Anda di halaman 1dari 12

Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

Management Analysis Journal


http://maj.unnes.ac.id

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RUMAH SAKIT UMUM BINA KASIH


AMBARAWA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

Erni Muji Hartuti , Achmad Slamet

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis kinerja
Diterima September 2017 manajemen RSU Bina Kasih Ambarawa dengan pendekatan Balanced Scorecard.
Disetujui September 2017 Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara.
Dipublikasikan Desember
Metode analisis data yaitu analisis deskriptif. Pengukuran kinerja melibatkan empat
2017
perspektif, yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran
Keywords: dan pertumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian, kinerja pada perspektif keuangan
Balanced Scorecard; Finan- dinilai baik dengan menciptakan nilai tambah bagi pemilik modal. Kinerja pers-
cial Prespective; Customer pektif pelanggan dinilai cukup baik. Berdasarkan perspektif proses bisnis internal,
Prespective; Internal Busines kinerja dinilai baik. Tingkat pelatihan karyawan dari perspektif pembelajaran dan
Process Perspecive ; Learn- pertumbuhan rendah, dan retensi karyawan dinilai cukup baik.
ing and Growth Prespective .
Abstract
The aim of this research is to describe and analyze the level of performance management of
Bina Kasih Hospitals using the Balanced Scorecard approach. Data was collected by docu-
mentation and interview method. They were analyzed by using descriptive analysis. This
performance measurement involves four perspectives: financial, customer, internal business
processes, and learning and growth perspective. Based on the result of this study, financial
performance rated in good results with created value added for stakeholder. Performance which
based on the customer’s perspective is considered quite good. However, the number of complain
is constant. Level of training employee from the internal business process perspective was low,
and the retention of employee was considered quite good.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
ISSN 2252-6552
Gedung L2 Lantai 1 FE UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: mujihartutierni9@gmail.com
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

PENDAHULUAN Anthony dan Govindarajan (2005) ukuran


kinerja yang baik adalah yang melibatkan ukuran
Penilaian kinerja merupakan faktor yang keuangan dan non keuangan. Perusahaan harus
sangat penting bagi suatu perusahaan atau or- dipicu dengan perubahan dalam bidang nonkeu-
ganisasi untuk mengetahui seberapa baik suatu angan, seperti kualitas dan kepuasan pelanggan
perusahaan atau organisasi berkinerja selama karena ukuran nonkeuangan pada akhirnya akan
periode waktu tertentu. Kinerja bagi suatu or- memengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
ganisasi adalah hasil dari kegiatan kerjasama di Selain itu ukuran kinerja juga harus melibatkan
antara anggota atau komponen organisasi dalam ukuran internal dan eksternal, peusahaan harus
rangka mewujudkan tujuan organisasi (Marto- mencapai keseimbangan anatara ukuran-ukuran
no, 2013). Wibowo (2014) menyatakan bahwa eksternal seperti, kepuasan pelanggan dengan
penilaian kinerja adalah proses dimana kinerja ukuran-ukuran dari proses bisnis internal. Den-
individual atau organisasi diukur dan dievaluasi. gan adanya keseimbangan antara non keuangan
Wibowo (2014) menyatakan bahwa pen- dan keuangan
gukuran kinerja pada dasarnya adalah mela- Adanya kekurangan tersebut, maka pada
kukan pengukuran terhadap sejumlah aktivitas tahun 1996 Kaplan dan Norton memperkenal-
operasional organisasi dalam mencapai tujuan kan bentuk pengukuran kinerja baru, yang dike-
organisasi. Pengukuran kinerja suatu perus- nal dengan Balanced Scorecard (BSC). Kaplan dan
ahaan sangat berguna untuk membandingkan ki- Norton (1996) menyatakan bahwa BSC adalah
nerja perusahaan periode lalu dan periode yang sistem pengukuran kinerja yang telah melengkapi
akan datang, sehingga dapat diketahui, kinerja pengukuran keuangan tradisional dengan pengu-
mengalami perbaikan atau sebaliknya menga- kuran kinerja dari tiga perspektif, yaitu pelang-
lami penurunan (Handayani, 2011). Nurcahaya gan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan
(2015) menyatakan bahwa dengan dilakukanya pertumbuhan.
pengukuran kinerja perusahaan akan memban- BSC merupakan alat pengukur kiner-
tu manajer unit kerja dalam memonitoring dan ja yang tidak hanya mengukur kinerja dari segi
memperbaiki kinerja perusahaan untuk menca- keuangan saja tetapi juga dari segi non keuangan
pai tujuan organisasi. yang terdiri dari empat perspektif yang saling me-
Sistem kinerja manajemen suatu organi- lengkapi dan mempunyai hubungan sebab aki-
sasi pada umumnya menggunakan sistem ma- bat. Dengan menggunakan BSC, manajer tidak
najemen tradisional, dimana pengukurannya hanya mengukur hasil akhir, tetapi juga mengu-
hanya menggunakan ukuran keuangan. Kaplan kur aktivitas-aktivitas penentu akhir (Trihastutii,
dan Norton (1996) menyatakan bahwa terdapat 2012). Keberhasilan kinerja perpektif keuangan
kekurangan serius dalam sistem manajemen tra- ditentukan oleh aktivitas-aktivitas tiga perspektif
disional yaitu tidak dapat menghubungkan tinda- lainnya.
kan jangka pendek dengan tujuan organisasi. Rumah Sakit Umum Bina Kasih Ambara-
Handayani (2011) menyatakan bahwa wa merupakan satu-satunya rumah sakit swasta
pengukuran tradisional hanya berfokus pada as- yang ada di Ambarawa. Rumah sakit ini merupa-
pek keuangan, sementara aspek non keuangan kan suatu unit bisnis yang memiliki tujuan utama
terabaikan. Wongrassamee (2003) menyatakan memberikan pelayanan kesehatan terbaik demi
bahwa suatu organisasi perlu mengimplementa- tercapainya kepuasan masyarakat. Pihak manaje-
sikan kerangka pengukuran kinerja yang efektif men RSU Bina Kasih masih menggunakan sistem
sesuai dengan tipe spesifik dari organisasi. Se- manajemen tradisional, pengukuran kinerja yang
dangkan Febrianda (2015) berpendapat pengu- menekankan pada kinerja keuangan saja. Berikut
kuran kinerja yang tepat dan akurat dapat digu- adalah kinerja keuangan RSU Bina Kasih:
nakan untuk menilai kinerja organisasi secara
keseluruhan. Tabel 1. Perubahan Pendapatan dan Laba RSU
Purbey dkk. (2007) menyatakan bahwa Bina Kasih Ambarawa
sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sis-
tem pengukuran yang memperlihatkan karak- Tahun Pe n d a p a t a n % Laba (Rp) %
(Rp)
teristik seperti ukuran kinerjanya dari berbagai
perspektif dan saling berkaitan, valid, reliabel, 2013 2.785.876.872 - 128.651.000 -
mudah digunakan. Selain itu, peka terhadap pe- 2014 2.921.616.850 4.87 154.381.200 20
rubahan pada lingkungan internal dan eksternal
2015 3.590.765.195 22.9 150.818.820 (2.31)
dari organisasi dan mengandung ukuran pendo-
2016 4.255.563.177 18.51 193.646.309 28.40
rong kinerja.
399
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

Perolehan laba RSU Bina Kasih menunjuk- jukkan keterbatasan dalam pengukurannya. Hanya
kan keberhasilan RSU Bina Kasih dalam mem- memfokuskan pada aspek keuangan tidak cukup
pertahankan kinerja keuanganya. Namun ternyata untuk menilai kesuksesan rumah sakit. Oleh karena
perolehan laba tersebut tidak diikuti dengan ke- itu penggunaan konsep BSC sebagai alternatif pen-
berhasilan dalam aspek pelanggan masih terdapat gukuran kinerja perusahaan yang diukur berdasar-
keluahan pelanggan. Hal ini menunjukkan adanya kan aspek keuangan dan non keuangan dari empat
ketidakpuasan pelanggan. Oleh karena itu, perlu prespektif merupakan hal yang tepat, karena dapat
dilakukan pengukuran kinerja keseluruhan dari ber- mengatasi kelemahan dalam pengukuran kinerja
bagai aspek baik keuangan maupun nonkeuangan yang berdasarkan aspek keuangan.
guna meningkatkan kinerja RSU Bina Kasih. BSC merupakan sistem pengukuran kinerja
Berdasarkan konteks diatas, bagaimana peni- yang komprehensif, dimana pengukuran yang di-
laian kinerja RSU Bina Kasih apabila diukur meng- lakukan berdasarkan empat aspek yang saling me-
gunakan pendekatan BSC berdasarkan perspektif lengkapi. Dengan dilakukanya pengukuran kinerja
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses perusahaan menggunakan BSC, kinerja perusahaan
bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan akan terlihat secara keseluruhan dari aspek keuan-
pertumbuhan.
gan dan non keuangannya, dari internal maupun
Berdasarkan fenomena tersebut penulis ter-
dari eksternal perusahaan. Keempat perspektif da-
motivasi untuk mendiskripkan dan menganalisis:
lam BSC, meliputi: Perspektif keuangan, tolok ukur
1) kinerja RSU Bina Kasih jika dinilai dengan BSC
yang digunakan dalam perspektif keuangan adalah
berdasarkan perspektif keuangan; 2) kinerja RSU
Economic Value Added (EVA) dan pertumbuhan pen-
Bina Kasih jika dinilai dengan pendekatan BSC ber-
dasakan perspektif pelanggan; 3) kinerja RSU Bina dapatan.
Kasih jika dinilai dengan pendekatan BSC berdasar- Perspektif pelanggan, tolak ukur yang digu-
kanperspektif proses bisnis internal; 4) kinerja RSU nakan dalam perspektif pelanggan adalah retensi
Bina Kasih jika dinilai dengan pendekatan BSC pelanggan, akuisisi pelanggan dan kepuasan pe-
berdasarkan perspektif pembelajaran dan pertum- langgan.
buhan. Perspektif proses bisnis internal, dalam
Penelitian ini diharapkan dapat menambah perspektif ini tolok ukur yang digunakan adalah
wawasan, pengetahuan, dan pemahaman baru men- proses inovasi dan proses operasi yang berdasarkan
genai penilaian kinerja menggunakan pendekatan panduan penliaian Pelayanan Rumah Sakit.
BSC khususnya bagi RSU Bina Kasih Ambarawa. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,
dalam perspektif ini tolok ukur yang digunakan
Kerangka Berpikir adalah retensi karyawan, dan tingkat pelatihan ka-
RSU Bina Kasih adalah rumah sakit yang ryawan. Adapun kerangka pemikiran dalam pene-
menyediakan pelayanan jasa bagi masyarakat. Ru- litian analisis kinerja manajemen RSU Bina Kasih
mah sakit ini menggunakan sistem pengukuran dengan pendekatan BSC dapat dilihat pada Gam-
kinerja tradisional, namun pengukuran ini menun- bar 1.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

400
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

METODE kukan wawancara dan dokumentasi maupun ke-


giatan lain dalam usaha memperoleh data, yang
Penelitian ini menggunakan pendekatan selanjutnya data tersebut diolah, di analisa dan di
deskriptif, yaitu metode penelitian dengan men- uraikan dalam bentuk kesimpulan yang deskriptif.
diskripsikan atau menggambarkan objek sebagai- Menurut sugiyono (2016) analisa data dilakukan
mana adanya tanpa membuat kesimpulan yang sebelum di lapangan dan selama dilapangan
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, Analisa sebelum dilapangan dilakukan ter-
2016). Kesimpulan yang diambil hanya berlaku hadap data hasil studi pendahuluan, atau data se-
pada objek tertentu dan kurun waktu tertentu. kunder, yang akan digunakan untuk menentukan
Penelitian ini menganalisis dan mendeskripsikan fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti melaku-
kinerja manajemen di RSU Bina Kasih Ambara- kan proses pengumpulan data baik hasil penelitian
wa. terdahulu yang akan digunakan peneliti sebagai
bahan dasar kajian untuk menemukan fokus per-
Sumber Data masalahan.
Data yang digunakan adalah data primer Analisa selama dilapangan ada tiga tahap,
dan data sekunder. (Sugiyono, 2014) menyatakan yaitu: 1) Reduksi Data (Data Reduction), berarti
bahwa data primer merupakan data yang berasal merangkum, memilih hal-hal yang pokok ,memfo-
dari sumber primer. Sumber primer adalah sum- kuskan kepada peristiwa atau kejadian yang pen-
ber data yang langsung memberikan data kepada ting. Adapun cara yang di lakukan peneliti dalam
pengumpul data. mereduksi data adalah peneliti mendiskripsikan,
Data sekunder menurut (Sugiyono, 2014) menggabungkan dan menganalisa atas data yang
merupakan data yang berasal dari sumber sekun- diperoleh. Mengumpulkan, mempelajari dan me-
der yaitu pengumpul data tidak langsung menda- mahami data-data perusahaan yang terkait dengan
patkan data dari sumber data misal lewat orang proses operasi perusahaan seperti gambaran umum
lain atau lewat dokumen. perusahaan, visi dan misi RSU Bina Kasih; 2) Pe-
nyajian Data (Data Display), setelah data direduk-
Metode Pengumpulan Data si maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
Wawancara Sugiyono (2016) adalah tek-
uraian singkat. Penyajian data dilakukan dalam
nik pengumpulan data untuk mengetahui hal-hal
bentuk uraian deskriptif yang menjelaskan hubun-
dari responden dengan mengajukan pertanyaan-
gan antar kejadian atau peristiwa, yang mencer-
pertanyaan. Penelitian ini menggunakan wa-
minkan kinerja manajemen RSU Bina Kasih. Ada-
wancara semi terstruktur yaitu wawancara yang
pun menjelaskan tentang kinerja rumah sakit dari
bertujuan untuk mengumpulkan data dengan me-
perspektif keuangan, kepuasan pelanggan, proses
minta pendapat atau ide dari informan. Metode
bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran; 3)
wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk
Verifikasi Data (Conclusion Drawing), memberikan
mengumpulkan data, yang nantinya data terse-
kesimpulan tentang hasil penelitian serta saran
but dapat melengkapi data yang tidak diperoleh bagi pihak manajemen rumah sakit setelah proses
dari metode dokumentasi. Wawancara tersebut dilakukan. Proses menuju penarikan kesimpulan
dilakukan kepada orang yang dianggap penting dan verifikasi terjadi ketika analisa dari data yang
dalam perusahaan, seperti Ka.Sub.Bag Keuangan telah diperoleh dari RSU Bina Kasih telah selesai
dan Ka.Sub.Bag.Kesekretariatan yang terdiri dari dilakukan analisis.
Ka.Ur.Kepegawaian, Ka.Ur.Umum dan Ka.Ur. Langkah - langkah analisis kinerja RSU
Rekam Medis. Bina Kasih dengan BSC dimulai dengan penjaba-
Dokumentasi menurut Sugiyono (2016) ran visi, misi dan tujuan RSU Bina Kasih ke dalam
adalah teknik pengumpulan data dengan meng- empat perspektif dalam bentuk sasaran strategi.
gunakan dokumen yang dapat berbentuk tulisan. Setelah itu menentukan ukuran hasil dan uku-
Data yang dibutuhkan berupa gambaran umum ran pemicu kinerja. Langkah selanjutnya adalah
rumah sakit, laporan keuangan, data jumlah pa- melakukan pengukuran kinerja masing-masing
sien yang berkunjung di rumah sakit, data tentang perspektif.
berbagai inovasi dan perbaikan-perbaikan yang di- Pertama perspepktif keuangan, kinerja
lakukan rumah sakit, data jumlah karyawan dan keuangan diukur dengan dua macam ukuran yai-
data karyawan yang pernah mengikuti pelatihan. tu Economic Value Added (EVA) dan pertumbuhan
pendapatan (Mulyadi, 2001).
Metode Analisis Economic Value Added (EVA) digunakan
Penelitian ini merupakan penelitian yang untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
bersifat deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan menghasilkan laba melebihi biaya modal yang
dengan cara datang langsung ke lapangan mela- diinvestasikan dalam perusahaan.

401
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

Nilai positif pada EVA menunjukkan ditawarkan. Jumingan (2015) menyatakan bahwa
adanya nilai tambah setelah membayarkan se- semakin besar angka akuisisi pelanggan menun-
mua kewajiban (dalam nilai buku). Semakin be- jukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik.
sar EVA maka perusahaan berhasil menciptakan Berdasarkan pada Widhiyaningrat (2015) akuisisi
nilai dan menandakan kinerja keuangan yang pelanggan dapat dihitung dengan rumus :
baik.
Berdasarkan pada Mulyadi (2001) EVA
dihitung dengan mengurangi laba bersih setelah
pajak dengan beban modal.

EVA = Laba usaha bersih setelah pajak – beban Number of Complain untuk mengetahui
modal jumlah pelanggan yang komplain atas pelayanan
jasa atau produk yang diterima oleh pelanggan.
Pertumbuhan pendapatan adalah analisis Rosmala, Falalah dan Arianto (2012) menyata-
kinerja keuangan yang dilakukan dilakukan den- kan bahwa penanganan keluhan pelanggan me-
gan cara membandingkan suatu orientasi dari rupakan salah satu elemen penting untuk menca-
satu periode ke periode sebelumnya, sehingga pai tingkatan kepuasan yang tinggi pada layanan
diketahui adanya kecenderungan pada periode konsumen. Permana (2013) menyatakan bahhwa
tertentu. Pertumbuhan pendapatan mengukur se- meningkatkan kepuasan kepada pelanggan akan
berapa besar kemampuan organisasi dalam mem- mempertahankan bahkan meningkatnkan usaha
pertahankan dan meningkatan keberhasilannya dari sebuah organisasi. Firdaus (2014) meny-
yang telah dicapai dari periode ke periode beri- atakan bahwa semakin menurunnya prosentase
kutnya (Rahayu, 2014). Menurut Kawiana (2012) number of complain mencerminkan kinerja organi-
kinerja keuangan dari variabel tingkat pendapa- sasi yang baik. Berdasarkan pada Widhiyaningrat
tan menunjukkan kinerja yang baik jika hasil per- (2015) Number of Complain dapat dihitung dengan
hitungan tingkat pendapatan bernilai positif dan rumus:
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan pada Kawiana (2012) per-
tumbuhan pendapatan dapat diketahui dengan
membandingkan selisih pendapatan tahun ber-
jalan dan pendapatan tahun sebelumnya dengan
pendapatan tahun sebelumnya.
Pengukuran yang ketiga berdasarkan
perspektif proses bisnis internal. Kaplan dan Nor-
ton (1996) menyatakan pengukuran kinerja pada
perspektif proses bisnis internal berpedoman
pada proses inovasi dan proses operasi rumah
sakit. Kaplan dan Norton (2012) menyatakan
Pengukuran yang kedua yaitu kinerja pada bahwa pencapaian proposisi nilai yang unik yang
perspektif pelanggan. Rangkuti (2015) menyata- dapat memuaskan segmen pasar sasaran dapat
kan ada tiga macam ukuran yaitu retensi pelang- diwujudkan melalui proses inovasi produk dan
gan, akuisisi pelanggan dan number of complain. jasa.
Retensi pelanggan mengukur kemampuan peru- Proses operasi Menurut Departemen Kes-
sahaan dalam mempertahankan pelanggan. Han- ehatan RI menyebutkan terdapat beberapa indi-
dayani (2011) menyatakan bahwa semakin kecil kator pengukuran pelayanan rumah sakit untuk
tingkat retensi pelanggan maka semakin baik ki- mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi yaitu :
nerja perusahaan dalam mempertahankan kary- Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan pro-
awan. Berdasarkan pada Widhiyaningrat (2015) sentase pemakaian tempat tidur pada satuan wak-
retensi pelanggan dapat dihitung dengan rumus : tu tertentu.

Akuisisi pelanggan mengukur kemampu- Bed Turn Over (BTO) merupakan frekuensi
an organisasi dalam menarik minat pelanggan pemakaian tempat tidur pada satu periode terten-
agar menggunakan produk atau jasa yang telah tu, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
402
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

satuan waktu tertentu (biasanya dalam periode


satu tahun).

Tingkat pelatihan karyawan diukur dengan


cara membandingkan jumlah karyawan yang se-
dang dalam pelatihan dengan total jumlah kary-
Turn Over Interval (TOI): rata-rata hari
yang menunjukkan tempat tidur tidak ditempa- awan. Berdasarkan pada Widhiyaningrat (2015)
ti pasien dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. retensi karyawan dapat dihitung dengan rumus :
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efi-
siensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat
tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1 - 3 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kinerja Manajemen RSU Bina Kasih ber-


Average Length of Stay (ALOS) merupakan
dasarkan Perspektif Keuangan
rata-rata lama rawat seorang pasien atau jumlah
hari kalender dimana pasien mendapatkan pera- Economic Value Added (EVA) untuk men-
watan rawat inap di rumah sakit. Nilai ALOS getahui kemampuan perusahaan dalam mengha-
silkan nilai tambah ekonomis, yaitu dimana laba
yang ideal antara 6 - 9 hari.
yang dipperoleh melebihi biaya modal yang diin-
vestasikan.

Tabel 2. Kemampuan Menghasilkan Nilai Tam-


bah Ekonomis
Gross Death Rate (GDR) merupakan ang-
ka kematian umum untuk setiap 1000 penderita Beban
Tahun Laba Bersih EVA (Rp)
keluar. Nilai GDR tidak dapat lebih dari 45 per Modal
1000 pasien keluar. 2013 113.651.000 54.878.271 58.772.729
2014 136.381.000 170.064.316 (33.683.316)
2015 129.218.820 60.780.003 68.438.827
2016 163.646.309 89.826.949 73.819.260

Net Death Rate (NDR): angka kematian 48 Nilai EVA RSU Bina Kasih pada tahun
jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderi- 2013 bernilai positif, yang artinya biaya modal
ta keluar. Nilai NDR yang masih dapat ditolerir yang digunakan lebih kecil dibandingkan laba
adalah kurang dari 25 per 1000 pasien keluar. yang dieproleh dari proses operasional rumah sa-
kit, sehingga masih terdapat laba tersisa setelah
rumah sakit membayarkan kewajibannya.
Nilai EVA yang positif juga mengindika-
sikan bahwa pihak manajemen RSU Bina Kasih
mampu mengelola aktivanya dengan baik sehing-
Pengukuran keempat berdasarkan perspek- ga menghasilkan pendapatan yang tinggi. Ber-
tif pembelajaran dan pertumbuhan. Kinerja diu- dasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan
kur dengan dua macam ukuran, yaitu retensi ka- bahwa kinerja keuangan RSU Bina Kasih tahun
ryawan dan tingkat pelatihan karyawan. 2013 sudah baik.
Retensi karyawan mengukur kemampuan Tahun 2014 nilai EVA menunjukkan ni-
organisasi dalam mempertahankan hubungan lai negatif. Nilai EVA negatif pada tahun 2014,
yang baik dengan karyawan. Jumingan (2015) artinya laba yang diperoleh rumah sakit tidak
menyatakan semakin kecil retensi karyawan, be- mampu menutupi biaya modal yang telah dike-
rarti kinerja perusahaan semakin baik. Berdas- luarkan. Nilai negatif tersebut disebabkan kare-
arkan pada Widhiyaningrat (2015) retensi kary- na meningkatnya modal yang digunakan sehing-
awan dapat dihitung dengan rumus : ga meningkat pula biaya modal yang timbul.
403
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

Peningkatan modal tersebut dialokasikan pada nerja manajemen RSU Bina Kasih perusahaan
penambahan aktiva lancar rumah sakit. mengalami peningkatan, dengan kata lain ihak
Manajemen perusahaan belum mampu manajemen dapat mengelola aktivanya dengan
memanfaatkan penambahan aktivanya tersebut, baik untuk meningkatkan pendapatannya dan
sehingga tidak mampu menghasilkan pendapa- menghasilkan laba bagi perusahaan. Sehingga
tan yang maksimal dan laba yang diperoleh ti- pada tahun 2015 dan 2016 dapat menciptakan
dak mampu menutupi biaya modal yang telah nilai kembali bagi pemilik modal.
dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut, maka da- Pertumbuhan pendapatan mengukur
pat disimpulkan bahwa kinerja keuangan RSU seberapa besar kemampuan organisasi dalam
Bina Kasih tahun 2014 tidak baik. mempertahankan dan meningkatan keberhasi-
Pada tahun 2015 dan 2016 nilai EVA lannya yang telah dicapai dari periode ke perio-
menghasilkan nilai positif, menunjukkan ki- de berikutnya.

Tabel 3. Tingkat Pertumbuhan Pendapatan

Tahun Pendapatan tahun lalu Pendapatan tahun berjalan Persentase


2013 - 2.785.876.872 -
2014 2.785.876.872 2.921.616.850 4.87%
2015 2.921.616.850 3.590.765.195 22.9%
2016 3.590.765.195 4.255.563.177 18.51%

Berdasarkan Tabel pertumbuhan penda- buhan pendapatan mengindikasikan bahwa pen-


patan RSU Bina Kasih pada tahun 2014 masih jualan jasa menurun.
rendah. Pendapatan dari hasil penawaran jasa
kesehatan pada tahun 2014 belum mencapai Kinerja Manajemen RSU Bina Kasih ber-
maksimal. Pertumbuhan pendapatan pada ta- dasarkan Perspektif Pelanggan
hun 2015 mengalami kenaikan yang cukup be- Retensi pelanggan untuk mengetahui ke-
sar dibanding pertumbuhan pendapatan pada mampuan RSU Bina Kasih dalam memperta-
tahun tahun 2014. Kenaikan ini disebabkan hankan hubungan dengan pelangganya. Retensi
karena jumlah kunjungan pasien yang semakin pelanggan diukur dengan membandingkan an-
bertambah, baik pasien rawat inap maupun ra- tara pelanggan lama dengan total keseluruhan
wat jalan. pelanggan, dimana semakin kecil tingkat retensi
Pada tahun 2015 pertumbuhan pendapa- pelanggan mengindikasikan bahwa kinerja pe-
tan mengalami penurunan. Penurunan pertum- rusahaan termasuk dalam kategori baik.

Tabel 4. Tingkat Retensi Pelanggan RSU Bina Kasih

Tahun Pasien Lama Total Kunungan Pasien Persentase


2013 3135 7836 40.01%
2014 3256 8141 39.99%
2015 4096 10756 38.08%
2016 4371 11145 39.22%

Berdasarkan Tabel 4 diatas, tingkat reten- Mengukur kemampuan organisasi dalam


si pelanggan RSU Bina Kasih semakin kecil hal memperoleh pelanggan baru. Pengukuran akui-
ini menunjukkan bahawa kinerja rumah sakit sisi pelanggan ini dilakukan dengan memban-
dapat dikatakan baik. Penurunan retensi da- dingkan antara pelanggan baru yang berhasil
pat mengindikasikan bahwa kecepatan layanan diperoleh dengan total keseluruhan pelanggan.
rumah sakit semakin meningkat sehingga se- Jumingan (2015) menyatakan bahwa semakin
makin cepat pula pasien lama berganti dengan besar angka akuisisi pelanggan menunjukkan
pasien baru. bahwa kinerja perusahaan semakin baik.

404
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

Tabel 5. Tingkat Akuisisi Pelanggan RSU Bina Kasih

Tahun Pasien Baru Total Kunjungan Pasien Persentase


2013 4701 7836 59.99%
2014 4885 8141 60.00%
2015 6660 10756 61.92%
2016 6774 11145 60.78%

Berdasarkan Tabel 5 diatas, menunjukkan Number of Complain untuk mengetahui


bahwa kinerja perspektif pelanggan dari tingkat jumlah pelanggan yang komplain atas pelayanan
akuisisi pelanggan menunjukkan kinerja jasa atau produk yang diterima oleh pelanggan.
yang baik yang dapat dilihat dari nilai akuisisi Rosmala (2012) menyatakan bahwa keluhan pe-
pelanggan mengalami peningkatan. Peningkatan langgan merupakan salah satu standar kualitas
ini terjadi karena kualitas jasa rumah sakit me- kepuasan pelanggan. Firdaus (2014) menyatakan
ningkat sehingga dapat menarik pelanggan baru semakin menurunnya prosentase number of com-
setiap tahun. plain mencerminkan kinerja organisasi yang baik.

Tabel 6. Prosentase Jumlah Pelanggan Komplain

Tahun Jumlah Pelanggan Komplain Total Kunjungan Prosentase


2013 244 8141 3%
2014 157 7836 2%
2015 215 10756 2%
2016 223 11145 2%

Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan Kinerja Manajemen RSU Bina Kasih berdasar-
bahwa prosentase komplain dari tahun 2013 ke kan Perspektif Proses Bisnis Internal
tahun 2014 mengalami penurunan, namun dari Perspektif proses bisnis internal terdiri dari
tahun 2014 sampai 2016 tidak terjadi penurunan proses inovasi dan operasi, pengukuran proses
jumlah keluhan pelanggan. Berdasarkan hasil operasi RSU Bina Kasih didasarkan pada indika-
wawancara mendalam dengan pihak manajemen tor yang dipakai untuk menilai rumah sakit yang
RSU Bina Kasih Ambarawa diperoleh gambaran telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI.
indikator keluhan yang sering dikelukan oleh pe-
langgan terkait dengan kebersihan/fasilitas. Proses Inovasi
Rosmala (2012) menyatakan salah satu Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan
ujung tombak kepuasan pelanggan adalah pe- RSU Bina Kasih pada tahun 2013 sampai tahun
nanganan keluhan yang efektif. Penanganan 2016 anatra lain: Poliklinik Umum dan Spesialis,
keluhan pelanggan yang tepat dapat membantu Pelayanan Rawat Inap (Umum dan Peserta BPJS
perusahaan mengenali kelemahan produk dan ja- Kesehatan), Pelayanan Gawat Darurat 24 jam,
sanya, meningkatkan kualitas dan meningkatkan Pelayanan Penunjang (Laboratorium, Radiologi,
kepuasan konsumen. Laparascopy, Kulposcopy), Rehabilitas Medik
Dalam rangka meningkatkan kepuasan (Fisioterapy), Apotik 24 jam, Instalasi dan Kon-
pasien, maka pihak manajemen RSU Bina Kasih sultasi Gizi, Rekam Jantung (EKG 3 Channel,
perlu melakukan tindak lanjut terhadap keluhan Cardiotopografi), USG (transvaginal) dan Uji
pasien. RSU Bina kasih dapat menerapkan ma- Latih Jantung berbeban/Treadmill.
najemen keluhan pelanggan. Manajemen kelu- Pihak manajemen rumah sakit telah men-
han pelanggan adalah proses yang dilakukan oleh geluarkan inovasi baru pada layanan jasa keseha-
organisasi untuk menangani, mengelola, membe- tan. Proses inovasi RSU Bina Kasih selama ta-
rikan respon dan melaporkan keluhan konsumen hun 2013 sampai 2016 adalah penambahan satu
yang berfungsi untuk menganalisis perbaikan jasa pelayanan kesehatan baru yang ditawarkan
yang harus dilakukan dan untuk menilai tingkat pada tahun 2016 yaitu menambah jasa pelayanan
kepuasan pengguna dan mencegah berulangnya kesehatan pada bidang Urologi. Urologi adalah
keluhan yang sama. cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kelai-

405
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

nan pada saluran kemih dan genital pada laki- naan jasa tersebut akan menambah pendapatan
laki dan saluran kemih wanita. rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, maka da-
Penambahan jasa yang dilakukan RSU pat disimpulkan bahwa kinerja RSU Bina Kasih
Bina Kasih menunjukkan bahwa rumah sakit pada proses inovasi sudah baik.
mampu menjawab tantangan dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan. Selain dalam memenuhi Proses Operasi
kebutuhan pelanggan, penambahan jasa layanan Indikator yang telah ditetapkan untuk
kesehatan ini juga diharapkan dapat memicu mengukur proses operasi rumah sakit adalah
kenaikan pendapatan yang diperoleh rumah sa- tingkat pemakaian tempat tidur (BOR), frekuensi
kit. pemakaian tempat tidur (BTO), efisiensi peng-
Penambahan penawaran jasa akan me- gunaan tempat tidur (TOI), lamanya hari rawat
narik pelanggan untuk menggunakan jasa yang (ALOS), angka kematian kasar (NDR) dan an-
telah disediakan rumah sakit, dengan penggu- gka kematian neto (GDR).

Tabel 7. Tingkat Pemanfaatan, Mutu dan Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit

Indikator 2013 2014 2015 2016 Standar


BOR (%) 67.24 75.82 74.29 72.09 60-85%

BTO (kali) 55 58 62 58 40-50 kali

TOI (hari) 2 2 2 2 1-3 hari

ALOS (hari) 4 5 4 5 6-9 hari

GDR (%) 23.67 20.04 17.67 17.12 <25

NDR (%) 9.83 10.02 13.17 12.33 ≤45

Tingkat pemakaian tempat tidur di RSU Interval pemakaian tempat tidur pada ta-
Bina Kasih pada tahun 2013 sebesar 67.24%, pada hun 2013 sampai 2016 adalah 2 hari, artinya jeda
tahun 2014 meningkat sebesar 8.58%, namun tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat
pada tahun 2015 dan 2016 mengalami penurunan terisi kembali konstan dari tahun ke tahun. Ber-
74.29% menjadi 72.09%. Meskipun terjadi pe- dasarkan hasil analisis, menunjukkan interval pe-
nurunan, tingkat pemakaian tempat tidur masih makaian tempat tidur tidak melebihi standar yang
berada dalam rentang standar Departemen Kese- telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI.
hatan RI, sehingga dapat disimpulkan presentase Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja RSU
pemakaian tempat tidur di RSU Bina Kasih sudah Bina Kasih dilihat dari interval pemakaian tempat
efisien. tidur sudah efisien.
Frekuensi pemakaian tempat tidur dari ta- Rata-rata lama rawat pasien RSU Bina Ka-
hun 2013 sampai dengan 2016 sebesar 55 sampai sih dari tahun 2013 sampai 2016 adalah 4-5 hari.
62 kali. Frekuensi pemakaian tempat tidur sangat Artinya pada tahun-tahun tersebut tingkat ALOS
tinggi terjadi pada tahun 2015. Berdasarkan ana- masih berada dibawah standar yang telah dite-
lisis tersebut, menunjukkan bahwa frekuensi pe- tapkan Departemen Kesehatan RI, dengan kata
makaian tempat tidur melebihi standar yang telah lain rata-rata pasien RSU Bina Kasih pulang lebih
ditetapkan Departemen Kesehatan RI, dengan cepat dari standar minimun. Ada beberapa faktor
kata lain frekuensi pemakain tempat tidur tinggi. yang mempengaruhi antara lain: kondisi pasien
Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada 2013 sudah membaik atau pulih sebelum 6 hari, pasien
sampai 2016 tidak terdapat penambahan tempat pulang paksa atas kehendak diri sendiri atau kelu-
tidur pasien sehingga tidak seimbang dengan jum- arga untuk dirawat di rumah.
lah pasien yang masuk. Oleh karena itu, pihak ma- Angka kematian umum pasien RSU
najemen perlu menambahkan tempat tidur pasien Bina Kasih pada tahun pada tahun 2012 sebe-
agar proses operasional rumah sakit lebih efisien sar 23.67% sedangkan pada tahun 2013 sebesar
dan efektif. 20.04%, pada tahun 2015 mengalami penurunan

406
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

menjadi 17.67% dan tahun 2016 menjadi 17.12%. kan pelayanan dan penanganan terhadap pasi-
Artinya pada tahun-tahun tersebut tingkat kema- en selama proses penyembuhan dan pemulihan.
tian umum pasien RSU Bina Kasih mengalami Meskipun prosentase angka kematian mengala-
penurunan yang menunjukkan bahwa rumah sakit mi kenaikan, mutu pelayanan RSU Bina Kasih
mengalami peningkatan kinerja dalam melakukan pada tahun 2013 sampai 2016 dapat dikatakan
pelayanan terhadap pasien selama proses penyem- baik karena masih berada ≤ 25%.
buhan. Sehingga dapat disimpulkan mutu pelaya-
nan RSU Bina Kasih baik. Kinerja Manajemen RSU Bina Kasih berdasar-
Angka kematian > 48 jam atau angka ke- kan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
matian neto RSU Bina Kasih pada tahun 2013 Tingkat retensi karyawan digunakan un-
sebesar 9.83%, pada tahun 2014 sampai 2015 tuk mengukur kemampuan rumah sakit dalam
mengalami peningkatan sebesar 0.19% dan pada mempertahankan hubungan yang baik dengan
tahun 2015 menjadi sebesar 13.17%, sedangkan karyawan. Jumingan (2015) menyatakan bahwa
pada tahun 2016 sebesar 12.33%. Peningkatan retensi karyawan diukur dengan persentase kelu-
tersebut menunjukkan bahwa rumah sakit belum arnya pekerja. Semakin kecil retensi karyawan,
mengalami peningkatan kinerja dalam melaku- berarti kinerja perusahaan semakin baik.

Tabel 8. Tingkat Retensi Karyawan RSU Bina Kasih

Tahun Jumlah Karyawan Keluar Jumlah Karyawan Retensi Karyawan


2013 11 85 12.94%
2014 10 84 11.90%
2015 10 90 11.11%
2016 11 108 10.18%

Tingkat retensi karyawan RSU Bina Ka- berpengalaman merupakan aset perusahaan, se-
sih selama tahun 2013 sampai 2016 mengalami dangkan pegawai baru yang belum berpengala-
penurunan, artinya kebijakan perusahaan mam- man tentunya perlu waktu dan biaya untuk mem-
pu untuk mencegah karyawan keluar dari peru- buatnya seperti yang diharapkan.
sahaan. Bagi RSU Bina Kasih mempertahankan Tingkat pelatihan karyawan untuk mengu-
karyawan yang berkompeten lebih baik daripada kur kemampuan rumah sakit dalam melakukan
mencari karyawan baru. kegiatan pelatihan dan pendidikan guna pening-
Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan katan keterampilan dan kompetensi yang dimiliki
Setiawati (2012) karena karyawan yang sudah karyawan.

Tabel 9. Tingkat Pelatihan Karyawan

Tahun Jumlah Karyawan dalam Pelatihan Total Jumlah Karyawan Tingkat pelatihan
2013 1 85 1%
2014 0 84 0%
2015 0 90 0%
2016 11 108 10%

Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa dan berkomitmen dalam menjalankan proses


tingkat pelatihan karyawan yang dilakukan RSU yang digunakan oleh organisasi. Tanti (2015)
Bina Kasih masih sangat rendah bahkan dalam menyatakan bahwa perusahaan perlu memberi-
satu tahun tidak mengadakan pelatihan kary- kan pelatihan ulang yang lebih daripada biasanya
awan. bila tujuan proses bisnis internal, pelanggan dan
Mulyadi (2001) menyebutkan bahwa or- finansial jangka panjang ingin dicapai.
ganisasi akan menghasilkan produk yang baik Berdasarkan hasil analisis RSU Bina Ka-
bagi pelanggan jika organisasi tersebut mempe- sih perlu melakukan pelatihan-pelatihan yang le-
kerjakan sumber daya manusia yang produktif bih untuk meningkatkan kemampuan karyawan

407
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

baik bagian medis maupun non medis sehingga kebijakan perusahaan mampu untuk mencegah
dapat meningkatkan tujuan proses bisnis inter- karyawan keluar dari perusahaan. Sedangkan
nal, pelanggan dan finansial jangka panjang yang tingkat pelatihan karyawan yang dilakukan RSU
ingin dicapai. Bina Kasih masih sangat rendah bahkan dalam
satu tahun tidak mengadakan pelatihan kary-
SIMPULAN DAN SARAN awan. Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian
di atas, maka saran yang dapat diberikan kepada
Kinerja perspektif keuangan RSU Bina manajemen RSU Bina Kasih bahwa implemen-
Kasih Ambarawa yang diukur menggunakan tasi Balanced Scorecard sebagai pengukuran kin-
Economic Value Added (EVA) dan pertumbuhan erja pada rumah sakit dapat dijadikan sebagai al-
pendapatan. Berdasarkan hasil analisis RSU ternatif sistem pengukuran kinerja komprehensif
Bina Kasih dari pengukuran EVA telah mem- dan berimbang antara pengukuran keuangan dan
berikan nilai tambah ekonomis bagi pemilik nonkeuangan. RSU Bina Kasih sebaiknya dari
modal dan dilihat dari pertumbuhan pendapatan segi kualitas sumber daya manusia, perlu dilaku-
mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini kan pengembangan dan pelatihan, agar kuali-
mengindikasikan bahwa kinerja keuangan RSU tas pegawai semakin meningkat yang nantinya
Bina Kasih Ambarawa dapat dikatakan baik. Ki- akan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas
nerja perspektif pelanggan RSU Bina Kasih yang pelayanan dan meningkatkan kepuasan pelang-
diukur menggunakan retensi pelanggan, akuisisi gan. Kepuasan pelanggan akan mendorong
pelanggan dan number of complain. pelanggan kembali menggunakan jasa rumah
Hasil pengukuran kinerja perspektif pe- sakit sehingga meningkatkan pendapatan rumah
langgan menunjukkan kinerja yang cukup baik. sakit. Selain itu RSU Bina Kasih sebaiknya
RSU Bina Kasih Ambarawa mampu memper- lebih cermat dalam mengelola aktivanya agar
tahankan pelangan lama dan memperoleh pe- pendapatan yang diterima meningkat sehingga
langgan baru setiap tahun. Namun manajemen dapat menghasilkan laba yang melebihi biaya
RSU Bina Kasih kurang tanggap dalam me- modal sehingga dapat memberikan nilai tambah
nangani keluhan pelanggan untuk meningka- bagi pemilik modal.
tan kepuasan pelanggan. RSU Bina Kasih per-
lu melakukan manajemen keluhan pelanggan, DAFTAR PUSTAKA
sehingga penanganan keluhan pelanggan lebih
tepat dan akurat untuk meningkatkan kepuasan Anthony, R. N & Govindarajan, V. 2005. Sistem Pengen-
pelanggan. Kinerja perspektif proses bisnis inter- dalian Manajemen. Penerbit: Salemba Empat.
nal RSU Bina Kasih yang diukur dengan proses Febrianda, H. 2015. Pengukuran Kinerja Manajemen
Koperasi Simpan Pinjam Berdikari Insani den-
inovasi dan proses operasi. Hasil analisis pada
gan Metode Balanced Scorecard. Manajemen
proses inovasi dapat dikatakan baik, RSU Bina Analysis Journal. 4 (1).
Kasih telah memenuhi kebutuhan pelanggan Handayani, B. D. 2011. Pengukuan Kinerja Organisasi
dengan melakukan inovasi baru pada jasa lay- dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada
anan kesehatannya. Pengukuran kinerja proses RSUD Kabupaten Kebumen. Jurnal Dinamika
operasi rumah sakit menggunakan indikator dari Manajemen. 2 (1): Hal 78-91.
Departemen Kesehatan RI yang berupa tingkat Hidayati, I. W., Topowijono & Endang. 2015. Analisis
pemakaian tempat tidur (BOR), frekuensi pe- Economic Value Added (EVA) dan Financial
makaian tempat tidur (BTO), efisiensi penggu- Value Added (FVA) sebagai Salah Satu Alat
Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal
naan tempat tidur (TOI), lamanya hari rawat
Administrasi Bishidayatinis (JAB). 25 (2).
(ALOS), angka kematian kasar (NDR) dan an- Jumingan. 2015. Analisis Kinerja Manajemen Ber-
gka kematian neto (GDR) menunjukkan kinerja dasarkan Balanced Scorecard. Jurnal Bisnis &
rumah sakit sudah efisien, namun pada frekuensi Manajemen. 15 (1): 45 – 56.
pemakaian tempat tidur masih melebihi standar. Kaplan, R. S & Norton, D. P. 1996. Using the Bal-
RSU Bina Kasih perlu melakukan penambahan anced as a Strategic Management System. Har-
tempat tidur pasien. Kinerja perspektif pembela- vad Business Review. 74 (1): 75–86.
jaran dan pertumbuhan RSU Bina Kasih termask Kawiana. 2012. Analisis Kinerja Berdasarkan Balanced
Scorecard Unit Rawat Jalan Poliklinik RSU
dalam kategori cukup baik yang diukur dengan
Surya Husadha Denpasar di Tahun 2012. Tesis.
tingkat retensi karyawan dan tingkat pelatihan Jakarta: FKM UI.
karyawan. Martono. 2013. Strategi Peningkatan Kinerja Program
Hasil analisis menunjukkan bahwa retensi Studi melalui Optimalisasi Peran Pimpinan. Ju-
karyawan RSU Bina Kasih selama tahun 2013 rnal Dinamika Manajemen. 4 (1): 30-45.
sampai 2016 mengalami penurunan, artinya Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Alat Manajemen Kon-

408
Erni Muji Hartuti & Achmad Slamet/ Management Analysis Journal 6 (4) (2017)

temporer untuk Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Tanti, N. 2015. Analisis Kinerja Puskesmas Padamara
Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. menggunakan Metode Balanced Scorecard. Man-
Nurcahaya, A. H. 2015. Analisis Kinerja Perusahaan agement Analysis Journal. 4 (l).
Daerah Air Minum dengan Metode Balanced Trihastutii, K. 2012. Analisis Kinerja Perusahaan den-
Scorecard. Management Analysis Journal. 4 (1). gan Metode BSC. Management Analysis Journal.
Permana, V. M. 2013. Peningkatan Kepuasan Pelang- 1 (3).
gan Melalui Kualitas Produk dan Kualitas Wibowo. 2014. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali
Layanan. Jurnal Dinamika Manajemen. 4 (2): Pers.
115-131. Widhiyaningrat, W. A. 2015. Pengukuran Kinerja Or-
Rangkuti, F. 2015. SWOT Balanced Scorecard Teknik ganiasi Nirlaba dari Perspektif Balance Score-
Menyusun Strategi Korporat yang Efektif plus card pada Rumah sakit Umum Haji Surabaya.
Cara Mengelola Kinerja dan Risiko. Jakarta: PT. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. 4 (6).
Gramedia Pustaka Utama. Wijono. D. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan
Rosmala. 2013. Aplikasi Pelayanan dan Keluhan Teori, Strategi dan Aplikasi. Surabaya: Airlangga
Gangguan Telepon Pelanggan di Pt Telekomu- University Press.
nikasi Indonesia Tbk. Seminar Nasional Infor- Wongrassame, S., Gardiner, P. D & Simmons. 2003.
matika 2012. Yogyakarta: UPN Veteran Yogya- Performance Measurement Tools: The Bal-
karta anced Scorecard and the EFQM Excellence
Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kuali- Model. Measuring Business Excellence. 7 (1): 14-
tatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 29.

409

Anda mungkin juga menyukai