Media Relation
Media Relation
Dalam ilmu komunikasi massa juga dikenal dengan teori agenda setting.
Apa yang menjadi agenda media dengan berita-beritanya akan menjadi agenda
pembicaraan masyarakat pula. Kekuatan media juga berupa perluasan penyebaran
beritanya serta memengaruhi persepsi, sikap, dan perilaku masyarkat.
Media adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
informasi maupun hiburan secara luas. Media mempengaruhi hampir seluruh
aspek kehidupan masyarakat, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Pentingnya media, membuat peranannya begitu kuat dan hebat dalam
mempengaruhi manusia sehingga begitu tergantung pada media. Media seakan
telah menjadi faktor penentu kehidupan manusia. Efek yang ditimbulkan oleh
media itu sangat nyata dan jelas. Besarnya pengaruh media menimbulkan efek
pada kehidupan manusia. Karena itulah, efek yang ditimbulkan media massa
menjadi perhatian para ahli.
1
Dalam arti penting media massa, Dennis McQuail (1987) (Nurudin,
2013:34) memberikan beberapa asumsi pokok tentang peran atau fungsi media di
tengah kehidupan masyarakat saat ini, antara lain :
2
dan pers. Nilai berita bersumber dari kebutuhan industri pemberitaan atas
pedoman profesional untuk memilih, mengonstruksi dan menyajikan berita.
Frauenrath dan Nur (2003 : 17) menyebut ada dua nilai berita, yakni
dampak dan kecepatan. Dampak berkaitan dengan pengaruh yang ditimbulkan
dari peristiwa yang diberitakan. Dalam dampak ini ada dua faktor yang
berpengaruh, yakni kepentingan dan kedekatan. Sedangkan dari sisi pengaruh
yang ditimbulkan, informasinya biasanya mengandung unsur-unsur :
a) drama
b) emosi
c) konflik
d) tokoh penting
e) mengejutkan
a) termasa (baru)
b) jarak (dekat-jauhnya) lingkungan yang terkena berita tersebut
c) penting (ternama)
d) keluarbiasaan
e) akibat
f) ketegangan yang ditimbulkan oleh berita
g) pertentangan (konflik)
h) seks
i) kemajuan-kemajuan
j) emosi
k) humor
3
Dengan mengetahui nilai berita, maka dalam menjalankan program atau
kegiatan media relations, seorang staf PR hanya akan memberikan atau
menyampaikan informasi yang memang bernilai berita. Media massa
membutuhkan informasi yang bisa menarik perhatian publik dengan menyajikan
informasi untuk kepentingan publik. Titik temu antara organisasi dengan media
massa adalah karena keduanya saling membutuhkan. Organisasi memerlukan
media massa sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan publik. Sedangkan
media massa membutuhkan organisasi, karena adanya peristiwa yang patut dan
perlu diketahui publik lantaran bernilai berita.
Karena itu, PR organisasi menyediakan media kit, atau yang disebut press
kit. Media kit merupakan kumpulan informasi dasar yang disusun satu organisasi
untuk kepentingan media massa yang menjadi mitra kerja organisasi. Media kit
dibuat dalam bentuk tercetak yang umumnya dalam bentuk buku saku. Ada pula
yang dibuat dalam bentuk e-book yang bersifat interaktif sehingga memudahkan
orang yang mencari informasi tertentu. Dalam media kit juga dicantumkan alamat
situs web yang dimiliki organisasi.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjalin relasi antarmanusia dengan
wartawan. Relasi secara personal ini merupakan bagian penting dari media
relations, karena sudah mengembangkan relasi dengan salah satu unsur media
yakni wartawan. Selain itu juga perlu menjalin hubungan baik dengan redaksi dan
media sebagai institusi. Hal ini dikarenakan keputusan untuk menyiarkan atau
4
menolak informasi tidak sepenuhnya berada pada tangan wartawan, namun pada
redaksi.
Cara kerja media di sini bukan hanya berkenaan dengan proses media
massa memproduksi isi media massa, namun juga bagaimana produk media massa
itu dipersepsi oleh khalayaknya. Hal penting yang perlu diketahui para praktisi PR
adalah media massa bekerja untuk menjalankan fungsi tertentu. Pada umumnya
fungsi tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Hal lain yang penting diketahui praktisi PR adalah prinsip kerja media
massa, diantaranya yaitu :
5
Adapun sisi teknis yang mesti diperhatikan yakni soal tenggat waktu
(deadline). Media bekerja berpacu dengan waktu, sehingga masalah waktu harus
diperhitungkan dalam setiap tindakan praktisi PR saat berhubungan dengan media
massa. Disamping itu hal yang penting untuk dipahami yaitu mengenai alur kerja
media. Berikut gambaran dari alur kerja media :
Kantor Berita
2.3 Hal yang Dibutuhkan Wartawan
Gambar diatas menggambarkan alur kerja produksi isi media massa secra
sederhana. Informasi yang berupa fakta, data, atau peristiwa, diperoleh media
massa terutama dari reporter/wartawan. Media juga memperoleh informasi dari
kantor berita seperti Reuter, Antara, AFP atau AP. Media juga mendapatkan
informasi dari siaran pers yang ditulis berbagai organisasi seperti instansi
pemerintah, perusahaan swasta, atau LSM. Siaran pers tersebut ada yang langsung
dikirimkan pada kantor redaksi, dan ada yang disampaikan melalui wartawan.
Kemudian wartawan menuliskan informasi yang diperolah dan diserahkan pada
redaktur. Sedangkan berita yang bersumber dari kantor berita, ada kalanya ditulis
wartawan lalu diserahkan pada redaksi dan ada pula yang diolah oleh redaksi.
Sedangkan siaran pers ada yang ditulis ulang oleh wartawan sehingga menjadi
berita, ada pula yang ditulis ulang oleh redaksi. Selanjutnya redaksilah yang akan
menyeleksi informasi mana yang dipandang layak untuk diberitakan kepada
publik. Apabila informasi yang terseleksi tersebut media cetak, selanjutnya
dikirim ke percetakan. Sedangkan bila media elektronika yang menjadi berita
tertulis, nantinya akan dibacakan oleh pembaca berita.
6
2.4 Wartawan, Antara Mitos dan Realitas
7
b) Wartawan Selalu Memberitakan Hal-Hal Negatif
Sering muncul penilaian bahwa wartawan hanya tukang kritik tapi tak mau
dikiritik, Hanya bisa membuat isu, pintar membuat gosip yang membuat kalang
kabut sumber berita. Sehingga dalam pemikiran masyarakat tertanam prasangka
bahwa tidak ada wartawan yang menulis berita positif. Anggapan mengenai hal
ini sesungguhnya hanya mitos. Sebab dalam penulisan berita wartawan selalu
dituntut untuk membuat pemberitaan yang objektif, dan kalaupun ada pemberitaan
kasus, wartawan diwajibkan untuk membuat berita secara balance atau seimbang.
Wartawan tidak bisa sembarangan dalam membuat berita, karena sebuah berita
harus dilengkapi dengan fakta yang akurat. Redaktur juga perlu melihat patut
tidaknya sebuah berita diturunkan. Wartawan tentunya pasti akan memberitakan
hal-hal positif sejauh memiliki nilai berita.
8
Memang tak sedikit wartawan yang berpenampilan acak-acakan, khususnya
mereka yang bekerja di lapangan. Seperti wartawan yang sedang meliput berita
bencana kebakaran, banjir, longsor, pesawat jatuh, dan lainnya. Hal ini
dikarenakan dalam situasi seperti itu kurang sesuai rasanya apabila seorang
wartawan turun ke lokasi bencana dengan berpakaian rapi dan sepatu mengkilat.
Namun wartawan masa kini yang berpendidikan tinggi dan perusahaan penerbitan
tempat ia bekerja sudah dibekali dengan pengetahuan tentang etika sehingga
sudah sangat tahu diri. Mereka sudah bisa membedakan pakaian mana yang cocok
untuk di lapangan dan untuk acara resmi. Bahkan tak sedikit penerbitan yang
mengharuskan wartawannya mengenakan dasi, baik di kantor maupun saat turun
mewawancarai sumber beritanya.
9
f) Wartawan yang Membutuhkan Berita
Dalam hal ini tidak selalu benar jika pers selalu membutuhkan informasi
sehingga pers hampir selalu mau seandainya harus disuruh membayar atau
membeli bahan informasi. Pers memang membutuhkan bahan untuk dibuat berita,
tentunya pihak penyelenggara kegiatan juga membutuhkan publisitas.Artinya pers
dan lembaga penyelenggara kegiatan saling membutuhkan, dimana pers
membutuhkan informasi dan penyelenggara kegiatan membutuhkan publisitas.
10
Mengacu pada kaidah jurnalistik, wartawan sesungguhnya tidak bisa seenaknya
menulis berita sesuka hatinya. Karena sebuah berita yang layak diturunkan harus
benar-benar faktual. Untuk menurunkan suatu berita khususnya menyangkut suatu
kasus, wartawan diharuskan mengkonfirmasikan kebenaran yang di dapat dari
sebuah informasi. Karena jika langsung dibuat bisa meruntuhkan kredibilitas
medianya karena belakangan diketahui berita itu ternyata tidak benar. Selain itu
teknik dan pola penulisan berita sudah ada aturannya, dan wartawan tentunya
harus menaati kode etik jurnalistik wartawan indonesia.
11
3) Saling bekerjasama dan ber-tujuan sama serta adanya kesepakatan
4) Sangat efektif diusahakan dan merupakan suatu proses
2) Konferensi Pers
Merupakan salah satu cara yang bias dilakukan oleh organisasi/perusahaan
ketika meluncurkan produk maupun program-program baru yang perlu segera
diketahui oleh khalayak. Caranya yaitu dengan mengundang pihak pers/wartawan
untuk datang ke perusahaan/lembaga yang telah memiliki produk atau program
baru yang perlu diketahui kalangan luas.
3) Wawancara Khusus
Hal ini berbeda dengan konferensi pers. Perbedaannya terletak pada jumlah
pers/wartawan yang diundang sangat terbatas, hanya wartawan tertentu yang
dipilih. Wartawan tertentu dimaksudkan adalah wartawan yang memiliki
spesialisasi untuk menyampaikan informasi secara substansial. Biasanya ini
menyangkut informasi teknis, bukan yang bersifat umum.
12
keikutsertaan wartawan akan mempublikasikan hasil perjalanannya dengan
perusahaan yang bersangkutan.
13
Demikian beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan oleh
lembaga/perusahaan yang hendak membangun hubungan dengan pers/wartawan.
BAB III
PENTUP
KESIMPULAN
Media berperan sebagai sumber kekuatan yaitu alat kontrol manajeman dan
inovasi dalam masyarakat. Komunikator menjadikan media sebagai pengganti
kekuatan, tameng, atau sumber daya lainnya, dalam kehidupan nyata. Kebutuhan
utama media dari organisasi adalah informasi yang kemudian akan disampaikan
kepada khalayak media massa. Informasi itu bisa berupa data dan fakta, dan juga
peristiwa. Cara kerja media di sini bukan hanya berkenaan dengan proses media
massa memproduksi isi media massa, namun juga bagaimana produk media massa
itu dipersepsi oleh khalayaknya. Media massa bekerja untuk menjalankan fungsi
tertentu, yaitu berupa menginformasikan, mengawasi, mendidik, menghibur,
memengaruhi.
14