BAB II Salisa
BAB II Salisa
TINJAUAN PUSTAKA
4. Klasifikasi
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2010), Derajat Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) ada 4, diantaranya yaitu :
a. Derajat 1 : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positif, Trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin lembab, gelisah.
d. Derahat IV : renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
5. Etiologi
6. Manifestasi Klinis
a. Demam tinggi secara mendadak
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : ptechie, ekhimosis,
hematoma.
c. Epistaksis, hematemis, melena, hematuri.
d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan. Diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan seperti sianosis, kulit lembab, dan dingin, tekanan
darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah. (Sujono Riyadi & Suharsono,
2010).
5. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Rita Yuliani, Hermayudi & Ayu Putri Ariani (2010,
2017) Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks
virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement.
Akibatnya aktivasi C3 dan C5 akan dilepas menjadi C3a dan C5a. C3a dan C5a
merupakan dua peptida yang dapat melepaskan histamine dan merupakan
mediator yang menjadi faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan dapat menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Kemudian
substansi yang mampu menyebabkan demam disebut dengan pirogen, Pirogen
terbagi menjadi dua yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen
eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endothelium hipotalamus untuk
membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan
meningkatkan patokan thermostat di pusat termoregulasi hipotalamus.
Hipotalamus akan menganggap suhu seakarang lebih rendah dari suhu patokan
yang baru. Sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan
panas, sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas. Yang menentukan
beratnya penyakit DHF adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia,
adanya renjatan terjadi secara akut, serta adanya kebocoran plasma ke daerah
ekstravaskuler yang mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan. Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi segera bisa terjadi hipoksia jaringan, asidosis
metabolic dan kematian. Kelainan yang paling sering ditemukan adalah efusi
pleura atau terjadi penumpukan cairan diantara dua lapisan pleura yang
membungkus paru yang dapat mengakibatkan ketidakefektifan pola nafas,
kemudian terjadi pembesaran hati yang disertai dengan nyeri perut hebat,
penimbunan cairan di dalam rongga perut yang tidak normal dengan gejala
seperti mual muntah yang dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan.
6. Pathways Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
Kebocoran plasma
DIC
Resiko perfusi
jaringan tidak efektif
Hepatomegali Ascites
Efusi Pleura
Mual, muntah
Ketidakefektifan Penekanan intraabdomen
pola nafas
8. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Makanan lunak dan diberi banyak minum 1,5-2 liter/24 jam (Sujono Riyadi
& Suharsono, 2010).
c. Kompres hangat (Hermayudi & Ayu Putri Ariani, 2017)
d. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan
minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
e. Antipiretik jika terdapat demam
f. Anti konvulsan jika terdapat kejang. (Suriadi & Rita Yuliani, 2010).
g. Periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam sampai normal
h. Observasi / ukur suhu tubuh secara periodik (Padila, 2017)
9. Pencegahan DHF
Menurut Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri (2015), terdapat
beberapa cara untuk menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes
Aegepty sebagai berikut :
a. Menggunakan insektisida
1) Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultisida) dengan
pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (Cold fogging)
2) Temephis (abate) untuk membunuh jentik (larvasida) dengan
menaburkan pasir abate ke bejana-bejana tempat penampungan air
bersih. Dosis yang digunakan adalah 1 gram abate SG 1 % per 10 liter
air.
b. Tanpa insektisida
1) Menguras tempat penampungan air minimal 1 x seminggu
perkembangan telur nyamuk lamanya 7-10 hari)
2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol, dan
benda lain tempat nyamuk bersarang
4) Perlindungan perseorangan untuk mencegah gigitan nyamuk dengan
memasang kawat kasa dilubang angina diatas jendela, tidur dengan
kelambu.
5) Rumah selalu terang
6) Tidak menggantung pakaian. (Padila, 2017)
3. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik menurut Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma
(2015) adalah sebagai berikut :
a. Konvulsi
b. Kulit Kemerahan
c. Peningkatan Suhu tubuh diatas kisaran normal
d. Kejang
e. Takikardi
f. Takipnea
g. Kulit terasa hangat
Contoh :
Anak usia 14 bulan, sebelum usia ini dimasukkan rumus, terlebih dulu
usia 14 bulan diuraikan menjadi tahun dan bulan yaitu 1 tahun 2 bulan,
dimana 1 tahun adalah 12 bulan. Karena n adalah usia dalam tahun dan
bulan, maka 1 tahun 2 bulan ditulis dengan 1,2 (dibaca 1 tahun 2 bulan).
Selanjutnya baru dimasukkan ke dalam rumus, yaitu :
= Umur (tahun) x 2 + 8
= (n x 2) + 8
= (1,2 x 2) + 8
= 2,4 + 8
= 10,4
Jadi, hasil BBI untuk anak usia 14 bulan adalah 10,4 kg
2) Tinggi Badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Secara
garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai berikut.
a. 1 tahun : 1,5 x TB lahir
b. 4 tahun : 2 x TB lahir
c. 6 tahun : 1,5 x TB setahun
d. 13 tahun : 3 x TB lahir
e. Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
Atau gunakan rumus dari Behrman, 1992 sebagai berikut.
Tabel 2.2 Perkiraan Tinggi Badan dalam Sentimeter
Lahir 50 cm
1 tahun 75 cm
2-12 tahun umur (tahun) x 6 + 77
contoh :
Jelaskan perkiraan tinggi badan pada umur 1 tahun ?
Jawab :
Tinggi badan umur 1 tahun lebih kurang dari 75 cm, atau jika diketahui
tinggi badan pada saat lahir dapat digunakan rumus. Misalnya tinggi
badan lahir = 50 cm. Jadi, TB = 1,5 x 50 cm = 75 cm
Berikut adalah standar normal TB dan BB :
Tabel 2.3 Berat Badan Menurut Tinggi badan usia 0-6 tahun laki-laki
maupun perempuan.
Tinggi (cm) Berat (kg)
Normal Kurang Buruk
100% 90% 80%
52 3,8 3,4 3,0
53 4,0 3,6 3,2
54 4,3 3,9 3,4
55 4,6 4,1 3,7
56 4,8 4,3 3,8
57 5,0 4,5 4,0
58 5,2 4,7 4,2
59 5,5 5,0 4,4
60 5,7 5,1 4,6
61 6,0 5,4 4,8
62 6,3 5,7 5,0
63 6,6 5,9 5,3
64 6,9 6,2 5,5
65 7,2 6,5 5,8
66 7,5 6,8 6,0
67 7,8 7,0 6,2
68 8,1 7,3 6,5
69 8,4 7,6 6,7
70 8,7 7,8 7,0
71 9,0 8,1 7,2
72 9,2 8,3 7,4
73 9,5 8,6 7,6
74 9,7 8,7 7,8
75 9,9 8,9 7,9
76 10,2 9,2 8,2
77 10,4 9,4 8,3
78 10,6 9,5 8,5
79 10,8 9,7 8,6
80 11,0 9,9 8,8
81 11,2 10,1 9,0
82 11,4 10,3 9,1
83 11,6 10,4 9,3
84 11,8 10,6 9,4
85 12,2 10,8 9,6
86 12,4 11,0 9,8
87 12,6 11,2 9,9
88 12,8 11,3 10,1
89 13,1 11,6 10,2
90 13,4 11,8 10,6
91 13,6 12,1 10,7
92 13,8 12,2 10,9
93 14,0 12,4 11,0
94 14,3 12,6 11,2
95 14,5 12,9 11,4
96 14,7 13,1 11,6
97 15,0 13,2 11,8
98 15,3 13,6 12,0
99 15,6 13,8 12,2
100 15,6 14,0 12,5
101 15,8 14,2 12,6
102 16,1 14,6 12,9
103 16,4 14,8 13,1
104 16,7 15,0 13,4
105 17,0 15,3 13,6
106 17,3 16,6 13,8
107 17,6 15,8 14,1
108 18,0 16,2 14,4
3) Lingkar Kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm. Antara usia 0
dan 6 bulan, lingkar kepala bertambah 1,32 cm per bulan. Antara usia
6 dan 12 bulan, lingkar kepala meningkat 0,44 cm per bulan, LK
meningkat sepertiganya dan berat otak bertambah 2,5 kali dari berat
lahir. Pada umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1
tahun 47 cm, umur 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm.
4) Perubahan Fontanel
Saat lahir, bagian terlebar fontanel anterior yang berbentuk
berlian berukuran sekitar 4-5 cm, fontanel ini menutup pada usia 12
dan 18 bulan, sedangkan bagian terlebar fontanel posterior yang
berbentuk segitiga sekitar 0,5-1 cm, fontanel ini menutup pada usia 2
bulan.
5) Lingkar Dada
Ukuran normal lingkar dada sekitar 2 cm lebih kecil dari lingkar
kepala. Pengukuran dilakukan dengan mengukur lingkar dada sejajar
dengan putting. (Dian Adriana, 2011).
2. Pemantauan Perkembangan Pada Anak
a. Metode KPSP
1) Definisi
KPSP (Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan) adalah
kuesioner yang berisi 9-10 pertanyaan untuk setiap kelompok umur
kepada orangtua oleh paramedic maupun oleh dokter yang bertujuan
untuk mengetahui seberapa kemampuan perkembangan yang telah
dicapai anak apakah normal atau ada penyimpangan.
2) Alat KPSP
a) Formulir KPSP menurut umur
b) Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan
c) Skrinning kit atau alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas,
bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus warna merah-kuning-
hijau-biru, berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah,potongan biscuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm.
3) Prosedur KPSP
Cara mengggunakan KPSP :
a) Pada waktu pemeriksaan/skrinning, anak harus dibawa. Tentukan
umur anak. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi
1 bulan. Contoh : bayi berumur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi
4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3
bulan.
b) Pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak
c) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti
apa yang ditanyakan kepadanya.
d) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu per satu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, “Ya” atau “Tidak”. Catat
jawaban tersebut di dalam formulir
e) Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah dijawab.
4) Interpretasi hasil KPSP
a) Jawaban ”Ya”, bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak “Bisa”
atau “Pernah” melakukannya
b) Jawaban ”Tidak”, bila ibu/pengasuh anak menjawab “ Belum
Pernah” melakukan atau “Tidak Pernah” melakukan atau “Tidak
Tahu”
c) Hitunglah berapa jawaban “Ya”
(1) 9 atau 10 : Sesuai dengan tahapan perkembangan (S)
(2) 7 atau 8 : Perkembangan anak meragukan (M)
(3) 6 atau kurang : Kemungkinan ada penyimpangan (P)
d) Perinci jumlah jawaban “Tidak” menurut jenis keterlambatan
(gerak kasar, gerak halus, bicara dan Bahasa, sosialisasi dan
kemandirian). (IG.N. GDE RANUH, 2013)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) yang berhubungan dengan masalah hipertermi adalah hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.(Amin Huda Nurarif &
Hardi Kusuma, 2015)
3. Perencanaan Keperawatan
a. NOC (Nursing Outcomes Classification)
Thermoregulation
Kriteria Hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal
2) Nadi dan RR dalam batas normal
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
b. NIC (Nursing Interventions Classification)
1. Fever Treatment
a) Monitor suhu sesering mungkin
b) Monitor warna dan suhu kulit
c) Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
d) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila.
2. Temperature Regulation
a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
b. Monitor TD, nadi, dan RR
c. Monitor warna dan suhu kulit
d. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
e. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
f. Berikan antipiretik jika perlu
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang
diberikan kepada pasien yang mencakup tindakan keperawatan gangguan
hipertermi pada anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang
diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria
hasil terhadap tindakan yang diberikan kepada pasien (Serri hutahaean, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan catatan tentang indikasi kemajuan
pasien terhadap tujuan yang akan dicapai, evaluasi keperawatan menilai
keefektifan perawatan dan mengomunikasikan status kesehatan pasien setelah
diberikan tindakan keperawatan gangguan hipertermi pada anak dengan
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) serta memberikan informasi yang
memungkinkan adanya revisi perawatan sesuai keadaan pasien setelah di
evaluasi (Serri Hutahaean, 2010).