Jakarta, Kompas, Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular atau posbindu PTM
terkendala minimnya jumlah petugas kesehatan dan para kader. Untuk itu dukungan banyak
pihak diperlukan agar kegiatan itu tetap berjalan. Sebab, posbindu amat berperan dalam
surveilance, penapisan, dan deteksi dini penyakit tidak menular. Kepala seksi bimbingan dan
evaluasi Sub Direktorat Pengendalian Penyakit Kronis dan Degeneratif Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan drg. Tofany Tiara Paksi
mengemukakan hal itu ( Jumat. 28 September 2019) di Jakarta.
Salah satu contoh posbindu PTM yang tidak aktif adalah Posbindu PTM di Kec. Muara Tekstil
Jakarta Barat. Menurut ketuanya sudah 2 kali / bulan dalam 2 kegiatan tidak dilakukan
aktifitas, dengan alasan kesibukan laib. Padahal biasanya secara rutin sekitar 30 – 40 orang
akan hadir tiap kali kegiatan. Antusias warga sekitar terhadap keberadaan posbindu PTM
sangat diharapkan, tapi sekali lagi nunggu kesiapan puskesmas untuk membuka kegiatan di
posbindu PTM tersebut.
Sementara itu menurut Rossi salah satu kader posyandu PTM, rendahnya jumlah kunjungan
para lansia hanya 20 – 30 orang saja dari 100 orang lansia yang terdaftar. Para lansia
beranggapan tidak ada alasan kesehatan sehingga mereka tidak datang. Dengan alokasi
bantuan transportasi kader posyandu sebesar 2,5 juta per tahun tidak optimal, di sisi lain
bahwa ada sebagian yang beranggapan bahwa posyandu PTM hanya untuk golongan yang
tidak mampu.
Posbindu PTM sebenarnya memberikan jangkauan layanan yang lebih luas, dalam arti usia
di atas 15 tahun berhak menggunakan fasilitas ini. Kegiatan yang sering dilakukan
konsultasi, pemeriksaan kesehatan, arahan gaya hidup, deteksi dini penyakit menular dan
tidak menular, pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan senam bersama. Hasil kesepakatan
juga bisa dilaksanakannya kawasan bebas asap rokok, hal ini terjadi kata Lily karena
kolaborasi posbindu PTM dengan poskesdes.