PENDAHULUAN
Salah satu evaluasi farmakoekonomi adalah study cost of illness (COI) atau analisa
biaya penyakit yang merupakan metode kajian ekonomi penyakit dan memperirakan jumlah
maksimum yang berpotensi dapat disimpan atau dihemat jika penyakit itu bias dicegah.
Banyak penelitian Cost of Illness (COI) telah dilakukan 30 tahun terakhir. Peran
penting study Cost of Illness (COI) dapat diligat dari seringnya penggunaan oleh para
pembuat kebijakan. Sebagaian besar dari study ini telah berperan dalam debat kebijakan
terkait kesehatan masyarakat karena study ini menyroti besarnya dampak dari penyakit di
masyarakat.
Oleh karena itu perlu dilaksanakan Analisa Biaya Penyakit Cost of Illness (COI).
Dari hasil analisa tersebut dapat digunakan menjadi acuan dalam menentukan kebijakan
pelayanan yang akan ditempuh dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
1.3 Tujuan
1. Memahami metode Cost of Illness
2. Memahami contoh penerapan metode Cost of Illness.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cost of Illness (COI)
Analisis Cost of Illness (COI) merupakan bentuk evaluasi ekonomi yang paling awal di
sektor pelayanan kesehatan. Tujuan utama COI adalah untuk mngevaluasi beban ekonomi dari
suatu penyakit pada masyarakat, meliputi seluruh sumber daya pelayanan kesehatan yang
dikonsumsi. Studi COI dapat menggambarkan penyakit mana yang membutuhkan peningkatan
alokasi sumber daya untuk pencegahan atau terapi, tetapi mempunyai keterbatasan dalam
menjelaskan bagaimana sumber daya dialokasikan, karena tidak dilakukan pengukuran benefit.
Selain itu, dalam studi ini dikembangkan berbagai metode, yang dapat membatasi
perbandingan dari hasil studi. Studi dapat bervariasi berdasarkan sudut pandang, sumber data
yang digunakan, kriteria biaya tidak langsung, dan kerangka waktu untuk menghitung biaya.
Studi COI yang komprehensif meliputi baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya
langsung mengukur cost dari sumber daya yang digunakan untuk mengatasi penyakit tertentu,
sedangkan biaya tidak langsung mengukur nilai sumber daya yang hilang karena penyakit
tertentu. Meskipun beberapa studi juga memasukkan intangible cost dari nyeri atau sakit,
biasanya pada pengukuran kualitas hidup, kategori biaya tidak dihitung karena kesulitan
menghitung biaya secara tepat. Biaya medik langsung meliputi pengeluaran pelayanan
kesehatan untuk diagnosis, terapi, terapi pemeliharaan, dan rehabilitasi, sedangkan biaya non-
medik langsung adalah sumber daya sumber daya yang tidak terkait langsung dengan
pelayanan kesehatan, misalnya transportasi dari atau ke tempat pelayanan kesehatan,
pengeluaran untuk keluarga, dan waktu dari anggota keluarga untuk merawat pasien. Istilah
biaya tidak langsung digunakan untuk menilai produktivitas yang hilang terkait dengan
penyakit atau kematian. Istilah ini tidak sama artinya jika dilihat dari sudut pandang yang
berbeda. Dalam akuntasi, biaya tidak langsung mengacu pada aktivitas tambahan atau
pendukung yang dibutuhkan unit pengguna, oleh karena itu disarankan untuk menggunakan
istilah biaya produktivitas yang terkait dengan morbiditas dan mortalitas. Studi COI dapat
dilakukan dari beberapa sudut pandang yang berbeda, dimana masingmasing sudut pandang
biaya yang dihitung berbeda. Berdasarkan sudut pandang (perspektif) tersebut dapat diukur
biaya masyarakat, sistem pelayanan kesehatan, pihak ketiga, pemerintah, atau pasien.
a. Pendekatan Prevalensi vs Insidensi Studi COI dapat didasarkan pada prevalensi atau
insidensi. Studi prevalensi mengacu pada jumlah total dari kasus pada periode
tertentu (biasanya dalam satu tahun), sedangkan insidensi mengacu pada jumlah
kasus baru yang muncul dalam periode waktu tertentu. Pendekatan prevalensi
memperkirakan biaya penyakit atau kelompok penyakit pada semua kasus yang
terjadi dalam periode satu tahun, baik biaya langsung maupun produktivitas yang
hilang. Pendekatan insidensi memperkirakan biaya seumur hidup kasus baru dari
suatu keadaan atau kelompok keadaan dalam periode tertentu. Analisis COI yang
didasarkan pada prevalensi dapat bermanfaat jika tujuan studi adalah :
Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan perbedaan biaya karena adanya
penyakit dan tanpa penyakit berdasarkan usia. Metode ini menggambarkan tambahan per
person cost berdasarkan usia, yang dapat digabungkan dengan data jumlah pasien dengan
penyakit yang diperkirakan survive pada masingmasing usia untuk memperkirakan
lifetime cost. Metode lain untuk memperkirakan lifetime cost adalah dengan mengalikan
data biaya per unit dalam 1 tahun dengan opini ahli mengenai kurun waktu penyakit.
Metode yang ketiga adalah menggunakan data presentase biaya pada tahun pertama
untuk memperkirakan lifetime cost total.
Studi COI khususnya berguna untuk mengukur penghematan potensial dari kasus
yang bisa dicegah dari suatu penyakit. Lebih jauh lagi dapat digunakan sebagai data
untuk melakukan analisis efektivitas-biaya, analisis cost-benefit atau analisis pencegahan
penyakit. Untuk penyakit akut dimana hanya biaya dalam satu tahun yang dihitung, maka
pendekatan berdasarkan prevalensi dan insidensi akan memberikan hasil yang sama.
Untuk penyakit kronis dimana biaya bisa lebih dari satu tahun, maka studi yang
didasarkan pada insidensi memberikan informasi lebih mengenai biaya dari kasus yang
bisa dicegah. Studi berdasarkan prevalensi dapat dilakukan untuk penyakit kronis, tetapi
perlu interpretasi sebagai gambaran dari biaya dalam satu tahun, daripada biaya yang
dapat dihemat jika semua kasus penyakit dapat dicegah.
4. Menjelaskan variasi biaya. Pada kasus ini dapat dilakukan analisis statistik
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variasi biaya dan
variabel penyakit ( misalnya keparahan), pasien (misalnya variabel
demografi) atau penyelenggara pelayanan kesehatan (misalnya rumah sakit
pendidikan dibandingkan rumah sakit daerah). Hasil penelitian ini akan
membantu manajer untuk membuat perencanaan dengan informasi yang
lebih akurat untuk menentukan pelayanan ke depan. Pola dari sumber daya
yang digunakan dalam pelayanan sangat penting untuk merencanakan
pelayanan kesehatan.
Studi COI mengukur beban ekonomi dari suatu penyakit dan memperkirakan nlai
maksimum yang dapat dihemat atau diperoleh jika penyakit dapat disembuhkan.
Pengetahuan COI dapat membantu pembuat kebijakan untuk memutuskan penyakit apa
yang diprioritaskan untuk ditentukan kebijakan pelayanan kesehatan dan pencegahannya.
Selain itu, studi ini dapat menjelaskan regimen terapi mana pada suatu penyakit yang
dapat menurunkan beban penyakit tersebut. Bagi pemegang kebijakan, studi COI dapat
menggambarkan pengaruh finansial dari suatu penyakit pada program kesehatan di
masyarakat. Bagi manajer, dapat diketahui penyakit apa yang mempunyai pengaruh besar
pada biaya. Studi COI menyediakan informasi yang penting untu cost-effectiveness
analysis dan cost benefit analysis, memberikan kerangka kerja untuk perkiraan biayanya.
BAB III
PEMBAHASAN
Salah satu contoh penerapan Cost of Illness (COI) adalah pada jurnal ilmiah dengan judul
“Cost of Illness Pasien stroke “ yang ditulis oleh Sandi Purbaningsih dkk. Jurnal ini
dipublikasikan pada Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Indonesia Vol.5 No.2 hlm. 95-
103 tahun 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur beban ekonomi suatu penyakit. Penelitian bertujuan
untuk melihat gambaran total biaya penyait stroke rawat jalan dan rawat inap ditinjau dari
factor usia, jenis kelamin, kelas perawatan, lama perawatan,jumlah komorbid, cara bayar dan
tipe stroke. Jneis penelitian adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional
berdasarkan perspektif rumah sakit. Pengambilan data dilakukan secara retrospekif melalui
catatan medic pasien, bagian penjaminan dan dari bagian Unit Teknologi Informatika di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama periode bulan Januari sampai Juni 2014.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data retrospektif dari catatan medic rill
pasien, rincian biaya medic rill pasien stroke data klaim INA CBG’s pasien stroke periode
Januari - Juni 2014.
Subjek penelitian yang digunakan adalah seluruh populasi pasien stroke di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta periode bulan Januari – Juni 2014 yang memenuhi kriteri inklusi penelitian.
Criteria inklusi subjek peelitian adalah semua pasien yang mengalami stroke baik stroke
iskemik dan stroke heemoragik baik rawat inap maupun rawat jalan di RSUP Dr. Sardjito;
pasien dengan data rekam medic dan pembiayan yang lengkap. Krieria ekslusi subjek
penelitian adalah pasien stroke dengan komorbid penyakit yang tidak ada hubungannya
dengan system vaskuler meliputi kangker, TBC dan HIV AIDS.
Variable bebas dalam penelitian ini adalah factor – factor yang meliputi : usia,jenis kelamin,
kelas perawatan, lama perawatan, jumlah komorbid, cara bayar dan tipe stroke.sedangkan
variable bergantung adalah biaya rill pasien rawat jalan dan biaya rill pasien rawat inap.
Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif untuk memaparkan besar biaya penyakit
stroke, komponen – komponen biaya yang menyususn total biaya penyakit stroke: analisis
biaya uji beda biaya pasien stroke di RSUP Dr. Sardjito ditinjau dari faktor usia, jenis
kelamin, kelas perawatan, lama perawatan, jumlah komorbid, cara bayar dan tipe stroke
dilakukan dengan metode analaisis Mann Whitney untuk uji beda duakelompok, dan kruskal
wallis untuk uji beda lebih dari 2 kelompok pada taraf kepercayaan 95 % ( α = 5 % ).
Perhitungan CMA dilakukan dengan cara menghitung biaya total dari masing-masing
komponen dari biaya, dengan menggunakan perspektif biaya dari rumah sakit tempat
penelitian ini dilaksanakan. Pada perhitungan biaya digunakan asumsi tidak ada kenaikan
harga dan penurunan daya beli pasien, dengan formula:
Tabel 1. Hasil uji beda karakteristik pasien stroke iskemik rawat jalan terhadap jalan terhadap
biaya rill.
Tabel 1 menunjukkan bahwa usia memberikan hasil berbeda secara signifikan terhadap biaya
rill yang ditimbulkannya, dengan nilai p= 0,01 (< 0,05 ).dilihat dari nilai rata – rata biaya,
semakin lanjut usia pasien, maka biaya yang ditimbulkannya juga semakin besar. Hal ini
disebabkan semakin lanjut usia pasien fungsi dan metaboisme tubuh semakin menurun dan
seringkali pasien lanjut disertai beberapa komorbid ( penyakit penyerta ), sehingga biaya
pengobatan tidak hanya untuk mengobati penyakit stroke saja tapi juha penyakit komorbid.
Jenis kelamin juga memberikan hasil beda yang signifikan terhadap biaya rill yang
ditimbulkan dengan signifikansi p = 0,03. Hasil ini sesuai dengan penelitian Gnonlonfoun et
al. (2013) yang menyebutkan bahwa biaya stroke dipengaruhi oleh jenis kelamin. Biaya
untuk pasien laki-laki lebih besar dari pada biaya untuk pasien perempuan, karena pada laki-
laki cenderung memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena penyakit vascular, sehingga
pada laki-laki kemungkinan menderita stroke lebih besar.
Hasil analisis berdasarkan jumlah komorbid tidak menunjukkan hasil neda secara signifikan
terhadap biaya rill yang ditimbulkan (P=0,057). Hal tersebut kemungkinan karena yang lebih
berpengaruh terhadap biaya rill adalah tingkat keparahan penyakit dan jumlah komorbid tidak
cukup untuk menentukan keparahan yang diperlukan komponen lain yaitu prosedur
(tindakan) yang diperlukan untuk menangani penyakit tersebut sesuai system grouper
casemix.
Tabel II. Hail uji beda karakteristik pasien stroke hemoragi rawat jalan dengan biaya rill
Jenis Biaya Meropenem Ceftazidime Nilai p (two tailed)
Biaya Antibiotik 4.816.500 673.809 0,024 *
Biaya Penunjang 3.948.552 4.400.544 0,704*
BiayaTindakan dan 326.495 178.170 0,075*
Administrasi
Biaya Rawat Inap 2.002.600 1.830.000 0,51**
CMA 11.094.147 7.082.523 0,11*
* independent t- test
** Mann Whitney test
Dari penelitian ini diketahui bahwa dari segi ekonomi, kelompok terapi antibiotik ceftazidime
lebih murah dalam pelaksanaan terapi febrile neutropenia dibandingkan dengan antibiotik
meropenem, dengan asumsi outcomes yang sama. Tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan
(Tabel 1). Walaupun antibiotik Meropenem mempunyai harga enam kali lebih mahal dari
Ceftazidime, tetapi perbedaan harga tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap total biaya terapi Febrile Neutropenia. Hasil ini kemungkinan bisa
diekstrapolasikan ke dalam populasi yang lebih luasnya misalnya pada pasien Febrile
Neutropenia di seluruh kota Bandung mengingat harga obat yang relative sama. Keterbatasan
dalam penelitian ini tidak disampaikan.
BAB IV
KESIMPULAN
Jadi Cost Minimize Analysis atau Analisa Minimalisasi Biaya adalah teknik analisis
ekonomi untuk membandingkan dua pilihan intervensi atau lebih yang memberikan hasil
(outcomes) kesehatan setara untuk mengidentifikasi pilihan yang menawarkan biaya lebih
rendah.
Salah satu contoh penerapan CMA adalah Analisa Minimalisasi Biaya Penggunaan
Antibiotik Meropenem dengan Ceftazidime pada Terapi Febrile Neutropenia.
DAFTAR PUSTAKA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “Cost Minimizae
Analysis “ ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Farmakoekonomi Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta. Makalah ini
membahas tentang Cost Minimize Analisis obat yang mencakup pengertian
manfaat, penerapan dan contoh penerapanya.
Penulis
TUGAS FARMAKOEKONOMI
Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2018