PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
berlangsungnya hubungan transaksi perdagangan internasional.
Terbukanya pasar Indonesia bagi ekspor barang barang dengan teknologi
tinggi Australia di era kawasan perdagangan bebas. Australia memiliki potensi di
berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, perdagangan, politik, pertahanan,
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat digali oleh pihak Indonesia.
Kekhawatiran terhadap makin berkurangnya simpati negara-negara Dunia Ketiga
terhadap Amerika Serikat. Amerika Serikat dalam perang global melawan
terorisme telah semakin mendesak Australia untuk bekerjasama dengan Negaranegara
ASEAN.
Secara geografis, ASEAN, termasuk di dalamnya Indonesia,
merupakan wilayah yang memiliki hubungan dengan Australia sehingga
kerjasama positif dengan Australia amat membantu penyelesaian masalah
bersama.
Dengan mempertimbangkan konstelasi strategis seperti di atas, dalam
berhubungan dengan Australia, Indonesia sebenarnya mempunyai posisi tawar
(bargaining position) untuk tetap pada posisi yang sederajat, seimbang dan tidak
menjadi objek bagi kepentingan unilateral Australia. Dalam konteks diplomasi
kontemporer yang dipenuhi dengan berbagai kesepakatan, konvensi, serta kaidahkaidah
yang berlaku secara umum diharapkan masalah-masalah yang timbul
diantara kedua negara selalu dapat diselesaikan tanpa merugikan masing-masing
pihak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Potensi Australia yang penting bagi Indonesia?
2. Apa Manfaat Indonesia bagi Australia?
3. Kerja sama apa yang bisa dilakukan Australia-Indonesia?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada bagian akhir, PM Turnbull menegaskan bahwa antara Indonesia dan Australia
memiliki kesamaan visi, visi untuk bekerja untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
lebih kuat.
Indonesia merupakan negara Asia pertama yang dikunjungi oleh PM Turnbull setelah
dilantik menjadi PM Australia ke-29 menggantikan Tony Abbott.
Nilai ekspor industri manufaktur Indonesia ke Australia selama kuartal I-2018 tercatat
sebesar US$399,3 juta, atau naik 18,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun
lalu. Industri pengolahan tersebut berkontribusi besar pada ekspor Indonesia.
“Pemerintah tengah memacu nilai ekspor, terutama di industri manufaktur. Sebab,
sektor ini mampu memberikan kontribusi signifikan, sehingga mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional, serta menekan defisit perdagangan,” kata Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis, Selasa (17/7).
Menanjaknya ekspor industri manufaktur itu membawa kinerja ekspor RI ke Australia
pada kuartal I-2018 juga ikut terkerek menjadi US$667,8 juta atau terjadi kelonjakan
sebesar 13,1%, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan ekspor sektor manufaktur ke Australia ini didorong oleh tumbuhnya
beberapa komoditas yaitu elektronik, plastik dan produk plastik, produk logam, mesin-
mesin, produk kayu, dan produk karet.
Sementara itu, peran besar industri dalam struktur ekspor RI terlihat pada 2017 yang
mampu menyumbang hingga 74,10% dengan nilai mencapai US$125,02 miliar atau naik
13,14% dibandingkan 2016 sekitar US$109,76 miliar. “Negara tujuan ekspor utama kita
antara lain adalah Amerika Serikat, China, Jepang, India, dan Singapura,” ujar
Airlangga.Secara keseluruhan, pada kuartal I-2018, industri manufaktur mencatatkan
nilai ekspor sebesar US$32 miliar atau naik 4,5% dibanding capaian pada periode yang
sama tahun lalu di angka US$30,6 miliar. Adapun tiga sektor manufaktur dengan nilai
ekspor terbesar pada kuartal I-2018, yaitu industri makanan yang mencapai US$7,42
miliar, industri logam dasar US$3,68 miliar, serta industri bahan kimia dan barang dari
bahan kimia US$3,25 miliar.
Menurut Airlangga, pihaknya turut mengakselerasi penyelesaian perundingan
perdagangan bebas dalam kerangka Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IA-CEPA). “Kerja sama bilateral yang komprehensif tentu akan
mendongkrak ekspor produk RI ke Australia,” ujarnya.
Saat ini, Kementerian Perindustrian sedang menggenjot ekspor RI ke Australia
melalui produk industri manufaktur berupa tekstil, pakaian, dan alas kaki. “Jadi, kami
minta bea masuk produk tersebut bisa diturunkan, karena sekarang dikenakan tarif
sebesar 10%-17%. Kalau bisa dihapuskan atau menjadi 0%,” paparnya.
Airlangga menyampaikan, pihaknya juga masih berkeinginan untuk meningkatkan
ekspor RI ke Asutralia berupa kendaraan dalam bentuk utuh (completely built up/CBU)
baik itu mesin yang menggunakan bahan bakar maupun elektrik. “Karena industri
otomotif di sana tutup semua. Ini menjadi peluang bagi kita,” ujarnya Terkait mobil
4
listrik tersebut, Australia masih meminta agar produk yang masuk ke negaranya adalah
kendaraan dengan komponen lokal yang berasal dari kawasan Asean mencapai 40%,
sementara Indonesia mengusulkan sekitar 20%-30%. “Nah, itu yang masih
dinegosiasikan,” ujarnya.
Sementara, Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional
(KPAII) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan menyatakan, peluang ekspor
kendaraan Indonesia ke pasar Australia cukup besar. Terlebih lagi, sesuai peta jalan
Making Indonesia 4.0, industri otomotif merupakan salah satu dari lima sektor
manufaktur yang diprioritaskan menjadi percontohan pada tahap awal untuk
implementasi industri 4.0 di Tanah Air.
“Di dalam roadmap tersebut, pemerintah akan memacu industri otomotif nasional
agar mampu menjadi champion untuk ekspor kendaraan ICE (internal combustion
engine/mesin pembakaran dalam) dan EV (electric vehicle/kendaraan listrik),” jelasnya.
5
hidup Australia. Sepanjang 2008 sebanyak 651.196 ekor atau 75 persen dari 869.545
ekor ekspor sapi hidup Australia yang dijual ke pasar dunia di ekspor ke Indonesia.
Saat ini sistem impor sapi Indonesia menggunakan sistem country based, yang artinya
impor hanya bisa dilakukan dari suatu negara. Daging sapi yang akan diimpor, harus
didatangkan dari negara yang benar – benar terbebas dari penyakit mulut dan kuku.
Negara yang dipilih berdasarkan system yang berlaku, salah satunya adalah Australia.
Dengan adanya peningkatan rata – rata konsumsi di dalam negeri, memerlukan tambahan
pasokan sapi yang sangat besar. Namun sayangnya potensi pasar yang besar tersebut
ternyata belum dapat diimbangi dengan kemampuan pasokan dari dalam negeri.
Maka dari itu dengan adanya kondisi seperti ini pemerintah Indonesia menempuhnya
dengan melakukan kerjasama dengan Australia untuk mengimpor daging sapi dari negara
tetangga tersebut. Kerjasama tersebut dilakukan dalam rangka mempertahankan
penyediaan daging sapi yang dari tahun ketahun mengalami peningkatan diakibatkan
kurangnya pasokan daging nasional.
Dalam upaya mempertahankan persediaan daging sapi di Indonesia, pemerintah
Indonesia melakukan hubungan kerjasama Impor daging sapi dengan Australia. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan jumlah pasokan daging sapi yang ada di dalam negeri tidak
dapat memenuhi permintaan masyarakat. Sehingga pemerintah Indonesia menetapkan
kebijakan untuk mengimpor daging sapi dari Australia.
Setiap tahunnya, impor daging terus meningkat sesuai dengan kebutuhan aka protein
hewani serta permintaan konsumen. Tidak hanya daging sapi, Indonesia juga mengimpor
sapi hidup untuk diternakan. Kerjasama bidang pertanian Indonesia dan Australia selama
ini dilakukan dalam beberapa forum kerjasama yaitu Working Group on Agriculture,
Food and Forestry Cooperation (WGAFCC), Australia Indonesia Development Area
(AIDA), Indonesia-Australia Ministerial Forum, Australia-Indonesia Collaborative
Animal and Plant Health and Quarantine Activities(AICPHQ) dan kerjasama melalui
forum multilateral dan kerjasama langsung dengan negara-negara bagian Australia.
Namun hal tersebut juga tidak semalanya mendatangkan keuntungan. Seperti yang
dikatakan oleh para importir daging dan pedagang, bahwa keuntungan mereka sempat
mengalami penurunan akibat harga daging sapi impor yang mahal. Dibalik semua itu ada
keuntungan dan ada kekurangannya. Keuntungannya, dengan mengimpor daging dari
Negara lain (Australia), tentu dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan permintaan
konsumen. Namun disisi lain, hal tersebut dapat mematikan pasar dan produk dalam
negeri.
6
BAB III
PENUTUP
Setelah membuat dan mempelajari materi di dalam makalah ini maka dapat kami
simpulkan bahwa kerjasama antara Indonesia-Australia dapat membawa keuntungan di
kedua belah pihak.
Kami harapkan kedepannya kedua Negara akan melaksanakan kerja sama dengan
baik.
7
Daftar Pustaka
https://www.alinea.id/bisnis/ekspor-indonesia-ke-australia-meningkat-18-7-b1U209c74
https://peranindonesiadalamperdaganganinternasional.wordpress.com/2017/06/04/kerjasama-
indonesia-australia-dalam-bidang-impor-daging-sapi/