DI SUSUN OLEH
KELOMPOK V
ALDINA
DADANG SURUNO
NUR HIKMA
DIAH KURNIATI
SERIL
MARSUJI UTAMI
ARI LISDAYANTI
KONSEP DASAR
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara
langsung karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang berasal
dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan).
2. Etiologi
Menurut Toni Ashadi (2006), Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh
a. Kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh
b. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang
c. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasma
3. Patofisiologi
Tahap-tahap syok :
Karena sifat-sifat khas dari syok sirkulasi dapat berubah pada berbagai derajat keseriusan,
Menurut Guyton, (1997) syok dibagi dalam tida tahap utama yaitu :
sirkulasi normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan sempurna tanpa dibantu terapi
dari luar.
b. Tahap progresif, ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul kematian.
c. Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa sehingga
semua bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong penderita, meskipun
4. Manifestasi klinik
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,
besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan
cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien
usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa
a. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu
b. Takhikardi : peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon homeostasis penting
asidosis jaringan.
c. Hipotensi : karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan
curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan
tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri
d. Oliguria : produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada
adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan menjadi intervensi
b. Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia langsung dapat
gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika dicurigai terjadi
perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric lavage harus
dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi atau Sindrom
Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya
d. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika pasien
hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi pelvis harus
segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Syok
hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan
ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.
e. Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos dada
f. Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused
Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak
stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil.
6. Komplikasi
a. Gagal jantung Gagal ginjal
d. Dehidrasi kronis
e. Multiple organ failure DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
7. Penatalaksanaan.
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah :
a. Memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah
Jaga jalan napas korban Cegah perdarahan yang berlanjut dengan balut tekan dan penggian
tungkai sekitar 8-12 inchi. Jaga suhu tubuh pasien tetap hangat, lakukan penanganan cedera
pasien secara khusus selam menunggu bantuan medis. Periksa denyut nadi, suhu dan
2. Penanganan Hospitalisasi
Pastikan jalan napas dan sirkulasi dipertahankan (beri bantuan ventilator tambahan sesuai
kebutuhan). Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat sesuai
mempertahankan perfusi jaringan. Mulai infus IV (RL, NaCL), pasang kateter urine tidak
menetap (catat keluaran urine setiap 15-30 menit, volume urine menuujukkan keadekuatan
perfusi ginjal) Pertahankan surveilans keperawatan (TD, denyut jantung, pernapasan, suhu
kulit, warna, cup EKG, hematokrit, Hb, untuk mengkaji respongambaran koagulasi,
elektrolit, keluaran urine urin terhadap tindakan). Tinggikan kaki sedikit untuk memeperbaiki
sirkulasi serebral dan mendorong aliran darah vena kembali ke jantung. Beri obat khusus yang
telah di resepkan (misal: dopamin untuk meningkatkan kerja jantung). Dukung mekanisme
defensif tubuh dengan cara, tenangkan dan nyamankan pasien, hilanhkan nyeri, pertahankan
ASUHAN KEPERAWATAN
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien misalnya nama, umur, jenis
b. Pengkajian Primer
1) Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau obstruksi, serta kaji bunyi
nafas tambahan
2) Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien, bentuk dada,
3) Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji Capillary Refill Time
(CRT)
4) Disability, kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya ganggun verbal, motorik dan
1) Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah sakit, dan riwayat
keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu, riwayat pengobatan masa lalu, kemampuan
mengontrol kesehatan, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat
pengobatan sekarang.
2) Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat badan, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa Tubuh), Biochemical (data laboratorium yang
abnormal), Clinical (tanda-tanda klinis integumen, anemia), Diet (meliputi jenis, frekuensi,
nafsu terhadap makanan yang diberikan selama di RS), Energi (kemampuan beraktivitas
selama dirawat), Factor (penyebab masalah), Penilaian Status Gizi, pola asupan cairan, jumlah
intake dan output, penilaian status cairan (balance cairan), pemeriksaan abdomen.
3) Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola urine, distensi
kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan faktor penyebab, pola eliminasi)
4) Aktivitas dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas, respons jantung,
pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung, endokarditis,
anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardi, disritmia, atrial fibrilasi, prematur
ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik,
5) Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan persepsi, kemampuan komunikasi
6) Persepsi diri
7) Peranan Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang lain atau
11) Keamanan, mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda infeksi, gangguan
termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah baring, proses perawatan, jatuh, obat-obat,
penatalaksanaan)
12) Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak nyaman lainnya
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan makanan tidak
edema paru.
transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
paru
e. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan/ tahanan
f. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan imobilitas
h. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit, ancaman atau perubahan pada status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan makanan tidak
Kriteria Hasil :
1) Status Gizi : Asupan Gizi : Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
2) Selera Makan : Keinginan untuk makan dalam keadaan sakit atau sedang menjalani
pengobatan
Intervensi :
1) Manajemen Nutrisi : membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
Aktivitas Keperawatan
Rasional : Kandungan nutrisi yang tepat untuk meningkatkan energi klien beraktivitas
Rasional : agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi secara mandiri
- Kolaborasi dengan ahli gizi (jika perlu) jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan
Rasional : pemenuhan nutrisi klien secara tepat melalui gizi klinik
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli akibat
edema paru.
Kriteria Hasil:
Rasional : untuk meningkatkan pernapasan disfragmatik yang tepat, ekspansi sisi, dan
Rasional : Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat menimbulkan frustasi
3) Observasi TTV
Rasional : Posisi tubuh yang tepat dapat membantu ekspansi paru maksimum
Rasional : Aktivitas yang dapat ditoleransi agar tidak memperberat kondisi klien
transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
Kriteria Hasil :
1) Perfusi jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil ekstremitas
Intervensi :
Aktvitas Keperawatan :
- Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer (edema, CFR, warna, suhu, nadi perifer)
Rasional : untuk membantu penegakan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat
ventilasi, perubahan membran kapiler alveoli karena adanya penumpukan cairan di rongga
paru
Kriteria Hasil :
1) Terlihat adekuatnya ventilasi dan oksigenasi dari jaringan dimana dalam batas-batas normal
Intervensi :
4) Atur posisi tidur dengan bagian kepala ditinggikan 200 - 300, semi fowler, beri bantal pada
siku
maksimal
jaringan
yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh, menunjukkan tekhnik yang memampukan
melakukan aktivitas.
Intervensi:
2) Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai
keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan
klien.
Rasional : Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mem-
pertahankan fungsi fisiologis tubuh.
Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara
individual.
f. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan imobilitas
Kriteria Hasil :
2) Penghematan energi : tindakan individu untuk mengelola energi untuk memulai dan
menyelesaikan aktivitas
Intervensi :
1) Terapi latihan fisik : Mobilitas Sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk
Aktivitas Keperawatan :
Rasional : untuk melihat aktivitas yang dapat ditoleransi oleh dan tidak dapat ditoleransi
- Kolaborasi pengobatan pereda nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu
penyebab
Rasional : agar nyeri tidak mengganggu aktivitas
Kriteria hasil :
1) Pengetahuan tentang proses penyakit : Tingkat pemahaman yang ditunjukkan tentang proses
penyakit
Intervensi :
1) Penyuluhan : Proses Penyakit : Membantu pasien memahami informasi yang berhubungan
Aktivitas Keperawatan :
Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri
h. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit, ancaman atau perubahan pada status kesehatan
Kriteria hasil:
1) Ansietas berkurang
Intervensi :
Rasional : faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus
mengeksternalisasikan ansietas.
Rasional : membantu pasien menurunkan ansietas dan memberikan kesempatan untuk pasien
dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
4) Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya di alami selama prosedur.
Rasional: memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi, kerjasama
Doengoes, Marilyn.E dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Grace, Pierce A. & Neil R. Borley. 2006. At A Glance Ilmu Bedah Edisi 3.Jakarta: Erlangga.
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosa NANDA,