PITC Pedoman Penerapan PDF
PITC Pedoman Penerapan PDF
PEDOMAN PENERAPAN
Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
Tahun 2010
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
KATA PENGANTAR
Peningkatan epidemi HIV telah terjadi di Indonesia sejak 10 tahun terakhir ini. Penularan
terutama terjadi akibat penggunaan jarum suntik bersama pada pengguna narkotika suntik
dan hubungan seks. Hasil Pemodelan epidemi di Indonesia memproyeksikan jumlah ODHA
usia 15-49 tahun dari 277,700 pada tahun 2008 akan meningkat menjadi 501,400 pada
tahun 2014. Hasil tersebut dengan asumsi bahwa tidak ada perubahan yang signifikan
dari upaya pengendalian HIV dan AIDS pada kurun waktu tersebut.
Pengobatan dengan ARV di Indonesia yang didukung oleh dana pemerintah sejak
tahun 2005 telah berhasil menurunkan kematian ODHA dari 46% pada tahun 2006
menjadi 17% pada tahun 2008. Jelas bahwa upaya percepatan perluasan cakupan
pengobatan ARV dengan pendekatan kesehatan masyarakat telah memberikan dampak
pada peningkatan kualitas hidup ODHA. Tetapi sebagian ODHA masih belum terjangkau
oleh pengobatan tersebut. Tantangan yang dihadapi antara lain adalah masih rendahnya
cakupan orang yang mengetahui status HIV-nya, sehingga menghambat upaya untuk
meningkatkan akses terhadap layanan pencegahan maupun pengobatan. Oleh karenanya
layanan yang memfasilitasi ODHA untuk mengetahui status infeksinya harus terus
ditingkatkan, diantaranya adalah dengan konseling dan testing HIV atas prakarsa petugas
kesehatan /PITC pada pasien yang datang ke rumah sakit dengan gejala dan tanda klinis
terkait dengan HIV.
Pedoman ini disusun melalui adaptasi dari pedoman PITC WHO, dan kontribusi IDI
untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan layanan konseling
dan testing HIV. Prinsip pelaksanaan harus tetap menjunjung tinggi azas “3 C” yaitu
dengan mendapatkan pesetujuan pasien (informed consent), menjaga konfidensialitas
(confidentiality), dan disertai dengan konseling pasca tes yang memadai (counseling),
dan tidak terjebak ke dalam tes HIV mandatory.
Penghargaan kepada tim penyusun dan para kontributor yang telah memberikan
sumbang saran sehingga pedoman ini dapat diterbitkan. Semoga pedoman ini dapat
bermanfaat.
PEDOMAN PENERAPAN i
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Masalah HIV/AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang
memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah
kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian
semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi
pasien HIV/AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang
bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling
untuk mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien.
Layanan testing dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling
dan Testing HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di
sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun
2009 terdapat 262 layanan klinik VCT aktif yang ada di 133 kabupaten/kota di seluruh
Indonesia.
Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi
berisiko dan mengetahui status HIV mereka. peran tenaga kesehatan (dokter, perawat
dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA
yang membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC
(Provider Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis,
penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi
HIV yang tinggi.
Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu
Kementerian Kesehatan menyusun panduan yang terintegrasi dalam satu pedoman
ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam melakukan konseling dan testing HIV
bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui pedoman ini, tenaga kesehatan tidak akan
ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/diskriminasi tidak lagi ada
dalam pelayanan kesehatan.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan pedoman ini dan juga kepada pihak GF-AIDS yang telah mendukung
kegiatan ini.
Ketua Umum PB IDI
ii PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Dr. Sri Pandam Pulungsih, MSc Achmad Firdaus, SIP (Yayasan STIGMA)
Dr. Ratna Mardiati, SpKJ Nelly Yardes, SKp, M.Kes (PPNI Pusat)
Nurjannah, SKM, M.Kes Dr. Astia Murti (LAPAS Salemba)
Dr. Linna Juniar (Puskesmas Jatinegara)
Dr. Ratna Mardiati, Sp.KJ
(Direktur RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan)
DAFTAR KONTRIBUTOR
L.H. Kekek Apriana Dwi H (FHI-ASA)
Dr. Srimpi Indah Z, Sp.KJ
Dr. Ayie Sri Kartika (Lakespra dr. Saryanto)
Arta Saragi
Artini
Dr. Dr. Mulia Pinem (RSAL Dr.Mintohardjo)
Dr. Asik Surya, MPPM Dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS
Ayie Sri Kartika
Dr. (RSKO Cibubur)
Bambang Subagyo, SpPD, MM
Dr. Kwe Lie (IPPI)
Dr. Dasril Nizam Dr. Finnahari (Lapas Narkotika Jakarta)
Dr. Diah Setia Utami, SpKJ DR. Drg. Harum Sasanti, Sp.PM (FKG-UI)
Rizsa
Dr. Ekarini Oktiana, SST (PP IBI)
Grietje
Dr. Endang Budi Hastuti U. Masyitha, SST, SKM, M.Kes (PP IBI)
Hendi
Dr. Endang Lukitosari Muslim (Pokdisus AIDS/UPT HIV RSCM)
M.
Dr. Endang P., M.Epid Sugiharto Isnadi (Yayasan STIGMA)
Ervina Luki Damayanti
Dr. Dedi Supratman, SKM (IAKMI)
Komaria Siregar, SKM, M.Epid Dr. Toha Muhaimin, M.Sc (FKM-UI)
Kurniawan Rachmadi, SKM, MSi Prof. DR. Dr. Sudarto Ronoatmodjo, MPH
Maryono
Dr. (FKM-UI)
Dr. Nirmala Kesumah, MHA Dr. Rudy Rusli (PB IDI)
Nurjannah, SKM, M.Kes Dr. Dyah Agustina Waluyo
Ronald Jonathan
Dr. (PB IDI/RS KRAMAT 128)
Sri Pandam Pulungsih, MSc
Dr. Dr. Pandu Riono, Ph.D, MPH (PB IDI/FKM-UI)
Low‐level HIV epidemis Tingkatan epidemi HIV yang rendah, dengan prevalensi
secara tetap tidak pernah lebih dari 5% yang terbatas pada
kelompok tertentu yang berperilaku berisiko seperti penjaja
seks komersial, penasun, LSL.
Concentrated HIV epidemis Tingkatan epidemi HIV terkonsentrasi dengan prevalensi
lebih dari 5% secara tetap, namun terbatas pada kelompok
tertentu yang berperilaku berisiko seperti penjaja seks
komersial, penasun, LSL, namun prevalensi masih kurang
dari 1% pada ibu hamil di daerah perkotaan.
Generalized HIV epidemis Tingkatan epidemi HIV meluas di masyarakat umum, sebagai
proksi dinaytakan apabila ditemukan prevalensi lebih dari
1% secara menetap pada kelompok ibu hamil.
AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome
ANC Ante natal Care (lihat KIA)
ART Antiretroviral Therapy – terapi HIV dengan obat
Antiretroviral
KEMENKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
HIV Human Immunodeficiency virus
IMS Infeksi menular secara Seksual
KIA Kesehatan Ibu dan Anak (lihat ANC)
KTS – VCT Konseling dan Testing HIV secara Sukarela (lihat juga VCT).
ODHA Orang dengan HIV/ AIDS
PDP Perawatan Dukungan dan pengobatan HIV
PITC Provider Initiated HIV Testing and Counseling – Layanan Tes
dan konseling HIV terintegrasi di saranan kesehatan, yaitu
tes dan konseling HIV diprakarsai oleh ptugas kesehatan
ketika pasien mencari layanan kesehatan.
iv PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PEDOMAN PENERAPAN v
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
DAFTAR ISI
vi PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PENDAHULUAN
Data Kementerian Kesehatan yang berasal dari 32 Propinsi dan 214 Kabupaten/kota hingga
akhir Desember 2009, menunjukkan jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan adalah
19.973 kasus. Sementara itu hasil pemodelan epidemi HIV/AIDS berdasarkan estimasi
tahun 2006 di Indonesia memproyeksikan jumlah ODHA usia 15‐49 tahun terus meningkat
dari 277,100 pada tahun 2008 menjadi 501,400 pada tahun 2014. Guna memperluas
jangkauan layanan HIV yang meliputi perawatan, dukungan dan pengobatan pada waktu
yang tepat dan juga meningkatkan kesempatan ODHA untuk menjangkau informasi serta
sarana mencegah penularan HIV lebih lanjut, maka perlu meningkatkan lebih banyak
orang yang mengetahui status HIVnya. Jangkauan yang luas terhadap layanan konseling
dan tes‐HIV sangat diperlukan dalam mencapai target universal acces terhadap layanan
pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan seperti yang dicanangkan oleh UN
General Assembly pada tahun 2006.
Konseling dan tes‐HIV sukarela (KTS) atas prakarsa klien masih terus didorong dan
ditingkatkan penerapannya, di samping pendekatan lain yang lebih inovatif seperti
konseling dan tes‐HIV yang diprakarsai petugas kesehatan ketika seorang pasien datang
ke saranan kesehatan untuk mendapatakan layanan kesehatan karena berbagai macam
keluhan kesehatannya, yang selanjutnya akan disebut PITC atau Provider Initiated Testing
dan Counseling – PITC. Seperti disadari bahwa sarana kesehatan merupakan sarana utama
untuk menjangkau atau berhubungan dengan ODHA yang jelas membutuhkan layanan
pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan. PITC tersebut merupakan layanan
tes dan konseling HIV yang terintegrasi di sarana kesehatan dan untuk penerapannya
dibutuhkan pedoman atau petunjuk operasional.
Bukti yang tersedia baik dari daerah maju maupun daerah dengan sumber daya
yang terbatas menunjukkan bahwa kesempatan untuk diagnosis ataupun pemberian
konseling tentang HIV di sarana kesehatan seringkali terlewatkan, oleh karenanya perlu
mengitegrasikan layanan tes dan konseling HIV di saranan kesehatan dengan menerapkan
PITC, di mana tes HIV dan konseling merupakan sarana untuk menjangkau diagnosis dan
layanan terkait HIV. Mengingat besarnya kecenderungan akan terjadinya pemaksaan
dalam tes‐HIV sehubungan PITC yang akan memberikan dampak negatif pada pasien maka
perlu pelatihan dan bimbingan, pemantauan dan evaluasi yang memadai dari penerapan
PITC dan program konseling di sarana kesehatan.
PEDOMAN PENERAPAN 1
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Pedoman layanan tes dan konseling HIV di sarana kesehatan ini menawarkan konseling
dan tes‐HIV dengan pendekatan option‐out di sarana kesehatan, yang meliputi informasi
pra‐tes secara singkat dan sederhana dengan menyesuaikan dengan kaidah‐kaidah
konseling yang berlaku. Dengan demikian tes HIV direkomendasikan sebagai berikut:
1. Ditawarkan kepada semua pasien yang menunjukkan gejala dan tanda klinis
yang mungkin mengindikasikan infeksi HIV, tanpa memandang tingkat epidemi
daerahnya.
2. Sebagai bagian dari prosedur baku perawatan medis pada semua pasien yang
datang di sarana kesehatan di daerah dengan tingkat epidemi yang meluas.
3. Ditawarkan dengan lebih selektif kepada pasien di daerah dengan tingkat epidemi
terkonsentrasi atau rendah.
Jelas bahwa seseorang dapat menolak tes HIV bila mereka tidak bersedia. Penjelasan
tambahan tentang risiko, keuntungan menjalani tes HIV dan pengungkapan hasil tes
serta tentang dukungan sosial yang tersedia dapat diberikan di dalam kelompok terutama
kepada kelompok yang rentan atau berisiko terhadap dampak buruk dari pengungkapan
status HIV‐positf‐nya. Pendekatan option‐in akan lebih menguntungkan bagi kelompok
yang memiliki kerentanan tinggi untuk mendapatkan dampak buruk tersebut.
PITC harus disertai dengan jangkauan pada paket layanan pencegahan, pengobatan,
perawatan dan dukungan yang diterapkan dalam kerangka kerja rencana strategi
nasional untuk mencapai universal access terhadap terapi antiretroviral bagi semua yang
membutuhkannya. Untuk menerapkan PITC maka harus diupayakan bahwa kerangka kerja
dukungan sosial, kebijakan dan dukungan peraturan perundangan yang sudah mapan,
guna mendapatkan hasil yang positif dan meminimalkan dampak buruk pada pasien.
Prakarsa tes‐HIV oleh petugas kesehatan harus selalu didasarkan atas kepentingan
kesehatan pasien. Untuk itu perlu memberikan informasi yang cukup sehingga pasien
mengerti dan mampu mengambil keputusan untuk menjalani tes HIV secara sukarela,
menjaga konfidensialitas, terhubung dengan rujukan konseling pasca‐tes oleh konselor,
dan menyediakan rujukan ke layanan PDP yang memadai. Penerapan PITC bukan berarti
menerapkan tes‐HIV secara mandatori atau wajib sebagai pendekatan dasar kesehatan
masyarakat.
Masalah konfidensialitas tersebut diatur pula dalam Undang‐undang Praktik Kedokteran
No. 29 Tahun 2004 Pasal 48 mengenai rahasia kedokteran (wajib simpan, pembukaan
rahasia kedokteran pada keadaan tertentu).
2 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
A. TUJUAN UMUM
Pedoman ini bertujuan untuk memberikan tuntunan kepada para petugas kesehatan
dalam menerapkan layanan tes dan konseling HIV di sarana kesehatan dengan pendekatan
PITC.
B. TUJUAN KHUSUS
Pedoman ini bertujuan untuk menyelaraskan antara etika medis, klinis, kesehatan
masyarakat dan hak‐hak azasi manusia. Hal tersebut meliputi:
1. Memberdayakan ODHA agar mengetahui status HIV mereka dengan penuh kesadaran
dan kesukarelaan untuk mencari dan mendapatkan layanan pencegahan, pengobatan,
perawatan dan dukungan terkait HIV dan terlindung dari stigma, diskriminasi dan dan
kekerasan.
2. Mengoptimalkan hasil pengobatan dan pencegahan.
3. Mendorong hak otonomi, privasi dan konfidensialitas.
4. Mendorong kebijakan dan praktik berbasis‐bukti ilmiah dan memungkinkan lingkungan
untuk penerapannya
5. Meningkatkan peran dan tanggung jawab petugas kesehatan dalam hal menyediakan
akses terhadap tes HIV, konseling dan intervensi lain yang dibutuhkan
C. SASARAN
1. Para pengambil kebijakan,
2. Perencana dan pengelola program pengendalian HIV/AIDS,
3. Petugas layanan kesehatan.
D. RUANG LINGKUP
Lingkup dari pedoman adalah penerapan konseling dan testing HIV atas prakarsa petugas
kesehatan dengan menekankan pemeriksaan kesehatan terkait dengan infeksi oportunistik
dan merujuk pada pelayanan berkelanjutan.
Pedoman tidak membahas konseling secara rinci dan petugas kesehatan diarahkan untuk
merujuk pedoman nasional KTS yang berlaku.
Petugas kesehatan yang dimaksud dalam buku ini adalah dokter yang merawat, perawat
yang diberi wewenang oleh dokter yang bersangkutan serta bidan.
PEDOMAN PENERAPAN 3
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
TERMINOLOGI
4 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
pelaksanaan tes HIV setelah menerima informasi pra‐tes. Informed consent yang diberikan
dalam hal tersebut analog dengan yang dipersyaratkan pada tindakan khusus seperti
pemeriksaan atau tindakan klinis invasif.
Dengan pendekatan option‐out berarti pasien harus secara jelas menyatakan penolakan
dilaksanakannya tes HIV setelah menerima informasi pra‐tes apabila dia tidak meinginkan
tes HIV tersebut. Informed consent yang diberikan dalam hal tersebut analog dengan yang
dipersyaratkan pada tindakan umum lain seperti pemeriksaan foto ronsen dada, tes darah
dan pemeriksaan non‐invasif lain. Dalam hal ini petugas kesehatan akan melaksanakan
tindakan tersebut kecuali pasien menolaknya.
PEDOMAN PENERAPAN 5
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
• Sarana layanan kesehatan bagi kelompok dengan perilaku berisiko tertular HIV
• Saranan layanan hemodialisis
• Sarana kesehatan di lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan
PEDOMAN PENERAPAN 7
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PITC harus disertai dengan penyediaan paket layanan yang terkait dengan HIV seperti
layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan. Meskipun tidak semua
layanan harus tersedia di satu tempat yang sama dengan tempat dilaksanakannya tes‐HIV,
namun setidaknya ada sarana kesehatan untuk HIV yang terjangkau dan siap menerima
rujukan dengan penyediaan terapi antiretroviral (ART) bagi yang sudah memerlukannya.
Terapi profilaksis dengan antiretroviral dan infant feeding merupakan komponen penting
pada program pencegahan penularan dari ibu ke anak. Sarana intervensi tersebut harus
tersedia sebagai bagian dari pelayanan standar bagi ibu hamil yang terdiagnosis terinfeksi
HIV melalui PITC.
Upaya yang sama harus juga dilakukan untuk menyakinkan ketersediaan dukungan
psikososial serta kemapanan kebijakan dan peraturan perundangan untuk meoptimalkan
dampak positif dan meminimalkan dampak buruk HIV. Hal tersebut meliputi:
• Kesiapan masyarakat dan mobilisasi sosial.
• Ketersediaan sumber daya dan infrastruktur yang memadai.
• Pelatihan bagi petugas kesehatan.
• Kode etik bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan.
• kesehatan bagi ODHA.
• Sistem monitoring dan evaluasi yang kuat.
Pelaksanaan PITC optimal dalam jangka panjang memerlukan penerapan peraturan
perundangan guna membatasi stigma dan diskriminasi yang muncul akibat status
HIV, perilaku berisiko, dan gender seseorang yang terpantau dan terus didorong untuk
dilaksanakan. Kebijakan nasional harus terus mendorong pengungkapan status HIV
kepada pasangan secara sukarela dan penuh tanggung jawab.
Perlu dikembangkan kebijakan dasar hukum yang jelas tentang;
1. Umur atau alasan tertentu yang menyangkut pemberian persetujuan untuk
tes‐HIV bagi dirinya atau orang lain (perwalian).
2. Cara terbaik untuk mendapatkan persetujuan tes‐HIV dari remaja.
8 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PEDOMAN PENERAPAN 9
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Ada beberapa kelompok masyarakat yang lebih rentan terhadap dampak buruk
seperti diskriminasi, pengucilan, tindak kekerasan, atau penahanan. Dalam hal
tersebut maka perlu diberi informasi lebih dari yang minimal di atas, untuk meyakinkan
informed‐consent nya.
2. Perhatian khusus bagi perempuan hamil
Informasi pra‐tes bagi perempuan yang kemungkinan akan hamil atau dalam kondisi
hamil harus meliputi:
• Risiko penularan HIV kepada bayi yang dikandungnya kelak
• Cara yang dapat dilakukan guna mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke
anaknya, termasuk terapi antiretroviral profilaksis dan konseling tentang makanan
bayi.
• Keuntungan melakukan diagnosis HIV secara dini bagi bayi yang dilahirkan.
3. Perhatian khusus bagi bayi, anak dan remaja
Perlu ada pertimbangan khusus bagi anak dan remaja di bawah umur secara hukum
(pada umumnya <18 tahun). Sebagai individu di bawah umur yang belum punya hak
untuk membuat/memberikan informed‐consent, mereka punya hak untuk terlibat
dalam semua keputusan yang menyangku kehidupannya dan mengemukakan
pandangannya sesuai tingkat perkembangan umurnya. Dalam hal ini diperlukan
informed‐consent dari orang tua atau wali/pengampu.
4. Pasien dengan penyakit berat
Pasien yang mengalami kondisi kritis atau tidak sadarkan diri, tentu tidak mampu
untuk memberikan persetujuan secara pribadi. Dalam keadaan yang demikian, maka
dipertimbangkan betul manfaat tes HIV dan kepentingan pasien. Apabila tes HIV
betul‐betul dibutuhkan atas kepentingan pasien maka persetujuan dapat dimintakan
kepada keluarga semenda (ibu, ayah, anak kandung).
5. Penolakan untuk menjalani tes HIV
Penolakan untuk menjalani tes‐HIV tidak boleh mengurangi kualitas layanan lain
yang tidak terkait dengan status HIVnya. Pasien yang menolak menjalani tes perlu
ditawari untuk menjalani sesi konseling di Klinik KTS di masa yang akan datang jika
memungkinkan. Penolakan tersebut harus dicatat di lembar catatan medisnya agar
diskusi dan tes HIV diprakarsai kembali pada kunjungan yang akan datang.
10 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PEDOMAN PENERAPAN 11
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
• Membahas masalah yang perlu perhatian segera dan bantu pasien menemukan
jejaring sosial yang mungkin dapat memberikan dukungan dengan segera dan
dapat diterima.
• Menjelaskan layanan perawatan lanjutan yang tersedia di sarana kesehatan dan
masyarakat, khususnya ketersediaan layanan pengobatan, PMTCT dan layanan
perawatan serta dukungan.
• Memberikan informasi tentang cara mencegah penularan HIV, termasuk pemberian
kondom laki‐laki ataupun perempuan dan cara menggunakannya.
• Memberikan informasi cara pencegahan lain yang terkait dengan cara menjaga
kesehatan seperti informasi tentang gizi, terapi profilaksis, dan mencegah malaria
dengan kelambu di daerah endemis malaria.
• Membahas kemungkinan untuk mengungkapkan hasil tes‐HIV, waktu dan cara
mengungkapkannya serta mereka yang perlu mengetahui.
• Mendorong dan menawarkan rujukan untuk tes‐HIV dan konseling bagi pasangan
dan anaknya.
• Melakukan penilaian kemungkinan mendapatkan tindak kekerasan atau
kemungkinan bunuh diri dan membahas langkah‐langkah untuk mencegahnya,
terutama pasien perempuan yang didiagnosis HIVpositif
• Merencanakan waktu khusus untuk kunjungan tindak lanjut mendatang atau
rujukan untuk pengobatan, perawatan, konseling, dukungan dan layanan lain
yang diperluklan oleh pasien (misalnya, skrining dan pengobatan TB, terapi
profilaksis untuk IO, pengobatan IMS, KB, perawatan hamil, terapi rumatan
pengguna opioid, akses pada layanan jarum suntik steril – LJSS).
3. Konseling pasca-tes bagi ibu hamil
Konseling bagi perempuan hamil dengan HIV‐positif juga harus meliputi masalah
berikut:
• Rencana persalinan
• Penggunaan antiretroviral bagi kesehatannya sendiri ketika ada indikasi, dan
untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak.
• Dukungan gizi yang memadai, termasuk pemenuhan kebutuhan zat besi dan
asam folat.
• Pilihan tentang makanan bayi dan dukungan untuk melaksanakan pilihannya.
• Tes‐HIV bagi bayinya kelak dan tindak lanjut yang mungkin diperlukan.
• Tes‐HIV bagi pasangan.
12 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PEDOMAN PENERAPAN 13
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
TEKNIK TES-HIV
14 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
negatif atau positif. Pada hasil yang berbeda (serial ataupun parallel), yaitu salah satu
reaktif dan yang lain nonreaktif maka disebut diskordan dan perlu dirujuk kepada ahli di
laboratorium rujukan.
Dalam melakukan tes HIV dari kedua alur tersebut direkomendasikan untuk menggunakan
reagen tes HIV sbb:
• Reagen pertama memiliki sensitifitas minimal 99%
• Reagen kedua memiliki spesifisitas minimal 98%.
• Reagen ketiga memiliki spesifisitas minimal 99%.
Kombinasi tes HIV tersebut perlu dievaluasi secara nasional sebelum digunakan
secara luas.
Tes virologi yang lebih canggih dan mahal hanya dianjurkan untuk diagnosis anak umur
kurang dari 18 bulan dan perempuan HIV‐positif yang merencanakan kehamilan. Tes‐HIV
untuk anak umur kurang dari 18 bulan dari ibu HIV‐positif tidak dibenarkan dengan tes
antibodi, karena akan memberikan hasil positif palsu.
PEDOMAN PENERAPAN 15
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PERTIMBANGAN PROGRAM
16 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Monitoring dan evaluasi sangat esensial pada pelaksanaan PITC. Monev nasional bagi PITC
harus memungkinkan para pengelola program untuk:
• Memantau kemajuan penerapan, termasuk prosedur untuk mendapatkan
informed consent dari pasien dan memastikan terjaganya konfidensialitas serta
pemberian konseling oleh tenaga konselor KTS.
• Mampu mengidentifikasi masalah dan cara mengatasinya demi perbaikan
selanjutnya
• Menilai efektivitas dan dampak dari PITC dalam hal:
- Peningkatan akses pada konseling dan tes HIV serta hasil tesnya
- Peningkatan akses pada pemanfaatan layanan pencegahan, pengobatan,
perawatan dan dukungan HIV.
- Peningkatan kesadaran terhadap HIV dan pengobatannya
- Pengurangan mortalitas dan morbiditas
- Dampak sosial (misalnya: jumlah yang mengungkapkan status HIV semakin
meningkat; stigma dan diskriminasi serta dampak buruk berkurang)
• Menilai efisiensi dan kesinambungan
• Menilai kualitas layanan laboratorium
Rencana monitoring dan evaluasi seharusnya bertujuan untuk memanfaatkan
struktur atau mekanisme yang sudah ada dalam mengumpulkan indikator, dan tidak
mengembangkan sistem baru yang terlepas. Alat pengumpul data yang sederhana dan
baku akan memungkinkan untuk membuat perbandingan antar lokasi dan mengurangi
beban kerja petugas kesehatan. Pelatihan yang memadai dalam hal pengumpulan data
sangat diperlukan dan perlu dirancang bagi petugas kesehatan dan petugas administrasi.
Pada umumnya jumlah data dari monitoring rutin akan sangat terbatas, maka dianjurkan
untuk melakukan monitoring rutin dengan evaluasi yang terfokus pada aspek penerapan
yang spesifik. Sebagai contoh, kendali mutu dilaksanakan ditingkat sarana kesehatan.
Tujuan dari kendali mutu adalah menilai kinerja petugas, kepuasan pelanggan atau
klien, dan menilai ketepatan protokol konseling dan tes HIV yang kesemuanya bertujuan
menjamin ketersediaan layanan bermutu.
PEDOMAN PENERAPAN 17
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
C. Mutu Konseling
Perangkat untuk menilai mutu layanan termasuk mengevaluasi kinerja seluruh staf,
penilaian mutu konseling melalui kegiatan supervisi, melakukan pertemuan berkala
dengan para konselor, kotak saran, penilaian oleh pengguna jasa, mengukur seberapa
jauh konselor mengikuti aturan protokol.
18 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PEDOMAN PENERAPAN 19
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Pasien dengan hasil tes HIV negatif Pasien dengan hasil Tes HIV Positif
• Petugas memberikan hasil tes negatif • Petugas informasikan hasil tes HIV positf
• Berikan pesan tentang pencgahan • Berikan dukungan lepada pasien dalam menanggapi
secara singkat hasil tes
• Sarankan untuk ke klinik KTS untuk • Informasikan perlunya perawatan dan pengobatan HIV
konselin pencegahan lebih lanjut • Informasikan cara pencegahan penularan kepada
• Anjurkan agar pasangannya pasangan
mau menjalani tes HIV karen ada • Sarankan agar pasangan di tes HIV
kemungkinan dia positif • Hasil tes dicatat di klinik VCT
Rujukan Rujukan
Beri informasi tentang klinik KTS terdekat • Berikan surat rujukan ke PDP
• Informasikan sumber dukungan yang ada di
masyarakat
20 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
A. Panduan komunikasi pada Tes HIV dan Konseling atas prakarsa Petugas
Kesehatan
Pemberian informasi kunci tentang HIV
PEDOMAN PENERAPAN 21
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
22 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Tes Diagnostik
Tes diagnostik sebagai bagian dari proses klinis dalam menentukan diagnosis
pasien. Bila ada gejala yang sesuai dengan infeksi HIV, jelaskan bahwa akan
dilakukan pemeriksaan HIV dalam rangka menegakkan diagnosis.
Tes diagnostik HIV sebaiknya ditawarkan seperti tersebut diatas kepada semua
pasien dengan kondisi seperti pada “Pertimbangkan Penyakit Terkait – HIV”
(LAMPIRAN 1, halaman 41)
Contoh : “Kami akan mencari penyebab penyakit Anda. Untuk mendiagnosis dan
mengobati penyakit Anda, kami perlu melakukan pemeriksaan infeksi tifoid, TB
dan HIV, kecuali bila Anda keberatan.
Contoh lain: ”penyakit anda mungkin terkait dengan HIV, kalau kita tahu, maka
anda akan mendapat pengobatan yang tepat dan obat HIV tersedia gratis di
Indonesia dan di sarana ini
Atau dengan kalimat yang sesuai dengan budaya dan penerimaan masyarakat setempat yang
intinya serupa dengan yang terkandung dalam kalimat di atas.
Penawaran tes HIV secara rutin dan konseling berarti menawarkan tes HIV kepada
semua pasien pengunjung layanan medis yang masih aktif secara seksual tanpa
memandang keluhan utamanya.
Contoh : “Salah satu kebijakan di layanan kami adalah menawarkan ke setiap
pasien untuk mendapatkan kesempatan menjalani pemeriksaan HIV agar kami
dapat segera memberikan perawatan dan pengobatan selagi Anda di sini dan
merujuk untuk tindak lanjut setelah Anda pulang, kecuali bila Anda keberatan.
Kami akan memberikan konseling dan menyampaikan hasilnya.
PEDOMAN PENERAPAN 23
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
v Informasi pra‐tes dapat diberikan oleh seorang dokter, perawat, atau konselor.
Informasi dapat disampaikan secara individu atau secara kelompok oleh
tenaga kesehatan.
v Informasi pra‐test sebaiknya terpusat pada tiga komponen di bawah ini:
- Berikan informasi penting HIV/AIDS
- Jelaskan prosedur untuk menjamin konfidensialitas
- Yakinkan kesediaan pasien untuk menjalani tes dan mintalah
persetujuan.
Perlu diinformasikan bahwa apabila diperlukan konseling lebih lanjut
maka akan dirujuk.
24 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PEDOMAN PENERAPAN 25
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
26 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Konseling pasca-tes
PEDOMAN PENERAPAN 27
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
28 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Konseling tentang perilaku seksual yang lebih aman dan penggunaan kondom
v Perilaku seksual yang lebih aman adalah semua praktek seksual yang
mengurangi risiko penularan HIV dan IMS lain.
• Perlindungan dapat diperoleh dengan:
- Hindari aktifitas seksual di luar nikah.
- Gunaan kondom dengan benar dan konsisten; kondom harus dipakai
sebelum aktifitas seksual penetratif, bukan hanya sebelum ejakulasi.
- Memilih aktifitas seksual yang tidak memungkinkan semen, cairan
dari vagina atau darah untuk masuk ke mulut, anus atau vagina
pasangan, dan tidak menyentuh kulit pasangan bila ada sayatan atau
luka terbuka.
v Bila HIV positif:
• Jelaskan pada pasien bahwa dia terinfeksi dan dapat menularkan infeksi
tersebut ke pasangannya. Kondom harus digunakan seperti di atas.
• Bila status pasangan tidak diketahui, konsultasikan tentang manfaat
melibatkan dan menguji pasangan (hal. 20‐21).
• Untuk perempuan: jelaskan pentingnya menghindari infeksi selama
kehamilan dan menyusui. Risiko terinfeksi pada bayi adalah lebih tinggi
bila ibunya baru saja terinfeksi.
v Bila HIV negatif ATAU hasilnya tidak diketahui:
• Bahas risiko infeksi HIV dan cara menghindarinya.
• Bila status pasangan tidak diketahui, berikan konseling tentang manfaat
pemeriksaan pasangan.
• Untuk perempuan: jelaskan pentingnya tetap negatif selama kehamilan
dan menyusui. Risiko bayi untuk terinfeksi lebih besar bila ibunya baru
terinfeksi.
Pastikan pasien mengetahui cara menggunakan kondom dan tempat untuk
mendapatkannya. Berikan kemudahan untuk mendapatkan kondom di klinik
dengan cara yang jelas.
Tanyakan: apakah anda dapat menggunakan kondom? Gali hambatannya.
PEDOMAN PENERAPAN 29
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
30 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PEDOMAN PENERAPAN 31
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
• Hindari pemakaian alat suntik, pisau cukur, alat tato, dsb secara
bergantian
• Dorong untuk menghentikan pemakaian napza suntik
v Jelaskan cara penyuntikan yang aman dan cara melindungi pembuluh
vena:
• Lakukan disinfeksi kulit tempat suntikan; hal tersebut akan mengurangi
risiko terjadinya infeksi kulit yang dalam yang dapat mengenai pembuluh
vena
• Pindah tempat suntikan secara reguler
• Gunakan jarum/semprit baru (jarum bekas akan merusak pembuluh
vena)
• Kurangi frekuensi penyuntikan setiap hari/minggu
v Jelaskan cara menghindari terjadinya infeks
Tawarkan dan dorong untuk mengikuti program detoksifikasi/ program terapi
rumatan opioid oral atau Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)
v Sebelum menawarkan program tersebut di atas harus sudah terjalin hubungan
yang saling percaya antara tenaga kesehatan dengan kliennya yang penasun
– yang mungkin akan memakan beberapa waktu atau kunjungan
v Berikan informasi kepada pasien tentang adanya program yang akan
membantunya berhenti menggunakan napza
32 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Konseling dasar
PEDOMAN PENERAPAN 33
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
v Peran konselor:
• Menjaga kerahasiaan.
• Memberikan dukungan.
• Membantu pasien menyusun prioritas masalah dan menemukan jalan
keluarnya.
• Waspada terhadap terapi untuk pasien.
• Mengetahui sumber daya lain untuk rujukan.
• Mengetahui sumber daya dukungan sosial bagi klien.
• Advokasi kepada pasien
• Rujuk ke layanan pengobatan, pencegahan yang sesuai.
v Ketika menghadapi pasien:
• Jaga privasi.
• Jangan terlalu banyak interupsi.
• Upayakan pasien senyaman mungkin.
• Membuat kesepakatan waktu – lama konseling.
• Buat rencana untuk tindak lanjut bila diperlukan
34 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PEDOMAN PENERAPAN 35
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
B. Pemeriksaan Laboratorium
Melaksanakan Tes Cepat HIV, interprestasi hasil dan konseling
36 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PEDOMAN PENERAPAN 37
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Determine HIVTM1/2
o Siapkan Kit Tes-HIV (lihat halaman sebelumnya).
o Ambil darah dari tusukan ujung jari dengan menggunakan tabung kapiler
ber EDTA
o Teteskan darah dari abung kapiler 50μl pada sampel pad (tanda panah).
o Tunggu sampai darah terserap dan tambahkan satu tetes chase buffer
pada sampel pad.
o Biarkan selama 15 menit agar terjadi reaksi.
o Baca hasilnya antara 15-16 menit setelah penambahan sampel.
o Interprestasikan hasil
Satu garis pada daerah kontrol: Hasil negatif
Dua garis pada daerah kontrol dan
Satu pada daerah pemeriksaan: Hasil positif
Tidak ada garis: Hasil invalid
o Catat hasil pemeriksaan pada lembar kerja . Interpretasi Hasil Tes
o Konseling pasca-tes (lihat dokumen)
Pada akhir hari kerja, simpan bahan dengan benar. Bersihkan daerah pemeriksaan
dengan desinfektan.
38 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
NEGATIVE
C A line in the control
T region only indicates
POSITIVE
a negative test
result. C A line of any intensity
T in the test region,
plus a line forming
in the control region,
indicates a positive
Hasil Tes result.
INCONCLUSIVE
C No line appears in
T the control region.
The test, should be
repeated with a fresh
device, inrespective
of line developing in
the test region.
Hasil Tes
PEDOMAN PENERAPAN 39
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Bagan 3.
Bagan Alur Tes Cepat HIV di Layanan Tes dan Konseling HIV
Ya
Ulangi Tes [A1] dan Ya
[A1] & [A2] (+)
[A2]
Tidak
Tidak
Tidak
[A1] (+); dan salah
satu [A2] atau
[A3] (+) ?
Ya
Tidak
Tidak Ya Ya
40 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
PEDOMAN PENERAPAN 41
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Gambar 1.
Pruritic Papular Eruption
Gambar 2.
Gambaran foto toraks TB paru pada ODHA
(perhatikan infiltrat tidak khas seperti pada pasien non HIV)
42 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Gambar 3.
Herpez zoster labialis
Gambar 4.
Ulkus intraoral akibat infeksi sitomegalovirus/CMV
Gambar 5.
Kandidiasis oral
PEDOMAN PENERAPAN 43
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
44 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Tes HIV dan Konseling atas Prakarsa Petugas Kesehatan untuk tujuan Diagnostik
tanpa memandang tingkat epidemi
“Anda mengalami limfadenopati; kita ingin mencari tahu penyebabnya. Agar kami
dapat mendiagnosis dan mengobati penyakit anda, maka anda perlu menjalani
tes TB dan HIV, oleh karena itu kami akan melaksanakan tes tersebut kecuali jika
anda tidak bersedia
Tes HIV dan Konseling atas Prakarsa Petugas Kesehatan sebagai prosedur rutin di
daerah dengan epidemic yang meluas
Salah satu kebijakan di rumah sakit kami adalah memberikan kesempata kepada
semua pasien untuk menjalani tes HIV sehingga anda akan mendapatkan
perawatan selagi anda dirawat di sarana kami dan menindak lanjuti dengan
merujuk ke sarana yang lebih kompeten setelah anda pulang nanti. Oleh karena
itu kami sarankan anda untuk tes HIV. Apabial anda setuju maka kami akan lakukan
tes dan memberikan konseling tentang hasilnya nanti.
HIV adalah vitus atau kuman yang merusak bagian yang diperlukan tubuh anda
untuk melawan penyakit. Dengan tes HIV kita dapat mengetahui apakah anda telah
terinfeksi virus HIV. Tes HIV adalah tes sederhana yang akan memperjelas diagnosis
penyakit anda. Setelah ada hasil tes kami akan berikan layanan konseling untuk
membahas lebih dalam tentang HIV dan penyakitpenyakit yang terkait. Apabila
hasil tes nya positif, kami akan beri informasi dan layanan untuk menangani
penyakit tersebut. Yaitu meliputi terapi dengan obat ARV dan obat lain untuk
mengatasi penyakit yang ada. Juga kami akan bantu anda untuk mengungkapkan
status anda guna mencegah penularan ke orang lain. Bila hasilnya negative, maka
akan kami arahkan anda untuk mendapat layanan yang dapat membantu upaya
anda agar dapat tetap negative
PEDOMAN PENERAPAN 45
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Ada masalah penting yang ingin kita bahas hari ini. Orang dengan TB biasanya
juga cenderung terinfeksi HIV. Ternyata HIV menjadi penyakit dasar sehingga
orang mudah terinfeksi oleh TB. Hal tersebut disebabkan karena orang yang hidup
dengan HIV tidak mampu melawan penyakit sekuat orang yang tidak tierinfeksi
HIV.
Bila anda mengidap kedua infeksi TB dan HIV, dapat menjadi berat dan kadang-
kadang sangat parah bila tidak terdiagnosis dan mendapat pengobatan yang
tepat secara dini. Obat untuk HIV tersedia dan dapat membantu anda merasa
lebih sehat dan hidup lebih lama.
Dan apabila kami tahu bahwa anda terinfeksi HIV maka kami dapat memberikan
pengobatan TB dengan lebih baik.
HIV adalah vitus atau kuman yang merusak bagian yang diperlukan tubuh anda
untuk melawan penyakit. Dengan tes HIV kita dapat mengetahui apakah anda telah
terinfeksi virus HIV. Tes HIV adalah tes sederhana yang akan memperjelas diagnosis
penyakit anda. Setelah ada hasil tes kami akan berikan layanan konseling untuk
membahas lebih dalam tentang HIV dan penyakitpenyakit yang terkait. Apabila
hasil tes nya positif, kami akan beri informasi dan layanan untuk menangani
penyakit tersebut. Yaitu meliputi terapi dengan obat ARV dan obat lain untuk
mengatasi penyakit yang ada. Juga kami akan bantu anda untuk mengungkapkan
status anda guna mencegah penularan ke orang lain. Bila hasilnya negative, maka
akan kami arahkan anda untuk mendapat layanan yang dapat membantu upaya
anda agar dapat tetap negative.
Dengan alasan tersebut maka kami anjurkan semua pasien TB untuk menjalani tes
HIV. Maka dari itu kami sarankan juga anda untuk menjalani tes dan konseling HIV.
Apabila anda setuju maka tes akan kami lakukan.
46 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Orang yang menderita penyakit infeksi menular secara seksual atau IMS juga
cenderung terinfeksi HIV. Hal tersebut karena IMS tertentu mempermudah
terjadinya infeksi HIV.
Bila anda hidup dengan HIV maka anda perlu mengetahuinya. Pengobatan untuk
HIV sudah tersedia dan dapat membantu anda hidup lebih sehat dan lebih lama.
HIV adalah vitus atau kuman yang merusak bagian yang diperlukan tubuh anda
untuk melawan penyakit. Dengan tes HIV kita dapat mengetahui apakah anda telah
terinfeksi virus HIV. Tes HIV adalah tes sederhana yang akan memperjelas diagnosis
penyakit anda. Setelah ada hasil tes kami akan berikan layanan konseling untuk
membahas lebih dalam tentang HIV dan penyakitpenyakit yang terkait. Apabila
hasil tes nya positif, kami akan beri informasi dan layanan untuk menangani
penyakit tersebut. Yaitu meliputi terapi dengan obat ARV dan obat lain untuk
mengatasi penyakit yang ada. Juga kami akan bantu anda untuk mengungkapkan
status anda guna mencegah penularan ke orang lain. Bila hasilnya negative, maka
akan kami arahkan anda untuk mendapat layanan yang dapat membantu upaya
anda agar dapat tetap negative.
Dengan alasan tersebut maka kami anjurkan anda untuk menjalani tes dan
konseling HIV. Apabila anda setuju maka tes akan kami lakukan.
Hasil tes anda hanya akan diketahui oleh anda sendiri dan tim medis yang
merawat anda. Artinya bahwa hasil tes andan akan kami jamin kerahasiaannya,
dan kebijakan sarana kami bahwa mengunkap hasil tes ke orang lain tanpa seizing
anda adalah pelanggaran. Anda sendiri yang akan memutuskan kepada siapa hasil
tes anda akan diungkap.
Apakah anda siap untuk menjalani tes HIV? Atau anda masih perlu waktu untuk
membahas lebih lanjut tentang arti hasil tes positif atau negative bagi anda?
PEDOMAN PENERAPAN 47
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Hasil tes kali ini adalah negative, yang artinya bahwa dalam tubuh anda tidak
ditemukan antibody HIV.
Namun demikian, ada kemungkinan meskipun kecil bahwa tes yang dilakukan
tidak mampu mendeteksi infeksi yang baru terjadi. Oleh karena itu saya sarankan
anda menjalani tes ulang 6 minggu lagi di klinik KTS terdekat ____ (sebut klinik
KTS terdekat yang ada). Petugas klinik KTS juga dapat memberikan informasi lebih
banyak lagi agar anda dapat bertahan tetap negative.
Sementari waktu ini, HIV sudah banyak di masyarakat. Anda perlu mecegah dan
menjaga diri agar tidak tertular di masa datang.
Yang mungkin juga anda tahu bahwa HIV dapat ditularkan melalui hubungan
seks dengan seseorang yang telah terinfeksi. Oleh karena itu anda perlu meminta
pasangan anda untuk tes HIV juga.
Apabila pasangan anda tidak mengidap HIV, maka kalau kalian saling setia artinya
tidak berhubungan seks dengan orang lain lagi, maka kalian akan terhindar dari
penularan HIV.
Bila pasangan anda terinfeksi HIV atau anda tidak tahu status dia, atau apabila
anda memiliki pasanagn lebih dari satu anda dapat melindungi diri anda dari
penularan HIV dengan cara:
* tidak berhubungan seks hingga pasangan anda di tes dan ketahuan
hasilnya
* atau menggunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seks.
Kami menyediakan kondom di klinik dan anda boleh ambil seperlunya. Anda juga
bias mendapatkan kondom di klinik KTS ….
Ini ada informasi tempat pasangan anda dapat melakukan tes HIV dan cara
melindungi dir dari penularan HIV.
Saya berharap anda akan memabwa pasangan anda untuk tes HIV pada kunjungan
yang akan dating. Kita akan bahas lagi pada kunjungan anda mendatang.
48 PEDOMAN PENERAPAN
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
Hasil tes menunjukan reaktif, artinya di dalam darah anda ditemukan HIV. Kecuali
dukungan keluarga dan teman, anda juga membutuhkan perawatan medis yang
dapat membantu anda untuk menjaga kesehatan dan hidup lebih lama, meskipun
anda terinfeksi HIV.
Anda perlu berkunjung ke klinik untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan
untuk HIV yang berkelanjutan dan jangka waktu lama.
Saya akan berikan surat rujukan ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatan
anda secara berkala dan teratur dan memberitahu mereka bahwa anda mendapat
pengobatan TB dan telah di tes HIV dengan hasil positif.
Apabila pasangan anda hamil atau ingin hamil, anda harus sampaikan ke petugas
rumah sakit atau klinik rujukan sehingga mereka akan membahas cara melindungi
calon anak anda agar terhidar dari HIV.
Bila pada saat ini anda belum ingin mengungkapkan status HIV anda kepada orang
lain, maka anda harus jaga surat ini baik baik hingga anda sampaikan ke tangan
yang berwenang di rumah sakit atau klinik rujukan.
Jadi perlu sesegera mungkin anda ke klinik rujukan. Saya berharap anda sudah
samapi ke klinik rujukan sebelum jadwal kunjungan anda yang akan datang.
Kita bahas hal ini lagi nanti.
PEDOMAN PENERAPAN 49
TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC
CATATAN
50 PEDOMAN PENERAPAN