401 1306 1 PB PDF
401 1306 1 PB PDF
ABSTRAK
Ketidakseimbangan glukosa dalam darah menimbulkan dampak gangguan pada neuropati yang berpotensi
terjadinya luka diabetes. Salah Satu komplikasi diabetes melitus adanya luka ulkus yang menyebabkan 50%
hingga 75% harus amputasi. Perawatan luka dewasa ini di ruang perawatan rumah sakit masih cenderung
menggunakan metode balutan kasa ”Wet-Dry”(Basah-kering), perawatan luka telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknik perawatan luka terkini
“Moist Wound Healing”. Tujuan penelitian ini untuk melihat efektivitas penyembuhan luka dengan
membandingkan penggunaan balutan dengan teknik Wet-Dry dan dengan teknik balutan Moist Wound
Healing. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain Quasi eksperimental. Populasi
adalah seluruh pasien diabetes yang mengalami ulkus. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Purposive Sampling sehingga diperoleh 18 responden yang menggunakan perawatan luka dengan teknik
wet-dry dan 15 responden ulkus diabetic yang dilakukan perawatan luka dengan teknik Moist Wound
Healing. Hasil : Data variabel berdistribusi normal setelah diuji dengan Saphiro-Wilk. Uji t-berpasangan
menunjukan nilai signifikan p =0,004 yang mana nilai p Value <0,05 sehingga ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang antara kelompok penyembuhan luka dengan perawatan luka dengan teknik Wet
dry dengan kelompok perawatan luka Moist Wound Healing. Kesimpulan dari penelitian ini perawatan luka
pada ulkus diabetik dengan teknik moist healing lebih cepat proses penyembuhannya sehingga pasien
mendapatkan perawatan lebih efektif dan efisien baik dari segi waktu dan biaya.
Abstract
The Effectiveness Of Wet-Dry And Moist Wound Healing Techniques On Diabetic Ulcer Healing.
Glucose imbalance in the blood affects the interference of neuropathy which potentially caused injury to
diabetes. One complication of diabetes mellitus of ulcer wounds that cause 50% to 75% should be
amputated. Today's wound care in hospital wards still tends to apply the "Basah - Kering" (Wet-dry)
screening method. Wound care has developed rapidly especially in the last two decades. The latest wound
treatment technique "Moist Wound Healing". The purpose of this research is to see the effectiveness of
wound healing by comparing the use of bandage with Wet-Dry technique to with Moist Wound Healing
dressing technique. This type of research is quantitative using the Quasi experimental design. The
population is all diabetic patients who have ulcers. The sampling technique used Purposive Sampling to get
18 respondents who apply wet-dry wound treatment and 15 respondents of diabetic ulcer who performed
wound treatment with Moist Wound Healing technique. Result: Variable data distribute normally after
tested with Saphiro-Wilk. The paired t-test showed significant value p = 0,004 which was p value <0,05 so
it showed that there was a difference between wound healing group and wet dry treatment with wound
healing wound treatment group. The conclusion of this research treatment of wounds in diabetic ulcers with
moist healing technique is faster in the healing process so that the patients get treatment more effectively
and efficiently both in terms of time and cost.
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa atau didaerah kulit yang kering atau
sekali produksi insulin. Keadaan ini sakit bagi para penderita diabetes.
akut seperti Diabetes ketoasidosis dan Rumah Sakit membutuhkan biaya yang
ginjal dan mata) dan komplikasi beberapa faktor yaitu neuropati, trauma,
miokard, stroke dan penyakit vaskuler telapak kaki dan penyakit vaskuler.
melitus adanya luka ulkus yang diabetik yang menyeluruh dan sistematik
mengalami ulkus diabetik sebagai akibat epidermis kulit (Parmet, 2005). Secara
yang berdampak pada neuropati. dengan cara yang sama pada semua
Rangkaian kejadiaan yang khas dalam pasien, dengan sel kulit dan jaringan
102
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik
kembali secara cepat atau lambat. prinsip lembab (moist) atau sering
Perkembangan pengetahuan tentang digunakan istilah “Moist Wound
teknik perawatan luka terkini menjadi Healing”. Metode ini secara klinis akan
trend tersendiri di dunia keperawatan. meningkatkan epitelisasi 30-50%,
Perawat sebagai pemberi layanan meningkatkan sintesa kolagen sebanyak
diharapkan memenuhi kebutuhan 50 %, rata-rata re-epitelisasi dengan
pasien/masyarakat akan pentingnya kelembaban 2-5 kali lebih cepat serta
pemanfaatan ilmu terkini. Pemahaman dapat mengurangi kehilangan cairan dari
Perawat yang benar tentang teknik atas permukaan luka (Wahidin, 2013).
perawatan luka terkini akan Moist Wound Healing adalah
meningkatkan kualitas pelayanan mempertahankan isolasi lingkungan luka
kesehatan. Banyak teknik perawatan yang tetap lembab dengan menggunakan
luka dikembangkan diberbagai rumah balutan penahan-kelembaban, oklusive
sakit. Perawatan luka dewasa ini, dan semi oklusive sehingga
cenderung menggunakan metode balutan penyembuhan luka dan pertumbuhan
kasa ”Wet-dry”(Basah-kering), Basah- jaringan dapat terjadi secara alami, dapat
Kering digunakan khusus untuk mempercepat penyembuhan 45 % dan
debridemen pada dasar luka, normal mengurangi komplikasi infeksi dan
salin digunakan untuk melembabkan pertumbuhan jaringan parut residual.
kasa, kemudian dibalut dengan kasa Penanganan luka ini saat ini terutama
kering. Ketika kasa lembab menjadi untuk luka kronik, seperti venous leg
kering, akan menekan permukaan ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot
jaringan, yang berarti segera harus ulcers. Teknik ini memiliki keuntungan
diganti dengan balutan kering luka cepat sembuh, kualitas
berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak penyembuhan baik serta dapat
hanya pertumbuhan jaringan sehat yang mengurangi biaya perawatan luka. Hal
terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa ini sangat penting bagi perawat untuk
nyeri yang berlebihan, metode Wet-dry dapat mengembangkan dan
dianggap sebagai metode debridemen mengaplikasikannya di lingkungan
mekanik dan diindikasikan bila ada perawatan khususnya perawatan luka
sejumlah jaringan nekrotik pada luka. yang jelas sangat memberikan kepuasan
(Perry dan Potter, 2002). Teknik bagi kesembuhan luka pasien (Ismail
perawatan luka terkini menggunakan dkk, 2009).
103
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik
104
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik
(Dahlan Sopiyudin, 2011). Dan hasil ini membandingkan dua mean antar
yang di dapatkan pada nilai probabilitas variabel. Dengan uji ini didapatkan hasil
kurang dari taraf signifikan 0,05 atau 5% nilai probabilitas < taraf signifikan 5%
yang menjelaskan bahwa data tersebut atau 0,05% sehingga dapat ditarik suatu
berdistribusi normal. Pada Tahap uji kesimpulan adanya perbedaan dalam dua
hipotesis dengan Uji t-berpasangan. Uji kelompok tersebut.
Hasil
Perawatan luka dilakukan selama dengan keadaan basa dan kotor maka
satu minggu, pada setiap hari dilakukan akan dilakukan perawatan luka perhari.
evaluasi. Luka dengan perawatan Hasil pengkajian dari karakteristik luka
menggunakan Wet-dry dilakukan dari dua teknik tersebut sebagai berikut
evaluasi perhari. Kondisi luka ulkus (gambar tabel 2)
Setelah dilakuan perawatan luka dan karakteristik luka ulkus pada dua teknik
evaluasi pada hari ketiga didapatkan perawatan luka dengan menggunakan
105
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik
teknik Wet-dry maupun Moist Wound sehingga data dapat diuji dengan t-tidak
Healing meliputi ukuran luka, berpasangan. Berdasarkan uji t-tidak
kedalaman luka, keadaan tepi luka, berpasangan diperoleh p value > 0,5
terowongan pada luka, tipe jaringan disimpulkan bahwa ada perbedaan pada
nekrotik, luas jaringan nekrotik, jenis karakteristik untuk ukuran luka,
eksudat, jumlah eksudat, keadaan kulit kedalaman luka, keadaan tepi luka, luas
sekitar luka oedem perifer, ukuran jaringan nekrotik, jenis eksudat, jumlah
jaringan granulasi, indurasi jaringan eksudat, oedem perifer, ukuran jaringan
perifer dan ukuran epitelisasi. Uji granulasi, indurasi jaringan perifer dan
ukuran epitelisasi.
kenormalan data menunjukan bahwa
karakteristik tersebut berdistriusi normal
Perbandingan efektifitas
penyembuhan luka
Hasil analisa menunjukan bahwa rata- yang mana nilai p Value <0,05 sehingga
rata efektifitas penyembuhan luka pada ini menunjukkan bahwa terdapat
kelompok perawatan luka dengan perbedaan yang antara kelompok
menggunakan teknik Wet-dry sebesar penyembuhan luka dengan perawatan
2,33 sedangkan pada penyembuhan luka luka dengan teknik Wet-dry dengan
dengan teknik Moist Wound Healing kelompok perawatan luka Moist Wound
rata-rata 1,40. Uji t-berpasangan Healing.
menunjukan nilai signifikan p =0,004
106
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik
Pembahasan
107
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik
108
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik
109
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik
110
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik
menggunakan metode eksprimental pada media lain yang bersifat moist atau
hewan coba dan dapat mengunakan lembab dalam perawatan luka
Referensi
Adimas. (2008). Cara Perawatan Julia Mees and Wolf Arif. (2012).
dengan Modern Dressing. http:// Treatment Options for Post
Mediacastore.com operatively infected abdominal
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku wall wound healing by secondary
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. intention. (http://www.
Jakarta : EGC. ebscohost.co.id di akses 10
Dahlan Sopiyudin. (2011). Statistik oktober 2013)
Untuk Kedokteran dan Kesehatan Mulder, G. D. (1995). Cost-effective
Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika managed care: gel versus wet-to-
Ismail, D. D. S. L., Irawaty, D., & dry for debridement.
Haryati, T. S. (2009). Penggunaan Ostomy/wound management,
Balutan Modern Memperbaiki 41(2), 68-70.
Proses Penyembuhan Luka Morison, J. Moya. (2004). Manajemen
Diabetik. Jurnal Kedokteran Luka. Jakarta. EGC.
Brawijaya, 25(1), 32-35. Notoatmodjo, S. (2005). Methodology of
Istikomah Nurul. (2010). Perbedaan Health Research. PT Rineka
Perawatan Luka Dengan Reserved, Jakarta, 152-167.
Menggunakan Povodine Iodine Ovington, L. G. (2001). Hanging wet-to-
10% Dan Nacl 0,9% Terhadap dry dressings out to dry. Home
Proses Penyembuhan Luka Pada Healthcare Now, 19(8), 477-483
Pasien Post Operasi Prostatektomi Parmet, S., Glass, T. J., & Glass, R. M.
Di Ruang Anggrek Rsud Tugurejo (2005). Diabetic foot ulcers.
Semarang. Abstrak. Program studi JAMA, 293(2), 260-260.
ilmu keperawatan fakultas Perry dan Potter. (2002). Buku Ajar
kedokteran universitas diponegoro Fundamental Of Nursing, Volume
semarang 1, Edisi 4. Jakarta. EGC.
111
Ose, M.I.,Utami, P.A, & Damayanti, A., Efektivitas Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik
112