Anda di halaman 1dari 12

Journal of Borneo Holistic Health, Volume 1 No.

1 Juni 2018 hal 101-112


P ISSN 2621-9530 e ISSN 2621-9514

EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA TEKNIK BALUTAN WET-


DRY DAN MOIST WOUND HEALING PADA PENYEMBUHAN
ULKUS DIABETIK.
Maria Imaculata Ose1, Putri Ayu Utami2, Ana Damayanti3
1,2,3 Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan
*Email :onijuntak@gmail.com

ABSTRAK

Ketidakseimbangan glukosa dalam darah menimbulkan dampak gangguan pada neuropati yang berpotensi
terjadinya luka diabetes. Salah Satu komplikasi diabetes melitus adanya luka ulkus yang menyebabkan 50%
hingga 75% harus amputasi. Perawatan luka dewasa ini di ruang perawatan rumah sakit masih cenderung
menggunakan metode balutan kasa ”Wet-Dry”(Basah-kering), perawatan luka telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknik perawatan luka terkini
“Moist Wound Healing”. Tujuan penelitian ini untuk melihat efektivitas penyembuhan luka dengan
membandingkan penggunaan balutan dengan teknik Wet-Dry dan dengan teknik balutan Moist Wound
Healing. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain Quasi eksperimental. Populasi
adalah seluruh pasien diabetes yang mengalami ulkus. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Purposive Sampling sehingga diperoleh 18 responden yang menggunakan perawatan luka dengan teknik
wet-dry dan 15 responden ulkus diabetic yang dilakukan perawatan luka dengan teknik Moist Wound
Healing. Hasil : Data variabel berdistribusi normal setelah diuji dengan Saphiro-Wilk. Uji t-berpasangan
menunjukan nilai signifikan p =0,004 yang mana nilai p Value <0,05 sehingga ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang antara kelompok penyembuhan luka dengan perawatan luka dengan teknik Wet
dry dengan kelompok perawatan luka Moist Wound Healing. Kesimpulan dari penelitian ini perawatan luka
pada ulkus diabetik dengan teknik moist healing lebih cepat proses penyembuhannya sehingga pasien
mendapatkan perawatan lebih efektif dan efisien baik dari segi waktu dan biaya.

Kata Kunci : Ulkus, Diabetic, Wet-dry, Moist Wound Healing.

Abstract

The Effectiveness Of Wet-Dry And Moist Wound Healing Techniques On Diabetic Ulcer Healing.
Glucose imbalance in the blood affects the interference of neuropathy which potentially caused injury to
diabetes. One complication of diabetes mellitus of ulcer wounds that cause 50% to 75% should be
amputated. Today's wound care in hospital wards still tends to apply the "Basah - Kering" (Wet-dry)
screening method. Wound care has developed rapidly especially in the last two decades. The latest wound
treatment technique "Moist Wound Healing". The purpose of this research is to see the effectiveness of
wound healing by comparing the use of bandage with Wet-Dry technique to with Moist Wound Healing
dressing technique. This type of research is quantitative using the Quasi experimental design. The
population is all diabetic patients who have ulcers. The sampling technique used Purposive Sampling to get
18 respondents who apply wet-dry wound treatment and 15 respondents of diabetic ulcer who performed
wound treatment with Moist Wound Healing technique. Result: Variable data distribute normally after
tested with Saphiro-Wilk. The paired t-test showed significant value p = 0,004 which was p value <0,05 so
it showed that there was a difference between wound healing group and wet dry treatment with wound
healing wound treatment group. The conclusion of this research treatment of wounds in diabetic ulcers with
moist healing technique is faster in the healing process so that the patients get treatment more effectively
and efficiently both in terms of time and cost.

Keywords: Ulcers, Diabetic, Wet-dry, Moist Wound Healing.


Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

Pendahuluan proses ulkus diabetik pada kaki dimulai

Diabetes Mellitus merupakan dengan cedera pada jaringan lunak kaki,

sekelompok kelainan heterogen yang pembentukan fisura antara jari-jari kaki

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa atau didaerah kulit yang kering atau

dalam darah atau hiperglikemia. Pada pembentukan sebuah kalus. Masalah

diabetes, kemampuan tubuh untuk pada kaki diabetik misalnya ulserasi,

beraksi terhadap insulin dapat menurun, infeksi dan gangren merupakan

atau pankreas dapat menghentikan sama penyebab umum perawatan di rumah

sekali produksi insulin. Keadaan ini sakit bagi para penderita diabetes.

menimbulkan hiperglikemia yang Perawatan rutin ulkus, pengobatan

mengakibatkan komplikasi metabolik infeksi, amputasi dan perawatan di

akut seperti Diabetes ketoasidosis dan Rumah Sakit membutuhkan biaya yang

sindrom hiperglikemia yang sangat besar tiap tahun dan menjadi

mengakibatkan sindrome hipeglikemia beban yang sangat besar dalam sistem

hiperosmoler nonketotik (HHNK) dan pemeliharan kesehatan. (Smeltzer dan

pada jangka panjang menyebabkan Bare, 2002).

mikrovaskuler yang kronis (penyakit Ulkus diabetes disebabkan oleh

ginjal dan mata) dan komplikasi beberapa faktor yaitu neuropati, trauma,

makrovaskuler yang mencakup infark deformitas kaki, tekanan tinggi pada

miokard, stroke dan penyakit vaskuler telapak kaki dan penyakit vaskuler.

perifer. Salah Satu komplikasi diabetes Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus

melitus adanya luka ulkus yang diabetik yang menyeluruh dan sistematik

menyebabkan 50% hingga 75% harus dapat membantu memberikan arahan

amputasi. Ketidakseimbangan glukosa yang adekuat. Ulkus diabetik dapat juga

dalam darah menimbulkan dampak disebabkan oleh tekanan yang terus

gangguan pada neuropati yang menerus atau adanya gesekan yang

berpotensi terjadinya luka diabetes mengakibatkan kerusakan pada kulit

(Soewondo,dkk 2013). Di perkirakan Gesekan bisa mengakibatkan terjadinya

penderita DM memiliki resiko untuk abrasi dan merusak permukaan

mengalami ulkus diabetik sebagai akibat epidermis kulit (Parmet, 2005). Secara

dari ketidakseimbangan glukosa darah fisiologis penyembuhan luka terjadi

yang berdampak pada neuropati. dengan cara yang sama pada semua

Rangkaian kejadiaan yang khas dalam pasien, dengan sel kulit dan jaringan

102
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

kembali secara cepat atau lambat. prinsip lembab (moist) atau sering
Perkembangan pengetahuan tentang digunakan istilah “Moist Wound
teknik perawatan luka terkini menjadi Healing”. Metode ini secara klinis akan
trend tersendiri di dunia keperawatan. meningkatkan epitelisasi 30-50%,
Perawat sebagai pemberi layanan meningkatkan sintesa kolagen sebanyak
diharapkan memenuhi kebutuhan 50 %, rata-rata re-epitelisasi dengan
pasien/masyarakat akan pentingnya kelembaban 2-5 kali lebih cepat serta
pemanfaatan ilmu terkini. Pemahaman dapat mengurangi kehilangan cairan dari
Perawat yang benar tentang teknik atas permukaan luka (Wahidin, 2013).
perawatan luka terkini akan Moist Wound Healing adalah
meningkatkan kualitas pelayanan mempertahankan isolasi lingkungan luka
kesehatan. Banyak teknik perawatan yang tetap lembab dengan menggunakan
luka dikembangkan diberbagai rumah balutan penahan-kelembaban, oklusive
sakit. Perawatan luka dewasa ini, dan semi oklusive sehingga
cenderung menggunakan metode balutan penyembuhan luka dan pertumbuhan
kasa ”Wet-dry”(Basah-kering), Basah- jaringan dapat terjadi secara alami, dapat
Kering digunakan khusus untuk mempercepat penyembuhan 45 % dan
debridemen pada dasar luka, normal mengurangi komplikasi infeksi dan
salin digunakan untuk melembabkan pertumbuhan jaringan parut residual.
kasa, kemudian dibalut dengan kasa Penanganan luka ini saat ini terutama
kering. Ketika kasa lembab menjadi untuk luka kronik, seperti venous leg
kering, akan menekan permukaan ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot
jaringan, yang berarti segera harus ulcers. Teknik ini memiliki keuntungan
diganti dengan balutan kering luka cepat sembuh, kualitas
berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak penyembuhan baik serta dapat
hanya pertumbuhan jaringan sehat yang mengurangi biaya perawatan luka. Hal
terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa ini sangat penting bagi perawat untuk
nyeri yang berlebihan, metode Wet-dry dapat mengembangkan dan
dianggap sebagai metode debridemen mengaplikasikannya di lingkungan
mekanik dan diindikasikan bila ada perawatan khususnya perawatan luka
sejumlah jaringan nekrotik pada luka. yang jelas sangat memberikan kepuasan
(Perry dan Potter, 2002). Teknik bagi kesembuhan luka pasien (Ismail
perawatan luka terkini menggunakan dkk, 2009).

103
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

Perawatan luka secara benar menggunakan metode hydrocoloid


sebagai upaya untuk membantu dreesing terhadap percepatan
mempercepat proses penyembuhan perlu penyembuhan luka (Mulder, 1995).
dikembangkan. Pada penelitian ini Hasil dari penelitian ini di harapkan
penulis ingin membandingkan dapat memberikan masukan bagi
bagaimana pengaruh perawatan luka perawat dalam melaksanakan intervensi
ulkus diabetik dengan teknik balutan perawatan luka ulkus diabetik.
kasa Basah-Kering (Wet-dry, dan teknik
lembab (Moist Wound Healing) dengan
penelitian ini, membagi dua kelompok

Metode Perawatan luka dengan menggunakan


metode balutan basah-kering (Wet-dry)
Penelitian merupakan penelitian
pada pasien diabetes melitus dirawat di
kuantitatif dengan desain penelitian
Ruang Flamboyan dan ruang Dahlia
quasy experiment dengan kelompok
RSUD Tarakan dan balutan lembab
pembanding (control time series design).
(Moist wound healing) pada pasien
Penelitian ini dengan rancangan
Homecare di Kota Tarakan.
rangkaian waktu, hanya dengan
Penyembuhan luka yang dilakukan
menggunakan kelompok pembanding
penilaian dengan menggunakan lembar
(Notoatmodjo, 2005). Populasi diambil
observasi Bates-Jansen, yang
di RSUD Tarakan. Pada bulan Oktober–
mengevaluasi ukuran luka, kedalaman
Desember 2013 ada 18 responden yang
luka, keadaan tepi luka, terowongan
menggunakan perawatan luka dengan
pada luka, tipe jaringan nekrotik, luas
teknik Wet-dry dan 15 responden ulkus
jaringan nekrotik, jenis eksudat, jumlah
diabetic yang dilakukan perawatan luka
eksudat, keadaan kulit sekitar luka,
dengan teknik moist wound Healing.
oedem perifer, ukuran jaringan
Pada penelitian ini, peneliti
granulasi, indurasi jaringan perifer dan
menggunakan teknik purposive
ukuran epitelisasi. Analisa bivariat
sampling. Kriteria Inkulsi 1) pasien
adalah analisis secara simultan dari dua
dengan ulkus diabetik grade II sampai
variabel. Sebelum dilakukan uji bivariat,
dengan grade IV menurut klasifikasi
peneliti melakukan uji normalitas data
Wagner, 2) hemodinamik stabil, 3).
dengan menggunakan Uji Saphiro-Wilk
Kadar gula darah stabil. Dalam
karena responden kurang dari 50

104
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

(Dahlan Sopiyudin, 2011). Dan hasil ini membandingkan dua mean antar
yang di dapatkan pada nilai probabilitas variabel. Dengan uji ini didapatkan hasil
kurang dari taraf signifikan 0,05 atau 5% nilai probabilitas < taraf signifikan 5%
yang menjelaskan bahwa data tersebut atau 0,05% sehingga dapat ditarik suatu
berdistribusi normal. Pada Tahap uji kesimpulan adanya perbedaan dalam dua
hipotesis dengan Uji t-berpasangan. Uji kelompok tersebut.
Hasil
Perawatan luka dilakukan selama dengan keadaan basa dan kotor maka
satu minggu, pada setiap hari dilakukan akan dilakukan perawatan luka perhari.
evaluasi. Luka dengan perawatan Hasil pengkajian dari karakteristik luka
menggunakan Wet-dry dilakukan dari dua teknik tersebut sebagai berikut
evaluasi perhari. Kondisi luka ulkus (gambar tabel 2)

Tabel 2. Karateristik Perkembangan Luka


Karakteristik Kelompok N Rata-Rata SD P Value
Ukuran Luka, Wet Dry 18 2,89 1,278 0,081
Moist Wound Healing 15 1,60 .737
Kedalaman Wet Dry 18 2,11 1,079 0,625
Luka, Moist Wound Healing 15 1,67 .724
Keadaan Tepi Wet Dry 18 2,33 1,328 0.72
Luka, Moist Wound Healing 15 1,47 .743
Terowongan Wet Dry 18 2,61 1,420 0,001
Pada Luka, Moist Wound Healing 15 1,47 .743
Tipe Jaringan Wet Dry 18 3,39 1,420 0,002
Nekrotik, Moist Wound Healing 15 1,53 .640
Luas Jaringan Wet Dry 18 2,72 .895 0,648
Nekrotik, Moist Wound Healing 15 2,00 1,069
Jenis Eksudat, Wet Dry 18 3,17 1,339 0,081
Moist Wound Healing 15 1,60 .828
Jumlah Wet Dry 18 2,67 1,138 0,129
Eksudat, Moist Wound Healing 15 1,73 .704
Keadaan Kulit Wet Dry 18 2,94 1,392 0,001
Sekitar Luka, Moist Wound Healing 15 1,47 .516
Oedem Perifer, Wet Dry 18 2,72 1,274 0,012
Moist Wound Healing 15 1,53 .604
Ukuran Wet Dry 18 2,89 1,491 0,012
Jaringan Moist Wound Healing 15 1,73 .704
Granulasi,
Indurasi Wet Dry 18 2,72 1,274 0,006
Jaringan Perifer Moist Wound Healing 15 1,53 ,640
Ukuran Wet Dry 18 2,89 1,323 0,091
Epitelisasi Moist Wound Healing 15 1,60 .737

Setelah dilakuan perawatan luka dan karakteristik luka ulkus pada dua teknik
evaluasi pada hari ketiga didapatkan perawatan luka dengan menggunakan

105
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

teknik Wet-dry maupun Moist Wound sehingga data dapat diuji dengan t-tidak
Healing meliputi ukuran luka, berpasangan. Berdasarkan uji t-tidak
kedalaman luka, keadaan tepi luka, berpasangan diperoleh p value > 0,5
terowongan pada luka, tipe jaringan disimpulkan bahwa ada perbedaan pada
nekrotik, luas jaringan nekrotik, jenis karakteristik untuk ukuran luka,
eksudat, jumlah eksudat, keadaan kulit kedalaman luka, keadaan tepi luka, luas
sekitar luka oedem perifer, ukuran jaringan nekrotik, jenis eksudat, jumlah
jaringan granulasi, indurasi jaringan eksudat, oedem perifer, ukuran jaringan
perifer dan ukuran epitelisasi. Uji granulasi, indurasi jaringan perifer dan
ukuran epitelisasi.
kenormalan data menunjukan bahwa
karakteristik tersebut berdistriusi normal
Perbandingan efektifitas
penyembuhan luka

Hasil analisa menunjukan bahwa rata- yang mana nilai p Value <0,05 sehingga
rata efektifitas penyembuhan luka pada ini menunjukkan bahwa terdapat
kelompok perawatan luka dengan perbedaan yang antara kelompok
menggunakan teknik Wet-dry sebesar penyembuhan luka dengan perawatan
2,33 sedangkan pada penyembuhan luka luka dengan teknik Wet-dry dengan
dengan teknik Moist Wound Healing kelompok perawatan luka Moist Wound
rata-rata 1,40. Uji t-berpasangan Healing.
menunjukan nilai signifikan p =0,004

Tabel 3 Rerata perbandingan efektifitas penyembuhan luka


n Mean SD t p Value
Wet Dry 18 2,33 ,485 5,392 0,004*

Moist Wound Healing 15 1,40 ,057 5,369

*bermakna pada α =0.05

106
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

Pembahasan

Tujuan utama dalam Wet-dry dan Moist Wound Healing.


penatalaksanaan ulkus diabetik adalah Terlihat perbedaan efektifitas hasil untuk
penutupan luka. Penatalaksanaan ulkus perawatan luka dengan menggunakan
diabetik secara garis besar ditentukan metode balutan basah-kering dengan
oleh derajat keparahan ulkus, metode balutan lembab. Terlihat metode
vaskularisasi dan adanya infeksi. balutan yang diberikan dapat
Perawatan ulkus diabetik pada dasarnya mempengaruhi proses penyembuhan
terdiri dari tiga kompenen utama yaitu luka.
debridement, offloading dan penanganan Wet-dry Dressing telah menjadi
infeksi. Penggunaan balutan yang efektif prosedur standar untuk pasien perawatan
dan tepat membantu penanganan ulkus luka dirumah sakit dan banyak penelitian
diabetik yang optimal. Konsep lain yang menunjukan bahwa kasa dressing
dikembangkan dalam perawatan luka bukanlah modalutas perawatan luka
dengan menggunakan konsep TIME. optimal untu pasien, dressing jasa tidak
Konsep TIME merupakan kerangka efektif mendukung penyembuhan
kerja dalam perawatan luka meliputi: optimal (Ovington and Liza, 2001).
tissue management, infection Perawatan luka dengan menggunakan
/inflammation control, moisture balance teknik Wet-dry sangat dipengaruhi oleh
dan ephtielial advancement. Adimas suhu lingkungan sekitar. Wet-dry dapat
(2008). menyebabkan luka menjadi terlalu basah
Pemilihan balutan yang efektif dan apabila balutan terlalu basah sehingga
tepat merupakan hal yang penting dalam menyebabkan vaskularisasi pada luka
perawatan luka ulkus diabetik. Kondisi menjadi terganggu dan menyebabkan
lingkungan luka yang bersih dan lembab malserasi. Apabila balutan terlalu kering
dapat mencegah dehidrasi jaringan dan maka menjadi sulit untuk mengganti
kematian sel, akselerasi angiogenesisi balutan luka. Sedangkan untuk teknik
dan memungkinkan interaksi antara balutan modern dressing tidak
faktor pertumbuhan dengan sel target. dipengaruhi oleh suhu lingkungan
(Parmet, 2005). sekitar karena lapisan balutan tertutup
Pada penelitian ini, perawatan luka rapat (Morison, 2004).
menggunakan dua teknik balutan yaitu

107
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

Balutan Wet-Dry dengan normal jaringan nekrotik. Untuk jaringan


salin menjadi standar baku perawatan nekrotik sendiri membutuhkan
luka/ seain itu dapat di gunakan platelet lingkungan luka yang lembab agar dapat
Derived Growth Factor (PDGF), dimana mengakat jaringan nekrotik tersebut.
akan meningkatkan penyembuhan luka, Konsistensi jaringan nekrotik adalah
PDGD telah menunjukan dapat keras sehingga butuh balutan yang dapat
menstimulasi kemotaksis dan menjadikan jaringan tersebut lunak.
mitogenesis neutrofil, fibroblast dan Sedangkan untuk jaringan epitelisasi
monosit pada proses penyembuhan luka. memiliki sifat yang berbeda dengan
Balutan teknik Wet-dry dapat jaringan nekrotik. Jaringan epitelisasi
diaplikasikan pada tahap setelah sangat lunak sehingga mudah untuk
debridemen mekanis yang mana pecah (Mulder, 1995).
mengurangi dan membuang jaringan Pada penelitian ini dikaji
nekroktik pada dasar luka. Teknik penyembuhan dengan melakukan
mekanisme yang sederhana adalah pada perawatan luka dengan menggunakan
palikasi kasa Wet-dry saline gauze. teknik Moist Wound Healing. Moist
Setelah kain kasa basah diletakkan pada Wound Healing merupakan suatu
dasar luka dan dibiarkan sampai metode perawatan luka dengan
mengering, debris nekrotik menempel memberikan lingkungan yang tepat
pada kasa dan secara mekanis akan dibutuhkan oleh luka sehingga proses
terkelupas dari dasar ketika kasa penyembuhan luka sesuai dengan fase
dilepaskan (Ovingtoand Liza, 2001). penyembuhan luka atau bahkan lebih
Apabila menggunakan balutan cepat. Prinsip penyembuhan luka salah
yang basah akan menjadi kering karena satunya adalah kemampuan tubuh untuk
dipengaruhi oleh suhu lingkungan menangani trauma jaringan dipengaruhi
sekitar. Balutan menjadi lebih kering oleh luasnya kerusakan dan keadaan
akan sangat sulit untuk membuka umum kesehatan tiap orang, maka
balutan tersebut saat ingin dilakukan perawatan dengan menggunakan metode
perawatan luka kembali. Jaringan- Moist Healing yaitu menyesuaikan apa
jaringan yang ada disekitar luka akan yang dibutuhkan oleh luka dalam setiap
ikut terangkat pada saat balutan diangkat fase penyembuhannya. Sehingga
dari luka. Tidak peduli apakah itu adalah penyembuhan luka dapat menjadi lebih
jaringan yang sudah berepitelisasi atau optimal. Hal ini sejalan dengan beberapa

108
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

penelitian yang pernah dilakukan terkait Healing terdapat perbedaan yang


dengan dengan teknik Moist Wound signifikan dari nilai rata-rata pada semua
Healing tahun 1962 oleh prof. Dr George kriteria mencakup ukuran luka,
D. Winter pada hewan menjelaskan kedalaman luka, keadaan tepi luka,
bahwa perawatan luka dengan terowongan pada luka, tipe jaringan
menggunakan konsep tertutup atau nekrotik, luas jaringan nekrotik, jenis
lembab dua kali lebih cepat sembuh eksudat, jumlah eksudat, keadaan kulit
dibandingkan dengan perawatan yang sekitar luka oedem perifer, ukuran
dibiarkan dengan kering (Wahidin, jaringan granulasi, indurasi jaringan
2013). perifer dan ukuran epitelisasi (Ovington,
Menurut teori perawatan luka 2001). Balutan Moist Wound Healing
dengan menggunakan balutan moist bersifat lembut dan dapat mengembang
healing memberikan lingkungan luka apabila luka mempunyai jumlah eksudat
dalam keadaan lembab sehingga dapat yang banyak dan tetap memberikan
mempersiapkan proses penyembuhan kesan lembab dan mencegah
luka sesuai dengan waktu yang sudah kontaminasi dari bakteri yang ada diluar
ditetapkan pada fase penyembuhan luka. luka. Untuk balutan basah kering
Sedangkan penggunaan balutan basah apabila luka memiliki eksudat dalam
kering menurut teori adalah sebagai jumlah banyak maka harus segera
balutan dengan menggunakan cara diganti balutannya. Terutama apabila
sekunder dan tersier (Ismail dkk, 2009). eksudat tersebut sampai merembes
keluar dari balutan yang menyebabkan
Dari hasil penelitian dapat dilihat
balutan tampak kotor. Selain itu teknik
bahwa proses penyembuhan luka dengan
moist healing tidak memberikan nyeri
menggunakan teknik moist healing lebih
maupun perdarahan saat balutan
cepat penyembuhannya daripada dengan
diangkat dari luka. Sedangkan untuk
menggunakan tekhnik balutan basah
penggunaan perawatan luka balutan
kering. Hal ini dapat dilihat dari
basah kering akan sangat sulit saat ingin
karakteristik luka ulkus diabetik baik
membuka balutan tersebut dikarenakan
pada kelompok Wet-dry yang
balutan tersebut menjadi kering dan akan
mengalami perlambatan penyembuhan
menimbulkan nyeri dan juga perdarahan
di bandingkan dengan kelompok
apabila balutan tersebut diangkat
perawatan dengan teknik Moist Wound
(Wahidin, 2013).

109
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

Banyak penelitian lain yang mengilangkan luka-luka ini


dilakukan untuk mendapatkan memperhitungkan waktu perawatan.
penyembuhan luka ulkus diabetik Kesimpulan
dengan menggunakan media lain, seperti Dari hasil penelitian yang
menggunakan madu pada luka. Madu dilakukan tentang proses penyembuhan
dapat membuat luka menjadi lembab, luka pada pasien dengan ulkus diabetik
dan dapat dimanfaatkan untuk dengan menggunakan teknik balutan
mengangkat jaringan mati dan Wet-dry dan teknik Moist Wound
mempercepat proses granulasi pada Healing didapatkan hasil uji statistik
jaringan, dari hasil penelitiannya adanya perbedaan antara proses
menyebutkan bahwa madu membantu penyembuhan dengan teknik moist
proses penyembuhan luka lebih cepat healing dan wet-dry sehingga
(Suryani & Supriyono, 2012). Selain disimpulkan bahwa pasien dengan ulkus
didukung dengan teknik perawatan luka diabetik yang perawatan luka dengan
yang diberikan tetapi juga dapat menggunakan moist healing cenderung
memperhatikan prinsip penyembuhan proses penyembuhan lukanya lebih
luka lainnya. Pemilihan balutan yang cepat.
tepat pada perawatan luka dapat lebih
efektif dan efisien baik dari segi waktu Saran
dan biaya bagi masa perawatan pasien. Dari kesimpulan diatas penulis
Pemilihan balutan yang tepat pada memberikan saran sebagai berikut:
perawatan luka dapat lebih efektif dan Dalam Perawatan luka dapat dilakukan
efisien baik dari segi waktu dan biaya dengan teknik balutan Moist Healing
bagi masa perawatan pasien. Pada yang mempercepat proses penyembuhan
penelitian yang dilakukan oleh Mulder, luka, meningkatkan laju epitelisasi,
Gerit D (1995) menyebutkan bahwa dapat menurunkan kejadiaan infeksi,
biaya perawatan harian sedikit lebih lebih efektif dan efisien dalam biaya juga
tinggi dengan metode Moist Wound dapat memberi keuntungan psikologis
Healing di bandingkan dengan metode dan mudah digunakan. Bagi Peneliti lain
Wet-dry, akan tetapi metode dengan diharapkan dapat meneruskan penelitian
Moist Wound Healing menjadi cara yang ini dengan menambah jumlah sampel
lebih efektif dari segi biaya nuntuk pada kedua kelompok penelitian atau
meningkatan penelitian dengan

110
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

menggunakan metode eksprimental pada media lain yang bersifat moist atau
hewan coba dan dapat mengunakan lembab dalam perawatan luka

Referensi

Adimas. (2008). Cara Perawatan Julia Mees and Wolf Arif. (2012).
dengan Modern Dressing. http:// Treatment Options for Post
Mediacastore.com operatively infected abdominal
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku wall wound healing by secondary
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. intention. (http://www.
Jakarta : EGC. ebscohost.co.id di akses 10
Dahlan Sopiyudin. (2011). Statistik oktober 2013)
Untuk Kedokteran dan Kesehatan Mulder, G. D. (1995). Cost-effective
Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika managed care: gel versus wet-to-
Ismail, D. D. S. L., Irawaty, D., & dry for debridement.
Haryati, T. S. (2009). Penggunaan Ostomy/wound management,
Balutan Modern Memperbaiki 41(2), 68-70.
Proses Penyembuhan Luka Morison, J. Moya. (2004). Manajemen
Diabetik. Jurnal Kedokteran Luka. Jakarta. EGC.
Brawijaya, 25(1), 32-35. Notoatmodjo, S. (2005). Methodology of
Istikomah Nurul. (2010). Perbedaan Health Research. PT Rineka
Perawatan Luka Dengan Reserved, Jakarta, 152-167.
Menggunakan Povodine Iodine Ovington, L. G. (2001). Hanging wet-to-
10% Dan Nacl 0,9% Terhadap dry dressings out to dry. Home
Proses Penyembuhan Luka Pada Healthcare Now, 19(8), 477-483
Pasien Post Operasi Prostatektomi Parmet, S., Glass, T. J., & Glass, R. M.
Di Ruang Anggrek Rsud Tugurejo (2005). Diabetic foot ulcers.
Semarang. Abstrak. Program studi JAMA, 293(2), 260-260.
ilmu keperawatan fakultas Perry dan Potter. (2002). Buku Ajar
kedokteran universitas diponegoro Fundamental Of Nursing, Volume
semarang 1, Edisi 4. Jakarta. EGC.

111
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik

Supriyanti dkk. (2007). Efektifitas Alami Terhadap Penyembuhan


Penggunaan Kompres Luka Infeksi Kaki Diabetik (Ikd)
Metronidazol dan NaCl 0.9% (Studi Kasus Di Puskesmas
Terhadap Proses Penyembuham Bangetayu Dan Puskesmas Genuk
luka Diabetik di RSUD Mergono Semarang). Karya Ilmiah S. 1 Ilmu
soekarjo Keperawatan
Purwokerto.(http://www.ebscohos Soewondo, P., Ferrario, A., & Tahapary,
t.co.id di akses 10 oktober 2013) D. L. (2013). Challenges in
Smeltzer dan Bare. (2002). Keperawatan diabetes management in
Medikal Bedah, Volume 2, Edisi 8. Indonesia: a literature review.
Jakarta.EGC Globalization and health, 9(1), 63.
Sylvia A. Prince, Lorraine M. Wilson Wahidin Abun. 2013. Perawatan luka
(2006). Patofisiologi, Edisi 4. modern dressing. (http
Jakarta : EGC. ://Mediacostore.com diakses
Suryani, M., & Supriyono, M. (2012). tanggal 13 Maret 2013
Efektivitas Pengobatan Madu

112

Anda mungkin juga menyukai