Alamat korespondensi:
ISSN 2252-6552
Gedung L2 Lantai 1 FE UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: mujihartutierni9@gmail.com
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)
Perolehan laba RSU Bina Kasih menunjuk- jukkan keterbatasan dalam pengukurannya. Hanya
kan keberhasilan RSU Bina Kasih dalam mem- memfokuskan pada aspek keuangan tidak cukup
pertahankan kinerja keuanganya. Namun ternyata untuk menilai kesuksesan rumah sakit. Oleh karena
perolehan laba tersebut tidak diikuti dengan ke- itu penggunaan konsep BSC sebagai alternatif pen-
berhasilan dalam aspek pelanggan masih terdapat gukuran kinerja perusahaan yang diukur berdasar-
keluahan pelanggan. Hal ini menunjukkan adanya kan aspek keuangan dan non keuangan dari empat
ketidakpuasan pelanggan. Oleh karena itu, perlu prespektif merupakan hal yang tepat, karena dapat
dilakukan pengukuran kinerja keseluruhan dari ber- mengatasi kelemahan dalam pengukuran kinerja
bagai aspek baik keuangan maupun nonkeuangan yang berdasarkan aspek keuangan.
guna meningkatkan kinerja RSU Bina Kasih. BSC merupakan sistem pengukuran kinerja
Berdasarkan konteks diatas, bagaimana peni- yang komprehensif, dimana pengukuran yang di-
laian kinerja RSU Bina Kasih apabila diukur meng- lakukan berdasarkan empat aspek yang saling me-
gunakan pendekatan BSC berdasarkan perspektif lengkapi. Dengan dilakukanya pengukuran kinerja
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses perusahaan menggunakan BSC, kinerja perusahaan
bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan akan terlihat secara keseluruhan dari aspek keuan-
pertumbuhan.
gan dan non keuangannya, dari internal maupun
Berdasarkan fenomena tersebut penulis ter-
dari eksternal perusahaan. Keempat perspektif da-
motivasi untuk mendiskripkan dan menganalisis:
lam BSC, meliputi: Perspektif keuangan, tolok ukur
1) kinerja RSU Bina Kasih jika dinilai dengan BSC
yang digunakan dalam perspektif keuangan adalah
berdasarkan perspektif keuangan; 2) kinerja RSU
Economic Value Added (EVA) dan pertumbuhan pen-
Bina Kasih jika dinilai dengan pendekatan BSC ber-
dasakan perspektif pelanggan; 3) kinerja RSU Bina dapatan.
Kasih jika dinilai dengan pendekatan BSC berdasar- Perspektif pelanggan, tolak ukur yang digu-
kanperspektif proses bisnis internal; 4) kinerja RSU nakan dalam perspektif pelanggan adalah retensi
Bina Kasih jika dinilai dengan pendekatan BSC pelanggan, akuisisi pelanggan dan kepuasan pe-
berdasarkan perspektif pembelajaran dan pertum- langgan.
buhan. Perspektif proses bisnis internal, dalam
Penelitian ini diharapkan dapat menambah perspektif ini tolok ukur yang digunakan adalah
wawasan, pengetahuan, dan pemahaman baru men- proses inovasi dan proses operasi yang berdasarkan
genai penilaian kinerja menggunakan pendekatan panduan penliaian Pelayanan Rumah Sakit.
BSC khususnya bagi RSU Bina Kasih Ambarawa. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,
dalam perspektif ini tolok ukur yang digunakan
Kerangka Berpikir adalah retensi karyawan, dan tingkat pelatihan ka-
RSU Bina Kasih adalah rumah sakit yang ryawan. Adapun kerangka pemikiran dalam pene-
menyediakan pelayanan jasa bagi masyarakat. Ru- litian analisis kinerja manajemen RSU Bina Kasih
mah sakit ini menggunakan sistem pengukuran dengan pendekatan BSC dapat dilihat pada Gam-
kinerja tradisional, namun pengukuran ini menun- bar 1.
400
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)
401
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)
Nilai positif pada EVA menunjukkan ditawarkan. Jumingan (2015) menyatakan bahwa
adanya nilai tambah setelah membayarkan se- semakin besar angka akuisisi pelanggan menun-
mua kewajiban (dalam nilai buku). Semakin be- jukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik.
sar EVA maka perusahaan berhasil menciptakan Berdasarkan pada Widhiyaningrat (2015) akuisisi
nilai dan menandakan kinerja keuangan yang pelanggan dapat dihitung dengan rumus :
baik.
Berdasarkan pada Mulyadi (2001) EVA
dihitung dengan mengurangi laba bersih setelah
pajak dengan beban modal.
EVA = Laba usaha bersih setelah pajak – beban Number of Complain untuk mengetahui
modal jumlah pelanggan yang komplain atas pelayanan
jasa atau produk yang diterima oleh pelanggan.
Pertumbuhan pendapatan adalah analisis Rosmala, Falalah dan Arianto (2012) menyata-
kinerja keuangan yang dilakukan dilakukan den- kan bahwa penanganan keluhan pelanggan me-
gan cara membandingkan suatu orientasi dari rupakan salah satu elemen penting untuk menca-
satu periode ke periode sebelumnya, sehingga pai tingkatan kepuasan yang tinggi pada layanan
diketahui adanya kecenderungan pada periode konsumen. Permana (2013) menyatakan bahhwa
tertentu. Pertumbuhan pendapatan mengukur se- meningkatkan kepuasan kepada pelanggan akan
berapa besar kemampuan organisasi dalam mem- mempertahankan bahkan meningkatnkan usaha
pertahankan dan meningkatan keberhasilannya dari sebuah organisasi. Firdaus (2014) meny-
yang telah dicapai dari periode ke periode beri- atakan bahwa semakin menurunnya prosentase
kutnya (Rahayu, 2014). Menurut Kawiana (2012) number of complain mencerminkan kinerja organi-
kinerja keuangan dari variabel tingkat pendapa- sasi yang baik. Berdasarkan pada Widhiyaningrat
tan menunjukkan kinerja yang baik jika hasil per- (2015) Number of Complain dapat dihitung dengan
hitungan tingkat pendapatan bernilai positif dan rumus:
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan pada Kawiana (2012) per-
tumbuhan pendapatan dapat diketahui dengan
membandingkan selisih pendapatan tahun ber-
jalan dan pendapatan tahun sebelumnya dengan
pendapatan tahun sebelumnya.
Pengukuran yang ketiga berdasarkan
perspektif proses bisnis internal. Kaplan dan Nor-
ton (1996) menyatakan pengukuran kinerja pada
perspektif proses bisnis internal berpedoman
pada proses inovasi dan proses operasi rumah
sakit. Kaplan dan Norton (2012) menyatakan
Pengukuran yang kedua yaitu kinerja pada bahwa pencapaian proposisi nilai yang unik yang
perspektif pelanggan. Rangkuti (2015) menyata- dapat memuaskan segmen pasar sasaran dapat
kan ada tiga macam ukuran yaitu retensi pelang- diwujudkan melalui proses inovasi produk dan
gan, akuisisi pelanggan dan number of complain. jasa.
Retensi pelanggan mengukur kemampuan peru- Proses operasi Menurut Departemen Kes-
sahaan dalam mempertahankan pelanggan. Han- ehatan RI menyebutkan terdapat beberapa indi-
dayani (2011) menyatakan bahwa semakin kecil kator pengukuran pelayanan rumah sakit untuk
tingkat retensi pelanggan maka semakin baik ki- mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi yaitu :
nerja perusahaan dalam mempertahankan kary- Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan pro-
awan. Berdasarkan pada Widhiyaningrat (2015) sentase pemakaian tempat tidur pada satuan wak-
retensi pelanggan dapat dihitung dengan rumus : tu tertentu.
Akuisisi pelanggan mengukur kemampu- Bed Turn Over (BTO) merupakan frekuensi
an organisasi dalam menarik minat pelanggan pemakaian tempat tidur pada satu periode terten-
agar menggunakan produk atau jasa yang telah tu, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
402
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)
Net Death Rate (NDR): angka kematian 48 Nilai EVA RSU Bina Kasih pada tahun
jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderi- 2013 bernilai positif, yang artinya biaya modal
ta keluar. Nilai NDR yang masih dapat ditolerir yang digunakan lebih kecil dibandingkan laba
adalah kurang dari 25 per 1000 pasien keluar. yang dieproleh dari proses operasional rumah sa-
kit, sehingga masih terdapat laba tersisa setelah
rumah sakit membayarkan kewajibannya.
Nilai EVA yang positif juga mengindika-
sikan bahwa pihak manajemen RSU Bina Kasih
mampu mengelola aktivanya dengan baik sehing-
Pengukuran keempat berdasarkan perspek- ga menghasilkan pendapatan yang tinggi. Ber-
tif pembelajaran dan pertumbuhan. Kinerja diu- dasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan
kur dengan dua macam ukuran, yaitu retensi ka- bahwa kinerja keuangan RSU Bina Kasih tahun
ryawan dan tingkat pelatihan karyawan. 2013 sudah baik.
Retensi karyawan mengukur kemampuan Tahun 2014 nilai EVA menunjukkan ni-
organisasi dalam mempertahankan hubungan lai negatif. Nilai EVA negatif pada tahun 2014,
yang baik dengan karyawan. Jumingan (2015) artinya laba yang diperoleh rumah sakit tidak
menyatakan semakin kecil retensi karyawan, be- mampu menutupi biaya modal yang telah dike-
rarti kinerja perusahaan semakin baik. Berdas- luarkan. Nilai negatif tersebut disebabkan kare-
arkan pada Widhiyaningrat (2015) retensi kary- na meningkatnya modal yang digunakan sehing-
awan dapat dihitung dengan rumus : ga meningkat pula biaya modal yang timbul.
403
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)
Peningkatan modal tersebut dialokasikan pada nerja manajemen RSU Bina Kasih perusahaan
penambahan aktiva lancar rumah sakit. mengalami peningkatan, dengan kata lain ihak
Manajemen perusahaan belum mampu manajemen dapat mengelola aktivanya dengan
memanfaatkan penambahan aktivanya tersebut, baik untuk meningkatkan pendapatannya dan
sehingga tidak mampu menghasilkan pendapa- menghasilkan laba bagi perusahaan. Sehingga
tan yang maksimal dan laba yang diperoleh ti- pada tahun 2015 dan 2016 dapat menciptakan
dak mampu menutupi biaya modal yang telah nilai kembali bagi pemilik modal.
dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut, maka da- Pertumbuhan pendapatan mengukur
pat disimpulkan bahwa kinerja keuangan RSU seberapa besar kemampuan organisasi dalam
Bina Kasih tahun 2014 tidak baik. mempertahankan dan meningkatan keberhasi-
Pada tahun 2015 dan 2016 nilai EVA lannya yang telah dicapai dari periode ke perio-
menghasilkan nilai positif, menunjukkan ki- de berikutnya.
404
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)
Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan Kinerja Manajemen RSU Bina Kasih berdasar-
bahwa prosentase komplain dari tahun 2013 ke kan Perspektif Proses Bisnis Internal
tahun 2014 mengalami penurunan, namun dari Perspektif proses bisnis internal terdiri dari
tahun 2014 sampai 2016 tidak terjadi penurunan proses inovasi dan operasi, pengukuran proses
jumlah keluhan pelanggan. Berdasarkan hasil operasi RSU Bina Kasih didasarkan pada indika-
wawancara mendalam dengan pihak manajemen tor yang dipakai untuk menilai rumah sakit yang
RSU Bina Kasih Ambarawa diperoleh gambaran telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI.
indikator keluhan yang sering dikelukan oleh pe-
langgan terkait dengan kebersihan/fasilitas. Proses Inovasi
Rosmala (2012) menyatakan salah satu Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan
ujung tombak kepuasan pelanggan adalah pe- RSU Bina Kasih pada tahun 2013 sampai tahun
nanganan keluhan yang efektif. Penanganan 2016 anatra lain: Poliklinik Umum dan Spesialis,
keluhan pelanggan yang tepat dapat membantu Pelayanan Rawat Inap (Umum dan Peserta BPJS
perusahaan mengenali kelemahan produk dan ja- Kesehatan), Pelayanan Gawat Darurat 24 jam,
sanya, meningkatkan kualitas dan meningkatkan Pelayanan Penunjang (Laboratorium, Radiologi,
kepuasan konsumen. Laparascopy, Kulposcopy), Rehabilitas Medik
Dalam rangka meningkatkan kepuasan (Fisioterapy), Apotik 24 jam, Instalasi dan Kon-
pasien, maka pihak manajemen RSU Bina Kasih sultasi Gizi, Rekam Jantung (EKG 3 Channel,
perlu melakukan tindak lanjut terhadap keluhan Cardiotopografi), USG (transvaginal) dan Uji
pasien. RSU Bina kasih dapat menerapkan ma- Latih Jantung berbeban/Treadmill.
najemen keluhan pelanggan. Manajemen kelu- Pihak manajemen rumah sakit telah men-
han pelanggan adalah proses yang dilakukan oleh geluarkan inovasi baru pada layanan jasa keseha-
organisasi untuk menangani, mengelola, membe- tan. Proses inovasi RSU Bina Kasih selama ta-
rikan respon dan melaporkan keluhan konsumen hun 2013 sampai 2016 adalah penambahan satu
yang berfungsi untuk menganalisis perbaikan jasa pelayanan kesehatan baru yang ditawarkan
yang harus dilakukan dan untuk menilai tingkat pada tahun 2016 yaitu menambah jasa pelayanan
kepuasan pengguna dan mencegah berulangnya kesehatan pada bidang Urologi. Urologi adalah
keluhan yang sama. cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kelai-
405
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)
nan pada saluran kemih dan genital pada laki- naan jasa tersebut akan menambah pendapatan
laki dan saluran kemih wanita. rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, maka da-
Penambahan jasa yang dilakukan RSU pat disimpulkan bahwa kinerja RSU Bina Kasih
Bina Kasih menunjukkan bahwa rumah sakit pada proses inovasi sudah baik.
mampu menjawab tantangan dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan. Selain dalam memenuhi Proses Operasi
kebutuhan pelanggan, penambahan jasa layanan Indikator yang telah ditetapkan untuk
kesehatan ini juga diharapkan dapat memicu mengukur proses operasi rumah sakit adalah
kenaikan pendapatan yang diperoleh rumah sa- tingkat pemakaian tempat tidur (BOR), frekuensi
kit. pemakaian tempat tidur (BTO), efisiensi peng-
Penambahan penawaran jasa akan me- gunaan tempat tidur (TOI), lamanya hari rawat
narik pelanggan untuk menggunakan jasa yang (ALOS), angka kematian kasar (NDR) dan an-
telah disediakan rumah sakit, dengan penggu- gka kematian neto (GDR).
Tingkat pemakaian tempat tidur di RSU Interval pemakaian tempat tidur pada ta-
Bina Kasih pada tahun 2013 sebesar 67.24%, pada hun 2013 sampai 2016 adalah 2 hari, artinya jeda
tahun 2014 meningkat sebesar 8.58%, namun tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat
pada tahun 2015 dan 2016 mengalami penurunan terisi kembali konstan dari tahun ke tahun. Ber-
74.29% menjadi 72.09%. Meskipun terjadi pe- dasarkan hasil analisis, menunjukkan interval pe-
nurunan, tingkat pemakaian tempat tidur masih makaian tempat tidur tidak melebihi standar yang
berada dalam rentang standar Departemen Kese- telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI.
hatan RI, sehingga dapat disimpulkan presentase Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja RSU
pemakaian tempat tidur di RSU Bina Kasih sudah Bina Kasih dilihat dari interval pemakaian tempat
efisien. tidur sudah efisien.
Frekuensi pemakaian tempat tidur dari ta- Rata-rata lama rawat pasien RSU Bina Ka-
hun 2013 sampai dengan 2016 sebesar 55 sampai sih dari tahun 2013 sampai 2016 adalah 4-5 hari.
62 kali. Frekuensi pemakaian tempat tidur sangat Artinya pada tahun-tahun tersebut tingkat ALOS
tinggi terjadi pada tahun 2015. Berdasarkan ana- masih berada dibawah standar yang telah dite-
lisis tersebut, menunjukkan bahwa frekuensi pe- tapkan Departemen Kesehatan RI, dengan kata
makaian tempat tidur melebihi standar yang telah lain rata-rata pasien RSU Bina Kasih pulang lebih
ditetapkan Departemen Kesehatan RI, dengan cepat dari standar minimun. Ada beberapa faktor
kata lain frekuensi pemakain tempat tidur tinggi. yang mempengaruhi antara lain: kondisi pasien
Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada 2013 sudah membaik atau pulih sebelum 6 hari, pasien
sampai 2016 tidak terdapat penambahan tempat pulang paksa atas kehendak diri sendiri atau kelu-
tidur pasien sehingga tidak seimbang dengan jum- arga untuk dirawat di rumah.
lah pasien yang masuk. Oleh karena itu, pihak ma- Angka kematian umum pasien RSU
najemen perlu menambahkan tempat tidur pasien Bina Kasih pada tahun pada tahun 2012 sebe-
agar proses operasional rumah sakit lebih efisien sar 23.67% sedangkan pada tahun 2013 sebesar
dan efektif. 20.04%, pada tahun 2015 mengalami penurunan
406
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)
menjadi 17.67% dan tahun 2016 menjadi 17.12%. kan pelayanan dan penanganan terhadap pasi-
Artinya pada tahun-tahun tersebut tingkat kema- en selama proses penyembuhan dan pemulihan.
tian umum pasien RSU Bina Kasih mengalami Meskipun prosentase angka kematian mengala-
penurunan yang menunjukkan bahwa rumah sakit mi kenaikan, mutu pelayanan RSU Bina Kasih
mengalami peningkatan kinerja dalam melakukan pada tahun 2013 sampai 2016 dapat dikatakan
pelayanan terhadap pasien selama proses penyem- baik karena masih berada ≤ 25%.
buhan. Sehingga dapat disimpulkan mutu pelaya-
nan RSU Bina Kasih baik. Kinerja Manajemen RSU Bina Kasih berdasar-
Angka kematian > 48 jam atau angka ke- kan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
matian neto RSU Bina Kasih pada tahun 2013 Tingkat retensi karyawan digunakan un-
sebesar 9.83%, pada tahun 2014 sampai 2015 tuk mengukur kemampuan rumah sakit dalam
mengalami peningkatan sebesar 0.19% dan pada mempertahankan hubungan yang baik dengan
tahun 2015 menjadi sebesar 13.17%, sedangkan karyawan. Jumingan (2015) menyatakan bahwa
pada tahun 2016 sebesar 12.33%. Peningkatan retensi karyawan diukur dengan persentase kelu-
tersebut menunjukkan bahwa rumah sakit belum arnya pekerja. Semakin kecil retensi karyawan,
mengalami peningkatan kinerja dalam melaku- berarti kinerja perusahaan semakin baik.
Tingkat retensi karyawan RSU Bina Ka- berpengalaman merupakan aset perusahaan, se-
sih selama tahun 2013 sampai 2016 mengalami dangkan pegawai baru yang belum berpengala-
penurunan, artinya kebijakan perusahaan mam- man tentunya perlu waktu dan biaya untuk mem-
pu untuk mencegah karyawan keluar dari peru- buatnya seperti yang diharapkan.
sahaan. Bagi RSU Bina Kasih mempertahankan Tingkat pelatihan karyawan untuk mengu-
karyawan yang berkompeten lebih baik daripada kur kemampuan rumah sakit dalam melakukan
mencari karyawan baru. kegiatan pelatihan dan pendidikan guna pening-
Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan katan keterampilan dan kompetensi yang dimiliki
Setiawati (2012) karena karyawan yang sudah karyawan.
Tahun Jumlah Karyawan dalam Pelatihan Total Jumlah Karyawan Tingkat pelatihan
2013 1 85 1%
2014 0 84 0%
2015 0 90 0%
2016 11 108 10%
407
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)
baik bagian medis maupun non medis sehingga kebijakan perusahaan mampu untuk mencegah
dapat meningkatkan tujuan proses bisnis inter- karyawan keluar dari perusahaan. Sedangkan
nal, pelanggan dan finansial jangka panjang yang tingkat pelatihan karyawan yang dilakukan RSU
ingin dicapai. Bina Kasih masih sangat rendah bahkan dalam
satu tahun tidak mengadakan pelatihan kary-
SIMPULAN DAN SARAN awan. Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian
di atas, maka saran yang dapat diberikan kepada
Kinerja perspektif keuangan RSU Bina manajemen RSU Bina Kasih bahwa implemen-
Kasih Ambarawa yang diukur menggunakan tasi Balanced Scorecard sebagai pengukuran kin-
Economic Value Added (EVA) dan pertumbuhan erja pada rumah sakit dapat dijadikan sebagai al-
pendapatan. Berdasarkan hasil analisis RSU ternatif sistem pengukuran kinerja komprehensif
Bina Kasih dari pengukuran EVA telah mem- dan berimbang antara pengukuran keuangan dan
berikan nilai tambah ekonomis bagi pemilik nonkeuangan. RSU Bina Kasih sebaiknya dari
modal dan dilihat dari pertumbuhan pendapatan segi kualitas sumber daya manusia, perlu dilaku-
mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini kan pengembangan dan pelatihan, agar kuali-
mengindikasikan bahwa kinerja keuangan RSU tas pegawai semakin meningkat yang nantinya
Bina Kasih Ambarawa dapat dikatakan baik. Ki- akan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas
nerja perspektif pelanggan RSU Bina Kasih yang pelayanan dan meningkatkan kepuasan pelang-
diukur menggunakan retensi pelanggan, akuisisi gan. Kepuasan pelanggan akan mendorong
pelanggan dan number of complain. pelanggan kembali menggunakan jasa rumah
Hasil pengukuran kinerja perspektif pe- sakit sehingga meningkatkan pendapatan rumah
langgan menunjukkan kinerja yang cukup baik. sakit. Selain itu RSU Bina Kasih sebaiknya
RSU Bina Kasih Ambarawa mampu memper- lebih cermat dalam mengelola aktivanya agar
tahankan pelangan lama dan memperoleh pe- pendapatan yang diterima meningkat sehingga
langgan baru setiap tahun. Namun manajemen dapat menghasilkan laba yang melebihi biaya
RSU Bina Kasih kurang tanggap dalam me- modal sehingga dapat memberikan nilai tambah
nangani keluhan pelanggan untuk meningka- bagi pemilik modal.
tan kepuasan pelanggan. RSU Bina Kasih per-
lu melakukan manajemen keluhan pelanggan, DAFTAR PUSTAKA
sehingga penanganan keluhan pelanggan lebih
tepat dan akurat untuk meningkatkan kepuasan Anthony, R. N & Govindarajan, V. 2005. Sistem Pengen-
pelanggan. Kinerja perspektif proses bisnis inter- dalian Manajemen. Penerbit: Salemba Empat.
nal RSU Bina Kasih yang diukur dengan proses Febrianda, H. 2015. Pengukuran Kinerja Manajemen
Koperasi Simpan Pinjam Berdikari Insani den-
inovasi dan proses operasi. Hasil analisis pada
gan Metode Balanced Scorecard. Manajemen
proses inovasi dapat dikatakan baik, RSU Bina Analysis Journal. 4 (1).
Kasih telah memenuhi kebutuhan pelanggan Handayani, B. D. 2011. Pengukuan Kinerja Organisasi
dengan melakukan inovasi baru pada jasa lay- dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada
anan kesehatannya. Pengukuran kinerja proses RSUD Kabupaten Kebumen. Jurnal Dinamika
operasi rumah sakit menggunakan indikator dari Manajemen. 2 (1): Hal 78-91.
Departemen Kesehatan RI yang berupa tingkat Hidayati, I. W., Topowijono & Endang. 2015. Analisis
pemakaian tempat tidur (BOR), frekuensi pe- Economic Value Added (EVA) dan Financial
makaian tempat tidur (BTO), efisiensi penggu- Value Added (FVA) sebagai Salah Satu Alat
Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal
naan tempat tidur (TOI), lamanya hari rawat
Administrasi Bishidayatinis (JAB). 25 (2).
(ALOS), angka kematian kasar (NDR) dan an- Jumingan. 2015. Analisis Kinerja Manajemen Ber-
gka kematian neto (GDR) menunjukkan kinerja dasarkan Balanced Scorecard. Jurnal Bisnis &
rumah sakit sudah efisien, namun pada frekuensi Manajemen. 15 (1): 45 – 56.
pemakaian tempat tidur masih melebihi standar. Kaplan, R. S & Norton, D. P. 1996. Using the Bal-
RSU Bina Kasih perlu melakukan penambahan anced as a Strategic Management System. Har-
tempat tidur pasien. Kinerja perspektif pembela- vad Business Review. 74 (1): 75–86.
jaran dan pertumbuhan RSU Bina Kasih termask Kawiana. 2012. Analisis Kinerja Berdasarkan Balanced
Scorecard Unit Rawat Jalan Poliklinik RSU
dalam kategori cukup baik yang diukur dengan
Surya Husadha Denpasar di Tahun 2012. Tesis.
tingkat retensi karyawan dan tingkat pelatihan Jakarta: FKM UI.
karyawan. Martono. 2013. Strategi Peningkatan Kinerja Program
Hasil analisis menunjukkan bahwa retensi Studi melalui Optimalisasi Peran Pimpinan. Ju-
karyawan RSU Bina Kasih selama tahun 2013 rnal Dinamika Manajemen. 4 (1): 30-45.
sampai 2016 mengalami penurunan, artinya Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Alat Manajemen Kon-
408
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)
temporer untuk Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Tanti, N. 2015. Analisis Kinerja Puskesmas Padamara
Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. menggunakan Metode Balanced Scorecard. Man-
Nurcahaya, A. H. 2015. Analisis Kinerja Perusahaan agement Analysis Journal. 4 (l).
Daerah Air Minum dengan Metode Balanced Trihastutii, K. 2012. Analisis Kinerja Perusahaan den-
Scorecard. Management Analysis Journal. 4 (1). gan Metode BSC. Management Analysis Journal.
Permana, V. M. 2013. Peningkatan Kepuasan Pelang- 1 (3).
gan Melalui Kualitas Produk dan Kualitas Wibowo. 2014. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali
Layanan. Jurnal Dinamika Manajemen. 4 (2): Pers.
115-131. Widhiyaningrat, W. A. 2015. Pengukuran Kinerja Or-
Rangkuti, F. 2015. SWOT Balanced Scorecard Teknik ganiasi Nirlaba dari Perspektif Balance Score-
Menyusun Strategi Korporat yang Efektif plus card pada Rumah sakit Umum Haji Surabaya.
Cara Mengelola Kinerja dan Risiko. Jakarta: PT. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. 4 (6).
Gramedia Pustaka Utama. Wijono. D. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan
Rosmala. 2013. Aplikasi Pelayanan dan Keluhan Teori, Strategi dan Aplikasi. Surabaya: Airlangga
Gangguan Telepon Pelanggan di Pt Telekomu- University Press.
nikasi Indonesia Tbk. Seminar Nasional Infor- Wongrassame, S., Gardiner, P. D & Simmons. 2003.
matika 2012. Yogyakarta: UPN Veteran Yogya- Performance Measurement Tools: The Bal-
karta anced Scorecard and the EFQM Excellence
Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kuali- Model. Measuring Business Excellence. 7 (1): 14-
tatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 29.
409