Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Australia adalah negara yang berada di bagian selatan dunia, juga


merupakan benua terkecil di dunia. Walaupun letaknya di dekat Asia, namun
masyarakat Internasional lebih sering menyebut Australia sebagai dunia barat
karena kehidupannya yang mirip dengan gaya kehidupan negara-negara di Eropa
Barat dan Amerika Serikat. Negara yang merupakan bekas jajahan Inggris ini
mempunyai delapan negara bagian, yaitu enam Negara bagian dan dua wilayah
besar. Enam negara bagian tersebut adalah New South Wales, Queensland,
Victoria, Tasmania, Australia Barat (Western Australia), Australia Selatan
(Southern Australia), dan dua wilayah besar yaitu Notrhern Territory dan
Australian Capital Territory.
Kata Australische dalam bahasa Belanda digunakan untuk menyebut
daerah yang baru di temukan di Selatan. Australia yang merupakan sebuah benua
terkecil di dunia dan mulai dihuni oleh manusia sejak abad es atau sekitar 30.00
tahun yang lalu ini adalah sebuah negara kolonial Inggris. Kolonialisasi Inggris di
Australia menjadi sebuah bencana besar bagi penduduk Aborigin di Australia.
Pada saat menetapkan Australia sebagai koloninya, Inggris sedang mengalami
krisis ekonomi. Pemerintah Inggris mengambil kebijakan dengan mengirimkan
para narapidana kejahatan dari Inggris dan Irlandia ke Australia. Kebijakan ini adalah
salah satu cara untuk mengatasi krisis ekonomi yang sedang terjadi.
Australia adalah sebuah benua yang terletak dekat dengan benua Asia. Australia
lebih sering disebut sebagai bagian dari dunia Barat karena kehidupannya mirip
Eropa Barat dan Amerika Serikat. Penduduknya sebagian besar berkulit putih,
sedangkan penduduk asli Australia yakni orang Aborigin adalah orang-orang
Australia pertama yang benar-benar menghuni benua itu.
Australia-Indonesia memang sudah ditakdirkan untuk menjadi dua negara
yang bertetangga. Secara geografis kedua negara berdekatan, tetapi secara kultural
kedua bangsa ini sangat berbeda. Dari aspek kepentingan nasional, Australia akan
tetap mempertimbangkan beberapa hal penting. Indonesia dianggap sebagai
negara tetangga yang secara geografis sangat strategis bagi kepentingan Australia.
Indonesia yang telah memasuki tahapan demokrasi yang cukup matang
adalah modal utama bagi Australia untuk mengadakan kontak kelembagaan yang
dapat menyebabkan meluasnya pengaruh Australia di Indonesia, khususnya di
tataran elit kekuasaan.
Sebagai negara mayoritas Muslim terbesar, Indonesia
adalah mitra yang tidak mungkin dikesampingkan terutama apabila kelembagaan
militer Indonesia lebih dapat diandalkan dalam perjuangan Australia melawan terorisme
internasional. Walaupun belum sepenuhnya pulih, Australia
memandang ekonomi yang stabil dan kokoh akan menjadi jalan bagi terus

1
berlangsungnya hubungan transaksi perdagangan internasional.
Terbukanya pasar Indonesia bagi ekspor barang barang dengan teknologi
tinggi Australia di era kawasan perdagangan bebas. Australia memiliki potensi di
berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, perdagangan, politik, pertahanan,
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat digali oleh pihak Indonesia.
Kekhawatiran terhadap makin berkurangnya simpati negara-negara Dunia Ketiga
terhadap Amerika Serikat. Amerika Serikat dalam perang global melawan
terorisme telah semakin mendesak Australia untuk bekerjasama dengan Negaranegara
ASEAN.
Secara geografis, ASEAN, termasuk di dalamnya Indonesia,
merupakan wilayah yang memiliki hubungan dengan Australia sehingga
kerjasama positif dengan Australia amat membantu penyelesaian masalah
bersama.
Dengan mempertimbangkan konstelasi strategis seperti di atas, dalam
berhubungan dengan Australia, Indonesia sebenarnya mempunyai posisi tawar
(bargaining position) untuk tetap pada posisi yang sederajat, seimbang dan tidak
menjadi objek bagi kepentingan unilateral Australia. Dalam konteks diplomasi
kontemporer yang dipenuhi dengan berbagai kesepakatan, konvensi, serta kaidahkaidah
yang berlaku secara umum diharapkan masalah-masalah yang timbul
diantara kedua negara selalu dapat diselesaikan tanpa merugikan masing-masing
pihak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Potensi Australia yang penting bagi Indonesia?
2. Apa Manfaat Indonesia bagi Australia?
3. Kerja sama apa yang bisa dilakukan Australia-Indonesia?

C. Tujuan

Mengetahui kerja sama yang bisa dilakukan Australi dengan Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Potensi Australia yang penting untuk kepentingan Indonesia


Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull membuka peluang kerja sama dalam hal
peternakan sapi dengan Indonesia mengingat adanya kesamaan geografis antara
Indonesia dengan bagian utara Australia.
PM Turnbull dalam kunjungannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Jakarta,
Kamis, menyebutkan bahwa Indonesia dan Australia menyadari adanya kesamaan antara
Indonesia dengan bagian utara Australia.
"Kesamaan tersebut merupakan potensi besar bagi pengembangan kerja sama ternak
sapi yang dapat dilakukan antara Indonesia dan Australia," katanya.
PM Turnbul pada kesempatan itu memuji pengalaman Presiden Jokowi yang pernah
menjabat sebagai Wali Kota dan Gubernur.
Menurut PM Turnbull, pengalaman tersebut telah memberikan pemahaman mendalam
kepada Presiden Jokowi untuk membangun infrastruktur di Indonesia.
Dari sisi "people to people contact", Presiden memandang pentingnya peningkatan kerja
sama di bidang pendidikan dan pertukaran budaya.
Presiden sangat menghargai inisiatif "New Colombo Plan" yang dapat mendorong
generasi muda Australia untuk belajar di Australia.
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia juga menawarkan Beasiswa Seni Budaya Indonesia
(BSBI) dan Dharmasiswa bagi pelajar Australia untuk belajar di Indoensia.
Di bidang regional, Presiden Jokowi menyambut baik rencana pertemuan Bali Process
pada awal 2016, guna membahas penyelundupan dan perdagangan manusia.
"Masalah ini merupakan masalah bersama yang melibatkan negara asal, transit, dan
tujuan," kata Presiden Jokowi.
Dengan begitu, solusi yang harus dicari pun merupakan solusi bersama tanpa
mengabaikan penghormatan HAM.
Permasalahan Timur Tengah, khususnya berkembangnya radikalisme dan ISIS juga
diangkat oleh Presiden Jokowi dalam pertemuan bilateral dengan Australia kali ini.
Presiden mengajak Australia untuk meningkatkan kerja sama dalam memerangi paham
dan kelompok radikal melalui program-program deradikalisasi, pertukaran informasi dan
kerja sama intelijen, serta penanganan Foreing Terrorist Fighters (FTF).
Mengenai masalah radikalisme, PM Turnbull memuji praktik keagamaan yang
dilaksanakan di Indonesia.
Hal tersebut sangat jelas menggambarkan bahwa kelompok-kelompok ekstrim
sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran dan pandangan Islam.

3
Pada bagian akhir, PM Turnbull menegaskan bahwa antara Indonesia dan Australia
memiliki kesamaan visi, visi untuk bekerja untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
lebih kuat.
Indonesia merupakan negara Asia pertama yang dikunjungi oleh PM Turnbull setelah
dilantik menjadi PM Australia ke-29 menggantikan Tony Abbott.

B. Potensi ekspor Indonesia ke Australia

Nilai ekspor industri manufaktur Indonesia ke Australia selama kuartal I-2018 tercatat
sebesar US$399,3 juta, atau naik 18,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun
lalu. Industri pengolahan tersebut berkontribusi besar pada ekspor Indonesia.
“Pemerintah tengah memacu nilai ekspor, terutama di industri manufaktur. Sebab,
sektor ini mampu memberikan kontribusi signifikan, sehingga mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional, serta menekan defisit perdagangan,” kata Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis, Selasa (17/7).
Menanjaknya ekspor industri manufaktur itu membawa kinerja ekspor RI ke Australia
pada kuartal I-2018 juga ikut terkerek menjadi US$667,8 juta atau terjadi kelonjakan
sebesar 13,1%, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan ekspor sektor manufaktur ke Australia ini didorong oleh tumbuhnya
beberapa komoditas yaitu elektronik, plastik dan produk plastik, produk logam, mesin-
mesin, produk kayu, dan produk karet.
Sementara itu, peran besar industri dalam struktur ekspor RI terlihat pada 2017 yang
mampu menyumbang hingga 74,10% dengan nilai mencapai US$125,02 miliar atau naik
13,14% dibandingkan 2016 sekitar US$109,76 miliar. “Negara tujuan ekspor utama kita
antara lain adalah Amerika Serikat, China, Jepang, India, dan Singapura,” ujar
Airlangga.Secara keseluruhan, pada kuartal I-2018, industri manufaktur mencatatkan
nilai ekspor sebesar US$32 miliar atau naik 4,5% dibanding capaian pada periode yang
sama tahun lalu di angka US$30,6 miliar. Adapun tiga sektor manufaktur dengan nilai
ekspor terbesar pada kuartal I-2018, yaitu industri makanan yang mencapai US$7,42
miliar, industri logam dasar US$3,68 miliar, serta industri bahan kimia dan barang dari
bahan kimia US$3,25 miliar.
Menurut Airlangga, pihaknya turut mengakselerasi penyelesaian perundingan
perdagangan bebas dalam kerangka Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IA-CEPA). “Kerja sama bilateral yang komprehensif tentu akan
mendongkrak ekspor produk RI ke Australia,” ujarnya.
Saat ini, Kementerian Perindustrian sedang menggenjot ekspor RI ke Australia
melalui produk industri manufaktur berupa tekstil, pakaian, dan alas kaki. “Jadi, kami
minta bea masuk produk tersebut bisa diturunkan, karena sekarang dikenakan tarif
sebesar 10%-17%. Kalau bisa dihapuskan atau menjadi 0%,” paparnya.
Airlangga menyampaikan, pihaknya juga masih berkeinginan untuk meningkatkan
ekspor RI ke Asutralia berupa kendaraan dalam bentuk utuh (completely built up/CBU)
baik itu mesin yang menggunakan bahan bakar maupun elektrik. “Karena industri
otomotif di sana tutup semua. Ini menjadi peluang bagi kita,” ujarnya Terkait mobil

4
listrik tersebut, Australia masih meminta agar produk yang masuk ke negaranya adalah
kendaraan dengan komponen lokal yang berasal dari kawasan Asean mencapai 40%,
sementara Indonesia mengusulkan sekitar 20%-30%. “Nah, itu yang masih
dinegosiasikan,” ujarnya.
Sementara, Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional
(KPAII) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan menyatakan, peluang ekspor
kendaraan Indonesia ke pasar Australia cukup besar. Terlebih lagi, sesuai peta jalan
Making Indonesia 4.0, industri otomotif merupakan salah satu dari lima sektor
manufaktur yang diprioritaskan menjadi percontohan pada tahap awal untuk
implementasi industri 4.0 di Tanah Air.
“Di dalam roadmap tersebut, pemerintah akan memacu industri otomotif nasional
agar mampu menjadi champion untuk ekspor kendaraan ICE (internal combustion
engine/mesin pembakaran dalam) dan EV (electric vehicle/kendaraan listrik),” jelasnya.

C. Kerja Sama Perdagangan yang bisa dilakukan Indonesia-Australia

Indonesia dan Australia merupakan dua negara saling bertetangga yang


mempunyai perbedaan yang mencolok terkait kebudayaan, tingkat kemajuan
pembangunan, serta orientasi politik yang mengakibatkan perbedaan prioritas
kepentingan. Hubungan antara kedua negara dalam berbagai bidang telah terjalin
cukup erat, seperti dalam bidang pendidikan, budaya, dan perdagangan. Hal tersebut
merupakan aset penting dalam hubungan kedua negara yang perlu terus dipupuk dan
dikembangkan.
Hubungan perdagangan antara Australia dan Indonesia pun telah lama terjalin.
Kerjasama Indonesia – Australia Dalam Bidang Impor Daging Sapi
Kerjasama Internasional yaitu suatu bentuk kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh satu
Negara dengan Negara lainnya guna mencapai kepentingan Negara tersebut. Kerjasama
yang dilakukan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, atau yang lainnya.
Hubungan kerjasama antar negara juga berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup serta
terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup masyarakat.
Sebagai contoh kerjasama internasional yaitu antara Indonesia dengan Australia.
Indonesia dan Australia sepakat untuk memuali hubungan kerja samanya, baik dalam
bidang politik, keamanan, ekonomi, dan pembangunan. Hubungan keduanya semakin
erat dan meningkat dengan terbentuknya Free Trade Agreement (FTA) antara ASEAN
dengan Australia dan New Zealand. Dengan adanya hal tersebut diharapkan dapat
meningkatkan peluang kerjasama dan investasi antar keduanya.
Salah satu contoh kerjasama yang dilakukan kedua Negara tersebut yaitu kerjasama
ekonomi dalam bidang ekspor – impor daging sapi. Hubungan kerjasama impor daging
sapi yang dilakukan oleh Indonesia dengan Australia sudah berlangsung sejak lama yaitu
sejak tahun 1990, dan semenjak tahun 1995 Indonesia menjadi negara tujuan ekspor
yang paling penting bagi Australia. Indonesia merupakan negara pengimpor terbesar sapi

5
hidup Australia. Sepanjang 2008 sebanyak 651.196 ekor atau 75 persen dari 869.545
ekor ekspor sapi hidup Australia yang dijual ke pasar dunia di ekspor ke Indonesia.
Saat ini sistem impor sapi Indonesia menggunakan sistem country based, yang artinya
impor hanya bisa dilakukan dari suatu negara. Daging sapi yang akan diimpor, harus
didatangkan dari negara yang benar – benar terbebas dari penyakit mulut dan kuku.
Negara yang dipilih berdasarkan system yang berlaku, salah satunya adalah Australia.
Dengan adanya peningkatan rata – rata konsumsi di dalam negeri, memerlukan tambahan
pasokan sapi yang sangat besar. Namun sayangnya potensi pasar yang besar tersebut
ternyata belum dapat diimbangi dengan kemampuan pasokan dari dalam negeri.
Maka dari itu dengan adanya kondisi seperti ini pemerintah Indonesia menempuhnya
dengan melakukan kerjasama dengan Australia untuk mengimpor daging sapi dari negara
tetangga tersebut. Kerjasama tersebut dilakukan dalam rangka mempertahankan
penyediaan daging sapi yang dari tahun ketahun mengalami peningkatan diakibatkan
kurangnya pasokan daging nasional.
Dalam upaya mempertahankan persediaan daging sapi di Indonesia, pemerintah
Indonesia melakukan hubungan kerjasama Impor daging sapi dengan Australia. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan jumlah pasokan daging sapi yang ada di dalam negeri tidak
dapat memenuhi permintaan masyarakat. Sehingga pemerintah Indonesia menetapkan
kebijakan untuk mengimpor daging sapi dari Australia.
Setiap tahunnya, impor daging terus meningkat sesuai dengan kebutuhan aka protein
hewani serta permintaan konsumen. Tidak hanya daging sapi, Indonesia juga mengimpor
sapi hidup untuk diternakan. Kerjasama bidang pertanian Indonesia dan Australia selama
ini dilakukan dalam beberapa forum kerjasama yaitu Working Group on Agriculture,
Food and Forestry Cooperation (WGAFCC), Australia Indonesia Development Area
(AIDA), Indonesia-Australia Ministerial Forum, Australia-Indonesia Collaborative
Animal and Plant Health and Quarantine Activities(AICPHQ) dan kerjasama melalui
forum multilateral dan kerjasama langsung dengan negara-negara bagian Australia.
Namun hal tersebut juga tidak semalanya mendatangkan keuntungan. Seperti yang
dikatakan oleh para importir daging dan pedagang, bahwa keuntungan mereka sempat
mengalami penurunan akibat harga daging sapi impor yang mahal. Dibalik semua itu ada
keuntungan dan ada kekurangannya. Keuntungannya, dengan mengimpor daging dari
Negara lain (Australia), tentu dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan permintaan
konsumen. Namun disisi lain, hal tersebut dapat mematikan pasar dan produk dalam
negeri.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

Setelah membuat dan mempelajari materi di dalam makalah ini maka dapat kami
simpulkan bahwa kerjasama antara Indonesia-Australia dapat membawa keuntungan di
kedua belah pihak.

Kami harapkan kedepannya kedua Negara akan melaksanakan kerja sama dengan
baik.

7
Daftar Pustaka

https://www.alinea.id/bisnis/ekspor-indonesia-ke-australia-meningkat-18-7-b1U209c74
https://peranindonesiadalamperdaganganinternasional.wordpress.com/2017/06/04/kerjasama-
indonesia-australia-dalam-bidang-impor-daging-sapi/

Anda mungkin juga menyukai