Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
NI PUTU ASTINI (1713031004)/VA
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
PERCOBAAN VI
PENENTUAN KONSTANTA DISOSIASI ASAM METIL MERAH SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
I. TUJUAN
Menentukan konstanta disosiasi dari asam metil merah secara spektrofotometri.
II. DASAR TEORI
Indikator asam basa pada umumnya akan mengalami perubahan warna yang
dipengaruhi oleh kondisi asam atau basa. Salah satu indikator asam basa adalah metil
merah. Metil merah merupakan salah satu zat yang dapat menunjukkan sifat suatu asam
maupun basa. Indikator metil merah digunakan untuk mengetahui pH larutan dengan trayek
pH 4,2–6,3.
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”. Dalam suasana
asam, senyawa metil merah berupa HMR yang berwarna merah dan mempunyai dua bentuk
resonansi. Jika berada dalam suasana basa, sebuah proton hilang dan terbentuk anion MR-
yang berwarna kuning. Keadaan kesetimbangan antara HMR (metil merah dalam suasana
asam) dengan MR- (metil merah dalam suasana basa) ditunjukkan pada Gambar 1.
COO- COO-
.. +
CH3 N N N CH3 N N N
CH3 H CH3 H
H+ OH-
COO-
CH3 N N N
CH3 H
Metil merah bentuk basa MR- (kuning)
Gambar 1. Keadaan Kesetimbangan Metil Merah dalam Suasana Asam dan
Basa
Reaksi pengionan metil merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan reaksi sebagai
berikut.
HMR MR- + H+
Tetapan disosiasi (Ka) dapat dinyatakan oleh persamaan berikut.
[ H ][ MR ]
Ka ………………………………….(1)
[ HMR ]
Sehingga pKa dinyatakan,
[MR ]
pKa pH log …………………(2)
[ HMR ]
HMR dan MR- mempunyai absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang
berbeda, yaitu pada selang pH 4–6.Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung dengan
persamaan (2) dari pengukuran perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu.
Perbandingan [MR-]/[HMR] dapat ditunjukkan secara spektrofotometri karena kedua
bentuk metil merah mengabsorbsi kuat pada daerah cahaya tampak (400-800 nm).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsi energi cahaya oleh
suatu system kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi serta pengukuran
pengabsorpsi yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Metode
spektrofotometri dibedakan menjadi dua, yaitu spektrofotometri ultraviolet dan
spektrofotometri cahaya tampak. Pada umumnya, penerapan spektrofotometri ultraviolet
dan cahaya tampak pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-π* atau π-π* dan
karenanya memerlukan hadirnya gugus kromoforat (C=C, C=O, N=N) dalam molekul.
Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum antara 200-700 nm yang praktis digunakan
dalam eksperimen. Pada spektrofotometri UV-Vis, absorbsi hanya terjadi jika selisih kedua
tingkat energi elektronik tersebut (ΔE = E2 – E1) bersesuaian dengan energi cahaya (foton)
yang datang.
Jika I dan I0 masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu yang telah melalui larutan dan pelarut murni, maka absorbansi optik (A)
didefinisikan oleh Hukum Lambert-Beer.
A = - log I/I0 = εbc …………………………………..(3)
dimana I = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh larutan dalam sel
Io = Intensitas cahaya yang diemisikan oleh pelarut dalam sel pada I yang sama
ε = Koefisien ekstingsi dari spesies penyerap atau konstanta pembanding
Semakin besar intensitas sinar yang diserap maka nilai A akan semakin besar dan
intensitas sinar yang diteruskan akan semakin kecil.
Jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengabsorbsi cahaya, maka
A = a.b.c……………………………………...(4)
dimana a = indeks absorbansi zat terlarut
b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, pada suhu dan pada jenis pelarut.
Pada daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, aluran A terhadap konsentrasi berupa garis lurus.
Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan masing-masing zat mengabsorbsi
secara bebas, maka absorbansi campuran ini bersifat aditif.
A = ΣA1 = Σa1.b.c ……………………………(5)
Pada percobaan ini pertama-tama ditentukan spektrum absorpsi metil merah bentuk I
(dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa) dan kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian hingga bentuk asam mengadsorpsi jauh
lebih kuat pada λ1 dibandingkan dengan basanya, dan sebaliknya pada λ2 bentuk basa
mengadsorpsi kuat sedangkan bentuk asam tidak. Secara ideal, λ1 dan λ2 berupa puncak
absorpsi.
HM
R
MR-
1 2
Gambar 2. Alur Absorbansi Terhadap Panjang Gelombang untuk HMR dan MR-
Dalam suasana sangat asam (seperti dalam HCl) metil merah dapat dianggap hanya
terdapat dalam bentuk asam dan sebaliknya dalam suasana basa (seperti dalam NaOH) metil
merah ditemukan dalam bentuk II.
Indeks absorbansi molar HMR pada λ1 (= a1.HMR) dan pada λ2 (= a2.HMR) dan juga indeks
absorbansi molar MR- pada λ1 (= a1.MR-) dan pada λ2 (= a2.MR-) ditentukan pada berbagai
konsentrasi dengan menggunakan persamaan (4) untuk mengetahui apakah hukum Beer
dipenuhi. Untuk maksud ini dapat juga dibentuk grafik absorbansi A terhadap konsentrasi.
Kemudian komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung dari absorbansi
A1 dan A2, masing-masing pada λ1 dan λ2 dan dengan tebal sel satu cm (b = 1 cm) dengan
menggunakan persamaan (6) dan persamaan (7)
A1 = a1.HMR [HMR] + a1.MR- [MR-]………………………………..(6)
A2 = a2.HMR [HMR] + a2.MR- [MR-]………………………………..(7)
Apabila suatu larutan mendapat radiasi sinar polikromatik yaitu sinar yang terdiri dari
beberapa macam warna, maka ada suatu sinar dengan panjang gelombang tertentu yang
diserap, sedangkan yang lainnya diteruskan melalui larutan tersebut. Panjang gelombang yang
diperlukan dalam suatu analisis kuantitatif secara spektrofotometri adalah panjang gelombang
yang sesuai dengan absorbansi maksimum (puncak serapan).
5. Penentuan d atau εb dari HMR dan MR- pada λmaks HMR dan MR-
Masukkan 8 mL, 6 mL, 4 mL, 2 mL larutan HMR dalam labu ukur 10
mL, kemudian encerkan masing-masing dengan menggunakan larutan
HCl 0,01 M (pengenceran 2x, 6x, 4x, dan 8x).
Nomor labu 1 2 3 4
Larutan indikator standar 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
(MR)
Natrium asetat 0,04 M 25 mL 25 mL 25 mL 25 mL
Asam asetat 0,02 M 50 mL 25 mL 10 mL 5 mL
Air (pengenceran) 15 mL 40 mL 55 mL 60 mL
pH (di cek kembali) 4,85 5,51 5,73 5,81
V. TABEL PENGAMATAN
Nomor pH Absorbansi Absorbansi [𝑴𝑹] pK
Larutan pengamatan pada λHMR pada λMR [𝑯𝑴]
1 4,85
2 5,51
3 5,73
4 5,81
Absorptivitas Molar MR- pada λmaks Absorptivitas Molar MR- pada λmaks MR-
HMR adalah adalah
1. Pada konsentrasi M Pengenceran 1 1. Pada konsentrasi M Pengenceran 1
A = a. b. C A = a. b. C
a = ....... a = .......
∑ 𝑎1 𝑀𝑅 − = … 𝐿𝑚𝑜𝑙 −1 𝑐𝑚−1
∑ 𝑎2 𝑀𝑅 − = … 𝐿𝑚𝑜𝑙 −1 𝑐𝑚−1
7. Data Absobansi Larutan 1,2,3 dan 4 pada λ1 dan λ2
Absorbansi Larutanpada:
Larutan
λ1 λ2
1 = pH 4,85
2 = pH 5,15
3 = pH 5,53
4 = pH 5,81