Disusun Oleh:
“Kelompok 1”
Kelas:
Akuntansi C 2012
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan semaksimal mungkin dan teapat pada waktunya.
Tujuan kami membuat makalah ini, yaitu untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah
Teori Akuntansi yang diberikan oleh Bapak Achmad Effendi, SE.AK., MM.
Dalam makalah ini, kami membahas materi mengenai Laporan Keuangan, yaitu
mencakup sub-bab Laporan posisi keuangan; Aset dan Kewajiban; Klasifikasi Aset dan
Kewajiban; serta Pengakuan, Pengukuran dan Penilaian.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achmad Effendi,
SE.AK., MM. yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga
berterima kasih kepada orang tua yang telah mendukung kami selama pembuatan makalah
ini.
Penulis
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
Selain manajemen yang baik, dalam suatu perusahaan juga memerlukan analisis
terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengatasi
masalah-masalah keuangan perusahaan serta mengambil keputusan yang cepat dan tepat.
Melalui analisis laporan keuangan, manajemen dapat mengetahui posisi keuangan,
kinerja keuangan dan kekuatan keuangan (financial strength) yang dimiliki perusahaan.
Selain berguna bagi perusahaan dan manajemennya, analisis laporan keuangan juga
diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan lain seperti kreditor, investor dan
pemerintah untuk menilai kondisi keuangan perusahaan dan perkembangan dari
perusahaan tersebut.
1
1.2. Ruang Lingkup
Materi yang kami bahas dalam makalah ini dan yang ingin kami beritahukan
kepada para pembaca adalah mengenai Laporan Keuangan, yaitu mencakup sub-bab
Laporan posisi keuangan; Aset dan Kewajiban; Klasifikasi Aset dan Kewajiban; serta
Pengakuan, Pengukuran dan Penilaian.
1.3. Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memberikan informasi mengenai laporan
keuangan kepada para pembaca agar pembaca dapat menjelaskan karakteristik aset dan
kewajiban; menjelaskan makna dan keterbatasan laporan posisi keuangan; menjelaskan
pendekatan dalam penyusunan laporan posisi keuangan; menjelaskan penyajian pos-pos
aset dalam laporan posisi keuangan beserta klasifikasinya; menjelaskan penyajian pos-
pos kewajiban dalam laporan posisi keuanganbeserta klasifikasinya; menjelaskan
manfaat laporan posisi keuangan; serta menjelaskan manfaat klasifikasi dalam laporan
posisi keuangan dan kritik terhadap klasifikasi.
Adapun harapan penulis, agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi diri
sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi mereka yang membtuhkan untuk referensi
ataupun bahan bacaan semata.
1.4. Metode
Dalam penulisan makalah ini, metode yang kami gunakan adalah mencari data-data
yang berkaitan dengan materi yang kami bahas. Dalam hal ini, kami mencari dan
menggabungkan data-data dari berbagai sumber yang kami dapat, yaitu dari buku,
internet, dan buku internet (e-book).
1.5. Manfaat
1.5.1. Manfaat bagi Pembaca
Kami berharap agar para pembaca dapat mengetahui secara rinci mengenai materi yang
kami bahas, yaitu mengenai laporan keuangan, mengidentifikasi kegunaannya, dan cara
pemakaiannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Sama seperti yang telah disebutkan di atas, kami selaku penulis juga harus dapat
mempelajari dan menerapkan pemakaian laporan keuangan dalam kegiatan sehari-hari.
2
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan sistem bab yang terdiri dari tiga
bab disertai dengan daftar pustaka, yaitu:
Bab I
Bab II
Bab III
Daftar Pustaka
3
BAB II PEMBAHASAN
4
legal atau karena keadilan dijamin bagi orang atau sekelompok orang tertentu.
Manfaat seperti itu merupakan aktiva hanya bagi orang atau sekelompok orang
itu.”
“Kewajiban adalah suatu manfaat, yang bisa dinilai denga uang, yang secara
legal (atau karena keadilan) harus diserahkan oleh pemilik [pemegang aktiva]
kepada orang (atau sekelompok orang).”
APB Statement No. 4 mendefinisikan aktiva dan kewajiban sebagai:
“Aktiva adalah sumberdaya ekonomi suatu badan usaha yang diakui dan diukur
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (termasuk) beban-
beban tertentu yang ditangguhkan, yang tidak merupakan sumberdaya.”
“Kewajiban adalah kewajiban (obligation) ekonomi suatu badan usaha yang
diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.”
5
b. Tugas atau tanggung jawab itu menimbulkan kewajiban bagi satuan usaha
tertentu, dengan tidak atau sedikit menyisakan kebebasan untuk menghindari
pengorbanan masa depan itu.
c. Transaksi atau peristiwa lain yang menimbulkan kewajiban satuan usaha itu
sudah terjadi.
a. Pendahuluan
Pernyataan ini menjelaskan tentang pengertian dan penyajian aktiva lancar
dan kewajiban jangka pendek dalam laporan keuangan. Pernyataan ini tidak
menjelaskan tentang dasar penilaian aktiva dan kewajiban tersebut.
b. Penjelasan
Pengidentifikasian aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek dianggap
berguna untuk membantu pemakai laporan keuangan dalam menganalisis posisi
keuangan suatu perusahaan. Selisih lebih aktiva lancar dari kewajiban jangka
pendek sering disebut sebagai aktiva lancar bersih (net current assets) atau
modal kerja bersih (net working capital)
c. Pandangan tentang Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek
Terdapat anggapan bahwa pengklasifikasian aktiva dan kewajiban menjadi
"lancar" dan "tak lancar" dimaksudkan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu
perusahaan. Likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan aktivitas usahanya sehari-hari tanpa mengalami kesulitan
pendanaan/keuangan. Anggapan lain adalah bahwa pengklasifikasian tersebut
memberikan identifikasi tentang sumber dana dan kewajiban suatu perusahaan
yang terus menerus berputar (continuously circulating).
Tujuan tersebut sampai suatu batas tertentu menjadi tidak selaras,
berhubung dalam mengukur tingkat likuiditas, kriteria untuk pengklasifikasian
aktiva dan kewajiban menjadi lancar dan tidak lancar adalah apakah aktiva atau
kewajiban tersebut dapat dicairkan atau direalisasikan dalam jangka pendek,
sedangkan kriteria untuk pengklasifikasian aktiva dan kewajiban sebagai suatu
perputaran (circulating), adalah apakah aktiva atau kewajiban tersebut
6
digunakan atau diselesaikan dalam rangka menghasilkan pendapatan selama
siklus operasi normal dari suatu perusahaan. Misalnya, pekerjaan kontstruksi
dalam proses, dengan kriteria pertama, sebagian besar akan dikeluarkan dari
klasifikasi aktiva lancar, sementara dengan kriteria kedua termasuk dalam
aktiva lancar.
d. Praktek Yang Berlaku Saat Ini
Dalam praktek, yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar adalah aktiva
yang diharapkan dapat direalisasikan dalam waktu satu tahun atau dalam siklus
operasi normal perusahaan, yang mana yang lebih lama; yang diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang akan dilunasi sesuai
dengan permintaan kreditor atau yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun.
Meskipun pendekatan ini digunakan sebagai peraturan umum, tidak menutup
kemungkinan bahwa ada aktiva atau kewajiban tertentu yang dimasukkan ke
dalam atau dikeluarkan dari aktiva lancar atau kewajiban jangka pendek
berdasarkan kriteria yang berbeda. Oleh sebab itu, klasifikasi lancar dan tak
lancar di dalam praktek lebih berdasarkan pada konvensi dan bukan pada suatu
konsep tertentu. Sub-materi di bawah ini menggambarkan cakupan aktiva
lancar dan kewajiban jangka pendek yang berlaku dalam praktek saat ini.
e. Cakupan Aktiva Lancar
Kas dan Bank
Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas
dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Sedangkan,
yang dimaksud dengan bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang
dapat dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum
perusahaan. Di bawah ini adalah pos-pos yang tidak dapat digolongkan
sebagai bagian dari kas dan bank pada neraca:
o dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu,
o persediaan perangko,
o cek mundur,
o cek kosong dari pihak ketiga,
o rekening giro pada bank di luar negeri yang tidak dapat segera dipakai.
Kas dan bank yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukkan dalam aktiva
lancar hanya jika pembatasan tersebut dilakukan untuk menyisihkan dana
7
untuk melunasi kewajiban jangka pendek atau jika pembatasan tersebut
hanya berlaku selama satu tahun. Saldo kredit pada perkiraan bank
disajikan pada kelompok kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek.
Saldo kredit dan debit rekening giro pada bank yang sama dapat digabung
dan disajikan pada neraca sebagai satu kesatuan.
8
Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran
jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan
pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau
taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.
Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan
dalam kelompok kewajiban. Jumlah piutang yang dijaminkan harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Kewajiban bersyarat
dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian
untuk dibeli kembali (sale of accounts receivable/notes receivable
discounted with recourse) kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan
secukupnya.
Persediaan
Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar
Pembayaran pajak di muka
Biaya dibayar di muka
Biaya dibayar di muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang
akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang, misalnya:
premi asuransi, bunga, alat tulis dan keperluan kantor dan lain sebagainya.
Bagian dari biaya dibayar di muka yang akan memberikan manfaat untuk
beberapa periode kegiatan diklasifikasikan sebagai aktiva tak lancar
Pos-pos berikut ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar:
Kas/bank maupun sumber lain yang dibatasi penggunaannya, seperti dana
yang disisihkan untuk perolehan aktiva tetap atau pelunasan kewajiban
jangka panjang.
Pernyertaan dalam surat berharga atau pembayaran uang muka dengan
maksud untuk menguasai atau melakukan afiliasi dengan perusahaan lain.
Piutang lain-lain yang timbul dari transaksi di luar kegiatan utama
perusahaan yang tidak diharapkan pencairannya dalam jangka waktu satu
tahun, seperti uang muka pada pemegang saham atau direksi.
Aktiva yang dapat disusutkan maupun aktiva tetap lainnya.
f. Cakupan Kewajiban Jangka Pendek
Pinjaman bank dan pinjaman lainnya.
9
Jika suatu pinjaman dilunasi sesuai dengan jadual yang disetujui oleh
kreditor, maka pinjaman tersebut diklasifikasikan sesuai dengan jadual
pelunasannya, dengan mengabaikan bahwa hak kreditor sesungguhnya
memiliki hak untuk meminta pelunasan sewaktu-waktu.
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun sejak tanggal neraca, dengan pengecualian seperti di atas.
Hutang usaha dan biaya yang masih harus dibayar.
Uang muka penjualan.
Hutang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank dan rupa-rupa hutang
lainnya yang harus diselesaikan dalam waktu satu tahun.
Penyisihan kewajiban pajak.
Hutang dividen.
Pendapatan yang ditangguhkan dan uang muka dari pelanggan.
Kewajiban kontinjen (sehubungan dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca)
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun setelah tanggal neraca disajikan dalam neraca sebagai bagian dari
kewajiban jangka pendek, kecuali jika perusahaan bermaksud melunasinya
dengan cara menimbulkan kewajiban jangka panjang baru. Begitupun, bagian
dari kewajiban jangka panjang yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun
seringkali diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang bila aktiva yang
akan digunakan untuk pelunasan kewajiban tersebut pada tanggal neraca telah
dikeluarkan dari aktiva lancar.
10
g. Penyajian dalam Laporan Keuangan
Dengan adanya pengelompokan dan penjumlahan aktiva lancar dan
kewajiban jangka pendek di neraca, maka akan meningkatkan kegunaan
informasi yang disajikan.
Untuk memungkinkan pengidentifikasian secukupnya atas pemisahan
aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, jumlah aktiva lancar dan kewajiban
jangka pendek yang tersajikan lazimnya tidak dikurangkan dengan aktiva
lancar dan kewajiban jangka pendek lainnya. Akan tetapi saling menghapuskan
(offsetting) demikian mungkin benar, bila dibenarkan menurut hukum dan
saling menghapuskan (offsetting) tersebut merupakan realisasi atau
penyelesaian aktiva atau kewajiban yang diharapkan.
h. Keterbatasan Pengklasifikasian Lancar dan Tidak Lancar
Klasifikasi lancar dan tidak lancar pada umumnya dipercaya dapat
memberikan identifikasi tentang bagian modal perusahaan yang relatif likuid
yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan dalam siklus
operasi yang normal. Akan tetapi selama usaha perusahaan tetap berlangsung,
maka perusahaan harus secara terus-menerus menggantikan persediaan yang
sudah direalisasi dengan persediaan baru agar terjadi kesinambungan usaha.
Aktiva lancar juga mungkin mencakup persediaan yang diperkirakan tidak
dapat direalisasi dalam jangka waktu dekat. Sebaliknya, banyak perusahaan
membiayai operasinya dengan pinjaman bank yang dinyatakan dapat dilunasi
sewaktu-waktu sesuai dengan permintaan bank dan karenanya diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka pendek, walaupun pada kenyataannya persyaratan
pelunasan sesuai permintaan bank tersebut merupakan proteksi bagi bank, dan
kenyataannya telah merupakan kesepakatan antara peminjam dan pemberi
pinjaman bahwa pinjaman tersebut akan berlangsung untuk jangka waktu yang
cukup lama.
Banyak pihak yang berpendapat bahwa adanya selisih lebih aktiva lancar
atas kewajiban jangka pendek merupakan indikasi bahwa kondisi keuangan
suatu perusahaan dalam keadaan baik, sedangkan selisih lebih kewajiban
jangka pendek atas aktiva lancar dipandang sebagai indikasi adanya masalah
keuangan. Pengambilan kesimpulan yang demikian tidak tepat tanpa
11
mempertimbangkan karakteristik usaha perusahaan tersebut dan setiap
komponen aktiva lancar dan kewajiban jangka pendeknya.
Pengklasifikasian lancar dan tidak lancar untuk aktiva dan kewajiban
biasanya tidak dipandang tepat untuk laporan keuangan dari perusahaan yang
periode siklus operasi normalnya tidak dapat ditentukan atau sangat panjang.
Sementara banyak pihak yang berpendapat bahwa identifikasi aktiva
lancar dan kewajiban jangka pendek adalah sarana yang berguna untuk
melakukan analisis keuangan, pihak lain menganggap pengklasifikasian
tersebut kurang kegunaannya bahkan dapat menyesatkan. Untuk mengurangi
kekaburan. Pernyataan ini dimaksudkan untuk mengharmonisasikan praktek
perusahaan yang memilih menyajikan aktiva lancar dan kewajiban jangka
pendek dalam laporan keuangannya.
a. Pendahuluan
Perusahaan wajib menyajikan aktiva dan kewajibannya berdasarkan
klasifikasi lancar dan tidak lancar pada waktu menyusun laporan keuangan,
kecuali pengklasifikasian lancar dan tidak lancar untuk aktiva dan kewajiban
biasanya tidak dipandang tepat untuk laporan keuangan dari perusahaan yang
periode siklus operasi normalnya tidak dapat ditentukan atau sangat panjang
dan yang diatur secara khusus untuk jenis industri tertentu.
b. Penerapan Klasifikasi Lancar dan Tidak Lancar Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah aktiva yang dapat direalisasikan dalam satu tahun
atau dalam siklus operasi normal perusahaan, mana yang lebih lama, antara lain
meliputi:
Kas dan bank.
Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak dimaksudkan untuk
ditahan.
Deposito jangka pendek.
Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
Piutang usaha
12
Piutang usaha dapat seluruhnya dimasukkan sebagai aktiva lancar, bila
jumlah yang jangka waktu penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus
usaha normal diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Piutang lain-lain yang diharapkan akan direalisasikan dalam waktu satu
tahun.
Persediaan.
Pembayaran uang muka pembelian aktiva lancar.
Pembayaran pajak di muka.
Biaya dibayar di muka yang akan menjadi beban dalam waktu satu tahun
sejak tanggal neraca.
c. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan akan dilunasi
dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan, mana yang
lebih lama, antara lain meliputi:
Pinjaman bank dan pinjaman lainnya.
Jika suatu pinjaman dilunasi sesuai dengan jadual yang disetujui oleh
kreditor, maka pinjaman tersebut diklasifikasikan sesuai dengan jadual
pelunasannya, dengan mengabaikan hak kreditor untuk meminta
pembayaran sewaktu-waktu.
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun sejak tanggal neraca, dengan pengecualian seperti tersebut pada
paragraf sebelumnya.
Hutang usaha dan biaya yang masih harus dibayar.
Uang muka penjualan.
Hutang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank dan rupa-rupa hutang
lainnya yang harus diselesaikan dalam waktu satu tahun.
Penyisihan kewajiban pajak.
Hutang dividen.
Pendapatan yang ditangguhkan dan uang muka dari pelanggan.
Kewajiban kontinjen (sehubungan dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal
Neraca).
13
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun setelah tanggal neraca dapat tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek jika perusahaan bermaksud untuk membiayai kembali
(refinance) kewajiban tersebut dengan pendanaan jangka panjang dan terdapat
jaminan bahwa perusahaan akan mampu melakukannya. Kemampuan
perusahaan tersebut ditunjukkan dengan adanya:
Jika bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun setelah tanggal neraca tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
pendek sehubungan dengan paragraf sebelumnya, maka jumlah kewajiban
tersebut dan persyaratan pendanaan kembali harus diungkapkan.
14
instrumen keuangan dalam PSAK 32 Instrumen Keuangan: Penyajian. Persyaratan
untuk mengungkapkan informasi mengenai instrumen keuangan dalam IFRS 7
Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
a. Awal Pengakuan
Entitas harus mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada
neraca jika, dan hanya jika, entitas menjadi pihak dalam ketentuan-ketentuan
kontrak dari instrumen.
b. Penghentian Pengakuan Kewajiban Keuangan
Entitas harus menghapus kewajiban keuangan (atau bagian dari kewajiban
keuangan) dari neraca jika, dan hanya jika, itu dipadamkan-yaitu ketika
kewajiban yang ditentukan dalam kontrak habis atau dibatalkan atau berakhir.
c. Awal Pengukuran Aset Keuangan dan Kewajiban Keuangan
Ketika aset keuangan atau kewajiban keuangan diakui pada awalnya, suatu
entitas harus mengukurnya pada nilai wajarnya ditambah, dalam hal aset
keuangan atau kewajiban keuangan tidak pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi, biaya transaksi yang secara langsung dengan akuisisi atau isu dari aset
keuangan atau kewajiban keuangan.
Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau
kewajiban diselesaikan, antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk
transaksi lengan panjang.
d. Setelah Pengukuran Aset Keuangan
Untuk tujuan pengukuran aset keuangan setelah pengakuan awal, standar
ini mengklasifikasikan aset keuangan ke dalam empat kategori berikut,
didefinisikan dalam ayat 9:
aset keuangan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi;
investasi dimiliki hingga jatuh tempo;
kredit dan piutang, dan
aset keuangan yang tersedia untuk dijual.
15
perubahan nilai wajar diakui dalam laporan laba rugi. Untuk menerapkan
disiplin pada kategori ini, suatu entitas yang dilarang reklasifikasi instrumen
keuangan ke dalam atau keluar dari kategori ini.
kredit dan piutang sebagaimana dimaksud dalam ayat 9, yang harus diukur
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode bunga
efektif;
dimiliki hingga jatuh tempo investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 9,
yang harus diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan
metode bunga efektif, dan
investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak memiliki harga pasar yang
berlaku di pasar yang aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara
andal dan derivatif yang terkait dengan dan harus diselesaikan dengan
penyerahan seperti instrumen ekuitas kuotasi, yang harus diukur pada
biaya (lihat Lampiran A ayat AG80 dan AG81).
Aset keuangan yang ditetapkan sebagai unsur yang dilindungi nilainya tunduk
pada pengukuran berdasarkan persyaratan akuntansi lindung nilai dalam
paragraf 89-102. Semua aset keuangan kecuali yang diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi ini akan ditinjau kembali untuk penurunan sesuai
dengan paragraf 58-70 dan paragraf Lampiran A AG84-AG93.
16
tidak dapat diukur secara andal, yang harus diukur sebesar biaya
perolehan.
kewajiban keuangan yang muncul ketika pengalihan aset keuangan tidak
memenuhi syarat untuk penghentian pengakuan atau ketika pendekatan
terlibat secara berlaku. Paragraf 29 dan 31 berlaku untuk pengukuran
kewajiban keuangan tersebut.
jaminan keuangan tertular sebagaimana dimaksud dalam ayat 9. Setelah
pengakuan awal, sebuah penerbit dari kontrak tersebut harus (kecuali
paragraf 47 (a) atau (b) berlaku) mengukur pada nilai tertinggi antara:
o jumlah yang ditentukan sesuai dengan PSAK 37 Kewajiban
Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva Kontinjensi, dan
o jumlah awalnya diakui (lihat paragraf 43) kurang, bila sesuai,
amortisasi kumulatif diakui sesuai dengan IAS 18 Pendapatan.
komitmen untuk memberikan pinjaman pada tingkat bunga di bawah
pasar. Setelah pengakuan awal, sebuah penerbit komitmen seperti itu harus
(kecuali paragraf 47 (a) berlaku) mengukur pada nilai tertinggi antara:
o jumlah yang ditentukan sesuai dengan IAS 37; dan
o jumlah awalnya diakui (lihat paragraf 43) kurang, bila sesuai,
amortisasi kumulatif diakui sesuai dengan IAS 18.
17
Namun demikian, bunga dihitung dengan menggunakan metode bunga efektif
diakui dalam laporan laba rugi. Dividen atas instrumen ekuitas tersedia untuk
dijual diakui dalam laporan laba rugi ketika hak entitas untuk menerima
pembayaran ditetapkan.
Untuk aset keuangan dan kewajiban keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi keuntungan atau kerugian diakui dalam laporan laba rugi pada saat
aset keuangan atau kewajiban keuangan tidak lagi diakui atau mengalami
penurunan nilai, dan melalui proses amortisasi. Namun, untuk aset keuangan atau
kewajiban keuangan yang unsur yang dilindungi nilainya akuntansi untuk
keuntungan atau kerugian harus mengikuti ayat 89-102.
18
dapat mempengaruhi laba rugi.
c. melakukan nilai lindung atas investasi bersih dalam operasi asing sebagaimana
didefinisikan dalam PSAK 21.
Jika nilai lindung atas nilai wajar memenuhi persyaratan dalam ayat 88 dalam
periode tertentu, hal itu akan dicatat sebagai berikut:
a. keuntungan atau kerugian dari penilaian instrumen lindung nilai pada nilai
wajar (untuk instrumen lindung nilai) atau komponen mata uang asing dari
nilai tercatatnya diukur sesuai dengan IAS 21 (untuk instrumen lindung nilai
non-derivatif) harus diakui dalam laba rugi; dan
b. keuntungan atau kerugian atas item yang dilindung nilai yang berhubungan
dengan risiko lindung nilai wajib menyesuaikan nilai tercatat dari item yang
dilindung nilai dan diakui dalam laporan laba rugi. Hal ini berlaku jika item
yang dilindung nilai dinyatakan berdasarkan biaya. Pengakuan keuntungan
atau kerugian yang berhubungan dengan risiko lindung nilai dalam laporan
laba rugi berlaku jika item yang dilindung nilai merupakan aset keuangan
tersedia untuk dijual.
Jika nilai lindung arus kas memenuhi persyaratan dalam ayat 88 dalam periode
tertentu, hal itu akan dicatat sebagai berikut:
Nilai lindung investasi bersih pada kegiatan operasi luar negeri, termasuk
instrumen nilai lindung suatu pos moneter yang dicatat sebagai bagian dari
investasi bersih (lihat IAS 21), harus diperlakukan sama seperti pada nilai lindung
arus kas:
19
b. Bagian yang tidak efektif akan diakui dalam laporan laba rugi.
2.3.5. Penilaian
Penilaian adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu
pos aset pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statemen keuangan pada
tanggal tertentu. Tujuan penilaian aset adalah mempresentasikan atribut pos-pos
aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis
penilaian yang sesuai. Hendriksen dan Van breda membahas konsep dasar
penilaian aset untuk tujuan pelaporan keuangan dari dua dimensi yaitu arah aliran
aset dan waktu.
Basis pengukuran untuk menilai aset yang paling valid adalah harga atau nilai
pertukaran. Nilai pertukaran dijadikan basis karena dianggap objektif sehingga
memenuhi kualitas keterandalan informasi. Nilai pertukaran itu sendiri dapat
dipandang dari dua sisi yaitu pertukaran dalam pemerolehan aset (nilai masukan)
dan pertukaran dalam pemanfaatan aset (nilai keluaran).
Secara umum nilai masukan tersebut terdiri atas kos historis, kos pengganti
dan kos harapan sedangkan nilai keluaran terdiri atas harga jual masa lalu, harga
jual sekarang, dan nilai terrealisasi harapan.
20
Kewajiban secara umum dinilai atas dasar jumlah rupiah yang harus
dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Jumlah ini
disebut nilai pelunasan sekarang.
Sesuai dengan atributnya, kewajiban dapat dinilai atas dasar harga pasar
sekarang, nilai pelunasan neto, dan nilai diskunan aliran kas masa datang.
Kewajiban dapat diakui atas dasar kriteria pengakuan yaitu definisi, keterukuran ,
keterandalan, dan keterpautan. Saat untuk menandai bahwa kriteria pengakuan
dipenuhi adalah kaidah pengakuan yaitu: ketersediaan dasar hukum, keterterapan
konsep dasar konservatisme, ketertentuan substansi ekonomik transaksi, dan
keterukuran nilai kewajiban.
Pengukur yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat
terjadinya adalah penghargaan sepakatan. Penghargaan sepakatan suatu kewajiban
merefleksikan nilai setara tunai atau nilai sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah
pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat
terjadinya.
21
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pelaporan keuangan meliputi laporan keuangan dan cara lain untuk
melaporkan informasi. Laporan keuangan merupakan unsur utama pelaporan
keuangan terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal, dan
laporan perubahan posisi keuangan laporan arus zas.
Memberikan informasi guna membantu investor dan kreditur yang ada dan
yang potensial dalam menaksir jumlah, waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas
di masa yang akan datang dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan,
pelunasan, atau jatuh tempo dari sekuritas atau pinjaman.
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan yang perlu
diperbaiki. Maka dari itu penulis sangat berharap kritik dan sarannya kepada
setiap pembaca agar makalah ini bisa lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan yang
menulis sekian trimakasih.
22
Daftar Pustaka
Hendriksen, Eldon S dan Michael F. Van Breda. Accounting Theory, atau Teori
Akunting, Terj. Herman Wibowo, Tangerang: Interaksara.
Ardika, Kadek. 2012. Pengukuran dan Penilaian Akun-akun Neraca (Aktiva dan
Hutang). http://kdardika.blogspot.com/2012/09/pengukuran-dan-penilaian-akun-
akun.html. (diakses pada tanggal 20 Februari 2015)
Sarah, Siti Adi. 2013. Tugas Kuliah – Makalah Akuntansi – Teori Akuntansi dan
Laporan Keuangan. https://sitisarahadi.wordpress.com/2013/05/31/tugas-kuliah-
makalah-akuntansi-teori-akuntansi-dan-laporan-keuangan/. (diakses pada tanggal
20 Februari 2015)
Wahyu, Seh Lestari. 2013. Laporan Posisi Keuangan.
http://sehwahyulestari.blogspot.com/2013/04/laporan-posisi-keuangan.html.
(diakses pada tanggal 20 Februari 2015)
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9.
https://alengwee.files.wordpress.com/2011/10/psak-09-penyajian-aktiva-lancar-
dan-kewajiban-jangka-pendek.pdf. (diakses pada tanggal 20 Februari 2015)
23