Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Muhammad Arfan 061830400298
I 1. Sejarah Proses
Dalam proses pengawetan mayat, orang Mesir kuno menggunakan berbagai
macam campuran, termasuk di dalamnya methanol, yang mereka peroleh dari pirolisis
kayu. Methanol murni, pertama kali berhasil diisolasi tahun 1661 oleh Robert Boyle,
yang menamakannya spirit of box, karena ia menghasilkannya melalui distilasi kotak
kayu. Nama itu kemudian lebih dikenal sebagai pyroxylic spirit (spiritus).Pada tahun
1834, ahli kimia Perancis Jean-Baptiste Dumas dan Eugene Peligot menentukan
komposisi kimianya. Mereka juga memperkenalkan nama methylene untuk kimia
organik, yang diambil dari bahasa Yunani methy = "anggur"; lene = kayu (bagian dari
pohon). Kata itu semula dimaksudkan untuk menyatakan "alkohol dari (bahan) kayu",
tetapi mereka melakukan kesalahan.
Kata methyl pada tahun 1840 diambil dari methylene, dan kemudian digunakan
untuk mendeskripsikan "metil alkohol". Nama ini kemudian disingkat menjadi
"methanol" tahun 1892 oleh International Conference on Chemical Nomenclature.
Pada tahun 1923, ahli kimia Jerman, Matthias Pier, yang bekerja untuk BASF
mengembangkan cara mengubah gas sintesis (syngas / campuran dari karbon dioksida
and hidrogen) menjadi methanol. Proses ini menggunakan katalis zinc chromate (seng
kromat), dan memerlukan kondisi ekstrim tekanan sekitar 30–100 MPa (300–1000
atm), dan temperatur sekitar 400 °C. Produksi methanol modern telah lebih effisien
dengan menggunakan katalis tembaga yang mampu beroperasi pada tekanan relatif
lebih rendah.
Penggunaan metanol sebagai bahan bakar mulai mendapat perhatian ketika
krisis minyak bumi terjadi di tahun 1970-an karena ia mudah tersedia dan murah.
Masalah timbul pada pengembangan awalnya untuk campuran methanol-bensin. Untuk
menghasilkan harga yang lebih murah, beberapa produsen cenderung mencampur
metanol lebih banyak. Produsen lainnya menggunakan teknik pencampuran dan
penanganan yang tidak tepat. Akibatnya, hal ini menurunkan mutu bahan bakar yang
dihasilkan. Akan tetapi, methanol masih menarik utuk digunakan sebagai bahan bakar
bersih. Mobil-mobil dengan bahan bakar fleksibel yang dikeluarkan oleh General
Motors, Ford dan Chrysler dapat beroperasi dengan setiap kombinasi etanol, metanol
dan/atau bensin.
I 3. Spesifikasi Produk
Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol –
alkohol lain, ester, keton, eter, dan sebagian besar pelarut organik. Metanol sedikit larut
dalam lemak dan minyak. Secara fisika metanol mempunyai afinitas khusus terhadap
karbon dioksida dan hidrogen sulfida. Titik didih metanol berada pada 64,7 oC dengan
panas pembentukan (cairan) –239,03 kJ/mol pada suhu 25 oC . Metanol mempunyai
panas fusi 103 J/g dan panas pembakaran pada 25 oC sebesar 22,662 J/g. Tegangan
permukaan metanol adalah 22,1 dyne/cm sedangkan panas jenis uapnya pada 25 oC
sebesar 1,370 J/(gK) dan panas jenis cairannya pada suhu yang sama adalah 2,533
J/(gK) [4].
Methanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus. Ia
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Sebagai alkohol alifatik yang
paling sederhana, reaktifitas metanol ditentukan oleh group hidroksil fungsional.
Metanol bereaksi melalui pemutusan ikatan C-O atau O-H yang dikarakterisasi dengan
penggantian group –H atau –OH. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau
yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Ia digunakan sebagai bahan pendingin
anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.
Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar
matahari menjadi karbon dioksida dan air.
Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon dioksida
dan air adalah sebagai berikut:
Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus berhati-
hati bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang
tak terlihat.
Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan sebagai bahan additif
bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan industri; Penambahan "racun" ini akan
menghindarkan industri dari pajak yang dapat dikenakan karena etanol merupakan
bahan utama untuk minuman keras (minuman beralkohol). Dengan dosis 30 mL saja
yang dikonsumsi dapat menyebabkan kebutaan permanen karena kerusakan dari serat
saraf mata.Pada dosis 100 mL methanol ini dapat menyebabkan kematian. Methanol
sendiri sebenarnya bukanlah bahan beracun, namun dalam perjalanannya dia
mengalami metabolisme (penguraian zat) menjadi formaldehyde selanjutnya diurai lagi
menjadi asam format ( formic acid ) oleh enzym alcohol dehydrogenase. Asam format
inilah yang mempunyai daya rusak yang kuat pada hati ( lever ) dan ginjal ( kidney ).
Sebagian besar korban meninggal diakibatkan karena gagal hati dan gagal ginjal.
Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena ia dahulu
merupakan produk samping dari distilasi kayu. Saat ini metanol dihasilkan melului
proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam tungku untuk
membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida; kemudian, gas hidrogen dan karbon
monoksida ini bereaksi dalam tekanan tinggi dengan bantuan katalis untuk
menghasilkan metanol.Tahap pembentukannya adalah endotermik dan tahap
sintesisnya adalah eksotermik.
I 4. Penggunaan Produk
Di bawah ini adalah beberapa bidang yang memanfaatkan metanol, yaitu:
1. Digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia lain, sepertiformalin dan
methyl ester.
2. Metanol merupakan campuran bahan anti beku (anti freezing) pada air pendingin,
yang suhunya bisa mencapai 0 derajat C.
3. Metanol digunakan sebagai bahan baku pembuatan cairan pembersih, seperti cairan
pembersih kaca.
4. Metanol adalah bahan baku pembuatan MTBE (methyl tertiary butyl ether), yaitu
bahan additive bahan bakar untuk memperbaiki proses pembakaran.
5. Sekitar 40% metanol diubah menjadi formaldehyde, dan dari sana menjadi berbagai
macam produk seperti plastik, plywood, cat, peledak, dan tekstil.
6. Metanol banyak digunakan sebagai pelarut.
7. Metanol adalah bahan baku pembuatan dimethyl ether, sebagai cairan aerosol.
8. Dalam beberapa pabrik pengolahan air limbah, sejumlah kecil metanol digunakan ke
air limbah sebagai bahan makanan karbon untuk denitrifikasi bakteri, yang
mengubah nitrat menjadi nitrogen.
9. Metanol kini sedang dikembangkan sebagai fuel cell untuk laptop.
Daftar manfaat metanol di atas akan terus berkembang, mengingat begitu pesatnya
kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
BAB II
RANCANGAN PROSES
Yaitu :
1. Unit reaktor sintesis metanol adalah unit pembentukan metanol dari gas sintesis
reformer. Reaksi-reaksi di menghasilkan 3 produk sampingan, yaitu air, aseton, dan
etanol. Untuk memisahkan produk-produk sampingan ini, produk reaktor harus
dialirkan lagi ke unit 300 (unit distilasi)
2. Proses-proses utama pada unit koversi metanol :
1. Kompresi gas sintetis
2. Lingkar sintesis
3. Pembuangan gas
4. ASPEK DAUR ULANG (RECYCLE)
5. Daur ulang yang dilakukan pada sintesa metanol bertujuan untuk mendapatkan
konversi yang tinggi sehingga operasi berlangsung ekonomis. Recycle dilakukan
terhadap gas sintesa keluaran reaktor yang tidak terkonversi dan telah dipisahkan dari
kondensatnya.
6. Perbandingan gas sintesa yang direcycle terhadap tambahan gas sintesa dinyatakan
sebagai rasio recycle yang bernilai antara 2,5-5.
7. Semakin tinggi rasio recycle menyatakan kenaikan produksi metanol
II 2. Tinjauan Thermodinamika
Dari tinjauan thermodinamika, kesetimbangan reaksi yang berlangsung pada
reformer sangatlah bergantung pada
1. Tekanan
Kesetimbangan reaksi reformasi metana akan bergeser ke sebelah kiri jika
tekanan dinaikkan, sehingga hal ini berakibat reformasi metana akan semakin
berkurang. Akan tetapi, secara praktek akan lebih praktis jika digunakan tekanan
tinggi. Karena pada tahap selanjutnya, yaitu konversi metana, merupakan proses
kompresi syngas, sehingga lebih memudahkan jika digunakan tekanan tinggi pada
tahap sebelumnya.di samping itu, tekanan tinggi akan menyebabkan temperatur
dinding pembuluh katalis menjadi meningkat.
2. Temperatur
Kesetimbangan reaksireformasi metana akan begeser ke kanan seiring
meningkatnya temperatur reaksi karena reaksi endotermik akan menghasilkan lebih
banyak CO2 dan H2. Dengan kata lain, jika tekanan dan perbandingan kukus
(karbon) bernilai konstan, maka kenaikan temperatur akan menghasilkan konversi
metana yang lebih besar.
3. Perbandingan kukus atau karbon
Perbandingan kukus/karbon berkaitan sangat erat dengan katalis.
Pembentukan karbon sedapat mungkin dicegah karena akan merusak katalis. Maka
untuk mencegah hal tersebut, operasi sebaiknya dilaksanakan dengan kondisi
kukus yang berlebih.Tetapi kelebihan kukus juga sebaiknya diatur seoptimum
mungkin agar lebih ekonomis dan tidak memecahkan katalis.
II 3. Tinjauan Kinetika
Pada metode “steam reforming”, jika dilakukan pada kondisi aktual, laju reaksi
di reformer dengan katalis yang baru terjadi dengan sangat cepat.Sehingga konversi
kesetimbangan untuk kedua reaksi tersebut tercapai secara praktek.. Jadi, kondisi
operasional dapat dievaluasi dengan hanya melihat tinjauan thermodinamika.
II 4. Kondisi Operasi
1. Kolom Desulfurisasi
1. Desulfurisasi berarti proses pengurangan kandungan sulfur dalam metanol
4. Menggunakan katalis Ni
1. PENDAHULUAN
2. Kegunaan formaldehid
- Chemical Intermediate
Formaldehid juga digunakan secara langsung akan tetapi dalam jumlah yang kecil
misalnya sebagai pengawet bahan penelitian dan disinfectan pada rumah sakit.
(Ullmann vol 15, p.19, 1971).
Formaldehid yang akan diproduksi berkadar 37% w/w karena disesuaikan dengan
kebutuhan industri terutama industri perekat kayu. Selain itu kadar formaldehid yang
terdapat di pasaran nasional maupun internasional berkadar 37% sampai 55%
sehingga sesuai dengan kebutuhan pasar.
3. Pemilihan Proses
a. Proses Hidrokarbon
Reaksi :
1. Metanol
Bahan baku utama yang diperlukan untuk memproduksi formaldehid adalah
methanol. Methanol bersifat volatile dan memiliki tekanan uap yang tinggi seiring
dengan naiknya suhu tangki penyimpanan, lebih aman disimpan karena tingkat
korosifitas yang rendah. Sedangkan produk yang dihasilkan adalah formaldehid
yang korosif terhadap senyawa besi pasaran, besi-nikel, dan red brass sehingga
diperlukan proses penyimpanan yang lebih khusus dengan tingkat pengamanan
yang lebih mahal ketimbang menyimpan methanol.
Sifat fisis
BM : 32,042 g/gmol
Titik leleh (1 atm) : - 97,68 0C
Titik didih (1 atm) : 64,7 0C
gas 0,00958 cp
Sifat kimia
Reaksi dehidrogenasi
Reaksi eterifikasi
CH3OH + CH2=C(CH3)3
(CH3)3 – C-O-CH3
Reaksi kimia dapat berjalan apabila kondisi operasinya telah tercapai. Suatu reaksi
kimia yang memiliki suatu barrier energi / energi pengaktifan yang besar baru dapat
memulai reaksinya bila barrier energi itu telah terlampaui. Salah satu cara melampaui
barrier energi tersebut adalah dengan menaikkan temperatur reaksi. Suatu cara lain
untuk menurunkan barrier energi adalah dengan menggunakan katalis.
2. Susunan katalis dalam tube seragam, sehingga transfer massa dan panas
berlangsung dengan baik
3. Selektifitas tinggi
Data-data katalis yang dipakai dapat disajikan pada Tabel di bawah ini:
OD 4,5 mm
ID 1,7 mm
H 4 mm
Komposisi :
MoO3 81 % berat
Fe2O3 15 % berat
Cr2O3 4 % berat
(Subekti, A, 1995)
- Jenis = Fe2O3MoO3Cr2O3
- Diameter = 3,5 mm
Supply udara diambil dari udara yang berada di sekitar kawasan pabrik.
Sifat fisik :
Udara N2 O2
Sifat kimia
Oksigen bereaksi dengan semua elemen lain kecuali He, Ne, Ar.
a. Reaksi Oksidasi
metanol formaldehid
b. Reaksi Samping
1
CH 2 O g O2 CO g H 2 O g
2 g
formaldehid
Produk hasil reaktor kemudian dimurnikan di dalam alat absorber dari sisa metanol
dan gas – gas hasil reaksi, sebelum masuk ke dalam tangki penampungan.
Proses pembuatan formaldehid dari metanol dan udara dengan katalis iron
molybdenum oxyde merupakan proses oksidasi fase gas
Reaksi berlangsung dalam fase gas dengan katalis padat dan bersifat
eksotermis. Untuk menjaga kondisi temperatur agar optimum, maka dibutuhkan jenis
reaktor yang dapat menyerap panas yang ditimbulkan selama reaksi berlangsung.
Jenis reaktor yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah reaktor jenis fixed
bed multitube. Pada reaktor fixed bed multitube,reaktan dialirkan di dalam tube yang
berisi katalis sedangkan untuk menyerap panas yang ditimbulkan selama reaksi
berlangsung digunakan medium pendingin berupa dowtherm A yang dialirkan
melalui shell.
Meskipun biaya perancangan reaktor ini relatif mahal, namun reaktor ini cocok
untuk reaksi gas – gas dengan katalis padat yang mempunyai umur panjang. Proses
pembentukan formaldehid berlangsung pada temperatur operasi 473 – 5600K dan
tekanan 1 – 1,5 atm. (Mc. Ketta, 1984; vol. 23 : 364)
6. Mekanisme Reaksi
O2 2O
2 OH H2O + O
2 CH3O 2 CH2O + 2 H
2H + O H2O
7. Langkah Proses
Proses pembentukan formaldehid dari metanol dan udara dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu:
Pada alat vaporizer, metanol diubah fasenya dari bentuk cair ke dalam
bentuk gas pada suhu bubble pointnya 75,25 oC. Jenis vaporizer yang digunakan
adalah ketel (100 % teruapkan). Steam pada vaporizer disuplai dari alat waste heat
boiler 1 dan 2.
Bahan baku kedua yaitu oksigen didapat dari udara lingkungan sekitar.
Udara ini dilewatkan pada filter untuk memisahkan debu yang ada dalam udara.
Bahan baku kedua ini kemudian dilewatkan ke dalam blower untuk menaikkan
tekanannya menjadi 1,5 atm..
Pada tahap ini umpan metanol dan oksigen yang telah dikondisikan akan
bereaksi di dalam reaktor fixed bed multitube. Reaksi oksidasi metanol
menghasilkan formaldehid pada reaktor fxed bed multitube berlangsung dalam
fase gas pada suhu 506 - 560 K dan tekanan 1,4 atm.
Reaksi oksidasi metanol berlangsung secara non isotermal dan non adiabatis.
Reaksi oksidasi metanol merupakan reaksi eksotermis, sehingga selama reaksi
berlangsung akan dilepas sejumlah panas. Kenaikkan temperatur yang terjadi di
dalam reaktor sangat tidak diinginkan sehingga dibutuhkan medium pendingin
untuk menyerap panas yang terjadi selama reaksi berlangsung. Medium pendingin
yang digunakan adalah dowtherm A yang dialirkan melalui shell. Pendingin ini
akan mempertahankan kondisi operasi reaktor pada suhu 506 - 560 K dengan
tekanan 1,4 atm.
Pada temperatur 506 - 560 K dan tekanan 1,4 atm, konversi metanol 98,4 %
dapat terpenuhi dengan baik. Temperatur sangat mempengaruhi konversi yang
terbentuk. Oleh karena itu medium pendingin sangat berperan penting untuk
mencapai konversi yang diinginkan.
o
Pada waste heat boiler, panas dari produk reaktor (260 C) akan
dimanfaatkan untuk menghasilkan steam bertekanan 1,5 atm dan suhu 111,76 oC
yang dapat digunakan sebagai media pemanas pada alat vaporizer. Keluaran waste
heat boiler yang bersuhu 120 oC, didinginkan kembali sebelum masuk ke dalam
absorber sampai bersuhu 70 oC lewat cooler. Produk reaktor dimasukkan ke dalam
absorber pada suhu 70 oC dan tekanan 1,2 atm. Formaldehid dipisahkan dari gas
produk reaktor pada alat pemisah absorber dengan pelarut air dengan suhu masuk
30 oC. Air masuk dan disemprotkan dari atas absorber dengan laju alir 2667,60 kg
/ jam. Absorber bekerja berdasarkan sifat kelarutan dimana formaldehid dan
metanol akan larut dalam air, sedangkan O2 dan N2 tidak larut dalam air. Gas yang
tidak terserap oleh absorber dipurging.
Produk cair keluaran absorber dengan suhu 60 oC, harus didinginkan lewat
cooler sebelum disimpan pada tangki penyimpanan pada temperatur 35 oC
BAB IV
PENUTUP
3. Methanol murni, pertama kali berhasil diisolasi tahun 1661 oleh Robert Boyle, yang
menamakannya spirit of box, karena ia menghasilkannya melalui distilasi kotak
kayu.
4. Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol – alkohol
lain, ester, keton, eter, dan sebagian besar pelarut organik. Metanol sedikit larut dalam
lemak dan minyak.
5. Metanol dapat diproduksi dari berbagai macam bahan baku seperti gas alam dan batu
bara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metanol paling ekonomis diproduksi
dari gas alam dibanding dari batu bara.
6. Secara fisika metanol mempunyai afinitas khusus terhadap karbon dioksida dan
hidrogen sulfida. Titik didih metanol berada pada 64,7 oC dengan panas pembentukan
(cairan) –239,03 kJ/mol pada suhu 25 oC .
7. Bidang yang memanfaatkan metanol, yaitu: baku pembuatan bahan kimia lain,
campuran bahan anti beku (anti freezing) pada air pendingin, bahan baku pembuatan
MTBE (methyl tertiary butyl ether), dll.
8. Beberapa metode dalam produksi metanol, diantaranya ada destilasi-kering (pirolisis)
kayu, sintesa dari campuran gas hydrogen dengan oksida karbon atau biasa disebut
“steam reforming”, dan oksidasi parsial gas metana.
DAFTAR PUSTAKA
Austin, George T., 1986, Shreve’s Chemical Process Industries, 5th ed. McGraw Hill Book
co, New York
http://eprints.ui.ac.id/1563/
http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara
http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_alam
http://id.wikipedia.org/wiki/Metanol
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/09/17/keracunan-fatal -akibat-menenggak-
methanol/
http://kimiadahsyatt.blogspot.com/
http://www.kaltimmethanol.com/indo/index.php?page=history.php
http://www.batan.go.id/mediakita/current/mediakita.php?group=Artikel%20Lepas&artikel=t
k1&hlm=2