Anda di halaman 1dari 4

Phytagoras berpendapat bahwa segalanya adalah bilangan.

Kesimpulan ini ditarik dari


kenyataan bahwa nada – nada musik dapat dijabarkan ke perbandingan antara bilangan –
bilangan. Kalau segalanya adalah bilangan, itu berarti bahwa unsur – unsur atau prinsip –
prinsip bilangan merupakan juga unsur – unsur yang terdapat dalam segala sesuatau. Menurut
kalangan Phytagorean, unsur – unsur atau prinsip – prinsip bilangan adalah genap dan ganjil,
terbatas dan tak terbatas. Oktaf merupakan harmoni yang dihasilkan dengan menggabungkan
hal – hal yang berlawanan, yaitu bilangan 1 (bilangan ganjil), dan bilangan 2 (bilangan genap).
Demikian juga seluruh dunia merupakan suatu harmoni yang memperdamaikan hal – hal yang
berlawanan, itulah sebabnya kaum Phytagorean mengambil alih sejarah Anaximandros bahwa
kosmos seluruhnya terdiri dari hal – hal yang berlawanan.

Menurut kesaksian Aristoteles, kaum Phytagoreantelah mengajarkan bahwa ada


sepuluh prinsip semacam itu yang disusun dalam dua lajur, yaitu sebagai berikut :

Terbatas : Tak Terbatas

Ganjil : Genap

Satu : Banyak

Kanan : Kiri

Laki – laki : Perempuan

Diam : Gerak

Lurus : Bengkok

Terang : Gelap

Baik : Jahat

Persegi : Empat Persegi Panjang

Menurut mereka, setiap perubahan di alam semesta ini dapat dicocokkan dengan
kategori – kategori matematis. Suara dawai dengan ukuran tertentu dapat dikatakan dalam
bilangan. Setiap perubahan yang terjadi di alam semesta ini dapat dinyatakan dengan bilangan
– bilangan. Numeriologi Phytagoras ini turut memengaruhi berbagai spekulasi dalam filsafat
dikemudian hari, terutama dalam Platonisme dan Neo-Platonisme.

4. Kosmologi
Teori mahzab Phytagorean tentang susunan kosmos tentu mengherankan, karena untuk
pertama kalinya dinyatakan bahwa bukan bumi yang merupakan pusat jagat raya. Menurut
mahzab Phytagorean, pusat jagat raya adalah api (hestia). Benda langit yang beredar di
sekeliling api sentral itu berturut – turut adalah kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari,
kelima planet (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, Saturnus)dan akhirnya langit dengan bintang
– bintang tetap. Demikianlah sepuluh badan jagat raya beredar mengelilingi api sentral sebagai
suatu tetraktys raksasa. Kita tidak melihat api dan kontra bumi, karena permukaan bumi dimana
kita hidup tetap berpaling dari api dan kontra bumi, sebagaimana juga bagian bulan yang tidak
berhadapan dengan kita tetap berpaling dari bumi. Dengan kata lain kita dapat menarik
kesimpulan bahwa dalam revolusinya sekitar api sentral, bumi juga mengadakan rotasi
mengelilingi sumbunya sendiri.

Matahari dan bulan memantulkan api sentral. Gerhana – gerhana terjadi apabila bumi
dan kontra bumi menggelapkan api sentral. Selanjutnya, api sentral di kemudian hari oleh para
pemikir – pemikir Yunani yang berasal dari mahzab Phytagorean akan disamakan dengan
matahari, sehingga dalam bidang kosmologi mereka menganut pendirian helio-sentris.

Aristoteles mengatakan bahwa menurut kaum Phytagorean seluruh langit merupakan


suatu tangga nada musik serta suatu bilangan. Anggapan bahwa jagat raya sama dengan suatu
tangga nada juga disebut ajaran mengenai “the harmony of the spheres”. Beberapa orang
Phytagorean menerangkan bahwa bumi dan kontra bumi mengeluarkan nada yang sama,
sedangkan langit dengan bintang – bintang tetap tidak mengeluarkan bunyi. Telinga kita sudah
terbiasa mendengarkan bunyi – bunyi itu, sehingga kita tidak lagi mendengarnya. Legenda –
legenda dalam kalangan Phytagoreanmenceritakan bahwa Phytagoras sendiri telah mendengar
harmoni itu.

\
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasanyang terdapat dalam makalah ini, maka
kesimpulan yang dapat kami buat yaitu sebagi berikut :
1. Mengenai sejarah hidup Phytagoras, Phytagoras lahir pada tahun 580 SM (Sebelum
Masehi) di Pulau Samos, Yunani. Ayahnya merupakan seorang pedagang kaya
bernama Mnesarchus dan ibunya bernama Pythais yang berasal dari Samos.
Phytagoras adalah tokoh yang sangat terkenaltidak hanya dalam bidang
matematika, melainkan pula dalam bidang filsafat. Ia memiliki seorang uru
bernama Thales yang mengajarkannya tentang Filsafat dan Matematika. Phytagoras
menikah pada usia yang sudah tua, sekitar 64 tahun. Dari pernikahannya,
Phytagoras memiliki tujuh orang anak. Banyak versi yang menyebutkan tentang
akhir kehidupan Phytagoras. Versi yang paling terkenal yaitu menceritakan akhir
kehidupan Phytagoras yang dihukum pancung dan dipenggal kepalanya. Akhir
kehidupan dari tokoh besar yang amat tragis.
2. Phytagoras berkeyakinan bahwa “semua adalah bilangan”. Pemikirannya dalam
filsafat ini berpengaruh terhadap kontribusinya dalam matematika. Sumbangan –
sumbangan Phytagoras dalam matematika diantaranya yaitu berbagai teorema
tentang segitiga, garis sejajar, poligon, lingkaran bidang lengkung dan polyhedral;
menyelesaikan masalah aplikasi tentang bidang; dan salah satu segmen garis yang
terkenal dengan istilah Golden Section. Golden Section ini digunakan untuk
membuat pentagram Phytagoras.
3. Phytagoras memiliki suatu ajaran dan aliran yang dikenal dengan kaum
Phytagorean. Kaum Phytagorean ini memiliki peran yang cukup besar dalam
penemuan – penemuan Phytagoras. Salah satunya yaitu teorema Phytagoras yang
sangat terkenal dalam matematika sebenarnya bukanlah penemuan dari Phytagoras
sendiri, melainkan penemuan dari para pengikutnya.

B. Saran
Agar pembahasan mengenai sejarah matematika umumnya dan aliran Phytagoras
khususnya ini dapat terus berlanjut, saran kami sebagai penulis untuk penulisan
makalah – makalah selanjutnya yaitu pembahasan Phytagoras lebih dipandang dari
berbagai sudut pandang agar menjadi lebih menarik dan pengetahuan yang di dapat
lebih luas. Selain itu juga disarankan untuk membahs cerita – cerita sejarah dari tokoh
lain yang juga berperan besar dalam perkembangan matematika di dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Afri, Gordi. (2011). Phytagoras dan Ajaran Tentang Jiwa.[Online].


Tersedia: http://gordyafri.blogspot.com/2011/11/phytagoras-dan-ajaran-tentang
jiwa.html [2 Maret 2012]
Anonim. (2009). Biografi Phytagoras.[Online]. Tersedia: http://kolom
biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-Phytagoras.html [ 2 Maret 2012]
Ball, Rouse W.W. (1960). A Short Account of the History of Mathematics. Dover
Publication: New York.
Cajori, Florian. (1909). A History of Mathematics. Macmillan: London
Ismanto, Zainul. (2009). Ilmu Filsafat. [Online]. Tersedia:
http://www.docstoc.com/docs/71006894/Filsafat-Ilmu [ 3 Maret 2012]
Komunitas Cyber Muda Indonesia. (2011). Biografi Phytagoras. [Online]. Tersedia:
http://www.nstars.net/upload/index.php?/topic/3929-biografi-Phytagoras/# [ 3 Maret
2012]
Nuriana. (2009). Pencetus Sekaligus Penguasa Nisbah dan Segitiga Phytagoras. [Online].
Tersedia: http://makoe.wordpress.com/2009/01/31/pencetus-sekaligus-penguasa
nisbah-dan-segitiga-phytagoras-580-475-sm#more-39 [ 2 Maret 2012 ]
Syahpora, Yunan. (2010). Sekilas Mengenai Phytagoras.[Online]. Tersedia:
http://yunansyahpora.blogspot.com/2010/04/sekilas-mengenai-phytagoras.html [ 1
Maret 2012 ]
Zainal, Muhammad. (2010). Filsafat Helennisme dan Romawi. [Online]. Tersedia:
http://www.masbied.com/2010/06/04/filsafat-helenisme-dan romawi/ [ 2 Maret 2012 ]

Anda mungkin juga menyukai