Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

MAKALAH

RESOLUSI KONFLIK DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konflik
2.1.1 Defenisi Konflik ................................................................................... 2
2.1.2 Penyebab Konflik ................................................................................. 2
2.1.3 Konflik .................................................................................................. 3
2.2 Komunikasi Antar Budaya ............................................................................. 4
2.2.1 Defenisi Komunikasi dan Budaya ........................................................ 5
2.2.2 Defenisi Komunikasi Antar Budaya ..................................................... 7
2.3 Resolusi Konflik ............................................................................................ 8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan medium di mana konflik diciptakan dan diatasi.


Ketika melakukan komunikasi dengan orang-orang dari budaya lain, maka
identitas sosial lebih memegang peranan penting. Dalam masyarakat yang
semakin individual dan heterogen ini, media memainkan peranan penting sebagai
salah satu atau bahkan satu-satunya sumber sosialisasi dari realitas sosial di
masyarakat. Salah satu syarat untuk terjalinnya hubungan itu tentu saja harus ada
saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara satu dengan
lainnya. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan walaupun masih terlalu dini
bahwa komunikasi dan budaya merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan.
Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata
uang.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu konflik ?
b. Apa itu komunikasi antar budaya ?
c. Apa itu resolusi konflik ?
d. Bagaimana resolusi konflik dalam komunikasi antar budaya ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui dan memahami defenisi dari konflik.
b. Untuk mengetahui dan memahami defenisi dari komunikasi antar budaya
c. Untuk mengetahui dan memahami defenisi dari resolusi konflik.
d. Untuk mengetahui dan memahami resolusi dari konflik antar budaya
tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONFLIK
2.1.1 Defenisi Konflik
Ketika berbicara mengenai konflik, maka akan ada banyak definisi dan
pengertian mengenai konflik misalnya konflik bisa diartikan sebagai
pertentangan, peperangan, perkelahian, kerusuhan, dan lainnya. Konflik adalah
suatu proses sosial antara dua individu atau kelompok sosial dimana masing-
masing pihak berusaha untuk menyingkirkan pihak lain demi mencapai tujuannya
dengan cara memberikan perlawanan yang disertai dengan ancaman dan
kekerasan. Istilah “konflik” berasal dari bahasa Inggris, yaitu “conflict” yang
artinya pertentangan atau perselisihan. Konflik adalah proses disosiatif dalam
interaksi sosial yang terjadi ketika semua pihak dalam masyarakat ingin mencapai
tujuannya dalam waktu bersamaan.

Adapun pengertian konflik menurut beberapa para ahli yaitu :

a. Menurut Leopod Von Wiese (1987:89)


Konflik adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok
manusia berusaha untuk memenuhi apa yang menjadi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lain disertai dengan ancaman dan kekerasan. Dari pengertian
konflik tersebut, dapat dikatakan bahwa konflik merupakan proses sosial yang di
lakukan oleh sekelompok manusia yang berusaha untuk memenuhi apa yang
menjadi keinginannya yang di sertai dengan kekerasan.

b. Menurut Taquiri (1977:76)


Konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang dapat berlaku dalam
berbagai keadaan akibat dari pada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan. Dari pengertian konflik tersebut, maka konflik merupakan warisan
sosial akibat adanya ketidak setujuan akibat dari pertentangan yang terjadi dua
pihak atau lebih.

c. Menurut Faules (1994:249)


Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain,
kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini,
pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang
diekspresikan, diingat, dan dialami. Dari pengertian konflik tersebut, maka
konflik merupakan ekspresi yang dilakukan oleh sekelompok manusia akibat-
akibat kelompok lain mempunyai perbedaan pendapat.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa


pengertian konflik dalam hal ini adalah sebuah pertikaian antara individu dengan
individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan seperti
berusaha memenuhi apa yang menjadi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lain disertai dengan ancaman dan kekerasan serta pertikaian menunjukkan adanya
perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan di alami
yang berupa perselisihan, adanya ketegangan atau munculnya kesulitan-kesulitan
lain diantara dua pihak atau lebih dan sampai kepada tahap di mana pihak-pihak
yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu
tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.

2.1.2 Penyebab Konflik


Ketika berbicara mengenai konflik, maka perlu diperhatikan hal-hal yang
menyebabkan terjadinya konflik. Menurut Thomas santoso (2001:65) bahwa
penyebab terjadinya konflik adalah sebagai berikut :
a. Struktur, yang mana ukuran kelompok dan derajat spesialisasi merupakan
variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar kelompok dan
makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya konflik.
b. Variabel pribadi, faktor pribadi ini meliputi sistem nilai dan karakteristik
yang dimiliki tiap-tiap individu menyebabkan individu memiliki keunikan
dan berbeda dengan individu yang lain. Jika salah satu dari kondisi tersebut
terjadi dalam kelompok dan para karyawan menyadari akan hal tersebut,
maka muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi konflik.
Keadaan ini disebut dengan konflik yang dipersepsikan (perceived conflict).
Kemudian jika individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa
cemas, tegang, frustrasi, atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik
berubah menjadi konflik yang dirasakan (felt conflict).
c. Komunikasi yang buruk, yaitu komunikasi yang menimbulkan
kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber
konflik. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik,
pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran
komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi.
d. Perbedaan individu, konflik ini meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini
dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial dalam menjalani hubungan
sosial.
e. Perbedaan latar belakang kebudayaan, konflik ini terjadi sehingga
membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
f. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, manusia memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang
dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
g. Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut
dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan
memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi
nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.

Berdasarkan beberapa penyebab konflik diatas, penulis dapat


menyimpulkan bahwa konflik dapat terjadi bila mana terdapat perbedaan
kebudayaan, adanya perubahan-perubahan nilai yang begitu cepat, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial, dan adanya perbedaan individu.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,
seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.

2.2 KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA


2.2.1 Defenisi Komunikasi dan Budaya
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communication yang
berarti pemberitahuan atau pertukaran. Cherry dalam Stuart (1983) menjelaskan
bahwa istilah komunikasi berpangkal pada perkataan Latin yaitu Communis yang
artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin yaitu
Communico yang artinya membagi.
Kata “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti “budi” atau “akal”.
Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau
akal. Istilah culture, yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya
dengan kebudayaan, berasal dari kata “colere” yang artinya adalah mengolah atau
mengerjakan. Kata colere yang kemudian berubah menjadi culture diartikan
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam
(Daryanto, 2010: 78).
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Budaya pada dasarnya
merupakan nilai-nilai yang muncul dari proses interaksi antar-individu. Nilai-nilai
ini diakui, baik secara langsung maupun tidak, seiring dengan waktu yang dilalui
dalam interaksi tersebut. Bahkan terkadang sebuah nilai tersebut berlangsung di
dalam alam bawah sadar individu dan diwariskan pada generasi berikutnya.
Sedangkan arti budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai
1) pikiran, akal budi; 2) adat istiadat; 3) sesuatu yang mengenai kebudayaan yang
sudah berkembang (beradab, maju); dan 4) sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
yang sudah sukar diubah (Nasrullah, 2012: 15).

Terdapat hubungan yang sangat erat antara budaya dan komunikasi.


Menurut Edward T. Hall (dalam Mulyana dan Rakhmat, 2000:vi) berpendapat
bahwa : “culture is communication” dan “communication is culture”. Artinya,
budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi
pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.
Cara kita berkomunikasi sangat tergantung pada budaya kita : bahasa, aturan, dan
norma kita masing-masing. David Krech, et al., (1962) mengemukakan bahwa
kebudayaan itu adalah hubungan manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan
fisik dan lingkungan sosial. Kebudayaan dapat ditafsirkan sebagai cermin tingkah
laku manusia dalam menjawab masalah-masalah yang dihadapinya

2.2.2 Defenisi Komunikasi Antar Budaya Menurut Para Ahli


Masyarakat Indonesia sejak dahulu sudah dikenal sangat heterogen dalam
berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat
istiadat, dan sebagainya. Menurut Samovar dan Porter, komunikasi antar budaya
terjadi ketika anggota dari satu budaya tertentu memberikan pesan kepada anggota
dari budaya yang lain. Lebih tepatnya, komunikasi antarbudaya melibatkan
interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup
berbeda dalam suatu komunikasi (2014: 13).
Ada penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang
menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi antarbudaya. Komunikasi
antarbudaya mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan
perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antarpelaku komunikasi, tetapi titik
perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individuindividu atau
kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan
interaksi.

Adapun beberapa defenisi pendapat para ahli mengenai komunikasi antar


budaya diantaranya yaitu :

a. Menurut Samovar dan Porter (1972)


Komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam
kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya dan
pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh
kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai
b. Menurut Stewart (1974)
Komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah suatu kondisi
kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiadat dan kebiasaan
c. Menurut Carley H. Dood (1982)
Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan
dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang
berbeda.
d. Menurut Young Yun Kim (1984)
Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana
orang-orang yang terlibat di dalamnya baik secara langsung maupun tidak
langsung yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda
Maka dapat disimpulkan dari definisi diatas yang menerangkan bahwa ada
penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam
berlangsungnya proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya
memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan
perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi, tetapi
titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu dengan
individu atau kelompok dengan kelompok yang berbeda kebudayaan dan
mencoba untuk melakukan interaksi.

2.3 Resolusi Konflik


2.3.1 Defenisi Resolusi Konflik
Resolusi konflik adalah proses untuk mecapai keluaran konflik dengan
menggunakan metode resolusi konflik. Metode resolusi konflik adalah proses
manajemen konflik yang digunakan untuk menghasilkan keluaran konflik.
Adapun resolusi konflik menurut para ahli yaitu :
a. Resolusi dalam Webster Dictionary menurut Stewart Levine (1998:3)
Yaitu tindakan mengurai suatu permasalahan, pemecahan, dan penghapusan
atau penghilangan permasalahan.
b. Menurut Weitzman & Weitzman (dalam Morton & Coleman, 2000: 197)
Mendefinisikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan pemecahan
masalah bersama
c. Menurut Fisher et al (2001: 7)
Menjelaskan bahwa resolusi konflik adalah usaha menangani sebab-sebab
konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama
diantara kelompok-kelompok yang berseteru.
d. Menurut Mindes (2006: 24)
Resolusi konflik merupakan kemampuan untuk menyelesaikan perbedaan
dengan yang lainnya dan merupakan aspek penting dalam pembangunan
sosial dan moral yang memerlukan keterampilan dan penilaian untuk
bernegoisasi, kompromi, serta mengembangkan rasa keadilan.
Dari pemaparan teori menurut para ahli tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan resolusi konflik adalah suatu cara
individu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain
secara sukarela. Resolusi konflik juga menyarankan penggunaan cara-cara yang
lebih sederhana untuk menyelesaikan konflik dengan memberikan kesempatan
pada pihak-pihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah mereka oleh
mereka sendiri atau dengan melibatkan pihak ketiga yang bijak, netral, dan adil
untuk membantu pihak-pihak yang berkonflik memecahkan masalahnya.

2.3.2 Kemampuan Resolusi Konflik


Bodine and Crawford (Jones dan Kmitta, 2001: 2) merumuskan beberapa
macam kemampuan yang sangat penting dalam menumbuhkan inisiatif resolusi
konflik, diantaranya :
a. Kemampuan orientasi, meliputi pemahaman individu tentang konflik dan
sikap yang menunjukkan anti kekerasan, kejujuran, keadilan, toleransi, serta
harga diri.
b. Kemampuan persepsi, yaitu kemampuan seseorang untuk dapat memahami
bahwa tiap individu dengan individu yang lainnya berbeda, mampu melihat
situasi seperti orang lain melihatnya (empati), dan menunda untuk
menyalahkan atau memberi penilaian sepihak.
c. Kemampuan emosi, mencakup kemampuan untuk mengelola berbagai
macam emosi, termasuk di dalamnya rasa marah, takut, frustasi, dan emosi
negatif lainnya.
d. Kemampuan komunikasi, meliputi kemampuan mendengarkan orang lain,
memahami lawan bicara, berbicara dengan bahasa yang mudah dipahami,
dan meresume atau menyusun ulang pernyataan yang bermuatan emosional
ke dalam pernyatan yang netral atau kurang emosional.
e. Kemampuan berfikir kreatif, meliputi kemampuan memahami masalah
untuk memecahkan masalah dengan berbagi macam alternatif jalan keluar.
f. Kemampuan berfikir kritis, yaitu suatu kemampuan untuk memprediksi dan
menganalisis situasi konflik yang sedang dialami.
Tidak jauh berbeda, Scannell (2010: 18) juga menyebutkan aspek – aspek
yang mempengaruhi individu untuk dapat memahami dan meresolusi sebuah
konflik meliputi : a) keterampilan berkomunikasi, b) kemampuan menghargai
perbedaan, c) kepercayaan terhadap sesama, dan d) kecerdasan emosi. Dari
pemaparan ahli tersebut di atas dapat kita ketahui bahwa dalam proses resolusi
konflik diperlukan kemampuan-kemampuan tertentu untuk mencari solusi konflik
secara konstruktif. Kemampuan tersebut diantaranya adalah kemampuan orientasi,
kemampuan persepsi atau menghargai perbedaan, kemampuan emosi atau
kecerdasan emosi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berfikir kreatif, dan
kemampuan berfikir kritis.

2.4 Resolusi Konflik Dalam Komunikasi Antar Budaya


Adapun cara atau solusi mengatasi konflik yang terjadi dalam komunikasi
antar budaya diantaranya yaitu :
a. Pemaksaan
Yang mana untuk menyelesaikan konflik perlu ada pemaksaan melalui
kesepakatan (konsensus) terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Melalui konsensus nilai-nilai dan norma-norma yang
dipaksakan itulah masyarakat dapat dipersatukan dan dikendalikan sehingga
tidak terjadi konflik yang mengarah kepada kehancuran.
b. Dengan membongkar fondasi dasar penyebab konflik
Yang berarti faktor budaya yang menjadi fondasi dasar setiap kekerasan
harus ditransformasikan ke budaya perdamaian. Karena menghentikan
konflik kekerasan dan konflik struktural sangat tidak realistik jika tidak
mengubah fondasi dasarnya, karena selama fondasinya masih kokoh
(kekerasan kultural) maka kekerasan struktural dan konflik kekerasan itu
tetap akan terjadi.
c. Sosialisasi
Yaitu proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari
satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Dengan proses sosialisasi tersebut maka masyarakat akan lebih memahami
terkait komunikasi antar budaya sehingga terjadinya konflik dapat dihindari.
d. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi merupakan proses penyelesain konflik yang terdiri dari
menyelaraskan atau menyelesaikan suatu ketidakcocokan, bergabung
kembali, berbaik kembali, sependapat kembali, serta kepercayaan untuk
memulihkan kembali keadaan-keadaan yang berakibat terhadap pertikaian
dengan tujuan agar terciptanya suatu perdamaian (kerukunan kembali).
e. Musyawarah
Yang mana jika ada individu atau kelompok yang sedang berkonflik, maka
kelompok tersebut dipertemukan dalam sebuah forum musyawarah dan
mufakat.
f. Commitment => Negotiation
Negosiasi adalah proses komunikasi timbal balik yang dilakukan oleh dua
anggota atau lebih untuk mencari tahu masalah-masalah secara lebih
spesifik, menjelaskan posisi mereka dan saling bertukar gagasan untuk
mencapai kesepakatan bersama.
g. Misperception => Understanding (kesalahpahaman)
Yang mana individu atau kelompok harus menghilangkan pola fikir seperti
ini dengan cara berkomunikasi secara aktif terkait motif dan tujuan mereka
di dalam diskusi. Dengan demikian maka komunikasi yang terjalin dapat
membuka peluang anggota kelompok untuk saling percaya..
h. Many => One
Individu yang tidak terlibat dalam masalah tidak seharusnya memihak salah
satu pihak melainkan harus menjadi mediator dalam konflik tersebut.
i. Anger => Composure
Ketika keadaan “memanas”, anggota kelompok yang bertentangan harus
mampu mengontrol emosi mereka, seperti menyampaikan humor atau
lelucon di kelompok. Humor dapat memberikan emosi yang positif dan
dapat meredam emosi yang negatif seperti amarah.
j. Strong Tactics => Cooperative Tactics
Yaitu dengan menggunakan taktik untuk mengatasi suatu konflik.
Taktik yang digunakan pada dasarnya ada 4 (empat) kategori yaitu :
1) Avoiding, adalah usaha untuk menghindari konflik tersebut dan
berharap konflik itu akan hilang dengan sendirinya. Metode avoiding
dianggap metode yang negatif karena berpotensi melahirkan konflik
yang baru dan membiarkan konflik yang ada sehingga tidak
terselesaikan. Metode avoiding juga merupakan metode yang pasif
karena tidak adanya usaha nyata untuk menyelesaikan konflik.
2) Yielding, dimana anggota kelompok menyelesaikan masalah dengan
menyerahkan keputusan kepada orang lain. Metode yielding merupakan
metode yang baik dan menghasilkan solusi yang dapat diterima semua
pihak. Namun metode yielding merupakan metode yang pasif karena
tidak adanya usaha nyata untuk menyelesaikan konflik.
3) Fighting, yang mana pada sejumlah orang, mereka ingin menyelesaikan
konflik dengan memaksa anggota lainnya untuk menerima pandangan
mereka. Mereka melihat konflik sebagai situasi menang-kalah dan
menggunakan taktik yang kompetitif dan kuat untuk mengintimidasi
anggota yang lain. Metode fighting dianggap metode yang negatif
karena berpotensi melahirkan konflik yang baru dan membiarkan
konflik yang ada sehingga tidak terselesaikan. Namun metode fighting
merupakan metode yang aktif karena adanya usaha nyata untuk
menyelesaikan konflik.
4) Cooperating, dimana anggota yang mengandalkan kerjasama dalam
mengatasi konflik cenderung mencari solusi yang dapat diterima semua
pihak. Mereka tidak memaksakan kehendak dan kompetitif. Alih-alih
mereka menunjukkan akar dari permasalahan dan mencari solusi yang
tepat untuk masalah mereka. Orientasi ini disebut sebagai win-win
solution karena mengganggap hasil yang menyangkut orang lain
merupakan hasil mereka juga. Metode cooperating merupakan metode
yang baik dan menghasilkan solusi yang dapat diterima semua pihak.
Metode cooperating juga merupakan metode yang aktif karena adanya
usaha nyata untuk menyelesaikan konflik.

Sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi


untuk mengurangi konflik antarbudaya, berikut ini ada beberapa teknik, kiat dan
falsafah yang dapat membantu pengembangan sikap dan keterampilan
berkomunikasi, yaitu :

a. Mengenali diri sendiri


Intinya mengidentifikasi sikap, nilai, pendapat, kecenderungan diri sendiri,
dan mengetahui citra diri yang dipersepsikan orang lain. Dengan demikian dapat
menentukan apa saja yang dikatakan, juga apa yang didengar dari orang lain
katakan
b. Menggunakan kode yang sama
Karena makna terletak pada orang dan bukan pada kata-kata, maka untuk
meningkatkan komunikasi, seseorang harus mengetahui kode khusus yang
digunakan orang lain atau kelompok-kelompok tertentu. Jangan terburu-buru, ada
dua hal yang dapat dilakukan yaitu menunda penilaian dengan tidak terlalu cepat
dalam menarik kesimpulan sebelum orang lain menyatakan seluruh pikiran dan
perasaannya, dan memberi waktu yang cukup pada orang lain untuk mencapai
tujuan pembicaraannya.
c. Memperhitungkan lingkungan fisik dan manusia
Menyadari lingkungan atau konteks tempat dimana peristiwa komunikasi
terjadi Dengan memperhatikan lingkungan fisik, akan menyadari makna yang
dilekatkan oleh macam-macam kebudayaan pada simbol-simbol yang ada, yang
berpengaruh pada sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya.
d. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi
Hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran proses penyampaian dan
penerimaan pesan, seharusnya diperhatikan berdasar pada dampak yang mungkin
timbul akibat dari proses tersebut. Karenanya pemilihan topik dan gaya
penyampaian pesan perlu disesuaikan dengan siapa berkomunikasi.
e. Bisa mendorong terlaksananya umpan balik
Memahami kuantitas dan kualitas umpan balik berbeda antara satu
kebudayaan dengan kebudayaan lainnya.
f. Mengembangkan empati
Ketidakmampuan untuk memahami dan menghargai pandangan dan
orientasi orang lain sering kali menghambat komunikasi yang efektif. Oleh karena
itu sebaiknya menerima adanya perbedaan dan berusaha untuk menempatkan diri
pada posisi orang yang diajak berkomunikasi.
g. Mencari persamaan-persamaan di antara kebudayaan berbeda
Meskipun diharuskan untuk memahami adanya perbedaan-perbedaan latar
belakang sosial budaya yang memengaruhi komunikasi, tetapi dalam banyak hal
ternyata persamaan-persamaanlah yang memungkinkan seseorang untuk menjalin
hubungan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Konflik merupakan sebuah fenomena yang umum dalam


pergaulanmasyarakat, namun dapat menimbulkan dampak yang merugikan.
Konflik dapatmerupakan konflik potensial maupun konflik yang bersifat terbuka.
Keduanya sama-sama berbahaya sehingga penting dipikirkan resolusinya.
Resolusi konflik perlu mempertimbangkan asal budaya, oleh karena itu memaknai
komunikasi antar budaya itu penting dilakukan. Selama ini resolusi konflik sulit
dilakukan karena pihak-pihak terkait tidak dapat menjawab kepentingan
ataumengubah persepsi dari kelompok yang berkonflik tersebut dan hal itu
disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang pola-pola yang dipilih sebagai
resolusi konflik Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural, besar kemungkinan
memiliki pola-pola resolusi konflik yang berlainan pula. Namun demikian bangsa
Indonesia sesungguhnya adalah bangsa yang masihmenjunjung tinggi harmoni
yaitu cenderung suka menyelesaikan konflik dengan kemungkinan rasa
permusuhan paling sedikit dan pada cara-cara yang membuatdirinya tidak
memalukan. Apabila pihak-pihak terkait dapat memahami pola-pola resolusi
konflik. Dalam suatu budaya tertentu, maka perwujudan perdamaian adalahsatu
keniscayaan.

Anda mungkin juga menyukai