yaitu
horizontal dan vertikal. Bila permukaan gigi yang kontak dengan pegas
hampir vertikal (seperti premolar atas), komponen intrusifnya kecil. Tetapi
bila pegas T mengenai bidang miring seperti pada singulum insisivus,
komponen vertikalnya akan lebih besar, sedangkan komponen labialnya
menjadi lebih kecil (Devi dkk., 2015).

Pegas T dari kawat 0,5mm. Aktivasi dilakukan pada lup sehingga pegas
dapat memanjang apabila gigi bergera (Devi dkk., 2015)

 Aktivasi
Dilakukan dengan cara menarik pegas menjauhi lempeng akrilik.
Pegas ini kaku dan hanya perlu diaktivasi sedikit, pegas akan
terletak dalam posisi yang benar sewaktu pasien memasang
peranti. Pegas dapat diperpanjang dengan cara membuka lup pegas
(Devi dkk., 2015).
4. Pegas Bukal
Digunakan pada kaninus yang labioversi untuk digerakkan ke distal
dan palatal. Dibuat dari kawat 0,7mm sehingga memerlukan sedikit deflesi

untuk mendapatkan kekuatan yang diperlukan. Untuk mendapatkan


kelenturan, pegas dibuat sepanjang mungkin, tetapi tidak mengenai
mukosa. Koil terletak tepat di distal dari sumbu panjang gigi. Kaki pegas
turun melalui tengah-tengah mahkota, kemudian melingkarinya, ujungnya
kontak dengan daerah mesial gigi. Kaki distal pegas masuk ke dalam akrilik
melalui titik kontak premolar pertama dan kedua (Devi dkk., 2015).
Pegas Bukal dengan kawat 0,7 mm (Devi dkk., 2015)
 Aktivasi
Aktivasi pegas hanya sebesar 1mm untuk menghindari kekuatan
yang berlebihan. Aktivasi ke distal paling efektif apabila lengan
depan ditarik ke distal, koil ditahan dengan tang pembentuk lup.
Sedangkan untuk ke palatal, lengan di depan koil dibengkokkan ke
arah palatal (Devi dkk., 2015).

5. Pegas Bukal Dengan Lup Terbalik


Digunakan bila sulkus bukal rendah seperti di rahang bawah.
Kelenturan pegas tergantung pada tinggi lup vertikal yang harus dibuat
sebesar mungkin. Pegas ini kaku pada bidang horizontal dan sangat tidak
stabil dalam arah vertikal sehingga jarang digunakan. Dibuat dari
kawat 0,7mm (Devi dkk., 2015).

 Aktivasi
Pegas ini boleh diaktivasi lebih dari 1mm. Caranya adalah dengan
membengkokkan ujung pegas kemudian memotong ujung pegas
sepanjang 1mm (Devi dkk., 2015).

6. Busur Labial Dengan Lup U


Busur labial aktif digunakan untuk menarik insisivi ke lingual.
Busur ini dibuat dari kawat 0,7mm. Kelenturan terutama tergantung pada
tinggi vertikal lup U. Karena kedalaman sulkus terbatas, menyebabkan
busur ini kaku dalam jurusan horizontal tetapi lentur dalam jurusan vertikal
sehingga rasio stabilitasnya tidak baik. Keuntungan busur labial dengan lup
U ini terutama untuk mengurangi jarak gigit yang sedikit atau bila
diperlukan untuk meratakan insisivi, yang dapat digunakan bersama
dengan pegas palatal untuk retraksi kaninus. Busur ini bukan merupakan
retensi yang baik sehingga jangan digunakan sebagai retensi tambahan
apabila masih dimungkinkan menggunakan retensi di regio lain (Devi dkk.,
2015).
 Aktivasi
Menggunakan tang pembentuk lup untuk mengaktifkan busur
labial. Lup dipegang dengan tang (A) tekuk kaki depan lup atau
sempitkan lup dengan tang (B). Dengan melakukan ini, kaki
horizontal busur akan bergerak ke arah insisal (C). Kaki busur perlu
dibetulkan dengan menahan lup dan menempatkan kaki horizontal
busur di tengah gigi (D). Defleksi yang diperlukan hanya 1mm
(Devi dkk., 2015).

7. Busur Labial Dengan Lup Terbalik


Busur ini sama dengan busur labial lup U tetapi lupnya terbalik. Lup
harus tidak berkontak dengan cangkolan pada molar pertama, agar tidak
mengganggu aktivasi. Busur ini dapat menghalangi kaninus bergerak ke
bukal pada waktu diretraksi (Devi dkk., 2015).

 Aktivasi
Dilakukan dalam dua tahap. Pertama membuka lup vertikal dengan
cara menekan ujung lup dengan tang. Ini akan menyebabkan busur
di daerah insisivi bergerak ke insisal. Kemudian busur harus
dibengkokkan pada dasar lup agar tinggi busur kembali seperti
semula. Aktivasi tidak boleh lebih dari 1mm (Devi dkk., 2015).
8. Sekrup Ekspansi
Terdapat berbagai macam sekrup ekspansi yang dapat digunakan
untuk menggerakkan gigi. Ada yang mempunyai guide pin tunggal maupun
ganda. Sekrup dengan pin ganda lebih stabil, tetapi sekrup dengan pin
tunggal lebih berguna apabila tempatnya sempit, misalnya di rahang
bawah. Salat satu keuntungan pemakaian sekrup adalah dapat digunakan
juga sebagai retensi peranti (Devi dkk., 2015).
Sekrup ekspansi dapat digunakan untuk mengkspansi lengkung
geligi ke arah transversal maupun sagital, anterior maupun posterior
tergantung jenis dan penempatan sekrup. Sekrup yang kecil dapat
menggerakkan satu gigi ke arah labial atau bukal (Devi dkk., 2015).

 Aktivasi
Dilakukan pemutaran pada lubang sekrup menggunakan kunci yang
tersedia sesuai dengan arah perputaran yang ditandai dengan arah
panah. Sekrup diputar seperempat putaran seminggu sekali.
Operator perlu mengajari pasien atau orang tuanya bagaimana cara
memutar sekrup dengan benar untu melakukan aktivasi sendiri
(Devi dkk., 2015).
Sekrup ekspansi memberikan kekuatan intermittent yang besar,
yang akan berkurang setelah gigi bergerak. Karena kekuatan yang besar,
hanya diperlukan aktivasi yang kecil (kurang lebih 0,2mm setiap
seperempat putaran) (Devi dkk., 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Adams, C. P. 1991. Desain, Konstruksi, dan Kegunaan Pesawat Ortodonti Lepas. Jakarta:
Widya Medika.
Al-enein, U., Shady, H. 2018. Orthodontic Devices. Egypt : Ala Azhar University Egypt
Bhalajhi, S. I. 2004. Orthodontic The Art and Science. New Delhi: Arya (MEDI)Publishing
House.
Devi Leliana Sandra, Joelijanto Rudy, Prijatmoko Dwi, Herniyati, Sutjiati Rina, A
Chandra, Farida Ida. 2015. Panduan Skills Lab Ortodonsia. Jember : Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember
Ditaprilia, Maharetta., W. Ardhana dan Chrisnawati. 2015. Perawatan Ortodontik Alat
Lepasan Kombinasi Semi-cekat Pada Kehilangan Gigi 46. MKGK. 1(1): 20-26.
Foster, T. D. (1997). Buku Ajar Ortodonsi (3rd ed.). Jakarta: EGC.
Goenharto, Sianiwati., E. Rusdiana dan I.N. Khairyyah. 2017. Comparison Between
Removable and Fixed Orthodontic Retainers. Journal of Vocational Health
Studies. 1(2) : 82-87.
Lohakare, Sandhya Shyam. 2008. Orthodontic Removable Appliances. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers.
Luther, F., Nelsoon Moon, Z.2013.Orthodontic Retainers and Removable
Appliances.British Library. United Kingdom.

Anda mungkin juga menyukai