2. Pemeriksaan Kantor
Berbeda dengan pemeriksaan lapangan (Riklap), pemeriksaan kantor (Rikkan)
dilakukan di dalam kantor DJP. Dalam SPTLB pasal 17B menyebutkan bahwa
Rikkan dapat dilakukan apabila salah satu laporan keuangan dari 2 tahun
sebelumnya diperiksa KAP dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian, dan
WP tidak sedang dalam pemeriksaan bukti permulaan (Rikbuper), penyidikan,
atau penuntutan tindak pidana perpajakan, dan/atau dalam 5 tahun terakhir WP
tidak pernah dipidana di bidang perpajakan.
Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama selama 3 (tiga)
bulan dan dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak
tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka
Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
Berdasarkan pasal 14 ayat 2 UU KUP, kewajiban WP dalam pemeriksaan kantor
yaitu :
● Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
● Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data
yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak.
● Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
● Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan;
● Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan publik
● Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Apabila dalam melakukan Rikkan ditemukan adanya indikasi transfer pricing
dan/atau transaksi khusus lain yang memiliki indikasi rekayasa transaksi
keuangan, pemeriksaan dapat diubah menjadi Riklap.
6.1.3. Pengertian SKP
SKP atau Surat Ketetapan Pajak merupakan surat ketetapan yang meliputi:
1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau
4) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
SKP berdasarkan Pasal 1 UU KUP merupakan surat yang dikeluarkan pejabat
administratif pajak (Kepala KPP) yang menetapkan jumlah pajak terutang pada suatu
masa/bagian tahun/tahun pajak yang jika disandingkan dengan jumlah pajak yang telah
dibayar/dipotong (kredit pajak) dapat menunjukkan jumlah yang kurang dan harus
dibayar pada suatu saat, jumlah tambahan atas SKP semula yang harus dibayar, jumlah
pajak terutang sama dengan jumlah yang telah dibayar dan dipotong/dipungut, atau
yang telah dibayar/dipotong/dipungut lebih besar dari yang terutang sehingga dapat
dikompensasikan dengan utang pajak lainnya atau direstitusi.
Penerbitan SKP diperlukan untuk memfasilitasi UU Pajak sebagai:
1) Dasar formal penagihan pajak
2) Sebagai produk hukum dari pelaksanaan pengawasan kantor pajak melalui
pemeriksaan atau verifikasi atas kebenaran dan kelengkapan pengisian SPT
apakah lebih bayar, kurang bayar, atau nihil
3) Dasar penagihan pajak
4) Dasar kompensasi atau pengembalian pajak
Surat Ketetapan Pajak dapat timbul karena beberapa hal, diantaranya adalah:
1) Dari hasil verifikasi atas keterangan lain sebagaimana dimaksud Pasal 13(1) UU
KUP pen putusan tetap pengadilan
2) Pemeriksaan SPT, tidak dilakukannya kewajiban perpajakan, misalnya
penyampaian SPT dan putusan tetap pengadilan
3) Rikbuper atas perbuatan sebagaimana diatur dalam Pasal 13A