Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)


1. Definisi
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010).
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty, ditandai dengan demam mendadak
2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, perdarahan, ruam. Kadang-kadang
mimisan, bercak darah, muntah darah, dan kesadaran menurun atau shock (Depkes
RI, 2000 dalam buku KMB 2, 2015).
Menurut Hermayudi & Ayu Putri Ariani (2017) Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah jenis penyakit demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari
serotipe virus yang termasuk dalam genus flavivirus dikenal dengan nama Virus
Dengue yang ditandai dengan demam berdarah 2-7 hari tanpa sebab yang jelas,
lemas, lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan di kulit.
Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa penyakit DHF adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti yang ditandai dengan demam mendadak selama 2-7 hari tanpa penyebab
yang jelas.

2. Perkembangbiakan Nyamuk Aedes Aegypti


Nyamuk aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir). Telur menempel pada dinding penampungan air. Setiap kali bertelur,
nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran 0,7 mm
per butir. Telur diletakkan ditempat kering dan dapat bertahan sampai 6 bulan.
Telur akan menetas menjadi jentik setelah 2 hari terendam air. Jentik nyamuk
setelah 2-3 hari tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa masih dapat aktif bergerak di
dalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1-2 hari akan memunculkan Aedes
Aegypti yang baru. (Ayu Putri Ariani, 2017).
3. Anatomi Darah
Menurut Evelyn C. Pearce (2012) Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas
dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya
terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan
kira-kira satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya
adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini
dinyatakan dalam nilai hematocrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang
berkisar antara 40 sampai 47.
Susunan darah, serum darah atau plasma darah terdiri atas :
Air 91,0 persen
Protein 8,0 persen Albumin, globulin, protromblin, dan fibrinogen
mineral 0,9 persen Natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
kalsium, fosfor, magnesium, besi, dan seterusnya
Sisanya diisi sejumlah bahan organic yaitu glukosa, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kolesterol, dan asam amino. Plasma juga berisi gas-oksigen dan
karbondioksida, hormone-hormon, enzim dan antigen.
a. Komponen darah dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Sel Darah
a) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang menghantarkan oksigen ke
jaringan dan menyingkirkan sebagian karbondioksida. Bentuknya
berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, ehingga
dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang
saling bertolak belakang. Dalam setiap millimeter kubik darah
terdapat 5000.000 sel darah. Kalua dilihat satu persatu warnanya
kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan
memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus
luar atau stroma berisi massa hemoglobin, hemoglobin adalah
protein yang kaya akan zat besi. Sel darah merah dibentuk dalam
sumsum tulang, terutama dari tulang pendek pipih, dan tak
beraturan dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa, dari
sumsum batang iga-iga, dan dari sternum. Rata-rata panjang hidup
darah merah kira-kira 115 hari, sel menjadi using dan dihancurkan
dalam system retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati.
b) Leukosit (sel darah putih)
Leukosit merupakan sel darah yang menyediakan banyak
bahan pelindung dank arena gerakan fagositosis beberapa sel maka
melindungi tubuh terhadap serangan bakteri. Rupanya bening dan
tidak berwarna, bentuknya lebih besar daripada sel darah merah,
tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap millimeter kubik darah
terdapat 6000 sampai 10.000 (rata-rata 8000) sel darah putih.
Granulosit merupakan hamper 75 % dari seluruh jumlah sel darah
putih. Granulosit terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel ini
berisi sebuah nucleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya
berbulir, sehingga disebut sel berbulir atau granulosit, kekurangan
granulosit disebut granulositopenia. Granulosit dan monosit
mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. Dengan kemampuannya sebagai fagosit, kedua
sel darah itu memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke
peredaran darah.
c) Trombosit (sel pembeku darah)
Trombosit adalah sel lecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah
merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap millimeter kubik
darah, peranannya sangat penting dalam penggumpalan darah.
2) Plasma darah
Adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat
sedikit alkali. Komposisi plasma dan daftar bahan yang dimuat terdapat
pada gas oksigen dan karbondioksida, hormone-hormon, enzim dan
antigen. Plasma berfungsi untuk bekerja sebagai medium (perantara)
untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino
ke jaringan. Adapun jenis – jenis protein yang terkandung dalam plasma
darah antara lain :
a) Albumin
Dalam keadaan normal terdapat 3 sampai 5 gram albumin dalam
setiap 100 ml darah, yang berfungsi untuk bertanggung jawab atas
tekanan osmotic yang mempertahankan volume darah, banyak zat
khusus yang beredar dalam gabungan dengan albumin dan
menyediakan protein untuk jaringan.
b) Globulin
Dalam keadaan normal ada 2 sampai 3 gram globulin dalam
setiap 100 ml darah. Globulin memiliki jauh lebih banyak macam
susunan daripada albumin. Dibandingkan dengan albumin,
penyediaan tekanan osmotik oleh globulin kurang penting, tetapi
dibidang lain lebih penting misalnya semua antibodi (zat penolak)
yang melindungi tubuh adalah globulin.
c) Fibrinogen
Penting untuk koagulasi (penggumpalan) darah.

4. Klasifikasi
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2010), Derajat Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) ada 4, diantaranya yaitu :
a. Derajat 1 : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positif, Trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin lembab, gelisah.
d. Derahat IV : renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

5. Etiologi

Virus dengue termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4


serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan
di Indonesia dengan den-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody
yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang
tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. (Sudoyo Aru, dkk 2009 dalam buku NANDA NIC-NOC, 2015).

6. Manifestasi Klinis
a. Demam tinggi secara mendadak
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : ptechie, ekhimosis,
hematoma.
c. Epistaksis, hematemis, melena, hematuri.
d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan. Diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan seperti sianosis, kulit lembab, dan dingin, tekanan
darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah. (Sujono Riyadi & Suharsono,
2010).

5. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Rita Yuliani, Hermayudi & Ayu Putri Ariani (2010,
2017) Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks
virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement.
Akibatnya aktivasi C3 dan C5 akan dilepas menjadi C3a dan C5a. C3a dan C5a
merupakan dua peptida yang dapat melepaskan histamine dan merupakan
mediator yang menjadi faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan dapat menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Kemudian
substansi yang mampu menyebabkan demam disebut dengan pirogen, Pirogen
terbagi menjadi dua yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen
eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endothelium hipotalamus untuk
membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan
meningkatkan patokan thermostat di pusat termoregulasi hipotalamus.
Hipotalamus akan menganggap suhu seakarang lebih rendah dari suhu patokan
yang baru. Sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan
panas, sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas. Yang menentukan
beratnya penyakit DHF adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia,
adanya renjatan terjadi secara akut, serta adanya kebocoran plasma ke daerah
ekstravaskuler yang mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan. Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi segera bisa terjadi hipoksia jaringan, asidosis
metabolic dan kematian. Kelainan yang paling sering ditemukan adalah efusi
pleura atau terjadi penumpukan cairan diantara dua lapisan pleura yang
membungkus paru yang dapat mengakibatkan ketidakefektifan pola nafas,
kemudian terjadi pembesaran hati yang disertai dengan nyeri perut hebat,
penimbunan cairan di dalam rongga perut yang tidak normal dengan gejala
seperti mual muntah yang dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan.
6. Pathways Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

Arbovirus (melalui Beredar dalam aliran Infeksi virus


nyamuk aedes aegypti darah dengue (viremia)

PGE2 Hipothalamus Membentuk dan Mengaktifkan


melepaskan zat C3a, C5a sitem komplemen

Hipertermi Peningkatan reabsorbsi Permeabilitas


Na+ dan H2O membrane meningkat

Agregasi Kerusakan endotel pembuluh Resiko syok


trombosit darah hipovolemik

trombositopeni Merangsang dan Renjatan hipovolemik


mengaktivasi dan hipotensi
factor pembekuan

Kebocoran plasma
DIC

Resiko perdarahan perdarahan

Resiko perfusi
jaringan tidak efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok Kekurangan volume Ke ekstravaskuler


(hipovolemik) cairan

Paru-paru Hepar abdomen

Hepatomegali Ascites
Efusi Pleura

Mual, muntah
Ketidakefektifan Penekanan intraabdomen
pola nafas

Nyeri Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh

Gambar 2.1 Pathways Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)


(Amin Huda Nurarif & Hardi Kusuma, 2015)
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematocrit meningkat 20% atau
lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
b. Serologi : uji HI (hemoaglutination inhabitation test)
c. Rontgen Thorax : efusi pleura. (Suriadi & Rita Yuliani, 2010).

8. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Makanan lunak dan diberi banyak minum 1,5-2 liter/24 jam (Sujono Riyadi
& Suharsono, 2010).
c. Kompres hangat (Hermayudi & Ayu Putri Ariani, 2017)
d. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan
minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
e. Antipiretik jika terdapat demam
f. Anti konvulsan jika terdapat kejang. (Suriadi & Rita Yuliani, 2010).
g. Periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam sampai normal
h. Observasi / ukur suhu tubuh secara periodik (Padila, 2017)

9. Pencegahan DHF
Menurut Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri (2015), terdapat
beberapa cara untuk menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes
Aegepty sebagai berikut :
a. Menggunakan insektisida
1) Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultisida) dengan
pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (Cold fogging)
2) Temephis (abate) untuk membunuh jentik (larvasida) dengan
menaburkan pasir abate ke bejana-bejana tempat penampungan air
bersih. Dosis yang digunakan adalah 1 gram abate SG 1 % per 10 liter
air.
b. Tanpa insektisida
1) Menguras tempat penampungan air minimal 1 x seminggu
perkembangan telur nyamuk lamanya 7-10 hari)
2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol, dan
benda lain tempat nyamuk bersarang
4) Perlindungan perseorangan untuk mencegah gigitan nyamuk dengan
memasang kawat kasa dilubang angina diatas jendela, tidur dengan
kelambu.
5) Rumah selalu terang
6) Tidak menggantung pakaian. (Padila, 2017)

10. Discharge Planning


a. Minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan.
b. Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup
c. Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejalanya
d. Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air untuk
mencegah nyamuk berkembang biak dengan menutup tempat penampungan,
mengosongkan air tergenang dari ban bekas, kaleng bekas, dan pot bunga.
(Amin Huda Nurarif & Hardi kusuma, 2015).

B. Konsep Dasar Hipertermi


1. Definisi
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2010), Hipertermi adalah kondisi
dimana meningkatnya suhu tubuh dari keadaan normal dengan gejala demam,
temperature 38,9˚C-40˚C serta menggigil.
Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
(Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma, 2015).

2. Proses terjadinya hipertermi


Menurut Suriadi & Rita Yuliani, Hermayudi & Ayu Putri Ariani (2010,
2017) Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem
komplement. Akibatnya aktivasi C3 dan C5 akan dilepas menjadi C3a dan
C5a. C3a dan C5a merupakan dua peptida yang dapat melepaskan histamine
dan merupakan mediator yang menjadi faktor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan dapat menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu. Kemudian substansi yang mampu menyebabkan demam disebut
dengan pirogen, Pirogen terbagi menjadi dua yaitu pirogen eksogen dan
pirogen endogen. Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang
endothelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin
yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan thermostat di pusat
termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu seakarang
lebih rendah dari suhu patokan yang baru. Sehingga ini memicu mekanisme-
mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokontriksi,
kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi
peningkatan produksi panas.

3. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik menurut Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma
(2015) adalah sebagai berikut :
a. Konvulsi
b. Kulit Kemerahan
c. Peningkatan Suhu tubuh diatas kisaran normal
d. Kejang
e. Takikardi
f. Takipnea
g. Kulit terasa hangat

4. Faktor yang berhubungan dengan hipertermi


Menurut Amin Huda Nurarif (2015), faktor yang berhubungan dengan
hipertermi diantaranya :
a. Aktivitas yang berlebihan
b. Dehidrasi
c. Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
d. Peningkatan laju metabolism
e. Penurunan respirasi
f. Penyakit
g. Medikasi
h. Suhu lingkungan tinggi
i. Trauma
j. Anestesia
C. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan
morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi dan terus
berlangsung sampai dewasa. Banyak orang menggunakan istilah “tumbuh” dan
“kembang” secara sendiri-sendiri atau bahkan ditukar-tukar. Istilah tumbuh
kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
1. Definisi pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ maupun
individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga
ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak. (Soetjiningsih, 2016)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan, perkembangan menyangkut
diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya. (Dian
Adriana, 2011).
2. Teori Perkembangan menurut Sigmund Freud
a. Tahap Oral
Terjadi pada umur 0 sampai dengan 11 bulan. Sumber dari kesenangannya
terbesar berpusat pada aktivitas oral seperti menghisap, mengunyah,
menggigit, dan mengucap. Ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu
minta untuk dilindungi untuk mendapatkan rasa aman.
b. Tahap Anal
Terjadi pada umur 1 sampai dengan 3 tahun. Fokus kesenangannya atau
kepuasan di tahap ini adalah pengeluaran tinja, anak akan menunjukkan
kelakuan dan sikapnya yang narsistik yaitu cinta pada dirinya sendiri dan
sangat egois dan mulai mempelajari struktur tubuhnya. Melalui toilet
training anak menunda kepuasan sesuai keinginan orang tua dan
masyarakat.
c. Tahap Falik
Terjadi pada umur 3 sampai dengan 5 tahun, pada tahap ini lebih tertarik
pada organ genital. Pada tahap ini anak berfantasi mencintai orang tua yang
berbeda gender, yang dikenal dengan Oedipus atau Electra Complek. Pada
akhir tahap ini anak lebih berusaha mengurangi konflik ini dengan lebih
mengenali dan menerima orang tua yang sama gender.
d. Tahap Laten
Terjadi pada umur 5 sampai dengan umur 12 tahun dengan perkembangan
kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk pada masa pubertas dan
berhadapan langsung pada masalah social seperti suka berhubungan
dengan kelompok atau teman sebayanya. Dalam dunia pendidikan dan
social anak, banyak yang harus dipelajari dimana anak membutuhkan
energy dan usaha.
e. Tahap Genital
Terjadi pada umur 12 sampai dengan umur 18 tahun, proses kematangan
reproduksi dan produksi hormone seks, belajar untuk tidak tergantung pada
orang tua. (Wulandari & Erawati, 2016).

D. Cara Pengukuran Tumbuh dan Kembang Anak


1. Pemantauan Pertumbuhan Fisik Anak
a. Ukuran Antropometrik
Pengukuran antropometrik digunakan untuk memantau pertumbuhan fisik
anak, ukuran antropometri ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Ukuran yang tergantung umur
Yaitu hasil pengukuran yang dibandingkan dengan umur
a) Berat badan (BB) terhadap umur
b) Tinggi badan (TB) terhadap umur
c) Lingkar kepala (LK) terhadap umur
d) Lingkar lengan atas (LLA) terhadap umur
Pengukuran menggunakan cara ini mempunyai kesulitan yaitu dalam
menetapkan umur anak secara tepat, karena tidak semua anak
mempunyai catatan mengenai tanggal lahir.
2) Ukuran tidak tergantung umur
Yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya
tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur.
a) Berat badan (BB) terhadap Tinggi Badan (TB)
b) LLA terhadap TB (QUAC Stick – Quacker Arm Circumference
measuring stick)
c) Lain-lain : LLA dibandingkan dengan standar/baku, lipatan kulit
pada trisep, subscapular, abdominal dibandingkan dengan baku.
Selanjutnya hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan
dengan suatu baku tertentu, misalnya baku Harvard, NHCS (National
Center for Health Statistic), CDC (Communicale Disease Center), WHO,
atau baku nasional jika ada. (Soetjiningsih & IG. N. Gde Ranuh, 2016).
Dari beberapa pengukuran antropometri, yang sering digunakan dalam
menentukan keadaan pertumbuhan pada masa balita yaitu :
1) Berat badan
Antara Usia 0 dan 6 bulan, berat bayi bertambah 682 gram per
bulan. Berat badan lahir bayi meningkat dua kali lipat ketika usia 5
bulan. Antara usia 6 dan 12 bulan, berat bayi bertambah 341 g per
bulan. Berat lahir bayi meningkat tiga kali lipat saat berusia 12 bulan.
Berat badan akan menjadi 4 kali berat badan lahir pada umur 2 tahun.
Pada masa prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kg/tahun.
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan jika
mendapat gizi yang baik berkisar sebagai berikut.
a. 700-1000 g/bulan pada triwulan 1
b. 500-600 g/bulan pada triwulan II.
c. 350-450 g/bulan pada triwulan III.
d. 250-350 g/bulan pada triwulan IV.

Dapat pula digunakan rumus yang dikutip dari Behrman (1992)


untuk memperkirakan berat badan anak seperti berikut ini.
Tabel 2.1 Perkiraan Berat badan dalam Kilogram
Lahir 3,25 kg
3-12 bulan Umur (bulan) + 9
2
1-6 tahun Umur (tahun) x 2 + 8

6-12 tahun Umur (tahun) x 7-5

Contoh :
Anak usia 14 bulan, sebelum usia ini dimasukkan rumus, terlebih dulu
usia 14 bulan diuraikan menjadi tahun dan bulan yaitu 1 tahun 2 bulan,
dimana 1 tahun adalah 12 bulan. Karena n adalah usia dalam tahun dan
bulan, maka 1 tahun 2 bulan ditulis dengan 1,2 (dibaca 1 tahun 2 bulan).
Selanjutnya baru dimasukkan ke dalam rumus, yaitu :
= Umur (tahun) x 2 + 8
= (n x 2) + 8
= (1,2 x 2) + 8
= 2,4 + 8
= 10,4
Jadi, hasil BBI untuk anak usia 14 bulan adalah 10,4 kg

2) Tinggi Badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Secara
garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai berikut.
a. 1 tahun : 1,5 x TB lahir
b. 4 tahun : 2 x TB lahir
c. 6 tahun : 1,5 x TB setahun
d. 13 tahun : 3 x TB lahir
e. Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
Atau gunakan rumus dari Behrman, 1992 sebagai berikut.
Tabel 2.2 Perkiraan Tinggi Badan dalam Sentimeter

Lahir 50 cm
1 tahun 75 cm
2-12 tahun umur (tahun) x 6 + 77

contoh :
Jelaskan perkiraan tinggi badan pada umur 1 tahun ?
Jawab :
Tinggi badan umur 1 tahun lebih kurang dari 75 cm, atau jika diketahui
tinggi badan pada saat lahir dapat digunakan rumus. Misalnya tinggi
badan lahir = 50 cm. Jadi, TB = 1,5 x 50 cm = 75 cm
Berikut adalah standar normal TB dan BB :
Tabel 2.3 Berat Badan Menurut Tinggi badan usia 0-6 tahun laki-laki
maupun perempuan.
Tinggi (cm) Berat (kg)
Normal Kurang Buruk
100% 90% 80%
52 3,8 3,4 3,0
53 4,0 3,6 3,2
54 4,3 3,9 3,4
55 4,6 4,1 3,7
56 4,8 4,3 3,8
57 5,0 4,5 4,0
58 5,2 4,7 4,2
59 5,5 5,0 4,4
60 5,7 5,1 4,6
61 6,0 5,4 4,8
62 6,3 5,7 5,0
63 6,6 5,9 5,3
64 6,9 6,2 5,5
65 7,2 6,5 5,8
66 7,5 6,8 6,0
67 7,8 7,0 6,2
68 8,1 7,3 6,5
69 8,4 7,6 6,7
70 8,7 7,8 7,0
71 9,0 8,1 7,2
72 9,2 8,3 7,4
73 9,5 8,6 7,6
74 9,7 8,7 7,8
75 9,9 8,9 7,9
76 10,2 9,2 8,2
77 10,4 9,4 8,3
78 10,6 9,5 8,5
79 10,8 9,7 8,6
80 11,0 9,9 8,8
81 11,2 10,1 9,0
82 11,4 10,3 9,1
83 11,6 10,4 9,3
84 11,8 10,6 9,4
85 12,2 10,8 9,6
86 12,4 11,0 9,8
87 12,6 11,2 9,9
88 12,8 11,3 10,1
89 13,1 11,6 10,2
90 13,4 11,8 10,6
91 13,6 12,1 10,7
92 13,8 12,2 10,9
93 14,0 12,4 11,0
94 14,3 12,6 11,2
95 14,5 12,9 11,4
96 14,7 13,1 11,6
97 15,0 13,2 11,8
98 15,3 13,6 12,0
99 15,6 13,8 12,2
100 15,6 14,0 12,5
101 15,8 14,2 12,6
102 16,1 14,6 12,9
103 16,4 14,8 13,1
104 16,7 15,0 13,4
105 17,0 15,3 13,6
106 17,3 16,6 13,8
107 17,6 15,8 14,1
108 18,0 16,2 14,4

3) Lingkar Kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm. Antara usia 0
dan 6 bulan, lingkar kepala bertambah 1,32 cm per bulan. Antara usia
6 dan 12 bulan, lingkar kepala meningkat 0,44 cm per bulan, LK
meningkat sepertiganya dan berat otak bertambah 2,5 kali dari berat
lahir. Pada umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1
tahun 47 cm, umur 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm.
4) Perubahan Fontanel
Saat lahir, bagian terlebar fontanel anterior yang berbentuk
berlian berukuran sekitar 4-5 cm, fontanel ini menutup pada usia 12
dan 18 bulan, sedangkan bagian terlebar fontanel posterior yang
berbentuk segitiga sekitar 0,5-1 cm, fontanel ini menutup pada usia 2
bulan.
5) Lingkar Dada
Ukuran normal lingkar dada sekitar 2 cm lebih kecil dari lingkar
kepala. Pengukuran dilakukan dengan mengukur lingkar dada sejajar
dengan putting. (Dian Adriana, 2011).
2. Pemantauan Perkembangan Pada Anak
a. Metode KPSP
1) Definisi
KPSP (Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan) adalah
kuesioner yang berisi 9-10 pertanyaan untuk setiap kelompok umur
kepada orangtua oleh paramedic maupun oleh dokter yang bertujuan
untuk mengetahui seberapa kemampuan perkembangan yang telah
dicapai anak apakah normal atau ada penyimpangan.
2) Alat KPSP
a) Formulir KPSP menurut umur
b) Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan
c) Skrinning kit atau alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas,
bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus warna merah-kuning-
hijau-biru, berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah,potongan biscuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm.
3) Prosedur KPSP
Cara mengggunakan KPSP :
a) Pada waktu pemeriksaan/skrinning, anak harus dibawa. Tentukan
umur anak. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi
1 bulan. Contoh : bayi berumur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi
4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3
bulan.
b) Pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak
c) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti
apa yang ditanyakan kepadanya.
d) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu per satu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, “Ya” atau “Tidak”. Catat
jawaban tersebut di dalam formulir
e) Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah dijawab.
4) Interpretasi hasil KPSP
a) Jawaban ”Ya”, bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak “Bisa”
atau “Pernah” melakukannya
b) Jawaban ”Tidak”, bila ibu/pengasuh anak menjawab “ Belum
Pernah” melakukan atau “Tidak Pernah” melakukan atau “Tidak
Tahu”
c) Hitunglah berapa jawaban “Ya”
(1) 9 atau 10 : Sesuai dengan tahapan perkembangan (S)
(2) 7 atau 8 : Perkembangan anak meragukan (M)
(3) 6 atau kurang : Kemungkinan ada penyimpangan (P)
d) Perinci jumlah jawaban “Tidak” menurut jenis keterlambatan
(gerak kasar, gerak halus, bicara dan Bahasa, sosialisasi dan
kemandirian). (IG.N. GDE RANUH, 2013)

E. Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Klien Dengan DHF


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun). Alamat, status, jenis kelamin, diagnose medis,
tanggal MRS, keluarga yang dapat dihubungi, catatan kedatangan, no
MR.
b. Riwayat kesehatan klien
1) Keluhan Utama
Anak mengalami panas dan suhu tubuh diatas normal
2) Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang
menyebabkan sakit kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pasien apakah pernah
menderita DHF sebelumnya, apakah terdapat riwayat kurang gizi,
bagaimana pola hidup pasien tersebut.
4) Riwayat kesehatan, meliputi
a) Riwayat Imunisasi
b) Riwayat Alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Sedang
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital
(1) Suhu : >38˚C
(2) Nadi : Takikardi
(3) RR : Adanya peningkatan nafas
d) Mulut : mukosa bibir kering
e) Kulit : Teraba hangat, hiperemi (berwarna kemerahan), ptekie
f) Muskuloskeletal : Nyeri sendi & otot
(Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, 2015)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) yang berhubungan dengan masalah hipertermi adalah hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.(Amin Huda Nurarif &
Hardi Kusuma, 2015)

3. Perencanaan Keperawatan
a. NOC (Nursing Outcomes Classification)
Thermoregulation
Kriteria Hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal
2) Nadi dan RR dalam batas normal
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
b. NIC (Nursing Interventions Classification)
1. Fever Treatment
a) Monitor suhu sesering mungkin
b) Monitor warna dan suhu kulit
c) Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
d) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila.
2. Temperature Regulation
a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
b. Monitor TD, nadi, dan RR
c. Monitor warna dan suhu kulit
d. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
e. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
f. Berikan antipiretik jika perlu

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang
diberikan kepada pasien yang mencakup tindakan keperawatan gangguan
hipertermi pada anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang
diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria
hasil terhadap tindakan yang diberikan kepada pasien (Serri hutahaean, 2010).

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan catatan tentang indikasi kemajuan
pasien terhadap tujuan yang akan dicapai, evaluasi keperawatan menilai
keefektifan perawatan dan mengomunikasikan status kesehatan pasien setelah
diberikan tindakan keperawatan gangguan hipertermi pada anak dengan
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) serta memberikan informasi yang
memungkinkan adanya revisi perawatan sesuai keadaan pasien setelah di
evaluasi (Serri Hutahaean, 2010).

Anda mungkin juga menyukai