Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MEMAHAMI KARAKTERISTIK MEDIA DAN WARTAWAN

2.1 Kekuatan Media

Media massa atau pers mempunyai kekuatan yang dahsyat. Napoleon


Bonaparte pernah mengatakan “Jika media dibiarkan saja, saya tidak akan bisa
berkuasa lebih dari tiga bulan”. Ini membuktikan bahwa media memiliki kekuatan
yang besar. Berbagai bentuk pelarangan pemerintah, intimidasi, dan perusakan
kantor media membuktikan bahwa pers menakutkan bagi mereka yang
mempunyai masalah dan takut kecurangannya terbongkar. Dengan kata lain,
dampak media sangat ampuh.

Media juga kuat dalam memengaruhi benak dan persepsi khalayaknya.


Bahkan saat ini nyaris pembicaraan masyarakat tidak lepas dari media massa.
Bahkan khalayak lebih cenderung mempercayai berita-berita media massa
dibandingkan dengan saluran komunikasi yang lain.

Dalam ilmu komunikasi massa juga dikenal dengan teori agenda setting.
Apa yang menjadi agenda media dengan berita-beritanya akan menjadi agenda
pembicaraan masyarakat pula. Kekuatan media juga berupa perluasan penyebaran
beritanya serta memengaruhi persepsi, sikap, dan perilaku masyarkat.

Media adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
informasi maupun hiburan secara luas. Media mempengaruhi hampir seluruh
aspek kehidupan masyarakat, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Pentingnya media, membuat peranannya begitu kuat dan hebat dalam
mempengaruhi manusia sehingga begitu tergantung pada media. Media seakan
telah menjadi faktor penentu kehidupan manusia. Efek yang ditimbulkan oleh
media itu sangat nyata dan jelas. Besarnya pengaruh media menimbulkan efek
pada kehidupan manusia. Karena itulah, efek yang ditimbulkan media massa
menjadi perhatian para ahli.

1
Dalam arti penting media massa, Dennis McQuail (1987) (Nurudin,
2013:34) memberikan beberapa asumsi pokok tentang peran atau fungsi media di
tengah kehidupan masyarakat saat ini, antara lain :

a) Media merupakan sebuah industri. Media terus berkembang seiring dengan


perkembangan teknologi dan menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa.
Di sisi lain, industri media tersebut diatur oleh masyarakat.
b) Media berperan sebagai sumber kekuatan yaitu alat kontrol manajeman dan
inovasi dalam masyarakat. Komunikator menjadikan media sebagai
pengganti kekuatan, tameng, atau sumber daya lainnya, dalam kehidupan
nyata.
c) Media menjadi wadah informasi yang menampilkan peristiwa-peristiwa
kehidupan masyarakat, baik dari dalam negeri maupun internasional.
d) Media berperan sebagai wahana pengambangan budaya. Melalui media
seseorang dapat mengembangkan pengetahuannya akan budaya lama,
maupun memperoleh pemahaman tentang budaya baru. Misalnya gaya
hidup dan tren masa kini yang semuanya didapat dari informasi di media.
e) Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang
dikombinasikan dengan berita dan tayangan hiburan. Media telah menjadi
sumber dominan bagi individu dan kelompok masyarakat.

2.2 Kebutuhan dan Cara Kerja Media

2.2.1 Kebutuhan Media

Pada dasarnya kebutuhan utama media dari organisasi adalah informasi


yang kemudian akan disampaikan kepada khalayak media massa. Informasi itu
bisa berupa data dan fakta, dan juga peristiwa. Informasi yang diinginkan dan
dibutuhkan media massa tentunya bukan sembarang informasi, melainkan
informasi yang dipandang memenuhi hasrat ingin tahu publik. Kesimpulannya apa
yang bisa dikatakan informasi apabila mengandung nilai berita.

Nilai berita didefenisikan sebagai serangkaian pedoman profesional dalam


memilih, mengonstruksi dan menyajikan berita yang dibuat lembaga penyiaran

2
dan pers. Nilai berita bersumber dari kebutuhan industri pemberitaan atas
pedoman profesional untuk memilih, mengonstruksi dan menyajikan berita.

Frauenrath dan Nur (2003 : 17) menyebut ada dua nilai berita, yakni
dampak dan kecepatan. Dampak berkaitan dengan pengaruh yang ditimbulkan
dari peristiwa yang diberitakan. Dalam dampak ini ada dua faktor yang
berpengaruh, yakni kepentingan dan kedekatan. Sedangkan dari sisi pengaruh
yang ditimbulkan, informasinya biasanya mengandung unsur-unsur :

a) drama
b) emosi
c) konflik
d) tokoh penting
e) mengejutkan

Sedangkan kecepatan berkaitan dengan kebaruan, sehingga orang merasa


memperoleh sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya.

Sedangkan Dja’far H. Assegaf (1983 : 25-26) merumuskan unsur-unsur


nilai berita sebagai berikut :

a) termasa (baru)
b) jarak (dekat-jauhnya) lingkungan yang terkena berita tersebut
c) penting (ternama)
d) keluarbiasaan
e) akibat
f) ketegangan yang ditimbulkan oleh berita
g) pertentangan (konflik)
h) seks
i) kemajuan-kemajuan
j) emosi
k) humor

3
Dengan mengetahui nilai berita, maka dalam menjalankan program atau
kegiatan media relations, seorang staf PR hanya akan memberikan atau
menyampaikan informasi yang memang bernilai berita. Media massa
membutuhkan informasi yang bisa menarik perhatian publik dengan menyajikan
informasi untuk kepentingan publik. Titik temu antara organisasi dengan media
massa adalah karena keduanya saling membutuhkan. Organisasi memerlukan
media massa sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan publik. Sedangkan
media massa membutuhkan organisasi, karena adanya peristiwa yang patut dan
perlu diketahui publik lantaran bernilai berita.

Bukan hanya bisa memperoleh informasi atau mengetahui peristiwa yang


bernilai berita yang menjadi kebutuhan media dari organisasi, tapi juga
kemudahan dalam memperolehnya. Kemudahan itu tentunya berkaitan dengan
layanan yang diberikan oleh staf PR organisasi. Baik kemudahan dalam
menghubungi secara langsung atau melalui telepon, maupun kemudahan untuk
mendapatkan informasi-informasi dasar secara tertulis melalui terbitan organisasi
seperti brosur, background, atau kumpulan informasi dan fakta tentang organisasi.

Karena itu, PR organisasi menyediakan media kit, atau yang disebut press
kit. Media kit merupakan kumpulan informasi dasar yang disusun satu organisasi
untuk kepentingan media massa yang menjadi mitra kerja organisasi. Media kit
dibuat dalam bentuk tercetak yang umumnya dalam bentuk buku saku. Ada pula
yang dibuat dalam bentuk e-book yang bersifat interaktif sehingga memudahkan
orang yang mencari informasi tertentu. Dalam media kit juga dicantumkan alamat
situs web yang dimiliki organisasi.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjalin relasi antarmanusia dengan
wartawan. Relasi secara personal ini merupakan bagian penting dari media
relations, karena sudah mengembangkan relasi dengan salah satu unsur media
yakni wartawan. Selain itu juga perlu menjalin hubungan baik dengan redaksi dan
media sebagai institusi. Hal ini dikarenakan keputusan untuk menyiarkan atau

4
menolak informasi tidak sepenuhnya berada pada tangan wartawan, namun pada
redaksi.

2.2.2 Cara Kerja Media

Cara kerja media di sini bukan hanya berkenaan dengan proses media
massa memproduksi isi media massa, namun juga bagaimana produk media massa
itu dipersepsi oleh khalayaknya. Hal penting yang perlu diketahui para praktisi PR
adalah media massa bekerja untuk menjalankan fungsi tertentu. Pada umumnya
fungsi tersebut dirumuskan sebagai berikut :

a) Menginformasikan. Media massa menyebarluaskan informasi kepada


masyarakat.
b) Mengawasi. Media massa menyampaikan informasi yang mengawasi
masyarakat, yang dinamakan fungsi kontrol.
c) Mendidik. Media massa menyampaikan masteri pendidikan kepada
masyarakat.
d) Menghibur. Media massa menyampaikan isi/pesan yang menghibur pada
masyarakat.
e) Memengaruhi. Media massa menyampaikan isi atau pesan yang
memengaruhi masyarakat.

Hal lain yang penting diketahui praktisi PR adalah prinsip kerja media
massa, diantaranya yaitu :

a) Media massa menyajikan kenyataan dengan cara tertentu.


b) Media massa membentuk kenyataan.
c) Menemukan (negotiate) makna dalam media.
d) Media massa memiliki nilai komersial.
e) Media massa menyampaikan isi yang mengandung pandangan
berdasarkan nilai tertentu.
f) Media massa memiliki akibat sosial dan politik.
g) Bentuk dan isi terkait erat dalam media.
h) Setiap media memiliki wujud keindahannya masing-masing.

5
Adapun sisi teknis yang mesti diperhatikan yakni soal tenggat waktu
(deadline). Media bekerja berpacu dengan waktu, sehingga masalah waktu harus
diperhitungkan dalam setiap tindakan praktisi PR saat berhubungan dengan media
massa. Disamping itu hal yang penting untuk dipahami yaitu mengenai alur kerja
media. Berikut gambaran dari alur kerja media :

Kantor Berita
2.3 Hal yang Dibutuhkan Wartawan

Wartawan adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan dan mengolah


Redaktur Redaktur
Wartawan /
informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui
Bidangmedia
/ massa (Djuroto,Pelaksana
2004:22).
Reporter
Deskdalam laporannya, dan mereka di
Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis
harapkan untuk menulis laporannya yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan
dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.
Siaran Pers

Gambar diatas menggambarkan alur kerja produksi isi media massa secra
sederhana. Informasi yang berupa fakta, data, atau peristiwa, diperoleh media
massa terutama dari reporter/wartawan. Media juga memperoleh informasi dari
kantor berita seperti Reuter, Antara, AFP atau AP. Media juga mendapatkan
informasi dari siaran pers yang ditulis berbagai organisasi seperti instansi
pemerintah, perusahaan swasta, atau LSM. Siaran pers tersebut ada yang langsung
dikirimkan pada kantor redaksi, dan ada yang disampaikan melalui wartawan.
Kemudian wartawan menuliskan informasi yang diperolah dan diserahkan pada
redaktur. Sedangkan berita yang bersumber dari kantor berita, ada kalanya ditulis
wartawan lalu diserahkan pada redaksi dan ada pula yang diolah oleh redaksi.
Sedangkan siaran pers ada yang ditulis ulang oleh wartawan sehingga menjadi
berita, ada pula yang ditulis ulang oleh redaksi. Selanjutnya redaksilah yang akan
menyeleksi informasi mana yang dipandang layak untuk diberitakan kepada
publik. Apabila informasi yang terseleksi tersebut media cetak, selanjutnya
dikirim ke percetakan. Sedangkan bila media elektronika yang menjadi berita
tertulis, nantinya akan dibacakan oleh pembaca berita.

6
2.4 Wartawan, Antara Mitos dan Realitas

Berbagai mitos mengenai wartawan muncul dalam masyarakat, bahkan tak


sedikit lembaga public relations yang belum memahami dengan benar
pengetahuan mengenai wartawan ini. Akibatnya para penyelenggara acara,
lembaga Humas, maupun individu ketika harus berhadapan dengan media massa
menimbulkan rasa kebingungan katrena antara mitos dam realitas tentang
wartawan begitu berlainan. Hal ini dikarenakan literatur mengeai sosok wartawan
Indonesia masih sangat jarang sehingga tidak gampang untuk mengenali sosok
sesungguhnya profesi yang satu ini. Berikut adalah berbagai mitos dan realitas
tentang wartawan yang beredar di masyarakat :

a) Wartawan Bisa Diundang Kapan Saja


Profesi wartawan tidak mengenal jam kerja yang pasti. Artinya jam berapa
pun, sedang apapun, dalam keadaan sedang cuti sekalipun apabila mendengar
sebuah informasi seperti kebakaran, kecelakaan yang dahsyat, atau tragedi lainnya
seorang wartawan tetap mencari tau sumber berita tersebut. Hal seperti ini dalam
teori jurnalistik disebut hard news. Untuk peristiwa hard news, seorang wartawan
wajib meliput kejadian yang tengah berlangsung, baik ia seorang wartawan
ekonomi, wartawan politik, wartawan hiburan, ataupun wartawan yang bertugas
di Sekretariat Negara. Karena sebagai wartawan profesional ia harus datang ke
peristiwa itu.
Sedangkan istilah “wartawan bisa diundang kapan saja” jelas merupakan
mitos, dikarenakan wartawan juga manusia yang memiliki keterbatasan tenaga
yang sama dengan manusia lainnya, sehingga di tengah kelelahannya wartawan
bisa saja berhalangan hadir. Misalnya sebuah lembaga baik pemerintah, swasta,
maupun organisasi profesi atau LSM mengundang wartawan secara mendadak
seperti mengundang jumpa pers dua jam sebelum acara dimulai. Ketidakhadiran
wartawan juga bisa disebabkan karena menganggap kurang menariknya acara
yang dibahas, berbenturan dengan waktu deadline atau acara lain, karena terlalu
malam sehingga merasa kelelahan, atau hal lainnya.

7
b) Wartawan Selalu Memberitakan Hal-Hal Negatif
Sering muncul penilaian bahwa wartawan hanya tukang kritik tapi tak mau
dikiritik, Hanya bisa membuat isu, pintar membuat gosip yang membuat kalang
kabut sumber berita. Sehingga dalam pemikiran masyarakat tertanam prasangka
bahwa tidak ada wartawan yang menulis berita positif. Anggapan mengenai hal
ini sesungguhnya hanya mitos. Sebab dalam penulisan berita wartawan selalu
dituntut untuk membuat pemberitaan yang objektif, dan kalaupun ada pemberitaan
kasus, wartawan diwajibkan untuk membuat berita secara balance atau seimbang.
Wartawan tidak bisa sembarangan dalam membuat berita, karena sebuah berita
harus dilengkapi dengan fakta yang akurat. Redaktur juga perlu melihat patut
tidaknya sebuah berita diturunkan. Wartawan tentunya pasti akan memberitakan
hal-hal positif sejauh memiliki nilai berita.

c) Wartawan Selalu Komersial


Muncul kesan bahwa untuk berhubungan dengan wartawan dibutuhkan dana
ekstra. Sosok wartawan selalu lekat dengan uang, karena itu isitilah “amplop”
yang dilontarkan masyarakat identik dengan uang yang harus diberikan pada
wartawan. Dan profesi wartawan sering disebut sebagai profesi yang gampang
mencari uang. Anggapan seperti ini adalah mitos yang sangat lekat di masyarakat.
Mitos ini muncul disebakan ulah dari oknum atau juga karena kebiasaan
memberikan uang trasnportasi dalam acara tertentu. Seperti munculnya oknum
wartawan atau mereka yang mengaku wartawan lantas meminta imbalan uang.
Namun hal ini tidak menyamaratakan bahwa semua wartawan memiliki perilaku
seperti itu. Bahkan dengan meningkatnya kesehatan manajemen perusahaan surat
kabar, serta bermunculannya wartawan muda yang berpendidikan perguruan
tinggi, praktik-praktik meminta imbalan pada sumber berita tentunya sudah
semakin berkurang. Bahkan sejumlah media sudah mengharamkan bagi
wartawannya untuk menerima amplop berisi uang. Karena imbalan bagi wartawan
hanya satu, yakni bahan berita yang berbobot dan layak muat.

d) Wartawan Selalu Urakan

8
Memang tak sedikit wartawan yang berpenampilan acak-acakan, khususnya
mereka yang bekerja di lapangan. Seperti wartawan yang sedang meliput berita
bencana kebakaran, banjir, longsor, pesawat jatuh, dan lainnya. Hal ini
dikarenakan dalam situasi seperti itu kurang sesuai rasanya apabila seorang
wartawan turun ke lokasi bencana dengan berpakaian rapi dan sepatu mengkilat.
Namun wartawan masa kini yang berpendidikan tinggi dan perusahaan penerbitan
tempat ia bekerja sudah dibekali dengan pengetahuan tentang etika sehingga
sudah sangat tahu diri. Mereka sudah bisa membedakan pakaian mana yang cocok
untuk di lapangan dan untuk acara resmi. Bahkan tak sedikit penerbitan yang
mengharuskan wartawannya mengenakan dasi, baik di kantor maupun saat turun
mewawancarai sumber beritanya.

e) Wartawan Manusia Pintar


Mitos berikutnya yaitu bahwa wartawan merupakan mausia yang memiliki
intelegensia yang tinggi sehingga ia harus diwaspadai karena lewat wawancaranya
yang tajam bisa menjerumuskan sumber berita yang salah omong. Anggapan ini
dikatakan tidak salah namun tidak pula benar jika wartawan dengan hanya
mengandalkan kepintarannya bisa dan selalu menjerumuskan sumber beritanya.
Intelektual wartawan terarah karena setiap hari ia berhadapan dengan berbagai
masalah dan bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat; dengan pakar-pakar;
pejabat tinggi; menghadiri seminar nasional atau internasional maupun forum-
forum lainnya.
Dalam upaya meningkatkan mutu SDM wartawannya, media besar
mensyarakatkan pendidikan setiap wartawannya minimal lulusan universitas dan
menguasai bahasa asing. Namun tidak semua wartawan memiliki intelektualitas
seperti itu, karena masih banyak penerbitan yang karena keterbatasannya belum
mampu meningkatkan SDM wartawannya. Karena itu masih banyak juga
wartawan yang bertanya dengan pertanyaan amat sederhana, bahkan adakalanya
hal yang sangat umum diangkat menjadi lead (teras) berita sementara pernyataan
aktual dan bernilai berita sama sekali tidak ditulis.

9
f) Wartawan yang Membutuhkan Berita
Dalam hal ini tidak selalu benar jika pers selalu membutuhkan informasi
sehingga pers hampir selalu mau seandainya harus disuruh membayar atau
membeli bahan informasi. Pers memang membutuhkan bahan untuk dibuat berita,
tentunya pihak penyelenggara kegiatan juga membutuhkan publisitas.Artinya pers
dan lembaga penyelenggara kegiatan saling membutuhkan, dimana pers
membutuhkan informasi dan penyelenggara kegiatan membutuhkan publisitas.

g) Wartawan Manusia Kebal Hukum


Hal ini sebenarnya hanyalah mitos. Kenyataannya sebagai warga negara,
wartawan pun tidak kebal terhadap hukum. Seperti tak sedikit wartawan yang
kena tilang polisi karena melakukan pelanggaran lalu lintas, wartawan yang di
adili karena suatu kasus yang menandakan bahwa wartawan bukan profesi yang
memiliki pengecualian di hadapan hukum. Bahkan jika kita menghadapi masalah
dengan oknum wartawan, seperti pemerasan, ancaman, atau tindak pidana lainnya
sebaiknya dilaporkan baik ke kantor medianya, PWI, maupun pada pihak
kepolisian.

h) Wartawan Sosok yang Menakutkan


Profesi wartawan sering dimitoskan sebagai sosok yang “menakutkan”,
khususnya bagi mereka yang merasa memiliki suatu masalah di perusahaan
ataupun lembaganya. Hal ini membuat tak sedikit oknum wartawan atau orang
yang mengaku wartawan yang berkeliaran yang ujungnya meminta uang. Dalam
menghadapi situasi ini, sebaiknya kita tidak memperlihatkan bahwa kita takut.
Dengan bekal keberanian biasanya mereka pun juga akan merasa takut meski
terlihat semakin garang. Dalam keseharian justru wartawan memiliki sosok yang
jauh dari kesan menakutkan.

i) Wartawan Bisa Menulis Apa Saja


Salah satu hal yang menyebabkan wartawan menjadi sosok yang
“menakutkan” karena adanya mitos bahwa wartawan bisa menulis apa saja.

10
Mengacu pada kaidah jurnalistik, wartawan sesungguhnya tidak bisa seenaknya
menulis berita sesuka hatinya. Karena sebuah berita yang layak diturunkan harus
benar-benar faktual. Untuk menurunkan suatu berita khususnya menyangkut suatu
kasus, wartawan diharuskan mengkonfirmasikan kebenaran yang di dapat dari
sebuah informasi. Karena jika langsung dibuat bisa meruntuhkan kredibilitas
medianya karena belakangan diketahui berita itu ternyata tidak benar. Selain itu
teknik dan pola penulisan berita sudah ada aturannya, dan wartawan tentunya
harus menaati kode etik jurnalistik wartawan indonesia.

j) Wartawan Manusia “Sakti”


Mitos lain dari wartawan Indonesia adalah wartawan itu manusia “sakti”.
Artinya ia mampu mengurus apa saja dan menembus rumitnya birokrasi.
Misalnya ketika wartawan bisa bebas masuk ke stadion sepak bola padahal orang
lain berdesak-desakan berebut tiket, dan hal lainnya. Namun kebenarannya
wartawan yang bisa masuk ke stadion sepak bola atau ke tempat lainnya dengan
mudah sebetulnya dikarenakan memang menjalankan tugas. Wartawan itu
tidaklah sakti, seperti ketika mereka mengurus SIM atau perpanjangan STNK
merekapun perlu melengkapi persyaratan yang diminta. Jadi tidak benar apabila
wartawan tidak perlu melengkapi aturan-aturan yang berlaku karena kesaktiannya.

2.1 Menjalin Sinergi Dengan Wartawan

Sinergi adalah membangun dan memastikan hubungan kerjasama yang


produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan,
untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Tujuan sinergi adalah
mempengaruhi perilaku orang secara individu maupun kelompok untuk saling
berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana persepsi, sikap dan
opininya penting terhadap suatu kesuksesan.

Konsep ber-Sinergi diantaranya yaitu :

1) Ber-orientasi pada hasil dan positif


2) Perspektif beragam mengganti atau melengkapi paradigma

11
3) Saling bekerjasama dan ber-tujuan sama serta adanya kesepakatan
4) Sangat efektif diusahakan dan merupakan suatu proses

Ada banyak cara untuk membangun hubungan dengan pers/wartawan.


Menurut Djatmika (2004:55) antara lain :

1) Membuat Siaran Pers atau Press Release


Merupakan cara paling mudah agar produk (barang dan jasa) dapat
diberitakan kepada khalayak luas. Dalam langkah ini diperlukan sedikit
keterampilan para pekerja Humas untuk bisa menulis berita, termasuk berita
advertorial yang kemudian dipublikasian melalui media massa.

2) Konferensi Pers
Merupakan salah satu cara yang bias dilakukan oleh organisasi/perusahaan
ketika meluncurkan produk maupun program-program baru yang perlu segera
diketahui oleh khalayak. Caranya yaitu dengan mengundang pihak pers/wartawan
untuk datang ke perusahaan/lembaga yang telah memiliki produk atau program
baru yang perlu diketahui kalangan luas.

3) Wawancara Khusus
Hal ini berbeda dengan konferensi pers. Perbedaannya terletak pada jumlah
pers/wartawan yang diundang sangat terbatas, hanya wartawan tertentu yang
dipilih. Wartawan tertentu dimaksudkan adalah wartawan yang memiliki
spesialisasi untuk menyampaikan informasi secara substansial. Biasanya ini
menyangkut informasi teknis, bukan yang bersifat umum.

4) Perjalanan Pers (Pers Tour)


Merupakan salah satu cara membangun hubungan dengan pers yang
biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Toyota (Jepang),
BMW dan Mercy (Jerman), Peugeot (Perancis), dan lainnya ketika meluncurkan
produk-produk barunya. Mengundang dan mengajak para wartawan melakukan
perjalanan pers demikian, juga termasuk bagian dari strategi pemasaran karena

12
keikutsertaan wartawan akan mempublikasikan hasil perjalanannya dengan
perusahaan yang bersangkutan.

5) Sponsor Lomba Jurnalistik


Dimaksudkan di sini memilih perusahaan pers untuk melakukan kerjasama
melalui Memorandum of Understanding (MoU). Hal seperti ini sering ditemui di
kalangan perbank-kan menyeponsori lomba-lomba jurnalistik. Dalam acara lomba
bias disisipkan pesan berupa produk barang/jasa sehingga khalayak ramai
mengetahuinya. Para penonton seringkali diminta untuk menjawab kuis berhadiah
dari perusahaan/lembaga yang bersangkutan.

6) Karya Latihan Wartawan


Dimaksudkan di sini bahwa lembaga-lembaga tertentu yang memiliki kaitan
kerja dengan wartawan misalnya: LBH, IKADIN, WALHI, IDI, dan sebagainya
melakukan kerja sama dalam pelatihan jurnalistik yang dilangsungkan oleh
perusahaan media/pers. Asumsinya, seringkali penulisan berita oleh wartawan
berkait dengan masalah hukum atau kedokteran/kesehatan “kurang pas” sehingga
lembaga yang berkompeten bisa ikut ambil bagian dalam kegiatan karya latihan
tersebut. Menjelaskan kepada para peserta/para wartawan tentang kesalahan-
kesalahan penulisan berita yang masih ditemui sehingga para wartawan/jurnalis
semakin bertambah wawasannya.

7) Mengunjungi Kantor Pers


Mengunjungi kantor/perusahaan media merupakan salah satu cara untuk
membangun relasi dengan pihak pers/wartawan. Pada kunjungan ini, antara pihak
pengelola media/pers dengan pihak yang berkunjung bisa saling mengenalkan diri
lebih dekat dan lebih akrab. Masing-masing pihak bisa saling memahami jati diri,
sehingga hubungan yang terjalin tidak hanya terbatas dalam konteks sebagai
sumber berita. Dalam hubungan yang sudah terbangun baik ini, bilamana suatu
ketika ada konfirmasi pemberitaan maka akan sangat mudah dilakukan.

13
Demikian beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan oleh
lembaga/perusahaan yang hendak membangun hubungan dengan pers/wartawan.

BAB III

PENTUP

KESIMPULAN

Media berperan sebagai sumber kekuatan yaitu alat kontrol manajeman dan
inovasi dalam masyarakat. Komunikator menjadikan media sebagai pengganti
kekuatan, tameng, atau sumber daya lainnya, dalam kehidupan nyata. Kebutuhan
utama media dari organisasi adalah informasi yang kemudian akan disampaikan
kepada khalayak media massa. Informasi itu bisa berupa data dan fakta, dan juga
peristiwa. Cara kerja media di sini bukan hanya berkenaan dengan proses media
massa memproduksi isi media massa, namun juga bagaimana produk media massa
itu dipersepsi oleh khalayaknya. Media massa bekerja untuk menjalankan fungsi
tertentu, yaitu berupa menginformasikan, mengawasi, mendidik, menghibur,
memengaruhi.

Berbagai mitos mengenai wartawan muncul dalam masyarakat, hal ini


dikarenakan literatur mengeai sosok wartawan Indonesia masih sangat jarang
sehingga tidak gampang untuk mengenali sosok sesungguhnya profesi yang satu
ini. Adapun mengenai hal tersebut sebenarnya hanyalah mitos, dan bahkan
kebenaran mengenai wartawan tersebut yaitu kebalikan dari pada mitos tersebut.
Meskipun ada ditemukan wartawan yang seperti itu, itu merupakan bagian dari
oknum-oknum yang mengaku sebagai wartawan atau wartawan gadungan.

Adapun tujuan dari menjalin sinergi dengan wartawan adalah untuk


mempengaruhi perilaku orang secara individu maupun kelompok untuk saling
berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana persepsi, sikap dan
opininya penting terhadap suatu kesuksesan serta bertujuan menjalin kerjasama
yang baik.

14

Anda mungkin juga menyukai