Anda di halaman 1dari 112

i

PREPARASI DAN KARAKTERISASI PP


(Polypropylene) TERMODIFIKASI LLDPE (Linear Low
Density Polyethylene) DENGAN TEKNIK
PENCAMPURAN BIASA

Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
oleh
Vidya Putri Khavilla
4311415023

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019

i
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai ketentuan perundang-undangan.

Semarang, 30 Juni 2019

Vidya Putri Khavilla


4311415023

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa
Tanggal : 2 Juli 2019

Semarang, 2 Juli 2019


Pembimbing Skripsi

Dr. Sri Wahyuni, M.Si


NIP.196512281991022001

iii
PENGESAHAN
Skripsi berjudul Preparasi dan Karakterisasi PP (Polypropylene) Termodifikasi
LLDPE (Linear Low Density Polyethylene) dengan Teknik Pencampuran Biasa
karya Vidya Putri Khavilla 4311415023 ini telah dipertahankan dalam Ujian
Skripsi FMIPA Universitas Negeri Semarang pada tanggal 31 Juli 2019 dan
disahkan oleh Panitia Ujian .
Semarang, 07 Agustus 2019

Panitia:
Ketua, Sekertaris,

Dr. Sugianto, M.Si Dr. Nanik Wijayati, M.Si


NIP. 196102191993031001 NIP. 196910231996032002

Penguji I Penguji II

Dr.Jumaeri, M.Si Harjono, S.Pd., M.Si


NIP. 196210051993031002 NIP.197711162005011001

Penguji III/Pembimbing

Dr. Sri Wahyuni, M.Si


NIP. 196512281991022001

iv
MOTTO
“Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar: 10).
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6).
“Sesungguhnya Allah SWT itu maha lembut dan mencintai kelembutan di dalam
semua urusan” (HR. Muslim).

PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan sebagai ungkapan
terimakasih kepada:
Bapak Andri Hermawan, Ibu Eli Murni Asih,
Elzan, Rifqi, Dosen, Sahabat dan Almamater

v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Preparasi
dan Karakterisasi PP (Polypropylene) Termodifikasi LLDPE (Linear Low Density
Polyethylene) dengan Teknik Pencampuran Biasa sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Studi Kimia.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan
Studi Strata Satu di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Sugianto, M.Si., Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang
telah mengesahkan skripsi ini
3. Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
4. Dr. Sri Wahyuni, M.Si dan Ari Fajar Riyanto, MT yang telah memberikan
arahan dan dukungannya serta telah memberikan bimbingan dengan penuh
kesabaran dan ketelitian hingga selesainya skripsi ini
5. Dr. Jumaeri, M.Si dan Harjono, S.Pd., M.Si yang telah memberikan
masukan dan arahannya serta telah memberikan masukan berupa saran,
perbaikan, dan tanggapan dalam penelitian ini.
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Kimia yang telah memberikan
dukungan dan ilmunya
7. Isnaeni Nurul Ulya, Lukman Sucipto, Ade Resti, dan Dina Oktaviana yang
telah membantu dan menghibur dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan


sehingga penulis mengharap adanya kritik yang tentunya akan memperbaiki skripsi
ini.
Semarang, 6 Juni 2019

Penulis
vi
ABSTRAK
Khavilla, V. P. 2019. Preparasi dan karakterisasi PP (Polypropylene)
Termodifikasi LLDPE (Linear Low Density Polyethylene) dengan Teknik
Pencampuran Biasa. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Sri Wahyuni,
M.Si.
Kata Kunci: preparasi, PP, LLDPE, modifikasi, pencampuran
Polimer atau plastik merupakan salah satu material yang cukup penting
dan mengalami kemajuan yang sangat cepat. Penelitian ini bertujuan untuk
memodifikasi PP dengan LLDPE melalui teknik pencampuran biasa untuk
meningkatkan beberapa sifat mekanik PP. Jumlah LLDPE yang ditambahkan
kedalam PP bervariasi yaitu 1%, 5%, 10%, 15%, dan 20% (b/b). Penelitian ini juga
mempelajari pengaruh penambahan silika fume kedalam sifat-sifat LLDPE.
Pencampuran LLDPE/PP dilakukan dengan menggunakan Extruder Pelletizing
Twin Screw Lien Chiny. Pencampuran LLDPE/PP-Silika dilakukan menggunakan
metode injection molding. Hasil pencampuran LLDPE/PP diuji sifat mekaniknya
dan diperoleh hasil sebagai berikut: uji kecepatan alir lelehan pellet (MFR) sebesar
8,36 g/cm3, kekuatan impak 3,3582 kg/cm2, kuat tarik 361,599 kgf/cm2, kelenturan
52,1 MPa, kekerasan 108,2 SkalaR, dan densitas sebesar 2,8441 g/cm3. LLDPE/PP-
Silika diuji sifat mekaniknya melalui uji kekuatan impak dan kuat tarik. Sementara
itu, karakteristik kimia dari LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika dianalisis
menggunakan FT-IR dan SEM. Spektra FT-IR pada LLDPE/PP-Silika menunjukan
bahwa terdapata gugus Si-O-Si dan adanya aglomerasi silika. Dari seluruh hasil uji
mekanik dapat disimpulkan bahwa LLDPE/PP 10% memiliki sifat mekanik yang
dianggap optimum berdasarkan nilai kekuatan impaknya paling baik dibandingkan
variasi yang lain. Penambahan silika kedalam LLDPE/PP tidak menyebabkan
peningkatan sifat mekanik terhadap LLDPE/PP.

vii
ABSTRACT
Khavilla, V. P. 2019. Preparasi dan karakterisasi PP (Polypropylene)
Termodifikasi LLDPE (Linear Low Density Polyethylene) dengan Teknik
Pencampuran Biasa. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Sri Wahyuni,
M.Si.
Keywords: preparation, PP, LLDPE, modification, blending
Polymers or plastics are one of the important material and progress very
quickly. The purpose of this research to modify PP with LLDPE by the usual mixing
techniques to improve some of the mechanical properties of PP. The quantity of
LLDPE added to PP varies in 1%, 5%, 10%, 15%, and 20%. This research also
studied the properties of LLDPE/PP with the addition of silica fume. Mixing
LLDPE/PP is using the Extruder Pelletizing Twin Screw Lien Chiny and mixing
LLDPE/PP-Silica using the injection molding method. LLDPE/PP was tested the
mechanical properties and the results are as follows: MFR test of 8.36 g/cm3, the
impact strength 3.3582 kg/cm2, tensile strength of 361.599 kgf/cm2, the flexural test
of 52.1 MPa, hardness 108.2 Rscale, and density of 2.8441 g/cm3. LLDPE/PP-Silica
tested mechanical properties by testing the impact strength and tensile strength. The
physical characteristics of LLDPE/PP and LLDPE/PP-Silica analyzed using FTIR
and SEM give the results of the functional group Si-O-Si and the agglomeration of
silica on the morphology of LLDPE/PP-Silica. From all the results of the
mechanical test it can be concluded that LLDPE/PP 10% has the results that are
considered optimum because the value of the impact strength is best from the other
variations. The LLDPE/PP-Silica is not increased mechanical properties compared
to LLDPE/PP.

viii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i


Pernyataan ............................................................................................................. ii
Persetujuan Pembimbing .................................................................................... iii
Pengesahan ........................................................................................................... iv
Motto ...................................................................................................................... v
Persembahan ......................................................................................................... v
Prakata .................................................................................................................. vi
Abstrak ................................................................................................................. vii
Daftar isi................................................................................................................ ix
Daftar Gambar .................................................................................................... xii
Daftar Tabel........................................................................................................ xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 56
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6
2.1. Polimer ......................................................................................................... 6
2.2. Klasifikasi Polimer ....................................................................................... 7
2.2.1. Polimer Termoplastik ............................................................................ 7
2.2.2. Polimer Termosetting ............................................................................ 7
2.3. Plastik ........................................................................................................... 7
2.4. Polipropilen .................................................................................................. 8
2.5. Polietilen .................................................................................................... 12
2.5.1. Linear Low Density Polyethylene (LLDPE) ....................................... 14

ix
2.6. Silika (SiO2) ................................................................................................ 15
2.7. Teknik Pencampuran.................................................................................. 17
2.8. Karaketristik LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika ....................................... 19
2.8.1 Uji Kecepatan Alir Lelehan Pellet (Melt Flow Rate) ............................... 19
2.8.2. Kekuatan Impak (Izod Impact Strength) ................................................. 20
2.8.3 Uji Kuat Tarik (Tensile Strength) ........................................................ 21
2.8.4 Uji Kelenturan (Flexural) .................................................................... 23
2.8.5 Uji Kekerasan (Rockwell Hardness) .................................................... 25
2.8.6 Densitas ................................................................................................ 26
2.8.7. Analisis Gugus Fungsi dengan FT-IR ................................................. 27
2.8.8. Analisis Morfologi dengan SEM ........................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 30
3.1. Waktu dan Lokasi penelitian ...................................................................... 30
3.2. Variabel ...................................................................................................... 30
3.2.1. Variabel Bebas .................................................................................... 30
3.2.2. Variabel Terikat................................................................................... 30
3.2.3. Variabel Terkendali ............................................................................. 30
3.3. Alat dan Bahan ........................................................................................... 31
3.3.1. Alat ...................................................................................................... 31
3.3.2. Bahan ................................................................................................... 31
3.4. Prosedur Kerja ............................................................................................ 31
3.4.1. Preparasi Pencampuran PP/LLDPE dan LLDPE/PP-Silika ................ 31
3.4.2. Karakterisasi LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika ................................ 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 35
4.1. Hasil Pencampuran LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika ............................. 35
4.2. Karakterisasi LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika ....................................... 39
4.2.1. Hasil Pengujian Alir Lelehan Pellet LLDPE/PP ................................. 39
4.2.2. Hasil Pengujian Kekuatan Impak LLDPE/PP ..................................... 42

x
4.2.3. Hasil Pengujian Kuat Tarik LLDPE/PP .............................................. 44
4.2.4. Hasil pengujian kekuatan lentur LLDPE/PP ....................................... 46
4.2.5. Hasil Pengujian Kekerasan LLDPE/PP .............................................. 50
4.2.6. Hasil Pengujian Densitas LLDPE/PP.................................................. 52
4.2.7. Hasil pengujian kekuatan mekanik LLDPE/PP-Silika........................ 53
4.2.8. Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FT-IR ....................................... 57
4.2.9. Hasil Analisis Morfologi dengan SEM ............................................... 59
4.2.10 Karakteristik Produk LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika ................... 61
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 633
5.1 Simpulan ................................................................................................... 633
5.2 Saran .......................................................................................................... 633
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 655
LAMPIRAN ......................................................................................................... 70

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Reaksi Polimerisasi dari propilena menjadi polipropilena ........ 9
Gambar 2.2. Hasil Reaksi Polimerisasi Polipropilen ..................................... 11
Gambar 2.3. Reaksi Polimerisasi Etena menjadi Polietilena ......................... 13
Gambar 2.4. Struktur Rantai Polietilen ......................................................... 14
Gambar 2.5. Reaksi kopolimerisasi LLDPE ................................................ 15
Gambar 2.6. Susunan tetrahedral SiO4 pada silika gel ................................... 17
Gambar 2.7. Susunan Pengujian Kekuatan Impak ....................................... 21
Gambar 2.8. Gaya Tarik terhadap Pertambahan Panjang .............................. 22
Gambar 2.9. Skema Metode Three-Point Bending ....................................... 23
Gambar 2.10. Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell ....................... 25
Gambar 2.11. Spesimen yang Ditimbang diudara dan Air ............................. 27
Gambar 2.12. Spektra FTIR Pencampuran PP/HDPE.................................... 28
Gambar 2.13. Hasil Analisis SEM HDPE/PP .............................................. 29
Gambar 4.1. Pellet (a) PP (b) LLDPE (c) LLDPE/PP-Silika ......................... 36
Gambar 4.2. Hasil pembentukan slab LLDPE/PP .......................................... 36
Gambar 4.3. Hasil pencampuran LLDPE/PP-Silika ...................................... 38
Gambar 4.4. Nilai Melt Flow Rate (MFR) LLDPE/PP .................................. 40
Gambar 4.5. Diagram hasil pengujian kuat impak LLDPE/PP ..................... 42
Gambar 4.6. Struktur (a) PP dan (b) LLDPE ................................................. 44
Gambar 4.7. Diagram hasil pengujian kuat tarik LLDPE/PP ......................... 45
Gambar 4.8. Diagram hasil pengujian kelenturan LLDPE/PP ....................... 46
Gambar. 4.9. Penyebaran partikel dalam matriks ........................................... 49
Gambar 4.10. Mikrostruktur terbentuknya dua fasa LDPE/PP ...................... 49
Gambar 4.11. Struktur (a) PP dan (b) LDPE .................................................. 50
Gambar 4.12. Diagram hasil pengujian kekerasan LLDPE/PP ...................... 50
Gambar 4.13. Diagram hasil pengujian densitas LLDPE/PP ......................... 52
Gambar 4.14. Diagram hasil pengujian kuat impak LLDPE/PP-Silika ......... 53
Gambar 4.15. Diagram hasil pengujian kuat tarik LLDPE/PP-Silika ............ 54
Gambar 4.16. Mekanisme pembentukan komposit PP-SiO2 .......................... 56
Gambar 4.17. Mekanisme pembentukan LLDPE/PP-Silika .......................... 56
xii
Gambar 4.18. Spektrum IR PP, LLDPE, LLDPE/PP, LLDPE/PP-Silika ...... 57
Gambar 4.19. Mikrograf SEM (a) LLDPE/PP dan (b) LLDPE/PP-Silika ..... 60

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sifat mekanik plastik sesuai SNI ................................................... 8


Tabel 2.2. Karakteristik PP Polytam PF 1000 PT.Pertamina .......................... 12
Tabel. 3.1. Komposisi pencampuran LLDPE/PP-Silika ................................. 32

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir penelitian .......................................................... 70
Lampiran 2. Hasil pengujian MFR ................................................................ 76
Lampiran 3. Hasil pengujian kekuatan impak ............................................... 77
Lampiran 4. Hasil pengujian kuat tarik ......................................................... 79
Lampiran 5. Hasil pengujian kelenturan ....................................................... 87
Lampiran 6. Hasil pengujian kekerasan ........................................................ 92
Lampiran 7. Hasil pengujian densitas ........................................................... 93
Lampiran 8. Hasil analisis gugus fungsi ....................................................... 94
Lampiran 9. Dokumentasi penelitian ............................................................ 97

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri Indonesia mengalami banyak kemajuan, baik


dalam hal kualitas maupun kuantitas, terutama industri padat modal maupun
teknologi. Salah satu industri yang penting adalah industri polimer dan plastik.
Polimer merupakan makromolekul yang memiliki dampak besar bagi kehidupan
diera sekarang, sedangkan untuk plastik banyak digunakan sebagai bahan rekayasa
penting dalam industri otomotif, listrik dan kemasan. Plastik secara bertahap sudah
mulai menggantikan bahan material lain seperti kayu, besi, kertas, kain, kulit dan
lain sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jenis barang yang diproduksi
menggunakan plastik sebagai bahan dasarnya, misalnya perabotan rumah tangga,
elektronik, kemasan produk sampai pada pembuatan mainan anak-anak. Plastik
memiliki banyak kelebihan dibandingkan material lain yaitu kuat, memiliki tekstur
mengkilat, licin, kedap air, anti karat, tahan terhadap bahan kimia, dan fleksibel
(Anang et al., 2017). Salah satu produk industri polimer dan plastik adalah
polipropilen (PP).
Polipropilen (PP) merupakan bahan polimer termoplastik yang digunakan
dalam berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan, tekstil, alat tulis, perlengkapan
laboratorium, komponen otomotif, dan pengeras suara. Selain itu, PP adalah salah
satu jenis poliolefin yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi baik sebagai
serat maupun plastik (Gawali dan Kalwale., 2016). Menurut Nicko et al., (2011) PP
adalah polimer ketiga terbesar yang digunakan didunia, setelah polietilen (PE) dan
Polivinil klorida (PVC). Hal ini dikarenakan PP memiliki sifat yang unggul dan
memiliki nilai ekonomis yang cukup baik. Kebutuhan PP didalam negeri setiap
tahunnya selalu meningkat. Selian itu, PP memiliki keunggulan diantaranya yaitu
ketahanan kimia dan tahan terhadap cuaca yang baik dilihat dalam
pengaplikasiannya pada industri otomotif. Aplikasi PP sebagai produk otomotif
pada dasarnya terbatas pada aplikasi untuk komponen nonstructural yang tidak

1
2

memerlukan sifat kekuatan mekanik yang tinggi (Rizkiansyah dan Purnomo, 2016).
Pada dasarnya, PP merupakan polimer atau bahan baku plastik yang ringan karena
memiliki densitas sebesar 0,90-0,92 g/cm3, memiliki kekerasan dan kerapuhan yang
tinggi serta bersifat kurang stabil terhadap panas (Nicko et al., 2011). Penggunaan
zat tambahan seperti polimer termoplastik lain dan filler atau aditif pada PP melalui
teknik pencampuran dapat memberikan dampak kualitas mekanik yang lebih baik
sebagai bahan baku produk polimer.
Menurut Gawali dan Kalwale (2016) pencampuran polimer adalah
mencampurkan dua atau lebih polimer untuk mendapatkan sifat mekanik yang lebih
baik dalam campuran polimer tertentu. Proses pencampuran polimer sebagian besar
dibuat oleh pencampuran fisik yaitu pengolahan lelehan yang tidak memerlukan
pelarut untuk mencapai campuran dengan dispersi tinggi (Lin et al., 2015).
Pencampuran polimer dapat digunakan untuk mendapatkan bahan dengan
kombinasi yang seimbang dari sifat-sifat tertentu. Kedua campuran polimer yang
digunakan biasanya untuk menurunkan biaya produksi dalam pengembangan resin
baru untuk aplikasi yang lebih spesifik dengan kinerja terbaik. Komponen-
komponen campuran polimer dipilih berdasarkan pada sifat-sifatnya, yang dapat
dikontribusikan pada campuran tersebut.
Pencampuran antara PP dengan PE merupakan salah satu campuran
polimer yang cukup banyak dipelajari, seperti dalam penelitian Salih et al., (2013)
yang mempelajari pencampuran antara PP dengan LDPE (Low density
Polyethylene) dan HDPE (High Density Polyethylene). Yang menarik dari
campuran PP dan PE secara khusus disebabkan oleh fakta bahwa kedua polimer ini
banyak digunakan pada rekayasa penting bahan industri otomotif, peralatan listrik,
dan pengemasan karena memiliki sifat yang baik yaitu kekuatan yang tinggi,
ketahanan oli dan kestabilan termal (Dikobe dan luyt, 2010). Campuran dari
polimer PE lain yang juga banyak dipelajari adalah LLDPE (Linear Low Density
Polyethylene). Menurut Dorigato et al (2011) LLDPE adalah kopolimer etilena dan
α-Olefin atau diena seperti butena, heksena, dan oktena yang dipolimerisasi dengan
katalis Ziegler-Natta. Dalam banyak aplikasinya, LLDPE sering diperlukan untuk
mempertahankan beban konstan yang tahan lama, pencampuran antara PP dengan
3

LLDPE dapat meningkatkan modulus elastisitas, kekuatan tarik, dan kekuatan


impak. LLDPE digunakan untuk memodifikasi perilaku sifat mekanik PP dengan
membentuk campuran fisik, yang menarik dari campuran PP dan LLDPE secara
khusus adalah memiliki fakta bahwa kedua polimer ini dapat mendapatkan sifat
yang diinginkan, yaitu meningkatkan kekuatan mekanik PP. Selain pencampuran
dua polimer, penggunaan filler atau bahan pengisi pada suatu polimer juga dapat
dipelajari apakah dapat memberikan kualitas yang lebih baik, seperti menurunkan
tingkat kerapuhan PP, dan meningkatkan sifat mekanik lainnya (Nicko et al., 2011).
Seperti yang dijelaskan oleh Dikobe dan Luyt, (2010) bahwa penggabungan filler
ke dalam polimer termoplastik adalah metode lain yang banyak digunakan untuk
meningkatkan sifat-sifat tertentu. Salah satu contoh filler yang dapat meningkatkan
sifat mekanik polimer adalah silika (SiO2)
Silika (SiO2) merupakan senyawa yang cukup banyak di alam namun tidak
berupa senyawa tunggal dan keberadaannya tidak dalam kondisi bebas melainkan
terikat dengan senyawa lain baik secara fisik maupun secara kimia (Miftakhul et
al., 2015). Menurut Fachry et al., (2014) silika banyak digunakan dalam industri-
industri terutama sebagai bahan pengisi dikarenakan sifat dan morfologinya yang
unik, diantaranya yaitu luas permukaan dan volume porinya yang besar, dan
kemampuan untuk menyerap berbagai zat seperti air, oli dan bahan radioaktif. Pada
umumnya silika bersifat hidrofobik ataupun hidrofilik sesuai dengan struktur dan
morfologinya. Selain itu silika juga bersifat non konduktor, memiliki ketahanan
terhadap oksidasi dan degredasi termal yang baik jika dipadukan dengan polimer.
Seperti dalam penelitiannya Miftakhul dan Abdullah, (2015) dengan menggunakan
silika sebagai filler untuk komposit karet alam, dijelaskan bahwa silika dalam
pembentukan komposit karet alam menunjukan kemampuannya untuk
memperbaiki kinerja sebuah komposit baik sifat mekanik, optik, listrik maupun
ketahanannya terhadap korosi jika dibandingkan dengan komposit berpenguat
lainnya. Kinerja yang lebih baik tersebut terbentuk disebabkan adanya ikatan
interfase antara SiO2 dengan karet alam.
Gawali dan Kalwale, (2016) melakukan pencampuran antara PP dan
LLDPE yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan mekanik yang dihasilkan.
4

Pencampuran LLDPE/PP dibuat dengan variasi 20%, 50%, dan 60% LLDPE yang
ditambahkan kedalam PP yang kemudian dianalisis nilai Melt Flow Rate (MFR),
kuat tarik, dan kekuatan impak dari kedua campuran polimer tersebut. Hasil terbaik
dari kedua campuran tersebut yaitu pada variasi penambahan LLDPE sebanyak
20%, karena dalam rasio tersebut menghasilkan nilai kekuatan tarik dan impak yang
tinggi. Namun dalam penelitiannya hanya dilakukan karakterisasi secara fisik,
sehingga pengaruh terhadap sifat kimia belum diketahui.
Ghalia et al., (2011) meneliti pencampuran PP/LLDPE dengan
penambahan filler sebagai penguat matriks yaitu CaCO3 untuk mengetahui
peningkatan sifat mekanik dan termal pada komposit PP/LLDPE. Pencampuran
PP/LLDPE dibuat dengan mencampurkan 80 phr PP dengan 10, 30, 40, dan 50 phr
LLDPE kemudian digunakan CaCO3 sebagai filler sebanyak 20%. Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa penambahan bahan pengisi atau filler CaCO3 sebagai
bahan penguat matriks dapat meningkatkan kekuatan mekanik yaitu kekuatan tarik,
modulus lentur, dan kekuatan izod impak. Selain itu, semakin banyak rasio
penambahan LLDPE meningkatkan sifat mekanik dan suhu.
Popy Marlina et al., (2015) juga melakukan penelitian mengenai
penambahan filler sebagai bahan pengisi yaitu penggunaan arang aktif dari
tempurung kelapa dan nano silika untuk mengetahui karakteristik dari kompon
karet. Pencampuran tersebut dilakukan dengan variasi konsentrasi arang aktif yaitu
0, 10, 20, 30, 40, dan 50 phr begitu pula dengan nano silika ukuran 300-400 nm.
Hasil penelitian yang dihasilkan adalah semakin banyak konsetrasi nano silika yang
ditambahkan meningkatkan nilai kekerasan, perpanjangan putus, tegangan putus
dan ketahanan kikis pada karet. Namun dalam penelitiannya hanya dilakukan
karakterisasi secara fisik, sehingga pengaruh terhadap sifat kimia belum diketahui.
Pada penelitian kali ini dilakukan pencampuran antara dua polimer yaitu
PP dan LLDPE. Penambahan LLDPE terhadap PP diharapkan mampu
menghasilkan sifat mekanik yang lebih baik. Pada penelitian ini penulis juga
mempelajari penambahan filler sebagai bahan penguat matriks campuran
PP/LLDPE yaitu silika. Selain itu, dipelajari pengaruh rasio penambahan LLDPE
untuk nilai kekuatan tarik, kelenturan, kekerasan, kekuatan impak dan densitas pada
5

campuran yang dihasilkan, juga pengaruh konsentrasi silika terhadap sifat mekanik
PP/LLDPE.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh rasio penambahan LLDPE terhadap PP pada sifat mekanik
yang dihasilkan?
2. Bagaimana struktur hasil pencampuran LLDPE/PP dengan teknik pencampuran
biasa?
3. Bagaimana pengaruh penambahan silika terhadap karakteristik LLDPE/PP yang
dihasilkan?

1.3.Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengatahui pengaruh rasio penambahan LLDPE terhadap PP pada sifat
mekanik yang dihasilkan
2. Mengetahui struktur hasil pencampuran LLDPE/PP dengan teknik pencampuran
biasa
3. Mengetahui pengaruh penambahan silika terhadap karakteristik LLDPE/PP
yang dihasilkan

1.4.Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,
antara lain:
1. Memperoleh sifat mekanik yang lebih baik dari PP dalam pengaplikasiannya
2. Mengembangkan ilmu dan teknologi di lingkup bidang polimer
3. Hasil penelitian selain diharapkan mampu diaplikasikan juga mampu menjadi
referensi untuk penelitian terhadap pengembangan pembuatan campuran
polimer termoplastik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Polimer

Polimer merupakan senyawa-senyawa yang tersusun dari molekul sangat


besar yang terbentuk oleh penggabungan berulang dari banyak molekul kecil.
Molekul yang kecil disebut monomer, dapat terdiri dari satu jenis maupun beberapa
jenis. Penggolongan polimer berdasarkan asalnya, yaitu yang berasal dari alam
(polimer alam) dan polimer yang sengaja dibuat oleh manusia (polimer sintetis).
Ciri khusus polimer adalah kemungkinan untuk menghubungkan rantai terpisah
membentuk jaringan. Seperti ikatan silang (Cross linking) semacam itu dapat
dibentuk melalui kopolimerisasi monomer monofungsional (Davis, 2004).
Polimer dapat dibedakan menjadi dua yaitu polimer alam dan polimer
buatan. Polimer alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, Polimer alam
adalah senyawa yang dihasilkan dari proses metabolisme mahluk hidup, memiliki
jumlah yang terbatas dan sifat polimer alam yang kurang stabil. Seperti, mudah
menyerap air dan sukar dibentuk menyebabkan penggunaanya amat terbatas.
Contoh polimer alam seperti amilum dalam biji-bijian, selulosa dalam kayu , dan
lateks dalam karet alam (Hartomo, 1995).
Polimer buatan dapat berupa polimer regenerasi dan polimer sintetis.
Polimer regenerasi adalah polimer alam yang dimodifikasi atau serat sintetis yang
dibuat dari kayu (selulosa). Polimer sintetis adalah polimer yang dibuat dari
molekul sederhana (monomer) atau polimer yang dibuat dari bahan baku kimia
contohnya seperti polietilen, polipropilena, polivinil klorida (PVC), dan nilon.
Polimer sintetis ini memiliki beberapa kegunaan dalam berbagai keperluan, seperti
peralatan rumah tangga, industri, atau mainan anak-anak (Davis, 2004).
Polimer sintetis yang pertama kali dikenal adalah bakelit yaitu hasil
kondensasi fenol dengan formaldehida, yang ditemukan oleh kimiawan kelahiran
Belgia Leo Baekeland pada tahun 1907. Bakelit merupakan salah satu jenis dari
produk-produk konsumsi yang dipakai secara luas. Beberapa contoh polimer yang
6
7

dibuat oleh pabrik adalah nilon, kantong plastik dan botol, pita karet, serta masih
banyak produk lain yang ada pada kehidupan sehari-hari.

2.2. Klasifikasi Polimer


2.2.1. Polimer Termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan
terhadap panas. Jika polimer jenis ini di panaskan akan lunak dan pada saat di
dinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali, sehingga
dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk
mendapatkan produk polimer yang baru. Polimer yang termasuk termoplastik
adalah jenis polimer yang tidak memiliki ikatan silang antar rantai polimernya,
melainkan dengan struktur molekul linear atau bercabang (Frick et al., 1990).

2.2.2. Polimer Termosetting


Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap
panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat
dibentuk ulang. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama
kali (pada saat pembuatan). Apabila polimer ini rusak atau pecah, maka tidak dapat
disambung atau diperbaiki lagi. Polimer termoseting memiliki ikatan-ikatan silang
yang mudah dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi
kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku
dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan
menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer (Frick et al.,
1990).

2.3. Plastik
Plastik adalah polimer rantai panjang yang saling berikatan. Rantai ini
membentuk banyak unit molekul berulang, atau monomer. Plastik yang umum
terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, klorin atau belerang.
Secara praktis dinyatakan, plastik adalah polimer organik, tersedia dalam beberapa
bentuk resin atau beberapa bentuk yang berasal dari resin terpolimerisasi dasar.
Bentuk-bentuk ini dapat berupa resin cair atau seperti pastel untuk melekatkan,
8

melapisi, dan mengikat adesif, atau dapat dicetak, dan dibentuk, termasuk lembaran
film, atau bentuk yang memiliki massa lebih besar (Harper dan Petrie, 2003).
Plastik merupakan material polimer termoset. Sesuai namanya, plastik
atau termoset dapat diatur menjadi bentuk permanen melalui reaksi curing. Curing
adalah reaksi kimia yang ireversibel yang dikenal sebagai pengikat silang (Cross
linking) melalui pemanasan. Untuk beberapa bahan termoseting, curing dimulai
atau diselesaikan pada suhu kamar (Harper dan Petrie, 2003).
Plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Plastik
terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri
dari zat lain untuk meningkatkan performa. Plastik dapat dibentuk menjadi film
(lapis tipis) atau fiber sintetik. Plastik didesain dengan berbagai variasi seperti tahan
panas, keras, lentur dan lain sebagainya. Sifat-sifat plastik dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sifat mekanik plastik sesuai SNI


No Karakteristik Nilai
1. Kuat Tarik (MPa) 24,7-302
2. Persen Elongasi (%) 21-220
3. Hidrofobilitas (%) 99
(Darni dan Utami, 2010).

2.4. Polipropilen
PP merupakan polimer hidrokarbon yang merupakan salah satu dari
polimer jenis termoplastik yang dapat diolah pada temperature tinggi (Nicko et al.,
2013). Menurut Gopanna et al., (2018) PP adalah jenis polimer termoplastik yang
banyak dimanfaatkan karena memiliki biaya yang relatif rendah dan memiliki
ketahanan kimia cukup tinggi serta memiliki kemudahan fabrikasi. Secara industri,
polimerisasi polipropilena dilakukan dengan menggunakan katalis koordinasi.
Proses polimerisasi ini akan menghasilkan suatu rantai linear yang berbentuk –A-
A-A-A-A-, dengan A merupakan propilena. Reaksi polimerisasi dari propilena
secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.1.
9

Gambar 2.1. Reaksi Polimerisasi dari propilena menjadi polipropilena

PP memiliki sifat sangat kaku, mempunyai berat jenis terendah diantara


termoplastik yang dikenal dan bersifat tahan terhadap bahan kimia, asam, basa, juga
memiliki permukaan yang licin, kekuatan regang yang besar, ketahanan terhadap
gesekan dan mempunyai sifat isolator (Arlofa dan Herutomo, 2017). Seperti yang
dijelaskan oleh Nicko et al., (2013) PP memiliki kekerasan dan kerapuhan yang
paling tinggi dan kurang stabil terhadap panas dikarenakan hidrogen tersier,
memiliki kekuatan tari yang rendah, kekuatan impak yang tinggi, dan ketahanan
yangbtinggi terhadap pelarut organik. Selain itu, Menurut Wang et al (2017) PP
merupakan bahan polimer yang mudah terbakar dengan indeks oksigen pembatas
(LOI) rendah yaitu 18%. Sifat tersebut dapat menghambat penerapannya dalam
berbagai kondisi, tetapi dalam beberapa dekade terakhir telah dilakukan upaya
besar untuk meningkatkan sifat ketahanan PP terhadap api.
PP merupakan bahan baku jenis plastik yang ringan, memiliki densitas
0,90-0,92 g/cm3. PP merupakan polimer semi kristalin, yaitu polimer yang
terbentuk dengan campuran antar fasa kristalin dan amorf. Fasa kristalin yang
terdapat didalam PP menyebabkan daya regangan yang tingi, kaku dan keras. Fasa
amorf adalah bagian dimana rantai-rantai molekul tersusun secara acak dan tidak
beraturan, sehingga fasa ini menyebabkan elastisitas material meningkat. Sifat semi
kristalin tesebut mengakibatkan PP memiliki dua temperatur transisi, yaitu
temperatur transisi glass (sekitar -15°C) dan temperatur leleh (sekitar 176°C).
Temperatur transisi glass adalah temperatur dimana terjadi perubahan fasa dari
glassy (kaku) menjadi rubbery (lentur), sedangkan temperature leleh adalah
temperature dimana terjadi perubahan fasa dari padat menjadi cair. Pada saat
meleleh, PP berada pada kondisi amorf sehingga material menjadi transparan dan
berbentuk liquid (cairan) (Gawali dan kalwale, 2016).
10

PP dibuat dari hasil reaksi polimerisasi monomer propilena yang berasal


dari nafta dengan proses perengkahan minyak bumi. Propilena ini diolah dengan
teknologi yang sangat tinggi sehingga menghasilkan jenis plastik yang baik dan
bermutu (Arlofa dan Herutomo, 2017). Propilena pada tekanan atmosferik dan
temperatur kamar berwujud uap. Propilena memiliki uap yang tidak berwarna dan
bersifat anastetik pada konsentrasi tinggi (>60% volume) di udara, tetapi gas
propilena merupakan salah satu gas yang tergolong tidak beracun. Senyawa ini
mudah terbakar dan mudah meledak bila bercampur dengan udara sehingga
penggunaan propilena harus dilengkapi dengan fentilasi. PP juga tidak baik untuk
kondisi panas (temperatur di atas 70°C), percikan api dan flame juga tekanan diatas
400 psi, (Steven, 2005).
PP memiliki sifat yang mirip dengan polietilen tetapi terdapat beberapa
perbedaan khusus yaitu PP memiliki kepadatan rendah, titik pelunakan lebih tinggi
(PP tidak meleleh dibawah suhu 160°C sedangkan untuk polietilen yang umum
yaitu anil sekitar 100°C), selain itu memiliki kekakuan dan kekerasan yang lebih
tinggi. Zat aditif ditambahkan pada semua komersial menghasilkan resin
polipropilen untuk melindungi polimer selama pemrosesan dan untuk
meningkatkan kinerja akhir penggunaan (Gawali dan Kalwale, 2016).
Pada PP terdapat tiga bentuk geometri rantai molekul polipropilen yang
dapat dibedakan berdasarkan posisi dari gugus metilnya, yaitu isotaktik,
sindiotaktik dan ataktik. Dimana pada bentuk isotaktik seluruh grup metil terletak
disisi yang sama pada rantai karbon dan bentuk yang paling biasa dan bersifat kaku
dengan kristalinitas yang tinggi serta titik lebur yang tinggi pula, sedangkan pada
sindiotaktik grup metil terletak berselang-seling pada sisi yang berbeda. Letaknya
yang selang-seling itu mengakibatkan kecenderungan PP sindiotaktik
kristalinitasnya lebih rendah dibandingkan PP isotaktik dan memiliki temperatur
leleh dan densitas yang lebih rendah daripada PP isotaktik. Dan pada struktur
ataktik gugus metil bertindak seperti cabang rantai yang pendek, dengan sisi rantai
yang satu dengan yang lain tidak sama dikarenakan posisi metil yang acak. Posisi
metil yang acak ini mengakibatkan sulit untuk mendapatkan dua daerah yang sama
11

dari rantai untuk bergerak, oleh karena itu kristalintas pada polipropilena rendah
dan materialnya cenderung lengket (Stcky), Lembut (Soft), dan lemah (weak).

(a)

(b)

(c)
Gambar 2.2. Hasil reaksi polimerisasi polipropilen (a) atactic (b) Syndiotactic (c)
Isotactic

Ketiga struktur polipropilena yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 pada


dasarnya secara kimia berbeda satu sama lain. Polipropilena ataktik tidak dapat
berubah menjadi polipropilena sindiotaktik atau menjadi struktur lainnya tanpa
memutuskan dan menyususn kembali beberapa ikatan kimia. Struktur yang lebih
teratur memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk berkristalisasi dari pada
struktur yang tidak teratur. Jadi, struktur isotaktik dan sindiotaktik lebih cenderung
membentuk daerah kristalin dari pada ataktik. Polipropilena berstruktur stereogular
seperti isotaktik dan sindiotaktik adalah sangat kristalin, bersifat keras dan kuat.
Dalam struktur polipropilena ataktik gugus metal bertindak seperti cabang-cabang
rantai pendek yang muncul pada sisi rantai secara acak. Ini mengakibatkan sulitnya
untuk mendapatkan daerah-daerah rantai yang sama sehingga mempunyai sifat
kristalin rendah dan menyebabkan tingginya kadar oksigen pada bahan tersebut
sehingga bahan polimer ini mudah terdegradasi oleh pengaruh lingkungan seperti
kelembaban cuaca, radiasi sinar matahari dan lain sebagainya (Schwarts.SS, 1991).
12

Kualitas poliproplen yang baik adalah jenis polipropilen yang


mengandung unsur isotaktik sebesar 96% sampai 97% dan 3% sampai 4% unsur
ataktik. Semakin besar presentase ataktik maka polimer tersebut akan menjadi
lunak dan memiliki kekuatan tarik yang rendah (Suyanto, 2014).
Dalam penelitian ini digunakan Polipropilen (PP) dengan merk Polytam
PF 1000 dari PT.Pertamina (PERSERO). Tabel 2.2 menunjukan karakteristik fisik
yang dimiliki oleh PP Polytam 1000 (PT.Pertamina, 2018).

Tabel 2.2. Karakteristik PP Polytam PF 1000 PT.Pertamina (PERSERO)


Pengujian Fisik Satuan Polytam PF
1000
Kekerasan (Hardness) R Scale 110
Tensile at Yield Kgf/cm2 378
Tensile at Break Kgf/cm2 256
Elongation yield % 16
Elongation Break % 39
Izod Impact Kg/cm2 2.3114
Flexural stress MPa 439,71
Flexural Modulus MPa 33658,8
MFR g/10 menit 10,2
Densitas g/cm3 0,9016
Temperatur Defleksi °C 135,63
(HDT)
Vicat Softening Point °C 155
(VSP)

2.5. Polietilen
Polietilen (PE) juga dikenal sebagai plastik adalah produk yang digunakan
dalam semua bidang, baik dalam rumah tangga sampai industri. Polietilen adalah
bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih yang mempunyai titik leleh
bervarisi antara 110-137°C. Umumnya polietilen tahan terhadap zat kimia,
memiliki monomer yaitu etana diperoleh dari hasil perengkehan (cracking) minyak
atau gas bumi (Rahmawati, 2015). Reaksi polimerisasi etena secara umum dapat
dilihat pada Gambar 2.3.
13

Gambar 2.3. Reaksi Polimerisasi Etena menjadi Polietilena

Klasifikasi polietilena terdiri dari berbagai jenis berdasarkan kepadatan


dan percabangan molekul. Sifat mekanis polietilena bergantung pada tipe
percabangan struktur kristal dan berat molekulnya. PE yang lebih dikenal ada tiga
jenis yaitu High Density Polyethylene (HDPE), Low Density Polyethylene (LDPE)
dan Linear Low density Polyethylene (LLDPE). HDPE merupakan jenis polietilen
berdensitas tinggi yang tidak memiliki cabang tetapi memiliki rantai utama yang
lurus. HDPE memiliki nilai densitas 0,94-0,965 g/cm3 dan berat molekul yang besar
yaitu antara 10.000-100.000 g/mol. Sedangkan LDPE merupakan jenis polietilen
yang memiliki densitas rendah dan memiliki rantai cabang, LDPE ini memiliki
densitas 0,912-0,925 g/cm3 dan memiliki berat molekul sebesar 10.000-15.000
g/mol. Terdapatnya cabang-cabang pada rantai akan memperkuat gaya-gaya ikatan
antar molekul, dengan berdekatannya rantai-rantai utama akan menaikan
kristalinitas, rapat massa dan kekuatannya. HDPE memiliki tingkat kristalinitas
hingga 90% sedangkan LDPE mencapai 50%. Hal ini akan berpengaruh pada berat
jenis yang merupakan faktor penentu pada sifat-sifat mekanis yang dimiliki oleh
kedua bahan tersebut. LDPE bersifat lentur, ketahanan listriknya baik, kedap air,
lebih lunak dari HDPE, bersifat absorbsi, tetapi memiliki sifat tembus cahaya yang
kurang baik dibandingkan HDPE. LDPE lebih bersifat elastis dibanding HDPE, hal
ini karena kristalinitas rendah disebabkan adanya rantai cabang dari rantai polimer,
sedangkan HDPE mempunyai sifat kristalinitas yang tinggi dan merupakan rantai
linier sehingga menyebabkan HDPE bersifat lebih kaku (Hamid, 2008). Perbedaan
struktur rantai pada jenis polietilen ditunjukan pada Gambar 2.4.
14

Gambar 2.4. Struktur rantai polietilen HDPE, LLDPE, dan LDPE.

Linear Low density Polyethylene (LLDPE) dicirikan dengan densitas


antara 0,915 – 0,925 g/cm3. LLDPE adalah polimer linier dengan percabangan
rantai pendek dengan jumlah yang cukup signifikan, umumnya dibuat dengan
kopolimerisasi etilena dengan rantai pendek α-olefin. LLDPE memiliki kekuatan
tarik yang lebih tinggi dari LDPE, dan memiliki ketahanan yang lebih tinggi
terhadap tekanan. Sifat tersebut disebabkan oleh struktur yang dimiliki LLDPE,
dengan struktur linier dan memiliki cabang pada rantai menyebabkan LLDPE
memiliki sifat elastis yang baik dan memiliki ketahanan lebih baik dibandingkan
LDPE.

2.5.1. Linear Low Density Polyethylene (LLDPE)


LLDPE merupakan salah satu produk polietilen, dimana polietilen pertama
kali ditemukan oleh tim peneliti dari Imperial Chemical Industries, Ltd (ICI)
Inggris pada tahun 1933 dalam sebuah percobaan tak terduga dimana etilen dan
benzaldehid merupakan sisa reaksi dari polimer lilin pada temperature 170°C dan
tekanan 190 MPa, kemudian dipatenkan pada tahun 1936. LLDPE merupakan
anggota penting dari produk polietilen yang memiliki kekuatan mekanik dan
kemampuan proses lebih baik dari High Density polyethylene (HDPE) karena
adanya cabang rantai pendek.
LLDPE diperoleh dengan kopolimerisasi etilena dengan komonomer α-
olefin, seperti 1-butena, 1-heksena, dan 1-oktena dengan katalis Ziegler-natta.
15

Namun, α-olefin umumnya dihasilkan oleh oligomerisasi etilena sehingga produksi


LLDPE membutuhkan integrasi dua proses yang berbeda dan kondisi yang berbeda
pula, salah satunya adalah oligomerisasi etilena untuk menghasilkan komonomer
α-olefin dan yang lainnya kopolimerisasi etilena dengan α-olefin yang dihasilkan
(Xie et al., 2014). Selain itu, menurut Dorigato et al (2011) LLDPE dapat disintesis
menggunakan katalis metalosen (mLLDPE) menunjukan beberapa keunggulan
dibandingkan dengan katalis ziegler-natta seperti kekuatan yang lebih tinggi, sifat
optik yang lebih baik, distribusi berat molekul lebih rapat dan fraksi ekstraksi yang
rendah. Disisi lain, mLLDPE lebih sulit untuk diproses menjadi film, memiliki
ketahanan mulur yang relatif buruk dianggap sebagai salah satu kekurangan utama
LLDPE. Dengan demikian, mencampur LLDPE dengan polimer yang memiliki
kelenturan baik merupakan bidang penelitian material yang menarik. Gambar 2.5
merupakan contoh persamaan reaksi kopolimerisasi LLDPE mengunakan katalis
Ziegler-Natta.

Gambar 2.5. Reaksi kopolimerisasi LLDPE

2.6.Silika (SiO2)
Silika adalah senyawa hasil polimerisasi asam silikat, yang tersusun dari
rantai satuan SiO4 tetrahedral dengan formula umum SiO2. Di alam senyawa silika
ditemukan dalam beberapa bahan alam, seperti pasir, kuarsa, gelas, dan
sebagainya. Silika sebagai senyawa yang terdapat di alam berstruktur kristalin,
sedangkan sebagai senyawa sintetis adalah amorf. Secara sintetis senyawa silika
dapat dibuat dari larutan silikat atau dari pereaksi silan. Seperti yang dijelaskan
16

oleh Trivana et al., (2015) dalam penelitiannya melakukan sintesis silika dari
sekam padi, sekam padi dimanfaatkan sebagai sumber silika karena kandungan
silika yang tinggi (86,90-97,30%), murah, ketersediaannya melimpah, dan tidak
beracun. Selain itu, silika dari sekam padi dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
berbagai material berbahan dasar silika, seperti natrium silikat. Natrium silikat
banyak digunakan di industri, terutama untuk bahan pembuatan sabun dan
detergen, bahan penguat (filler), bahan baku pembuatan beton dan semen, serta
sebagai adsorben.
Silikon dioksida, juga dikenal sebagai silika (dari silex Latin), adalah
oksida silikon dengan rumus kimia SiO2. Telah dikenal sejak zaman dahulu karena
kekerasannya. Silika ini paling sering ditemukan di alam sebagai pasir atau
kuarsa, serta di dinding sel diatom. Silika diproduksi dalam beberapa bentuk
termasuk leburan kuarsa, kristal, silika pyrogenik, merek dagang Aerosil, silika
koloid, gel silika, dan aerogel. Silika gel merupakan salah satu jenis dari silika
sintetis yang berstruktur amorf dan banyak digunakan sebagai adsorben. Hal ini
disebabkan oleh mudahnya produksi dan juga beberapa kelebihan yang lain, yaitu:
sangat inert, bersifat hidrofilik, mempunyai kestabilan termal dan mekanik yang
tinggi serta relatif tidak mengembang dalam pelarut organik jika dibandingkan
dengan padatan resin polimer organik (Kristianingrum, 2010). Silika gel juga
dapat dihasilkan dari abu sekam padi, proses sintesis silika gel meliputi empat
proses yaitu, pembentukan natrium silikat hasil reaksi silika dalam abu sekam padi
dengan alkali yang mengandung natrium melalui proses peleburan pada
temperature tinggi, reaksi pembentukan hidrosol hasil reaksi natrium silikat
dengan asam, reaksi pembentukan silika hidrogel dan pemanasan silika hidrogel
menjadi serogel (silika gel kering) (Sholikha et al., 2015).
Rumus kima silika gel secara umum adalah SiO2.x H2O. Struktur satuan
mineral silika pada dasarnya mengandung kation Si4+ yang terkoordinasi secara
tetrahedral dengan anion O2-. Namun demikian, susunan tetrahedral SiO4 pada
silika gel tidak beraturan seperti struktur pada Gambar 2.6.
17

Gambar 2.6. Susunan tetrahedral SiO4 pada silika gel


(Kristianingrum, 2010).

Selain silika gel yang memiliki manfaat cukup banyak, terdapat jenis silika
lain yang biasa digunakan sebagai filler komposit bahkan beton yaitu silica fume.
Silica fume merupakan produk sampingan (biproduct) dari suatu proses industri
silicon metal. Silica fume mengandung SiO2 yang tinggi dan merupakan bahan
sangat halus, berbentuk butiran, sangat kecil, dan biasanya disebut dengan mikro
silika. Silica fume mengandung unsur SiO2 lebih dari 85% dengan demikian silica
fume dapat dikategorikan sebagai pozzoland (Tarru, 2017). Silica fume biasanya
digunakan untuk meningkatkan mutu beton yaitu meningkatkan kuat tekannya.
Seperti yang dilakukan oleh Zai dan Karolina, (2018) dalam pembuatan beton mutu
tinggi untuk menurunkan porositasnya digunakan silica fume sehingga kuat tekan
yang dihasilkan tinggi. Selain itu, silica fume juga dapat digunakan sebagai bahan
pengisi dalam komposit polimer. Alam et al., (2019) dalam penelitiannya mengenai
penambahan silica fume kedalam poly (esteramide-urethane), dijelaskan bahwa
silica fume dapat dijadikan bahan pengisi karena memiliki ukuran yang terkontrol,
luas permukaan yang besar, dan struktur yang seragam serta dapat meningkatkan
sifat mekaniknya.

2.7. Teknik Pencampuran


Pencampuran antar polimer merupakan alternatif untuk mengembangkan
suatu polimer. Selain dipercaya dapat menurunkan biaya produksi, tetapi juga untuk
mendapatkan sifat yang diinginkan dalam campuran polimer tertentu (Gawali dan
Kalwale, 2016). Menurut Lin et al., (2015) pencampuran antar polimer
dimaksudkan untuk menghasilkan sifat yang lebih baik dari sifat dasar yang
18

dimiliki masing-masing bahan, seperti sifat fisik atau mekanik. Sifat mekanik atau
fisik dari hasil campuran tergantung pada morfologi fase, aksi kontinu antar fase,
fase terdisperi dan rasio masing-masing komponen yang digunakan. Dalam
aplikasinya, pencampuran polimer sebagian besar dibuat oleh pencampuran fisik
dengan prinsip pengolahan lebur atau hot blending, yang memadukan berbagai
polimer menggunakan ekstruder, dan mixer. Pemrosesan lebur ini tidak
membutuhkan pelarut untuk mencapai campuran dengan dispersi tinggi, faktor
penting adalah kontrol suhu dalam operasi yang teliti (Lin et al., 2015).
Liu et al., (2013) melakukan pencampuran antara LLDPE dengan PP yang
bertujuan untuk mengetahui nilai kecepatan lelehan dan morfologi LLDPE/PP/
cross-linking LLDPE-PP. Pencampuran cross-linking LLDPE-PP menggunakan
mixer, LLDPE (70 phr) dan PP (30 phr) dicampur dengan Benzoil peroxide yang
sebelumnya telah dilarutkan dalam aseton. Temperatur yang digunakan dalam
pencampuran adalah 180°C dengan kecepatan putaran 60 rpm dan waktu
pencampuran yang dipilih 3,5 menit. Kemudian pencampuran LLDPE/PP dengan
atau tanpa LLDPE-PP dengan teknik ekstrusi lebur menggunakan ekstruder
(PLE330 Brabender OHG, Duis- burg, Germany) dengan diameter 19 mm dengan
kecepatan sekrup 35 rpm menggunakan suhu barel (dari zona pengisian ke cetakan)
160, 180, 200, dan 190°C.
Nicko et al., (2013) juga melakukan penelitian mengenai penambahan
filler yaitu talcum (Mg3Si4O10(OH)2) untuk menguatkan matriks PP. Pencampuran
antara PP-talcum dilakukan secara dua tahap, yaitu tahap petama dilakukan
perrcampuran dengan metode dry mixing. Metode ini menggunakan dry mixer
berkapasitas 500 gram dengan kecepatan mata pisau 1500 rpm, dry mixing
dilakukan selama 3 menit untuk setiap sampel. Metode ini dilakukan untuk
memastikan kedua material tercampur secara baik dan menghilangkan kelembaban
yang terjadi selama material disimpan. Tahap pencampuran yang kedua yaitu
dengan metode hot melt mixing, metode ini dilakukan dengan menggunakan alat
ThermoHaake Twin Screw Extruder Counter Rottating dengan kapasitas chamber
sebesar 38 gram. Dalam penelitian ini dilakukan proses hot melt mixing dilakukan
dengan kecepatan screw 200 rpm selama 4 menit dalam temperature 225°C. Metode
19

ini dilakukan untuk menghasilkan produk campuran yang terdistribusi dan


terdispersi secara merata.

2.8. Karaketrisasi LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika

2.8.1 Uji Kecepatan Alir Lelehan Pellet (Melt Flow Rate) Menggunakan Melt
Flow Index Tester
Untuk menentukan kualitas suatu plastik atau polimer dibutuhkan
pengujian viskositas menggunakan Melt Flow Index Tester. Kekentalan (viskositas)
diartikan sebagai tahanan internal terhadap aliran. Kekentalan adalah nilai yang
diukur dari tahanan fluida yang berubah bentuk karena tegangan geser (Shear
stress) maupun tegangan tarik (Tensile stress). Semakin kecil nilai viskositas maka
semakin mudah suatu fluida dapat bergerak (Eflita et al., 2013) Terdapat 4 prosedur
dalam pengujian kekentalan (viskositas) polimer yaitu, prosedur A digunakan untuk
mencari nilai MFR dengan satuan g/10 menit. Prosedur B digunakan untuk mencari
Melt Volume Rate (MVR) dengan satuan cm3/10 menit. Prosedur C digunakan
untuk mencari Flow Rate Ratio (FRR). Prosedur D untuk dapat menentukan MFR
menggunakan dua beban atau tiga beban yang berbeda (termasuk peningkatan atau
penurunan beban pada saat pengujian) (ASTM International D1238, 2010).
Alat uji kekentalan polimer atau plastik bekerja pada prinsip kerja
extrusion plastomer yang beroperasi pada temperatur tetap. Material termoplastik
akan dilebur didalam tabung vertikal, hasil leburan tersebut tertekan oleh piston dan
tereksruksi menjadi lelehan pellet yang selanjutnya digunakan untuk mencari nilai
MFR (Fatkhi, 2015).
Q=W
Q = V.l.t
𝑄
Sehingga t = (2.1)
𝑉.𝑙
Dimana:
Q = Kalor (J)
V = Tegangan (V)
t = Arus (A)
20

Melt Flow Rate (MFR) adalah berat suatu bahan plastik yang dapat
diekstruksikan melalui lubang kecil (Orrifice) yang berukuran standar pada kondisi
suhu dan beban tertentu selama 10 menit. Alat yang digunakan dalam pengukuran
ini adalah Melt Flow Index Tester merk Yasuda. Uji MFR di laboratorium
dilakukan sesuai dengan American Standards Testing and Material (ASTM D1238-
04). MFR merupakan suatu parameter yang banyak digunakan didalam bidang
termoplastik agar berat molekulnya dapat ditentukan. Hubungan antara MFR
dengan berat molekul berbanding terbalik, semakin rendah nilai MFR maka
semakin tinggi bobot molekulnya.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐸𝑥𝑡𝑟𝑢𝑑𝑎𝑡𝑒 (𝑔)𝑥 10
MFR g/10 menit = (2.2)
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔

Dalam pengujian MFR pada campuran LLDPE/PP menggunakan suhu


230°C dan beban 2,16 kg. Suhu dan beban yang diberikan sesuai dengan metode
(ASTM International D1238, 2010) sesuai kondisi pengujian dari Polipropilen
dikarenakan polipropilen merupakan bahan dominan dalam pembentukan
LLDPE/PP. Hal ini juga berarti bahwa dalam suhu dan beban tersebut campuran
LLDPE/PP dapat meleleh dan diketahui waktu potongnya sehingga dapat
ditentukan nilai laju alir lelehnya (MFR). Liu et al., (2013) telah melakukan
pengujian MFR pada LLDPE/PP/LLDPE-PP sesuai standard ASTM menggunakan
suhu 230°C dan beban 2,16 kg serta diameter dan panjang kapiler berturut-turut
2.091 mm 8 mm. Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap penambahan LLDPE-
PP terhadap LLDPE/PP nilai MFR semakin menurun, ini bearti bahwa fungsi dari
LLDPE-PP adalah sebagai compatibilizer yang dapat menaikan nilai viskositas dan
menurunkan nilai MFR.

2.8.2. Kekuatan Impak (Izod Impact Strength)


Pengujian impak izod dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan
impak atau ketangguhan bahan polimer terhadap beban kejut. Prinsip dari pengujian
impak ini yaitu apabila benda diberi beban kejut, maka benda akan mengalami
proses penyerapan energi sehingga terjadi deformasi plastis yang mengakibatkan
perpatahan (Hariyanto, 2009). Pengujian izod impak juga dilakukan untuk
mengukur resistensi suatu bahan terhadap pendulum berayun. Izod pendulum
21

impact resistance didefinisikan sebagai energi kinetik yang diperlukan hingga


spesimen patah. Uji ini dapat digunakan sebagai cek kontrol kualitas yang cepat
dan mudah dalam menentukan apakah suatu material memenuhi sifat dampak
spesifik atau untuk membandingkan ketangguhan bahan secara umum. Menurut
Wardani et al (2016) pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban impak,
terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi kinetik suatu beban yang
menumbuk ke benda uji.
Pengujian Izod impak dilakukan dilaboratorium sesuai dengan metode
American Standards Testing and Material (ASTM 256-10) menggunakan Izod
Impact Strength Tester. Gambar 2.7 merupakan spesimen yang digunakan dalam
uji Izod impak.

Gambar 2.7. Spesimen Pengujian Kekuatan Impak

2.8.3 Uji Kuat Tarik (Tensile Strength)


Salah satu sifat mekanik yang digunakan sebagai parameter polimer adalah
kuat tarik (tensile strength) dan kelenturan (Flexural). Kuat tarik atau kuat
renggang putus merupakan tarikan maksimum yang dapat dicapai sampai slab dapat
tetap bertahan sebelum putus. Pengukuran kuat tarik bertujuan untuk mengetahui
besarnya gaya yang dicapai untuk mencapai tarikan maksimum pada setiap satuan
luas area slab polimer untuk merenggang atau memanjang (Purwanti, 2016).
Dengan melakukan uji tarik kita mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi
terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material bertambah panjang.
Bila kita terus menarik suatu bahan sampai putus, kita akan mendapatkan profil
tarikan yang lengkap berupa kurva yang menunjukkan hubungan antara gaya
tarikan dengan perubahan panjang.
22

Gambar 2.8. Gaya Tarik terhadap Pertambahan Panjang.

Uji kuat tarik (tensile strength) di laboratorium dilakukan sesuai dengan


American Standards Testing and Material (ASTM D882, 2002) menggunakan alat
universal testing machine merk shimadzu. Data yang didapatkan dari pengujian ini
terdiri dari modulus elastisitas dari material, kekuatan tariknya, beban maksimum
yang dapat diterima material serta besar elongasi saat terjadi perpatahan yang
langsung didapatkan pada komputer yang tersambung dengan mesin. Data yang
didapatkan dari pengujian ini dapat dibagi atas data yang didapatkan secara manual
seperti diameter specimen untuk mengetahui luas penampang (A), dan data yang
terekam dari mesin uji tarik berupa beban P yang diberikan (load cell) dan elongasi
(Δl) yang dihasilkan. Beban dan elongasi ini kemudian dikonversikan ke kurva
tegangan-tegangan berdasarkan persamaan:
P
Stress (tegangan) yang digunakan = σ = (2.3)
A0
li−l0
Strain (regangan) yang dihasilkan = ɛ = (2.4)
l0
Kemudian nilai tegangan dan regangan yang dihasilkan dihubungkan
dengan persamaan:
σ=Eɛ (2.5)
dengan E adalah modulus elastisitas dari material yang digunakan, P adalah beban
yang diterima / siaplikasikan, A0 adalah luas penampang awal, l0 adalah panjang
awal dan li adalah panjang saat penarikan (Abdillah, 2008).
23

PP murni memiliki sifat mekanik yaitu kekuatan tarik yang lebih besar dari
pada LLDPE ataupun campurannya, disebabkan karena PP memiliki rantai metil
yang menempel pada setiap atom karbon kedua dari rantai utamanya sehingga
menghasilkan PP yang lebih kuat tetapi tidak fleksibel. Sedangkan LLDPE
menunjukan perilaku elastis, sehingga campuran yang dihasilkan memiliki
kekuatan tarik yang lebih rendah dan perpanjangan putus yang lebih tinggi. Gawali
dan Kalwale, (2016) melakukan pengujian kekuatan tarik pada penelitiannya
mengenai pencampuran PP dan LLDPE dengan variasi rasio 50:50, 60:40, dan
80:20. Hasil penelitian menunjukan kekuatan tarik yang lebih besar pada variasi
PP:LLDPE 80:20 dengan nilai tensile at yield dan tensile at break masing-masing
267 Mpa dan 193 Mpa.
2.8.4 Uji Kelenturan (Flexural)
Kelenturan (Flexural) adalah kemampuan suatu spesimen untuk menahan
beban dari tekanan. Kekuatan flexural sangat dipertimbangakan sebagai indicator
kekuatan daru suatu polimer. Kekuatan flexural yang buruk dapat menyebabkan
bahan tidak mampu menahan beban (Sundari, 2016).
Pengujian kelenturan ini dilakukan dengan metode three-point bending
yang memiliki tiga titik utama, yaitu dua titik tumpuan pada pinggir spesimen uji
dan satu titik pembebanan pada bagian tengah spesimen. Selanjutnya, beban lentur
dengan kecepatan konstan diberikan kepada spesimen hingga mendapatkan tingkat
kelenturan maksimum. Gambar 2.9 menunjukan skema three-point bending.

Gambar 2.9. Skema Metode Three-Point Bending


24

Pengujian ini menggunakan mesin Universal Testing Machine Shimadzu AGS 10


kN yang sama dengan pengujian kuat tarik. Namun, dilakukan penggantian
terhadap head pengujian untuk pengujian kelenturan. Pengujian ini menggunakan
parameter yang diatur oleh standar (ASTM D790, 2003) yang menjelaskan
mengenai standar pengujian keenturan untuk material plastik.
Pada pengujian ini, kecepatan pembebanan (R) dihitung menurut support
span yaitu 16 kali ketebalan (L), kecepatan peregangan spesimen (Z), dan ketebalan
sampel (d) menggunakan rumus :
R = ZL2 / 6d (2.6)
Data yang diperoleh dari pengujian ini terdiri dari modulus kelenturan dari material,
kekuatan lenturnya, serta beban maksimum yang dapat diterima material. Data
tersebut langsung didapatkan pada komputer yang tersambung dengan mesin. Data
yang terekam dari mesin uji kelenturan berupa beban P yang diberikan (load cell)
dan defleksi (D) yang dihasilkan. Beban dan regangan ini kemudian dikonversikan
ke kurva tegangan-defleksi berdasarkan persamaan:
3𝑃𝐿
Stress (tegangan) yang digunakan = σf = (2.7)
2𝑏𝑑²
6𝐷𝑑
Strain (regangan) yang dihasilkan = ɛf = (2.8)
𝐿²
Untuk mengitung modulus flexural dari spesimen digunakan rumus:
𝐿³𝑚
Ef = (2.9)
4𝑏𝑑³
Dengan Ef adalah modulus kelenturan dari material yang digunakan, P adalah
beban yang diterima / diaplikasikan, L adalah support span, b adalah lebar spesimen
dan m adalah sudut tangensial dari kurva tegang-defleksi (Abdillah, 2008).
Kadhim (2017) melakukan pengujian kelenturan (flexural) pada
pencampuran antara PP dengan LDPE dengan variasi rasio LDPE:PP adalah 25:75,
50:50, dan 75:25. Dilakukan pengujian kelenturan menggunakan alat universal
testing machine dengan beban load cell yang digunakan adalah 10 kN. Hasil
penelitian membuktikan bahwa LDPE dengan sifat kelenturan yang lebih baik dari
PP dapat menurunkan sifat kaku yang dimiliki PP.
25

2.8.5 Uji Kekerasan (Rockwell Hardness)

Pengujian kekerasan adalah salah satu dari sekian banyak jenis pengujian
bahan seperti polimer. Pengujian ini mempunyai keuntungan yaitu dapat
dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa mengalami kerusakan spesifikasinya.
Menurut Balalembang (2013) pengertian kekerasan secara umum didefinisikan
sebagai kriteria untuk menyatakan intensitas tahanan suatu bahan terhadap
deformasi yang disebabkan oleh objek lain. Terdapat beberapa teknik yang dikenal
dalam pengujian kekerasan bahan yaitu penggoresan, penekanan, dan pemantulan.
Pengujian ini menggunakan metode Rokwell berdasarkan (ASTM D 785)
dimana prinsip pengujiannya adalah dengan menekankan penetrator ke dalam
benda kerja dengan pembebanan dan kedalaman indentasi memberikan harga
kekerasan yaitu perbedaan kedalaman indentasi yang didapatkan dari beban mayor
dan minor (Effendi, 2009). Pada intinya kepada contoh uji yang terletak pada suatu
landasan datar dikenai beban tegak lurus, dimana ujung beban terpasang bola baja
dengan konsetrasi beban tersebut, kemudian pada indikator dibaca suatu nilai yang
menunjukan kekerasannya. Gambar 2.10 merupakan pengujian kekerasan pada
suatu material menggunakan metode Rockwell

Gambar 2.10. Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell

Suatu polimer termoplastik seperti PE dapat mempengaruhi nilai


kekerasan dari PP, PP memiliki sifat kekerasan yang cukup tinggi oleh karena itu,
dalam aplikasinya PP mudah rapuh atau pecah. Kadhim, (2017) melakukan
26

pengujian kekerasan pada campuran antara PP dengan bahan termoplastik PE yaitu


LDPE. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan LDPE dapat menurunkan
kekerasan PP murni dari 67,6 R scale menjadi 59 R scale.

2.8.6 Densitas
Teknik pengukuran densitas yang tradisional adalah menggunakan teknik
penimbangan hidrostatik, yaitu teknik yang menggunakan penimbangan berat
sampel di udara maupun di air (air sebagai media liquidnya) yang sesuai dengan
hukum Archimedes (Abdillah et al., 2018). Berdasarkan hukum tersebut maka
suatu benda apabila melayang didalam larutan, maka benda tersebut mempunyai
specific gravity yang sama dengan larutan tersebut. Bagaimanapun, tidak semua
material sesuai untuk penentuan densitas dengan metode ini, banyak material yang
tidak sesuai jika penentuan densitasnya dengan cara dicelupkan kedalam air. Seperti
logam dan alloy dapat bereaksi dengan air, demikian pula sampel material porous
(berpori), sampel solid kecil, bubuk dan partikulat tidak sesuai dengan teknik
pencelupan ke dalam media liquid. Sampel-sampel tersebut membutuhkan teknik
pengukuran yang berbeda untuk menentukan densitasnya (Perkin dan davidson,
2010).
Pengujian ini bertujuan memperoleh informasi dasar yang diperlukan
untuk karakterisasi dan kualifikasi suatu material, serta untuk mengidentifikasi
suatu material, mengetahui perubahan fisika dalam sampel, dan menunjukan derajat
keseragaman sampel (Indra et al., 2013). Pengujian densitas penimbangan
dilakukan sesuai dengan American Standards Testing and Material (ASTM D792-
8). Gambar 2.11 merupakan contoh teknik penimbangan sampel pada specimen
bata merah:
27

Gambar 2.11. Spesimen yang Ditimbang diudara dan Air

PP merupakan jenis termoplastik yang ringan dan memiliki nilai densitas


0,90-0,92 g/cm3. Penambahan polimer termoplastik lain kedalam PP dapat
mempengaruhi nilai densitasnya. Nilai densitas secara tidak langsung mengetahui
kerapatan kristalinitas dari suatu polimer. Kadhim, (2017) melakukan pengujian
densitas, dijelaskan bahwa penambahan termoplastik berjenis PE yaitu LDPE dapat
meningkatkan nilai densitas dari PP dari 0,9 g/cm3 menjadi 0,937 g/cm3.
Disebabkan karena PE memiliki nilai kristalinitas yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan kepadatan kristalin pada PP.

2.8.7. Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red)
Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red) merupakan salah satu
instrumen yang dapat digunakan untuk identifikasi mineral secara kualitatif dan
mulai dikembangkan untuk identifikasi secara kuantitatif. Analisis pada FTIR
bergantung pada getaran molekul sehingga dapat digunakan untuk identifikasi
mineral, karena mineral memiliki karakteristik spektra penyerapan dalam midrange
pada infra merah (4000-400 cm-1). Selain itu, FTIR memiliki kemampuan yang
cepat dalam menganalisis, bersifat tidak merusak dan hanya dibutuhkan preparasi
sampel yang sederhana (Ritz et al., 2011).
Energi radiasi IR digunakan terbatas hanya pada transisi molekul
melibatkan vibrasi. Efek dari vibrasi ini menyebabkan perubahan momen dipol.
Radiasi medan listrik yang berubah-ubah akan berinteraksi dengan molekul.
28

Interaksi tersebut menghasilkan serapan yang khas dari setiap komponen atau
struktur molekul. Serapan grup fungsional berada pada kisaran 4000-1500 cm-1
sedangkan fenomena intramolekular yang bersifat sangat spesifik untuk setiap
materi antara 1500-400 cm-1 (daerah sidik jari) (Khopkar, 2002)
%T

1/λ(cm-1)
Gambar 2.12. Spektra FT-IR Pencampuran PP/HDPE

Gambar 2.12 merupakan contoh spektra dari pencampuran antara dua


polimer termoplastik yaitu PP dan PE. Puncak-puncak hasil analisis menjelaskan
adanya vibrasi gugus fungsi yang terkandung dalam PP/HDPE. Pada puncak 2985–
2810 cm-1 adanya vibrasi peregangan –C-H- (PP), sedangakan puncak pada
bilangan 2950–2850 cm-1 terdapat gugus –CH2 (HDPE). Adanya vibrasi lentur –
CH2 dan -CH3 masing-masing pada puncak 1475–1440 cm-1 dan 1380–1370 cm-1,
untuk CH2 berada pada puncak 1470–1460 cm-1. Selain itu, terdapat vibrasi tekuk
pada puncak 730–700 cm-1 merupakan gugus –CH2 (Lin et al., 2015).

2.8.8. Analisis Morfologi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy)


SEM merupakan suatu metode yang digunakan untuk melihat morfologi
material dengan perbesaran berkisar antara 20-500.000 kali. SEM terdiri dari
sebuah senapan elektron yang memproduksi berkas elektron pada tegangan yang
dipercepat sebesar 2-30 kV (Anggraeni, 2016).
29

Prinsip SEM adalah berkas elektron berinteraksi dengan sampel yang


menghasilkan secondary electron (SE) di dalam detektor. SE tersebut diubah
menjadi sinar listrik seterusnya akan menghasilkan gambar pada monitor. Sinyal
yang keluar dari detektor akan berpengaruh terhadap intensitas cahaya di dalam
tabung monitor karena jumlah cahaya yang dipancarkan oleh monitor sebanding
dengan jumlah elektron yang berinteraksi dengan sampel (Masrukan et al.,1999)
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Lin et al., 2015) dengan melakukan
pencampuran antara PP dengan polietilen yaitu HDPE. Variasi komposisi HDPE
yang ditambahkan antara lain 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Diperoleh mikrograf
dari campuran tersebut dimana adanya pemisaha fase yang terbentuk, dimana PP
sebagai fase pendispersi dan HDPE sebagai fase terdispersi. Semakin tinggi
komposisi HDPE yang ditambahkan, maka dapat meningkatkan tingkat pemisahan
fase HDPE dan mengarah pada interfase antara HDPE dengan PP. Adanya interfase
yang terbetuk oleh HDPE secara berlebihan dapat menurunkan kelenturan dari
campuran. Mikrograf campuran HDPE/PP ditunjukan pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13. Hasil Analisis SEM (a) PP murni (b) 5% HDPE (c) 10% HDPE (d)
15% HDPE (e) 20% HDPE dan (f) 25% HDPE (Lin et al., 2015).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan Lokasi penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Mei 2019 di laboratorium
Non Fuel and Petrochemical Environment (NFPE) PT. Pertamina (PERSERO)
Direktorat pengolahan Research and Technology Center (RTC) Pulogadung Jakarta
Timur.

3.2.Variabel
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka variabel yang
dipelajari dikelompokan menjadi variabel bebas, variabel terikat, dan variabel
terkendali.

3.2.1. Variabel Bebas


Variabel bebas adalah variabel yang nilainya divariasi dan diselidiki
pengaruhnya terhadap variabel terikat dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
analisis. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah rasio penambahan LLDPE (1%,
5%, 10%, 15%, dan 20%) terhadap PP, rasio penambahan silika (0,2%, 0,6%, dan
1%) terhadap LLDPE/PP.

3.2.2. Variabel Terikat


Variabel terikat adalah faktor yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakteristik dari campuran LLDPE/PP
yaitu nilai Melt Flow Rate (MFR), kekuatan impak (izod impact strength), kuat
tarik (tensile strength), kelenturan (flexural), kekerasan (rockwell hardness),
densitas (density), dan gugus fungsi, serta karakteristik dari penambahan silika
terhadap LLDPE/PP seperti kekuatan impak, gugus fungsi, dan morfologi
permukaan LLDPE/PP-Silika.

3.2.3. Variabel Terkendali


Variabel terkendali adalah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
hasil reaksi, tetapi yang dapat dikendalikan agar tidak mempengaruhi variabel
30
31

bebas. Variabel terkendali dalam penelitian ini meliputi jumlah campuran PP dan
LLDPE, jumlah campuran LLDPE/PP dan silika, waktu pencampuran, suhu
pencampuran, suhu pembentukan slab, ukuran ketebalan slab, suhu dan kuat beban
pada uji Melt Flow Rate (MFR), kuat beban pengujian mekanik yaitu kuat tarik dan
kelenturan.

3.3.Alat dan Bahan

3.3.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik,
Extruder Pelletizing Twin Screw merk Lien Chiny, Hydraulic Press merk Wabash
Genesis untuk membuat slab, Melt Flow Index Tester merk Yasuda No 120-FWP
Izod Type Impact Tester merk XJU series, Universal Testing Machine merk
Shimadzu, Rockwell Hardness Tester TH500 Yasuda, Fourier Transform Infra Red
(FTIR) PERKIN ELMER, Scanning Electron Microscopy (SEM) JEOL JSM-
6360LA, dan alat pendukung lainnya seperti peralatan gelas, pinset, Plate, jangka
sorong, wadah stainless dan pisau cutter.

3.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polipropilen (Polytam
PF 1000) yang diproduksi oleh PT. Pertamina (PERSERO), kemudian Low Linear
Density Polyethylene (LLDPE) grade LL8420A dengan nlai MFR 2,1 g/10 menit
dan densitas 0,924 g/cm3 yang diproduksi oleh PTT Global Chemical Public
Company Limited Bangkok Thailand, Silika fume HDK N20 dengan surface area
204 m2/g dan pH 4,1 kemudian bahan pendukung seperti alumunium foil.

3.4.Prosedur Kerja

3.4.1. Preparasi Pencampuran PP/LLDPE dan LLDPE/PP-Silika


Ditimbang bahan dengan variasi 1 %, 5%, 10%, 15 %, dan 20% LLDPE
(b/b) terhadap PP dalam 4 kg campuran, kemudian kedua campuran tersebut
dicampur sekaligus proses pembuatan pellet kembali menggunakan Extruder
Pelletizing Twin Screw, dimana proses ini termasuk dalam proses hot blending atau
pencampuran melalui lelehan (Ghalia et al., 2011) . Tahap preparasi yang terakhir
32

yaitu mencetak slab dengan ukuran ketebalan masing-masing uji menggunakan


hydraulic press, setiap ketebalam 1 mm slab membutuhkan bahan sebanyak 30
gram.
Hasil optimum analisis mekanik pada LLDPE/PP ditambah dengan 0,2%,
0,6%, dan 1% silika fume (b/b). Pencampuran LLDPE/PP dengan silika fume
menggunakan proses injection molding atau pembuatan slab pada suhu 230°C
(Hwang dan Hsu, 2013). Hasil pencampuran tersebut selanjutnya diketahui
kekuatan mekaniknya, gugus fungsi dan morfologinya menggunakan SEM.
Komposisi rasio pencampuran LLDPE/PP-Silika ditunjukan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Komposisi Pencampuran LLDPE/PP-Silika


Parameter Uji % Silika Massa Silika Massa
(gram) LLDPE/PP
Campuran (gram)
Campuran
Pengujian Izod Impak 0,2 0,24 119,76
(120 gram) 0,6 0,72 119,28
1 1,2 118,8
Pengujian Kuat Tarik 0,2 0,18 89,82
(90 gram) 0,6 0,54 89,46
1 0,9 89,1

3.4.2. Karakterisasi LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika

3.4.2.1. Uji Melt Flow Rate (MFR)


Pengujian ini dilakukan menggunakan alat Melt Flow Index Tester.
Sampel yang diuji adalah campuran LLDPE/PP, pengujian ini dilakukan pada
semua variasi rasio penambahan LLDPE/PP bertujuan untuk mengetahui tingkat
rata-rata kecepatan dan keseragaman alir, selain itu secara tidak langsung untuk
mengukur berat molekulnya serta sebagai kontrol kualitas bahan plastik. Cara
pengukuran MFR yaitu dengan mengukur 5 gram sampel pellet LLDPE/PP
diberikan beban 2,16 Kg pada temperatur 230°C dalam 10 menit, sehingga dapat
juga menggambarkan ukuran kekentalan campuran pada saat terkena panas (ASTM
International D1238, 2010).
33

3.4.2.2. Kekuatan Impak (Izod Impact Resistance)


Pada pengujian impak, diukur energi yang diserap untuk mematahkan benda
uji. Digunakan beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan mengenai
slab uji sehingga mengakibatkan perpecahan. Slab suatu campuran (Spesimen)
dengan ukuran 12,7 x 64 mm dan ketebalan 4 mm dikencangkan dibagian bawah
Izod Impact Strength Tester kemudian dikenakan dengan beban yang berayun.
(ASTM D256, 2010).
3.4.2.3. Kuat Tarik (Tensile Strength)
Uji kuat tarik slab menggunakan alat Universal testing Machine dengan cara
contoh uji LLDPE/PP slab dengan ukuran ketebalan 2 mm berbentuk seperti
dayung dijepitkan pada jarak 65 mm dengan ketebalan kurang lebih 2,5 mm ditarik
dengan kekuatan load cell 10 kN. Pengujian kuat tarik ini adalah salah satu yang
paling penting sebagai acuan kualitas suatu produk plastik khususnya LLDPE/PP
yang pada intinya yaitu suatu campuran uji menahan beban Tarik sampai putus
(ASTM D882, 2002).
3.4.2.4. Kelenturan (Flexural)
Pengujian ini menggunakan alat Universal Testing Machine yang tersedia
di laboratorimu non fuel and petrochemical (NFPE) PT. pertamina. Dengan cara
contoh uji yaitu PP kopolimer slab dengan ukuran 12,5 x 1,25 cm berbentuk balok
persegi panjang dengan ketebalan 6 mm diletakkan diantara penyangga yang sejajar
dan diberi beban load cell 10 kN tepat ditengah hingga mencapai titik fleksibilitas
maksimum dari sampel campuran LLDPE/PP (ASTM D790, 2003) .
3.4.2.5. Kekerasan (Rockwell Hardness) (ASTM D 785-08)
Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui ketahanan kulit dari campuran
LLDPE/PP terhadap gaya seperti penentrator, pukulan atau lainnya. Uji ini
dilakukan dengan cara slab uji dengan ketebalan 6 mm diletakan pada suatu
landasan dasar ditekan dengan beban 60 Kg dengan penetrator sehingga akan
diperoleh nilai kekerasan dari PP Kopolimer (ASTM D 785).
3.4.2.6. Densitas
Densitas menjadi salah satu data untuk karakteristik campuran LLDPE/PP
yang penting. Data nilai densitas ini bertujuan untuk mengetahui performa dari
34

campuran LLDPE/PP yang diinginkan, pengukurannya menggunakan teknik


hidrostatik yang melibatkan pengukuran didalam air. Spesimen uji dengan ukuran
2,5 x 2,5 cm dengan ketebalan 3 mm diukur bobot sebelum dan sesudah didalam
air menggunakan neraca analitik (ASTM D792, 2000).
3.4.2.7. Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red)
Analisis dengan FTIR bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi pada
polimer LLDPE/PP dengan dan tanpa penambahan silika. Analisis ini dilakukan
dengan alat Fourier Transform Infra Red (FTIR) PERKIN ELMER di
Laboratorium Kimia. Sampel pencampuran LLDPE/PP yang memiliki hasil
optimum dalam pengujian mekanik sebelum dan sesudah penambahan 0,2% silika
diletakan pada holder FTIR. Holder yang digunakan adalah ZnSe ATR. Kemudian
sampel ditekan menggunakan die (penekan). Spektroskopi inframerah ATR
menggunakan fenomena pemantulan internal total. Berkas radiasi yang memasuki
kristal ZnSe akan mengalami pemantulan internal total ketika sudut dating pada
permukaan antara sampel dan kristal lebih besar dari sudut kritisnya.
3.4.2.8. Analisis Morfologi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy)
Analisis morfologi dilakukan pada sampel LLDPE/PP yang memiliki hasil
optimum pada pengujian fisik tanpa penambahan silika dan dengan penambahan
silika. Sampel diambil sebanyak 0,1 gram dan ditempatkan dalam cawan holder
kemudian dilapisi emas dan dimasukkan dalam evaporator vakum. Gambar
mikrograf yang diperoleh dapat dilihat dan dibandingkan secara detail bentuk dan
sebaran materialnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan disusun berdasarkan pada urutan tahap penelitian,


yaitu i) preparasi pencampuran LLDPE dan PP, ii) karakterisasi hasil pencampuran
LLDPE/PP yang meliputi uji kecepatan alir lelehan, Pembuatan Slab LLDPE/PP,
uji kuat tarik, kelenturan, kekerasan, kekuatan impak, densitas, dan penentuan
gugus fungsi, iii) penambahan silika kedalam LLDPE/PP pada variasi optimum,
dan iv) karakterisasi LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika meliuputi uji kuat tarik,
kelenturan, kekuatan impak, penentuan gugus fungsi menggunakan FT-IR, dan
analisis morfologi permukaan menggunakan SEM.

4.1. Hasil Pencampuran LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika


Pencampuran LLDPE/PP dengan menggunakan Extruder Pelletizing atau
alat screw akan menghasilkan campuran yang berbentuk pellet. Extruder
Pelletizing menghasilkan campuran LLDPE/PP. Homogenitas campuran dapat
dilihat dari hasil analisis sifat-sifat mekaniknya.
Campuran LLDPE/PP dianalisis homogenitasnya melalui pengujian
beberapa sifat mekanik, diantaranya adalah kekuatan impak, kuat tarik, kelenturan,
kekerasan, dan densitas. Pencampuran kedua pellet dengan menggunakan panas
yang merupakan proses ekstruksi menyatukan konstituen-konstituen kedua bahan
menjadi bentuk pellet kembali. Pellet hasil campuran dari semua variasi komposisi
berwarna putih bersih dan memiliki bentuk persegi, ini berbeda dari pellet
sebelumnya dari kedua bahan yaitu berbentuk lingkaran. Bentuk pellet sebelum dan
sesudah pencampuran ditampilkan pada Gambar 4.1.

35
36

(a) (b) (c)


Gambar 4.1. Pellet (a) PP (b) LLDPE (c) campuran LLDPE/PP

Setelah dilakukan pencampuran, selanjutnya dilakukan pembentukan slab


dengan proses injection molding. Homogenitas campuran LLDPE/PP dapat dilihat
melalui penampakan slab. Slab dikatakan layak uji sifat mekanik apabila didalam
permukaan slab tidak terbentuk gelembung dan hampir tidak ada agregat yang
terbentuk. Slab dari campuran LLDPE/PP yang ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Gambar tersebut sekilas dapat menggambarkan homogenitas campuran.

(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 4.2. Hasil pembentukan slab dengan penambahan LLDPE (a) 1% (b) 5%
(c) 10% (d) 15% dan (e) 20%
37

Gambar 4.2 menunjukan hasil pembentukan slab pada masing-masing


rasio LLDPE/PP. Slab yang dihasilkan pada masing-masing rasio cukup
memberikan perbedaan. Penampilan keadaan slab LLDPE/PP yang dihasilkan
terlihat sama pada warna dan tekstur serta tidak terdapat gelembung didalamnya.
Untuk rasio LLDPE/PP 1% dan 5% tidak ada perbedaan, baik dalam segi warna,
tekstur dan penyebaran LLDPE yang dapat diamati pada butiran-butiran didalam
slab. Pada penambahan 10%, 15%, dan 20% terdapat penyebaran LLDPE yang
cukup merata dibuktikan dengan adanya butiran-butiran yang terikat didalam PP.
Perbedaan penyebaran LLDPE pada masing-masing rasio disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain jumlah LLDPE yang ditambahkan, homogenitas pada saat
pencampuran dan kemampuan matriks PP dalam mengikat LLDPE.
Kepadatan matriks LLDPE/PP dapat dilihat pada masing-masing slab
yang dihasilkan. Dalam suatu campuran 2 atau lebih bahan yang memiliki
perbedaan sifat, terdapat perbedaan fase yaitu matriks dalam hal ini PP sebagai fase
kontinu dan penguat dalam hal ini LLDPE sebagai fase terdispersi (Mardiyati,
2018). Kepadatan matriks ditandai dengan hasil dari pengujian mekanik yang
mengindikasikan apakah LLDPE terdisperi dalam matriks PP secara merata.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Lin et al., (2015) yang mencampurkan PP
dengan polimer termoplastik lain yaitu HDPE, dijelaskan dalam penelitiannya
bahwa penambahan 20% HDPE dalam PP menghasilkan campuran secara merata
dalam bentuk partikel yang diperkuat melalui hasil pengujian SEM sehingga dapat
meningkatkan kekuatan mekaniknya. Penambahan LLDPE pada PP dalam semua
variasi tidak menghasilkan gelembung didalamnya maka terjadi peningkatan
kepadatan matriks LLDPE/PP yang mengindikasikan bahwa slab LLDPE/PP dapat
diuji kekuatan mekaniknya.
Silika fume merupakan material silika yang memiliki kandungan SiO2
yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai filler atau bahan pengisi pada suatu
polimer. Silika fume dalam suatu komposit polimer dapat meningkatkan kualitas
polimer khususnya pada sifat mekanik. Dalam penelitian ini, kedalam Pellet
LLDPE/PP dilakukan penambahan silika fume sebagai filler untuk mengetahui
apakah ada peningkatan sifat mekaniknya. Penambahan silika fume kedalam
38

LLDPE/PP menggunakan alat hot press dengan metode injection molding pada
suhu 230°C. Injection molding atau pembentukan slab merupakan salah satu
metode pengubah bentuk polimer dari pellet menjadi lembaran. Lelehan campuran
polimer dibentuk menjadi lembaran melalui pengepresan menggunakan tekanan
dan panas. Slab LLDPE/PP-Silika yang tebentuk dianalisis mekaniknya yaitu
kekuatan impak dan kuat tarik.
Homogenitas dari campuran LLDPE/PP dengan silika juga dapat dilihat
melalui penampakan fisik pada slab yang dihasilkan dan dapat diperkuat dengan
sifat-sifat mekaniknya. Hasil dari proses pembuatan slab (injection molding) pada
campuran LLDPE/PP-Silika ditampilkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Hasil pencampuran LLDPE/PP-Silika

Hasil yang ditampilkan pada Gambar 4.3 pada masing-masing variasi


silika menghasilkan slab yang putih dan secara fisik terlihat sama. Pada
penambahan 0,2 % silika, partikel silika tersebar cukup merata didalam matriks
polimer dan agregat yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Semakin banyak silika
yang ditambahkan adanya aglomerasi partikel silika semakin terlihat, terbukti pada
penambahan 1% silika terdapat partikel-partikel silika yang masih menggumpal
dipermukaan slab campuran. Pembentukan komposit dengan metode injecton
molding menghasilkan campuran matriks polimer dan bahan pengisi yang kurang
homogen, ditandai dengan adanya agregat-agregat halus dari partikel silika yang
tidak terikat dengan matriks LLDPE/PP.
39

4.2. Karakterisasi Hasil Pencampuran LLDPE/PP dan LLDPE/PP-


Silika
Karakterisasi LLDPE/PP untuk mengetahui sifat-sifat mekanik antara lain
pengujian kecepatan alir lelehan pellet (MFR), kekuatan impak pengujian kuat
tarik, kelenturan, kekerasan, dan densitas serta analisis FT-IR untuk penentuan
gugus fungsi dan morfologi permukaan menggunakan SEM. Untuk LLDPE/PP-
Silika dilakukan pengujian kuat impak dan kuat tarik untuk mengetahui sifat
mekaniknya dan analisis FT-IR, serta morfologi permukaan menggunakan SEM.

4.2.1. Hasil Pengujian Alir Lelehan Pellet (Melt Flow Rate)


Pengujian kecepatan alir lelehan (MFR) merupakan salah satu pengujian
yang diaplikasikan untuk mengetahui karakteristik dari suatu resin atau polimer,
dalam penelitian ini adalah campuran LLDPE/PP. Pengujian ini sangat berguna
untuk mengetahui kemudahan campuran LLDPE/PP untuk dibentuk. Pengujian
MFR memberikan perilaku aliran material yaitu pada suhu tertentu dan memuat
jumlah material yang diekstrusi melalui lubang indeks aliran leleh. Hasil satuan
nilai MFR dari pengujian ini adalah g/10 menit (Gawali dan Kalwale, 2016).
Ukuran tersebut didefinisikan sebagai jumlah massa polimer dalam gram per 10
menit yang keluar melalui lubang kapiler dengan diameter dan panjang tertentu dan
didorong oleh tekanan dari beban alternatif pada temperatur alternatif.
Pengujian MFR pada pellet LLDPE/PP dilakukan tiga kali untuk masing-
masing komposisi variabel. Hasil pengujian MFR pada berbagai variasi rasio
komposisi LLDPE/PP dengan suhu 230°C dan beban 2,16 kg ditunjukan pada
Gambar 4.4.
40

14

Melt Flow Rate (g/10 Menit) 12

10 11.09
10.2
8 9.13
8.36 8
7.74
6

2
1
0
0/100 100/0 1/99 5/95 10/90 15/85 20/80

Rasio LLDPE/PP

Gambar 4.4. Nilai Melt Flow Rate LLDPE/PP

Penentuan suhu dan beban yang diberikan pada pengujian MFR sesuai
dengan metode (ASTM D1238, 2010) sesuai kondisi pengujian dari PP dikarenakan
PP merupakan bahan dominan dalam pencampuran PP/LLDPE. Hal ini juga berarti
bahwa dalam suhu dan beban tersebut campuran LLDPE/PP dapat meleleh dan
diketahui waktu potongnya sehingga dapat ditentukan nilai laju alir lelehnya
(MFR). Penambahan LLDPE mengakibatkan nilai MFR mengalami penurunan
bertahap. Secara tidak langsung dapat diartikan bahwa setiap penambahan LLDPE
dapat merubah sifat PP dari encer menjadi lebih lengket. Nilai MFR merupakan
parameter dalam industri polimer sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan
prosesnya dengan penentuannya yang lebih sederhana. Pada dasarnya, LLDPE
yang memiliki nilai MFR 1 g/10 menit merupakan jenis polietilen yang memiliki
nilai MFR lebih rendah dari pada PP yaitu 10,2 g/10 menit sehingga LLDPE
memiliki sifat yang lebih kental dan susah untuk mengalir. Pentingnya nilai MFR
berkaitan dengan pengolahan resin pada injetion molding atau pembentukan slab
untuk mengetahui kemudahan suatu campuran dalam dibentuk atau
pengaplikasiannya. Semakin tinggi nilai MFR maka polimer semakin encer
sehingga suhu yang diperlukan dalam produksi semakin rendah. Seperti yang
dijelaskan oleh Ebnesajjad, (2015) bahwa nilai MFR atau molekul dapat dijadikan
indikasi untuk aplikasi cetakan injeksi yang berhubungan dengan keseimbangan
41

antara kemudahan pengisian dan kinerja bahan, dan kedua nilai tersebut dapat
menentukan waktu dan tekanan yang tepat pada suatu pengolahan bahan polimer.
Hasil yang ditunjukan pada Gambar 4.4 dapat menjelaskan bahwa adanya
interaksi antara LLDPE dengan PP dapat mempengaruhi nilai MFR campuran
LLDPE/PP. Interaksi yang terjadi pada proses campuran tersebut adalah bersatunya
partikel LLDPE sebagai fase terdispersi yang masuk kedalam matriks PP yang
merupakan komponen utama dalam campuran. LLDPE yang memiliki sifat kental
dari PP mampu menurunkan Nilai MFR dari campuran LLDPE/PP sehingga
campuran LLDPE/PP yang dihasilkan juga bersifat lebih kental. Nilai MFR
tertinggi sebesar 11,1 g/10 menit didapat pada perbandingan LLDPE/PP (1:99),
sedangkan nilai MFR terendah sebesar 7,7 g/10 menit terjadi pada perbandingan
LLDPE/PP (15 : 85). Tetapi pada penambahan 20% LLDPE nilai MFR yang
dihasilkan lebih besar dibanding penambahan sebelumnya yaitu 8 g/10 menit, dapat
diindikasikan bahwa penambahan 20% LLDPE tidak dapat terdiseprsi secara
sempurna dalam PP pada saat proses estruksi, sehingga dapat meningkatkan nilai
MFR. Hasil pengujian MFR sesuai dengan penelitian Gawali dan Kalwale, (2016)
yang menunjukan penurunan nilai MFR pada penambahan 20% (4,18 g/10 menit)
sampai 50% (3,3 g/10 menit) dan kembali naik pada penambahan 60% (4 g/10
menit) LLDPE. Dijelaskan pula bahwa adanya interaksi antara LLDPE dengan PP
karena nilai MFR mengalami penurunan dan kenaikan kembali setelah penambahan
LLDPE lebih banyak, hal tersebut diduga LLDPE tidak mampu terdispersi kedalam
matriks PP dan tidak dapat mempengaruhi homogenitas campuran.
Berdasarkan hasil uji MFR, LLDPE berfungsi sebagai fase terdisperi yang
cenderung meningkatkan viskositas campuran dengan PP. Pengukuran nilai MFR
secara tidak langsung juga mengukur viskositas campuran. Semakin banyak
LLDPE yang dicampurkan akan meningkatkan nilai viskositas dan menurunkan
nilai MFR dari LLDPE/PP. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Liu et al., (2013)
yang menyatakan bahwa LLDPE murni memiliki nilai viskositas yang lebih besar
dari PP, sehingga penambahan LLDPE dapat meningkatkan modulus elastik suatu
campuran dan viskositas campuran. Hal tersebut disebabkan partikel dari resin
LLDPE yang memiliki sifat alir rendah telah berinteraksi dengan matriks PP. dapat
42

disimpulkan bahwa penambahan LLDPE pada PP menghasilkan resin campuran


yang memiliki ciri fisik yang kental, sehinga dalam proses injection molding
campuran tersebut memerlukan suhu operasi yang tinggi.
Nilai MFR tidak dapat diindikasikan sebagai kekuatan mekanik dari
campuran LLDPE/PP. Pada dasarnya, pengujian MFR bertujuan untuk mengetahui
laju alir lelehan dari pellet dan mengetahui kekentalan dari campuran LLDPE/PP.

4.2.2. Hasil Pengujian Kekuatan Impak


Hasil penelitian kekuatan impak pada LLDPE/PP masing-masing rasio
ditampilkan pada Gambar 4.5.
4
3.3582
3.5
kekuatan Impak (kg

3.1041
2.9285
3 2.7662
2.5741
2.5 2.3114
cm/cm)

2
1.5
1 0.612
0.5
0
0/100 100/0 1/99 5/95 10/90 15/85 20/80
Rasio LLDPE/PP

Gambar 4.5. Diagram hasil pengujian kuat impak pada LLDPE/PP

Sifat impak dari bahan polimer berhubungan langsung dengan


ketangguhan keseluruhan material. Ketangguhan didefinisikan sebagai kemampuan
polimer untuk menyerap energi yang diterapkan. Energi impak adalah ukuran
ketangguhan. Semakin tinggi dampak energi material maka semakin tinggi
ketangguhan dan sebaliknya. Resistansi terhadap benturan adalah kemampuan
suatu material untuk menahan keruntuhan akibat beban kejut atau kemampuan
untuk menahan patah pada tekanan yang diterapkan pada kecepatan tinggi.
Ketangguhan tumbukan sering menjadi faktor penentu dalam pemilihan material
karena uji tumbukan mengukur kemampuan polimer untuk menahan beban yang
dikenakan saat tertabrak oleh suatu benda dengan kecepatan tinggi. Kemampuan
polimer untuk menahan beban merupakan ukuran energi yang diperlukan untuk
menyebarkan celah yang melintasi spesimen (Gawali dan Kalwale, 2016). Oleh
43

karena itu sifat kekuatan impak dari sampel ini sangat penting dan menajdi indikator
keberhasilan dari hasil pencampuran yang dilakukan.
Hasil pengujian kuat impak yang ditampilkan pada Gambar 4.5
menunjukan pada variasi 1% sampai 10% penambahan LLDPE terjadi kenaikan
nilai kuat impaknya, hal tersebut mengindikasikan bahwa adanya perubahan sifat
dalam kekuatan impak pada saat LLDPE dicampur dengan PP. PP memiliki gugus
metil yang melekat pada setiap atom karbon dalam rantai liniernya yang
menyebabkan PP memiliki kekuatan impak yang relatif rendah, dengan
penambahan LLDPE dapat meningkatkan kekuatan impak yang dihasilkan pada
LLDPE/PP dan menghasilkan nilai optimum pada rasio penambaan LLDPE 10%
(3,36 kg/cm2) dapat diartikan pula bahwa dengan 10% LLDPE dapat menahan
keruntuhan akibat beban kejut atau kemampuan untuk menahan patah pada tekanan
yang diberikan. Nilai kekuatan impak terjadi penurunan secara bertahap pada
penambahan rasio 15 % LLDPE (3,10 kg/cm2) dan penambahan 20% (2,93
kg/cm2). Penurunan tesebut dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat kerapatan
LLDPE sebagai fase terdisperi kedalam PP sehingga pada penambahan 15% dan
20% LLDPE menghasilkan kekuatan impak yang rendah. Seperti pada penelitian
yang dilakukan oleh Gawali dan Kalwale, (2016) yang mencampurkan LLDPE/PP
dengan rasio LLDPE 20% (48,3 J/m2), 50% (40,2 J/m2), dan 60% (37,6 J/m2)
mengalami penurunan pada nilai kekuatan impak setiap penambahan LLDPE.
Dijelaskan bahwa penurunan nilai impak disebabkan oleh rendahnya kerapatan
LLDPE dalam mengisi matriks PP sehingga gugus metil yang dimiliki PP masih
mendominasi campuran. Begitu pula yang dijelaskan oleh Salih et al., (2016)
mengenai adanya kelompok gugus metil pendek PP yang melekat pada setiap atom
karbon mendominasi pada penurunan hasil pencampuran LDPE/PP dan HDPE/PP.
Berdasarkan hasil pengujian kekuatan impak, pencampuran antara PP
dengan LLDPE merupakan campuran yang tidak homogen atau tidak dapat
bercampur. Secara kimia PP dan LLDPE merupakan polimer alifatik yang
komponennya tersusun dari atom C dan H dalam strukturnya, sehingga kedua
polimer ini tidak bisa bereaksi secara kimia atau tidak menghasilkan struktur baru
dalam penelitian ini, karena tidak adanya pemutusan atau pembentukan ikatan
44

melalui metode yang dilakukan. Sehingga bertambahnya LLDPE dalam komposisi


campuran menyebabkan tingkat homogenitas yang semakin rendah. Gambar 4.6
merupakan struktur dari PP dan LLDPE.

(a) (b)

Gambar 4.6. Struktur (a) PP (Gawali dan Kalwale, 2016) dan (b) LLDPE (Anvar
et al., 2017)

4.2.3. Hasil Pengujian Kuat Tarik (Tensile Strength)


Hasil pengujian kuat tarik (tensile strength) terdapat 4 hasil dari masing-
masing rasio LLDPE/PP yaitu Tensile at yield, tensile at break, elongation at yield
dan elongation at break. Tensile at yield merupakan nilai pada saat spesimen uji
pertama kali kehilangan keelastisannya atau nilai pertama kali regangan, sedangkan
tensile at break merupakan nilai kekuatan pada saat spesimen uji mengalami
regangan putus. Selain itu terdapat elongation at yield yaitu jarak pertama kali suatu
specimen uji mengalami regangan sedangkan elongation at break jarakpada
specimen mengalami regangan putus (ASTM D882, 2002).
Hasil pengujian kuat tarik (tensile strength) LLDPE/PP pada masing-
masing variasi penambahan LLDPE ditampilkan pada Gambar 4.7.
45

500 Tensile at yield


450 (kgf/cm2)
403 392 Tensile at break
400 378 380
354 359 361 349 (kgf/cm2)
350 Elongation at yield
299 292
281 (%)
Kuat Tarik

300 256
235 242
250
200
150
100 56
39 31 36
50 16 12 20 15 21 14 22 14 15 16
0
0/100 100/0 1/99 5/95 10/90 15/85 20/80
Rasio LLDPE/PP

Gambar 4.7. Diagram Pengujian Kuat Tarik pada LLDPE/PP

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada rasio LLDPE/PP 1% memiliki


sifat mekanik yaitu kuat tarik yang lebih tinggi dari pada keempat campuran yang
lainnya, dibuktikan dengan nilai tensile at yield dan tensile at break berturut-turut
yaitu 400 kgf/cm2 dan 380 kgf/cm2. Hal ini disebabkan bahwa pada rasio tersebut
resin yang paling dominan adalah PP. PP memiliki gugus metil pendek yang
melekat pada setiap rantai karbon kedua dari rantai utama polimer yang
menyebabkan PP bersifat kaku (Gambar 4.6). Kekuatan yang dimiliki PP ini dapat
membatasi rotasi rantai karbon untuk bersifat lebih fleksibel, sedangkan LLDPE
menunjukan perilaku elastis (lunak dan lemah) sehingga setiap penambahan rasio
LLDPE memiliki kekuatan tarik yang lebih rendah tetapi memiliki perpanjangan
putus yang lebih tinggi (Kadhim, 2017). Penjelasan tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Salih et al., (2013) mengenai pencampuran dua
polimer termoplastik yaitu LDPE:PP dan HDPE:PP dengan variasi penambahan
LDPE dan HDPE 20%, 60%, dan 80%. Salih et al., (2013) menjelaskan bahwa PP
murni memiliki sifat mekanik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua jenis
komponen campuran, karena PP memiliki sifat dasar kurang fleksibel.
Analisis data pada Gambar 4.7 menunjukan perilaku kedua jenis polimer
campuran. Dengan meningkatkan presentase berat LLDPE dari 1% sampai 20%
dapat menghasilkan perilaku campuran dari keras dan rapuh menjadi keras dan kuat
dibuktikan dengan hasil % elongation yang semakin meningkat. Hal tersebut juga
46

dijelaskan oleh (Gawali dan Kalwale, 2016) dengan melakukan pencampuran


antara PP dan LLDPE dengan variasi LLDPE 20%, 50% dan 60%, dan menjelaskan
bahwa dengan peningkatan presentase berat PP dari 20% menjadi 40% terdapat
perubahan perilaku dari lunak dan tangguh menjadi keras dan tangguh dan pada
rasio tersebut LLDPE/PP dapat menahan beban maksimum.
Perlu dicatat bahwa penambahan LLDPE kedalam PP dapat meningkatkan
kekuatan impak dan menurunkan nilai kekuatan tarik. Kekuatan mekanik campuran
LLDPE/PP tidak dapat ditentukan hanya menggunakan nilai kekuatan tarik saja,
tetapi memiliki hubungan pada nilai kekuatan impak pada pengujian sebelumnya.
Dapat disimpulkan bahwa pada komposisi LLDPE/PP 10% merupakan hasil
optimum LLDPE/PP dalam menerima beban kejut dengan kekuatan tarik sebesar
362 kgf/cm2 untuk tensile at yield dan 299 kgf/cm2 untuk tensile at break. Selain
itu, nilai kekuatan tarik pada komposisi LLDPE/PP dari 1% sampai 10% tidak
mengalami penurunan yang cukup drastis.

4.2.4. Hasil pengujian kekuatan lentur (Flexural Strength) LLDPE/PP


Hasil pengujian kelenturan (Flexural strength) dengan % penambahan
LLDPE ditampilkan pada Gambar 4.8.

80
70
60 55.63 56.37
50.73 52.1
Kelenturan

50 43.121 45.22
40 34.45
30
20
10 3.301 3.107 3.843 3.726 3.293 2.871 1.774
0
0/100 100/0 1/99 5/95 10/90 15/85 20/80
Rasio LLDPE/PP

Flexural stress (Mpa) Flexural modulus (Gpa)

Gambar 4.8. Diagram pengujian kekuatan lentur pada LLDPE/PP

Kekuatan lentur adalah suatu parameter yang menunjukkan kemampuan


suatu material untuk menahan beban yang diberikan secara transversal diatasnya
47

yang terdiri dari nilai flexural stress dan flexural modulus (Silvia et al., 2015). Nilai
kekuatan lentur dari Gambar 4.8 pada penambahan 1% LLDPE memiliki nilai
flexural stress sebesar 55,63 MPa dan mengalami kenaikan menjadi 56,37 MPa
setelah penambahan 5% LLDPE. Hasil pada kedua variasi tersebut (1% dan 5%)
dapat diartikan bahwa LLDPE dapat memodifikasi PP sehingga dapat
meningkatkan nilai kelenturan campuran LLDPE/PP. Peningkatan nilai kelenturan
ini kemungkinan disebabkan oleh adanya efek nukleasi partikel yang tersebar
kedalam matriks PP sehingga dapat mengubah sifat PP dari kaku sampai
mempunyai kekuatan lentur yang baik (Kadhim, 2017). Perbedaan sangat jauh
terjadi pada variasi penambahan LLDPE sebanyak 10%, 15% dan 20% yang
mengalami penurunan nilai kelenturan dengan cukup signifikan. Penurunan nilai
terjadi juga pada hasil flexural modulus.
Flexural modulus atau kelenturan modulus merupakan ukuran kekakuan
atau ketahanan suatu polimer untuk ditekuk ketika diberi gaya yang tegak lurus.
Hasil penelitian pada uji flexural modulus mengalami penurunan secara bertahap
dari penambahan 1% sampai 20% LLDPE. Adanya penurunan pada nilai kekuatan
lentur dapat terjadi karena beberapa kemungkinan. Menurut Silvia, (2015) kekuatan
lentur biasanya berhubungan erat dengan nilai pemanjangan saat putus (% elongasi)
yang diperoleh pada uji kekuatan tarik. Nilai kekuatan lentur dan % elongasi dapat
memiliki nilai yang sama apabila material yang diujikan berada dalam keadaan
homogen. Hasil kekuatan lentur pada Gambar 4.8 tidak membuktikan adanya
keterikatan dengan hasil pada nilai % elongasi sebelumnya (Gambar 4.7). Suatu
material dikatakan homogen apabila material tersebut memiliki sifat yang sama di
setiap titik tanpa bergantung pada lokasi. Silvia, (2015) menjelaskan nilai %
elongasi dan kekuatan lentur memiliki nilai yang berlawanan disebabkan pada saat
pengujian. Pada uji kekuatan lentur, suatu material diberikan tegangan berupa
tekanan yang berkonsentrasi pada suatu titik lokal tertentu, sehingga kekuatan
lentur material akan bergantung pada jenis pengisi yang bersangkutan pada titik
lokal tersebut. Sedangkan pada uji kekuatan tarik (% elongasi) suatu material
diberikan tegangan berupa tarikan yang berkonsentrasi pada seluruh material
48

(termasuk pengisi) pada seluruh titik, sehingga patahan akan mulai terjadi ketika
pengisi paling lemah mencapai titik kekuatan tarik maksimumnya.
Pada penelitian ini hanya dilakukan pencampuran secara fisik dan tidak
melalui proses pencangkokan polimer (grafting), sehingga untuk memperoleh
campuran yang homogen sulit diraih. Grafting polimer merupakan metode
pencampuran polimer secara kimia yang melibatkan pembentukan situs aktif
berupa radikal bebas terlebih dahulu pada polimer induk (Ghozali et al., 2016).
Berikut mekanisme reaksi kimia yang terjadi pada pencampuran polimer LLDPE
dengan PP menggunakan maleic anhidrida sebagai compatibilizer agent dan PP
sebagai polimer induk dengan teknik grafting.

(Lu dan Chung, 2016).


Ayaz et al., (2016) menjelaskan penurunan kekuatan lentur dapat
disebabkan karena adanya aglomerasi partikel matriks dan adanya rongga yang
membuktikan tidak homogennya sampel pada saat pengujian (Ayaz et al., 2016).
Homogennya suatu campuran ditandai dengan partikel LLDPE yang menyebar
secara merata didalam matriks PP. Contoh penyebaran partikel dalam matriks pada
suatu campuran ditunjukan pada Gambar 4.9.
49

Gambar 4.9. Penyebaran partikel dalam matriks

Alasan lain dijelaskan oleh Kadhim, (2017) yang melakukan pencampuran


antara PP dengan polietilena yaitu LDPE dengan rasio penambahan LDPE 25%,
50%, dan 75% menghasilkan nilai kelenturan yang menurun setiap penambahan
LDPE. Hal tersebut dapat disebakan karena adanya pemisahan fase LDPE sebagai
fase terdispersi di mana partikel-partikelnya berfungsi sebagai agen nukleasi untuk
PP sebagai fase pendispersi, sehingga ukuran spherulite PP menurun dan menjadi
tidak seragam dan menyebabkan kedua komponen tidak bercampur. Pemisahan
fase LDPE dan PP pada penelitian yang dilakukan oleh Kadhim, (2017) ditunjukan
pada Gambar 4.10. Adanya pemisahan fase menyebabkan masing-masing
komponen mempertahankan karakteristiknya, dimana LDPE memiliki struktur
molekul linier dan memiliki lebih banyak rantai cabang yang dapat menyebabkan
lepasnya rantai molekul dan menurunkan kekuatan bahan. Sedangkan PP
merupakan polimer yang bersifat kaku karena memiliki gugus CH3 yang dapat
memberikan penghalang sterik cukup besar dalam strukturnya sehingga
menghasilkan produk polimer yang kaku dan relatif kuat. Struktur LDPE dan PP
ditunjukan pada Gambar 4.11.

Gambar 4.10. Mikrostruktur terbentuknya dua fase campuran LDPE/PP


(Kadhim, 2017)
50

(a) (b)
Gambar 4.11. Struktur (a) PP dan (b) LDPE

Dalam penelitian ini, nilai kelenturan juga tidak dapat dijadikan acuan
bahwa campuran LLDPE/PP memiliki kekuatan mekanik yang baik. Dalam hal ini,
perlu ada keterikatan dengan nilai pengujian mekanik yang lain. Sebelumnya telah
dijelaskan bahwa komposisi LLDPE/PP 10% memiliki kekuatan optimum dalam
menerima beban kejut, sehingga pada komposisi LLDPE/PP 10 % nilai
kelenturannya yaitu 52,1 MPa untuk flexural stress dan 3,293 GPa untuk flexural
modulus dapat diterima sebagai hasil terbaik walaupun hasil tersebut lebih rendah
dari komposisi LLDPE/PP 1% dan 5%. Selain itu, nilai kelenturan pada komposisi
10% lebih tinggi dari nilai kelenturan PP murni dan dapat disimpulkan bahwa
penambahan 10% LLDPE dapat meningkatkan nilai kelenturan dari PP.

4.2.5. Hasil Pengujian Kekerasan (Rockwell Hardness) LLDPE/PP

Hasil penelitian uji kekerasan (rockwell hardness) LLDPE/PP pada setiap


penambahan % LLDPE ditampilkan pada Gambar 4.12.
160
Kekerasan (R Scale)

140
120 110 108.85 108.95 108.2 104 99.7
100
78
80
60
40
20
0
0/100 100/0 1/99 5/95 10/90 15/85 20/80
Rasio LLDPE/PP

Gambar 4.12. Diagram pengujian kekerasan pada LLDPE/PP


51

Uji kekerasan pada suatu material polimer berguna untuk mengetahui


kualitasnya apabila diberikan beban. Semakin keras sifat polimer ditandai dengan
kepadatan matriks yang tersebar dalam polimer tersebut. Dengan melakukan
tekanan pada benda yang diuji maka dapat dianalisis tingkat kekerasan dari bahan
tersebut melalui besarnya beban yang diberikan terhadap luas bidang yang
menerima beban tersebut. Menurut (Yao et al., 2019) terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kekerasan suatu campuran polimer termoplastik. Pertama,
penambahan bahan polimer yang memiliki sifat dasar kaku meningkatkan
kekerasan suatu campuran. Kedua, partikel pengisi yang ditambahkan kedalam
suatu polimer menghancurkan kristalinitas matriks polimer dapat mengurangi nilai
kekerasan.
Hasil penelitian yang ditampilkan pada Gambar 4.12 menunjukan sifat
kekerasan LLDPE/PP yang menurun secara bertahap dengan penambahan LLDPE.
PP murni memiliki nilai kekerasan maksimum sebesar 110 R Scale dan menurun
dengan meningkatnya proporsi LLDPE yang ditambahkan hingga 100,2 Rscale
pada rasio LLDPE/PP 20%. Data tersebut membuktikan bahwa penambahan
polietilen seperti LLDPE dapat mengurangi sifat kekerasan dari PP tetapi dapat
meningkatkan sifat ketangguhan pada campuran yang dihasilkan. Selain itu,
struktur molekul LLDPE yang linear dan memiliki lebih banyak rantai samping
memudahkan lepasnya rantai molekul, sehingga percabangan dari polimer linear
melemahkan ikatan sekunder antara rantai dan menurunkan kekerasan bahan,
dibandingkan dengan PP yang memiliki struktur gugus samping (gugus CH3)
(Gambar 4.6) yang dapat memberikan penghalang sterik cukup besar sehingga
menghasilkan bahan polimer yang kaku dan relatif kuat. Pernyataan tersebut juga
dijelaskan oleh Kadhim, (2017) bahwa penambahan polietilen (LDPE) dapat
menurunkan kekerasan dari PP karena LDPE memiliki sifat khusus yaitu lemah dan
lentur serta memiliki struktur molekul linear (Gambar 4.11) yang dapat
melemahkan antar rantai sekundernya sehingga menurunkan sifat kekerasan dari
polimer yang dihasilkan.
52

4.2.6. Hasil Pengujian Densitas LLDPE/PP

Hasil penelitian pengujian densitas pada penambahan komposisi rasio


LLDPE/PP Gambar 4.13.

0.96

0.918
0.9121
Densitas (g/cm3)

0.92 0.9087
0.9016 0.9026 0.9027 0.9013

0.88

0.84

0.8
0/100 100/0 1/99 5/95 10/90 15/85 20/80
Rasio LLDPE/PP

Gambar 4.13. Diagram pengujian densitas pada LLDPE/PP

Densitas atau kerapatan merupakan sifat fisik dari suatu polimer


termoplastik. Densitas suatu bahan berpengaruh terhadap sifat mekanik yang
dimiliki bahan tersebut, semakin rapat atau tinggi nilai densitas maka semakin
meningkat sifat mekaniknya, kerapatan atau densitas ini dapat didefinisikan sebagai
berat per satuan volume bahan (Harnist dan Darni, 2011). Nilai densitas atau
kerapatan dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu material mengalami
perubahan fisik dalam suatu campuran sampel, untuk menunjukan keseragaman
unit sampling atau spesimen yang berbeda, dan untuk menunjukan kepadatan rata-
rata suatu bahan. Menurut ASTM D792, (2000) Perubahan kerapatan bahan dapat
disebabkan oleh perbedaan lokal dalam kristalinitas, kehilangan plasticizer,
penyerapan pelarut, atau penyebab lainnya. Ada kemungkinan bahwa bagian-
bagian sampel berbeda dalam kepadatan karena perbedaan sifat yang dalam
kristalinitas, termal, porositas, dan komposisi (jenis atau proporsi resin, plasticizer,
pigmen, atau pengisi).
Hasil penelitian yang ditampilkan pada Gambar 4.13 menunjukan nilai
densitas dalam LLDPE/PP yang cenderung konstan. Pada penambahan 1% sampai
20% LLDPE nilai yang dihasilkan tidak menagalami kenaikan dan penurunan yang
53

drastis. Nilai densitas yang dihasilkan campuran LLDPE/PP pada masing-masing


variasi komposisi berada pada kisaran 0,90 g/cm3. Penambahan LLDPE yang
memiliki densitas 0,9180 g/cm3 dapat meningkatkan PP murni (0,9016 g/cm3) dan
memperoleh hasil optimum pada rasio komposisi LLDPE/PP 10% sebesar 0,9121
g/cm3. Peningkatan nilai densitas dapat diartikan bahwa LLDPE mampu
memodifikasi sifat PP salah satunya yaitu menambah kerapatan matriks PP, dimana
kerapatan matriks dapat berpengauh pada nilai kekuatan impak (Gambar 4.5).
Semakin tinggi kerapatan campuran akan meningkatakkan nilai kuat impak.
Peningkatan nilai densitas ini juga mengindikasikan kepadatan kristalinitas pada
campuran LLDPE/PP yang baik sehingga memiliki dampak yang baik pula pada
produk yang dihasilkan. Semakin tinggi kerapatan matriks polimer maka semakin
baik kristalinitas yang dihasilkan, begitu pula yang dijelaskan oleh Kadhim, (2017)
dengan memodifikasi PP dengan produk polietilen lain yaitu LDPE yang
meghasilkan nilai densitas yang semakin tinggi setiap penambahan LDPE dan
kepadatan kristalinitas yang semakin baik, kristalinitas yang tinggi ini
menghasilkan produk yang memiliki ketahanan dan yang baik.

4.2.7. Hasil pengujian kekuatan mekanik pada LLDPE/PP-Silika


Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari LLDPE/PP-Silika dilakukan
dua pengujian, yaitu pengujian kekuatan impak dan kekuatan tarik dimana dua
pengujian tersebut sudah mampu mengindikasikan apakah LLDPE/PP-Silika
memiliki sifat mekanik yang baik atau tidak. Untuk hasil pengujian kekuatan impak
pada LLDPE/PP-Silika ditampilkan pada Gambar 4.14.
4
Kekuatan Impak (kg

3.5
2.8441
3
2.3427
2.5
cm/cm)

1.9776
2
1.5
1
0.5
0
0.2 0.6 1
% Penambahan Silika
Gambar 4.14. Diagram hasil pengujian kuat impak pada LLDPE/PP-Silika
54

Sifat mekanik pada suatu polimer dengan bahan pengisi bergantung pada
jenis bahan pengisi dan konsetrasi yang dapat memasuki matriks polimer dengan
baik. Gambar 4.14 menunjukan penurunan secara bertahap nilai kekuatan impak
setiap penambahan % silika, bahkan nilai tersebut lebih rendah dari hasil optimum
LLDPE/PP (3,3582 kg/cm2). Menurut Jeziórska et al., (2014) yang melakukan
pencampuran antara matriks polimer HDPE dengan bahan pengisi SiO2
menjelaskan bahwa penurunan nilai kekuatan tumbukan atau impak disebabkan
oleh aglomerasi nano partikel SiO2 didalam matriks polimer, akibatnya matriks
polimer tidak mengikat SiO2 secara sempurna. Pernyataan tersebut didukung oleh
data hasil preparasi pencampuran antara LLDPE/PP dengan silika pada Gambar
4.3 bahwa partikel silika tidak tersebar secara merata didalam polimer atau adanya
aglomerasi.

Untuk hasil pengujian kekuatan tarik LLDPE/PP-silika terdapat 4 hasil


dari masing-masing rasio LLDPE/PP-Silika yaitu tensile at yield, tensile at break,
elongation at yield, dan elongation at break yang ditampilkan pada Gambar 4.15.

500

400 350 339


Kuat Tarik

297 295
300 274 270

200

100
19 21 16 17 17 17.5
0
10.2 2
0.6 3
1

% Penambahan Silika
Tensile at yield (kgf/cm2) Tensile at break (kgf/cm2)
Elongation at yield (%) Elongation at break (%)

Gambar 4.15. Diagram pengujian kuat tarik (Tensile Strength) pada LLDPE/PP-
Silika

Sifat mekanik dari pencampuran suatu polimer dengan bahan pengisi


sangat bergantug pada efisiensi transfer tegangan dari matriks polimer ke bahan
pengisi yang dipengaruhi oleh interfase. Interfase dalam komposit adalah lapisan
55

batas antara permukaan pengisi dan matriks polimer yang menunjukan sifat dari
masing-masing komponen (Jeziórska et al., 2014). Hasil pengujian pada Gambar
4.15 menunjukan nilai kekuatan tarik yang semakin menurun setiap penambahan
% silika, dari ketiga hasil tersebut juga memiliki nilai kuat tarik yang lebih rendah
dari hasil optimum LLDPE/PP yaitu 362 kgf/cm 2 untuk tensile at yield dan 299
kgf/cm2 untuk tensile at break. Dari diagram ditunjukkan pula bahwa jarak antara
pertama kali regangan sampai sampel mengalami patahan sangat pendek, dapat
diindikasikan bahwa sampel dengan penambahan silika menghasilkan komposit
yang rapuh atau mudah patah. Menurut Jeziórska et al., (2014) peningkatan
kekuatan tarik terjadi berdasarkan morfologi komposit yang dihasilkan, semakin
tinggi kristalinitas matriks semakin tinggi kekuatan mekanik yang dihasilkan.
Selain itu, adanya migrasi dari partikel silika kedalam interfase dari matriks polimer
yang menyebabkan kinerja yang dihasilkan tidak maksimal. Kekuatan tarik
komposit meningkat seiring bertambahanya silika mengindikasikan bahwa ikatan
interfase antara matriks dan pengisi baik. Hwang dan Hsu, (2013) menjelaskan
dalam penelelitiannya mengenai penambahan nanopartikel silika kedalam matriks
PP bahwa adanya penurunan nilai kekuatan tarik disebabkan adanya beberapa
agregat yang tidak tersebar secara merata kedalam matriks PP. Selain itu, kekuatan
tarik komposit semakin menurun dengan meningkatnya bahan pengisi terjadi ketika
ikatan antar pengisi dan matriks melemah.
Penambahan silika fume kedalam LLDPE/PP dalam penelitian ini tidak
menggunakan zat pengikat antara polimer dan filler sehingga penambahan silika
tidak mempengaruhi peningkatan sifat mekanik LLDPE/PP. Zu, Lei et al., (2013)
melakukan sintesis pembentukan komposit PP-SiO2 dengan menambahkan zat
pengikat seperti xylene, Tetraethyle orthosilicate (TEOS), dan Polyethylene-block-
poly(ethyleneglycol) (PE-b-PEG), serta direaksikan menggunakan ammonium
hidroksida dan etanol seperti pada Gambar 4.16. Mekanisme pembentukan
komposit LLDPE/PP-Silika yang mungkin terjadi dalam penelitian ini ditampilkan
pada Gambar 4.17.
56

Gambar 4.16. Mekanisme pembentukan komposit PP-SiO2

PP LLDPE

LLDPE/PP

LLDPE/PP

LLDPE/PP-Si

Gambar 4.17. Mekanisme pembentukan LLDPE/PP-Silika (Ghalia et


al., 2011)
57

4.2.8. Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR

Spektrum infra merah dari hasil campuran LLDEP/PP sebelum dan


sesudah penambahan silika ditampilkan pada Gambar 4.18

Gambar 4.18. Spektrum IR PP, LLDPE, LLDPE/PP, dan LLDPE/PP-


Silika
Terbentuknya campuran polimer termoplastik antara PP dan produk PE
dengan adanya pita serapan gugus alkana, yaitu vibrasi ulur C-H di daerah 2850-
3000 cm-1, scissoring CH2 dan CH3 di daerah 1450-1470 cm-1, rocking CH3 pada
kurang lebih 1370-1380 cm-1, serta pita rocking yang berada pada 720-725 cm-1
(Kristianingrum, 2015). Gambar 4.18 menunjukan adanya kemiripan antara PP,
LLDPE, dan hasil pencampuran LLDPE/PP. Hasil pencampuran LLDPE/PP
mempunyai pita serapan yang menunjukan vibarsi ulur asimetris (asymmetric
stretching vibration) C-H (PP) dan CH2 (LLDPE) pada bilangan gelombang
2920,47 cm-1 dibuktikan dengan pita serapan yang dimiliki PP dan LLDPE masing-
masing 2921,5 dan 2918,18 cm-1. Selain itu, adanya penurunan panjang gelombang
dari PP (2921,5 cm-1) setelah penambahan LLDPE yang mengindikasikan bahwa
terjadinya perubahan energi vibrasi ulur asimetris (C-H) pada campuran karena
adanya pergeseran pita vibrasi yang semakin bergeser pada bilangan gelombang
58

yang lebih kecil menandai penurunan ikatan dan penurunan sifat kekakuan yang
dimiliki PP. Terbentuknya campuran PP dan PE dibuktikan pula dengan pita
serapan yang menunjukan vibrasi tekuk (bending vibration) CH3 dan CH2 yang
berasal dari PP pada bilangan gelombang 1475-1440 cm-1 dan 1380-1370 cm-1 serta
vibrasi tekuk CH2 pada bilangan gelombang 1470-1460 yang berasal dari PE, juga
terdapat vibrasi tekuk rocking CH2 yang berasal dari PE pada bilangan gelombang
730-650 cm-1 (Lin et al., 2015).
Hasil campuran LLDPE/PP mempunyai pita serapan pada bilangan
gelombang 1740,23 cm-1 yang menunjukan vibrasi ulur C=O, hasil demikian
dimiliki oleh pita serapan PP pada bilangan gelombang 1739,48 cm-1. Pita serapan
tersebut mengindikasikan bahwa vibrasi ulur C=O berasal dari PP dimana PP yang
digunakan telah ditambahkan zat aditif. Formulasi bahan polimer komersial seperti
PP dengan kandungan aditif bervariasi seperti plactizer, pengisi, dan antioksidan
yang bertujuan untuk memperbaiki struktur fisik maupun kimia. Penambahan zat
aditif tersebut dapat memberikan ciri khusus pada spektrum inframerahnya.
Analisis inframerah memberikan informasi tentang kandungan aditif, panjang
rantai, dan struktur rantai polimer PP (Castiqliana, 2016). PP yang digunakan dalam
penelitian ini telah ditambahkan beberapa zat aditif antara lain slip agent, anti
oksidan, dan lubricant. Pita serapan yang memberikan vibrasi ulur C=O
diakibatkan oleh penggunaan slip agent, penjelasan tersebut berlaku juga untuk pita
serapan pada bilangan gelombang 1216,5 cm-1 pada hasil campuran LLDPE/PP dan
juga terjadi pada PP dengan bilangan gelombang 1214,8 cm-1 yang berarti adanya
gugus amina (C-N). Dari hasil spektra infra merah LLDPE/PP menunjukan struktur
kimia utama yang terkandung adalah PP yang tidak terjadinya ikatan dengan
LLDPE, hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lin et al.,
(2015) dengan melakukan pencampuran antara PP dengan HDPE yang menjelaskan
bahwa HDPE dan PP merupakan polimer poliolefin yang tidak kompatibel
sehingga tidak adanya keterikatan secara kimia yang terjadi didalam campuran.
Terbentuknya campuran LLDPE/PP dengan penambahan bahan pengisi
yaitu silika ditandai dengan adanya pita serapan yang terletak pada bilangan-
bilangan gelombang 1200-950 cm-1 yang menunjukkan vibrasi ulur asimetri dari
59

Si-O-Si, pita serapan pada bilangan gelombang 750-550 cm-1 merupakan daerah
vibrasi ulur simetri Si-O-Si, dan pita serapan pada 470-460 cm-1 yang merupakan
daerah vibrasi tekuk Si-O-Si atau O-Si-O (Tantawy et al., 2014). Gambar 4.18
pada LLDPE/PP dengan LLDPE/PP-silika memiliki kemiripan pada pola yang
dihasilkan, tetapi terdapat beberapa perbedaan pada pita serapan yang dihasilkan
setelah penambahan silika. Pada LLDPE/PP-silika mempunyai serapan gelombang
yang menunjukan vibrasi ulur asimetri Si-O-Si pada 973,19 dan 998,14 cm-1, dan
terdapat serapan gelombang yang menunjukan vibras ulur simetri Si-O-Si pada
633,69 cm-1, serta terdapat pita serapan pada 467,13 cm-1 yang menunjukan daerah
vibrasi tekuk Si-O-Si atau O-Si-O.

4.2.9. Hasil Analisis Morfologi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy)


Morfologi LLDPE/PP sebelum dan sesudah penambahan silika
ditampilkan pada Gambar 4.19. Perbedaan mikrostruktur dalam hal kekompakan
jelas terlihat. Matriks polimer setelah penambahan silika terlihat lebih padat dan
homogeny dibandingkan dengan matriks LLDPE/PP sebelum penambahan silika.
Struktur ini dapat jelas diamati pada Gambar 4.19 dengan perbesaran 5000 kali.
Hasil SEM pada pencampuran LLDPE/PP tanpa penambahan silika
menunjukan adanya dua fasa yang berbeda yaitu fase terdispersi yang berbentuk
bola putih. Fasa terdispersi tersebut adalah LLDPE yang tersebar didalam matriks
PP yang merupakan fasa pendispersi. Menurut Lin et al., (2015) suatu morfologi
yang terdiri dari fasa terdispersi dan fasa pendispersi bergantung pada rasio
komponen, viskositas, dan kondisi pencampuran lelehan. PP memiliki nilai MFR
yang lebih besar dari pada LLDPE atau LLDPE memiliki viskositas yang lebih
besar. Bahan yang memiliki viskositas yang lebih besar cenderung tidak mudah
dipotong dan dipisahkan serta merupakan dalam bentuk fasa terdispersi dalam suatu
campuran. Partikel terdispersi yang dihasilkan tersebar cukup merata disetiap
bagian, akan tetapi ukurannya tidak seragam. Pada saat pencampuran, setiap
segmen molekul akan mengatur diri. Oleh karena itu, molekul setiap polimer
berbeda-beda dan identik dengan karakteristik masing-masing, maka pada
pencampuran polimer dengan berat molekul tinggi sangatlah sulit untuk mencapai
keteraturan.
60

Pada Gambar 4.19 terlihat bahwa ukuran terdispersinya rata-rata


memiliki diameter lebih kecil dari 10µm. Semakin tinggi konsentrasi LLDPE maka
ukuran partikel yang terbentuk juga semakin besar. Disamping itu partikel
terdispersi memberikan penguatan sampai pada batas diameter maksimum 10µm.
Jika ukurannya melebihi 10µm tersebut maka partikel terdispersi menyebabkan
penurunan sifat mekanik material. Liu et al., (2013) menjelaskan bahwa
pencampuran antara PP dengan LLDPE menghasilkan campuran yang tidak
kompatibel yang berarti bahwa kedua bahan terebut tetap membentuk dua fasa
walaupun telah ditambah dengan compatibilizer, kedua bahan tersebut juga
merupakan polimer alifatik yang terdiri dari atom C dan H dalam strukturnya,
sehingga kedua struktur ini tidak menghasilkan struktur baru.

(a) (b)
Gambar 4.19. Mikrograf SEM a) LLDPE/PP dan b) LLDPE/PP-Silika

Mikrograf pada hasil penambahan silika pada LLDPE/PP terlihat


homogen, tetapi homogenitas yang dihasilkan ini tidak mempengaruhi hasil
mekanik LLDPE/PP-Silika. Kemungkinan yang terjadi dalam analisis morfologi
LLDPE/PP-Silika hanya silika yang teranalisis sehingga menyebabkan hasil terlihat
homogen. Penurunan sifat mekanik pada LLDPE/PP-Silika dapat disebabkan
adanya aglomerasi dari silika yang ditambahkan dan tidak terdispersi kedalam
bagian matriks polimer, ini yang menyebabkan sifat mekanik yang dihasilkan
menurun serta menghasilkan campuran yang lebih getas. Secara kimia
61

pencampuran silika dengan LLDPE/PP yang merupakan polimer alifatik hanya


memiliki atom C dan H dalam strukturnya tidak dapat menghasilkan struktur baru.
Menurut Kontou dan Niaounakis, (2019) silika umumnya sangat mudah
membentuk aglomerat dalam aplikasinya dan untuk pembentukan suatu komposit
dengan polimer termoplastik, silika sulit terdispersi dengan baik kedalam matriks
karena viskositas yang dimiliki polimer. Semakin tinggi viskositas yang dimiliki
maka silika sulit terdispersi kedalamnya. Su et al., (2017) dalam penelitiannya yaitu
melakukan pencampuran PP/LDPE-Nanosilika memiliki mikrograf komposit yang
tidak kompatibel serta terdapat aglomerasi, dijelaskan pula bahwa untuk
menghasilkan campuran dengan nanosilika yang terdistribusi secara merata perlu
adanya agen pendispersi untuk meningkatkan kompatibilitas.

4.2.10 Karakteristik Produk LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika


Teknik pencampuran yang dilakukan dalam penelitian ini melalui
pencampuran secara fisik dan tidak mengalami pemutusan atau pembentukan
ikatan, sehingga dalam pencampuran ini tidak terbentuk struktur atau ikatan baru
dan memiliki tingkat homogenitas campuran yang rendah. Pencampuran dua
polimer antara LLDPE dengan PP dapat meningkatkan sifat mekanik yang
dihasilkan. Sifat mekanik optimum dihasilkan pada penambahan 10% LLDPE
terhadap PP dibuktikan dalam pengujian kekuatan impak yang mengindikasikan
bahwa sampel dapat menerima beban kejut maksimal, nilai kekuatan impak tersebut
yaitu 3,3582 kg/cm2 dan memiliki nilai MFR 8,36 g/10 menit, kuat tarik sebesar
361,599 kgf/cm2, kelenturan 52,1 MPa, kekerasan 108,2 RScale, dan densitas
sebesar 0,9121 g/cm3. Analisis gugus fungsi menunjukan vibrasi ulur asimetri CH
dan CH2, vibrasi tekuk scissoring CH3 dan CH2, dan vibrasi tekuk rocking CH2.
Dari sifat mekanik yang dihasilkan, Semakin banyak presentase penambahan
LLDPE terhadap PP dapat mengubah perilaku campuran dari lunak dan tangguh
menjadi kuat dan tangguh yang disebabkan oleh masing-masing bahan
mempertahankan sifatnya serta memberikan pengaruh terhadap campurannya.
Pencampuran antara polimer termoplastik LLDPE/PP dengan
penambahan filler silika menghasilkan nilai optimum pada karakteristik mekanik
dengan penambahan 0,2% yang dibuktikan dengan nilai pengujian impak yaitu
62

2,8441 kg/cm2 memiliki nilai kekuatan tarik sebesar 339,045 kgf/cm2. Analisis
gugus fungsi menunjukan vibrasi ulur asimetris, vibrasi ulur simetris, dan vibrasi
tekuk pada Si-O-Si. Semakin banyak penambahan silika kedalam LLDPE/PP
memungkinkan terjadinya aglomerasi yang semakin banyak pula. Aglomerasi dan
pemisahan fase silika dalam LLDPE/PP dapat menyebabkan penurunan sifat
mekanik yang dihasilkan tidak sesuai dengan prediksi sebelumnya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Pencampuran dua polimer antara LLDPE dengan PP dapat meningkatkan sifat
mekanik yang dihasilkan. Sifat mekanik optimum dihasilkan pada penambahan
10% LLDPE terhadap PP dibuktikan dalam pengujian kekuatan impak, nilai
kekuatan impak tersebut yaitu 3,3582 kg/cm2 dan memiliki nilai MFR 8,36 g/10
menit, kuat tarik sebesar 361,599 kgf/cm2, kelenturan 52,1 MPa, kekerasan
108,2 RScale, dan densitas sebesar 0,9121 g/cm3.
2. Analisis gugus fungsi menunjukan vibrasi ulur asimetri CH dan CH2 dan vibrasi
tekuk CH3 dan CH2. Pencampuran antara LLDPE dengan PP tidak melalui
proses pemutusan dan pembentukan ikatan sehingga tidak terdapat struktur baru.
3. Pencampuran antara polimer termoplastik LLDPE/PP dengan penambahan filler
silika menghasilkan nilai optimum pada karakteristik mekanik dengan
penambahan 0,2% yang dibuktikan dengan nilai pengujian impak yaitu 2,8441
kg/cm2 memiliki nilai kekuatan tarik sebesar 339,045 kgf/cm2. Analisis gugus
fungsi menunjukan vibrasi ulur asimetris, vibrasi ulur simetris, dan vibrasi tekuk
pada Si-O-Si.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan simpulan yang diperoleh maka saran yang dapat
diberikan sebagai beriukut:
1. Perlu dilakukan pencampuran menggunakan Extruder Pelletizing Twin Screw
pada LLDPE/PP-Silika untuk menghasilkan campuran yang lebih homogen dan
meghindari aglomerasi silika.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mencampurkan masing-masing
komponen dengan silika fume agar dapat diketahui karakteristik fisik maupun
kimia yang dihasilkan.
63
64

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis silika dan
ukuran yang lain agar dapat diketahui kemampuan dalam mempengaruhi
komposit polimernya.
4. Perlu dilakukan penambahan compatibilizer pada LLDPE/PP dengan dan tanpa
silika agar dapat diketahui kepadatan matriks yang dihasilkan dan mengurangi
interfase.
65

DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, L. H., Restasari, Afni., Hartaya, kendra., dan Puspitasari, R. R. 2018.
Evaluasi Teknik Penimbangan Hidrostatik Pada Pengukuran Densitas
Propelan Padat Komposit (Evaluation of Hydrostatic Weighing
Technique in Composite Solid Propellant Density Measurement). Jurnal
Teknologi Dirgantara: 16(1): 1–8.
Abdillah, N. H. 2008. Pembuatan Komposit Pelat Bipolar dengan Matriks. Jakarta:
Universitas Indonesia: pp. 24–46.
Alam, M. Alandis, Naser M., Ahmad, Naushad., Alam, Mohammad Asif., Sharmin,
Eram. 2019. Jatropha seed oil derived poly(esteramide-urethane)/fumed
silica nanocomposite: 206–219.
Anang, S., Sujana, W. and Widi, K. A. 2017. Peran Abu Sekam Padi Pada
Komposit Polimer Jenis Pet. Malang: Institut Teknologi Malang.
Anggraeni, N. desi 2016. Analisa SEM (Scanning Electron Microscopy ) dalam
Pemantauan Proses Oksidasi Magnetite Menjadi Hematite. Seminar
Nasional Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri.
Anvar, Sara Shahidi., Fazeli, Naghmeh and Mehranpour, Milad. 2017. Influence of
molecular structure of LLDPE on rheological properties. Science and
research.
Arlofa, N. and Herutomo, H. 2017. Perbandingan Analisis Gugus Ataktik pada
Polimer Polipropilena Dengan Metode Gravimetri dan Fourier
Transform Infra Red (FTIR). Senaset.
ASTM D 256. 2010. Standard Test Methods for Determining the Izod Pendulum
Impact Resistance of Plastics, American Society for Testing and
Materials (ASTM). Philadelphia USA.
ASTM D 785. 1985. Standard Test Method for Rockwell Hardness of Plastics and
Electrical Insulating Materials. Philadelphia USA.
ASTM D790. 2003. Standard Test Method for Flexural Properties of unreinforced
and reinforced plastics and electrical insulating materials. Annual book
of ASTM Standards. Philadelphia USA.
ASTM D 792. 2000. Standard Test Method for specific gravity (relative density)
and density of plastics by displacement, Annual book of ASTM Standards.
Philadelphia USA.
ASTM D882. 2002. Standard Test Method for Tensile Properties of Thin Plastics
Sheeting. American Society for Testing and Materials. Annual book of
ASTM Standards. Philadelphia USA.
ASTM D1238. 2010. Standard Test Method for Melt Flow Rate of Thermoplastics
by Extrusion Plastomer. West Conshohocken: 100 Barr Harbor Dr.
Ayaz, M., Daneshpayeh, S. and Noroozi, A. 2016. Enhancing the impact and
flexural strength of PP/LLDPE/TiO2/SEBS nano-composites by using
Taguchi methodology. Composites Science and Technology.
Balalembang, Christopher. 2013. Analisis Pengujian Kekerasan Resin dengan
Campuran Bahan dan Uji Modulus Patah Terhadap Komposit Bahan.
Jakarta: UI Press.
66

Castiqliana, Silvia. H. 2016. Pengaruh Penambahan Maleat Anhidrida-Grafted- Air


Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas Berpengisi Serbuk Serat
Ampas Tebu Dan Serbuk Serat Kaca. Jurnal Teknik Kimia: 5(1), pp. 7–
12.
Chen, R. S., Ahmad, Sahrim., Hafizuddin, Mohd., Ghani, Ab., Salleh, Mohd Nazry.
2015. Influence of Screw Speed on the Mechanical Properties of Twin-
Screw Extruded Rice Husk Flour Recycled Thermoplastic Composites.
Eological and medical science journal: 10–12.
Darni, Y. and Utami, H. 2010. Studi Pembuatan dan Karakteristik Sifat Mekanik
dan Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum. Lampung: universitas
lampung.
Davis, F. J. 2004. Polymer Chemsitry. New York: Oxford University Press.
Dikobe, D. G. and Luyt, A. S. 2010. Comparative study of the morphology and
properties of PP/LLDPE/wood powder and MAPP/LLDPE / wood
powder. Express polymer. 4(11): 729–741.
Dorigato, A. Pegoretti, A. Fambri, L. Lonardi, C. Šlouf, M. and Kolařik, J. 2011.
Linear low density polyethylene/cycloolefin copolymer blends. Express
Polymer Letters. 5(1): 23–37.
Ebnesajjad, S. 2015. Introduction to Plastics, Chemical Resistance of Engineering
Thermoplastics. Elsevier Inc.
Effendi, S. 2009. Pengaruh Perbedaan Waktu Penahanan Suhu Stabil Terhadap
Kekerasan Logam. Jurnal Austenit. 1(1).
Eflita Yohana, Ambangan Siregar, Astrid Ayutasari, Adi Kurnia Muktabar fatih, F.
K. 2013. Studi Eksperimental Aliran Campuran Air-Crude Oil yang
Melalui Pipa Pengecilan Mendadak Horizontal Berpenampang
Lingkarang. Semarang: Universitas Diponegoro. (1); 5–45.
Fachry, A. R., Sari, T. I. and Susanti, S. 2014. Pengaruh Filler Campuran Silika dan
Kulit Kerang Darah Terhadap Sifat Mekanis Kompon Sol Sepatu dari
Karet Alam. Jurnal Teknik Kimia. 20(3): 1–11.
Fatkhi, M. 2015. Perancangan Alat Uji kekentalan Plastik dengan Kapasitas 4 Cm3
pada temperatur Maksimal 300°C. Yogyakarta: Universitas negeri
Yogyakarta.
Frick, N. H. Gerhart, H. L. Gilbert, H. E. Parker, E. E. 1990. Polymer Coatings,
Industrial and Engineering Chemistry. New Jersey USA: Park Ridge.
Gawali, A. and Kalwale, L. 2016. Strength Improvement Of PP & LLDPE Blend.
Internatioanl Journal Of Advances Research in Science and
Engineering. 1(5): 21–27.
Ghalia, M. A., Hassan, A. and Yussuf, A. 2011. Mechanical and Thermal Properties
of Calcium Carbonate-Filled PP/LLDPE Composite. Journal of Applied
Polymer Science.
Ghozali, Muhammad., Sinaga, Boniagus. P.D., Yolanda, SM. 2016. Pengaruh
Konsentrasi Anhidrida Maleat dan Peroksida Benzoil Terhadap Persen
Pencangkokan pada Sintesis Kompatibilizer Polyethylene-Graft-Maleic
Anhidrida. Jakarta: Pusat Penelitian Kimia LIPI.
67

Gopanna, A. Thomas, Selvin P., Rajan, Krishna Prasad., Rajan, Rathish.,


Rainosalo, Egidija., Zavašnik, Janez., Chavali, Murthy. 2018.
Investigation of mechanical, dynamic mechanical, rheological and
morphological properties of blends based on polypropylene (PP) and
cyclic olefin copolymer (COC). European Polymer Journal.
Hamid, T. F. Z. 2008. Modifikasi Kimia Terhadap Sifat-sifat Komposit Polietilena
Densitas Rendah (LDPE) Terisi Tempurung Kelapa. Tesis. Universitas
Sumatera Utara.
Hariyanto, A. 2009. Pengaruh Fraksi Volume Komposit Serat Kenaf dan Serat
Rayon Bermatrik Poliester Terhadap Kekuatan Tarik dan Impak.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 10: 181–191.
Harnist, R. and Darni, Y. 2011. Penentuan Kondisi Optimum Konsentrasi
Plasticizer pada Sintesa Plastik Biodegradable Berbahan Dasar Pati
Sorgum. Lampung: Universitas lampung.
Harper, C. A. and Petrie, E. M. 2003. Plastics Materials and Processes - a Concise
Encyclopedia. Wiley-Interscience.
Hartomo, A. J. 1995. Penuntun Analisis Polimer Aktual. Yogyakarta: Andi Offset.
Hwang, S. and Hsu, P. P. 2013. Effects of silica particle size on the structure and
properties of polypropylene/silica composites foams. Journal of
Industrial and Engineering Chemistry. The Korean Society of Industrial
and Engineering Chemistry. 19(4): 1377–1383.
Indra, A., Nurzal and Nofrianto, H. 2013. Pengaruh Temperatur Pembakaran Pada
Komposit Lempung/Silika Terhadap Sifat Fisis (Aplikasi Pada Bata
Merah). Jurnal Teknik Mesin. 3(2): 60–65.
Jeziórska, R., Zielecka, M. and Gutarowska, B. 2014. High-Density Polyethylene
Composites Filled with Nanosilica Containing Immobilized Nanosilver
or Nanocopper : Thermal , Mechanical , and Bactericidal Properties and
Morphology and Interphase Characterization. International Journal of
Polymer science.
Kadhim, L. F. 2017. Studying The Properties of PP/LDPE Polymer Blend. (1): 193–
201.
Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Kontou, E. and Niaounakis, M. 2019. Thermo-mechanical properties of LLDPE/
SiO2 nanocomposites. journal polymer.47: 1267–1280.
Kristianingrum, S. 2015. Handout Spektroskopi Infra Merah (Infrared
Spectroscopy, IR). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta press.
Kristianingrum, S. 2010. Berbagai Macam senyawa Silika: Sintesis, Karakterisasi
dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Lambert, J. B. 1987. Introduction To Organic Spectroscopy. N.Y. Perason
Education.
Lin, J., Pan, Yi-jun, Liu, Chi-fan, Huang, Chien-lin, Hsieh, and Chien-teng. 2015.
Preparation and Compatibility Evaluation of Polypropylene/High
Density Polyethylene Polyblends. Taiwan: Wen-Hsiang Hsieh: 8850–
8859.
68

Liu, Y., Li, S. C. and Liu, H. 2013. Melt Rheological Properties of LLDPE/PP
Blends Compatibilized by Cross-Linked LLDPE/PP Blends (LLDPE-
PP). Polymer-Plastics Technology and Engineering. 52(8): 841–846.
Lu, Bing and Chung, T.C. 2000. Synthesis of Maleic Anhydride Grafted
Polyethylene and Polypropylene, with Controlled Molecular Structures.
Journal polymer scienece.
Mardiyati. 2018. Komposit Polimer Sebagai Material Tahan Balistik Polymer’,
Jurnal Inovasi Pertahanan dan Keamanan. 1(1): 20–28.
Masrukan, Wagiyo, A. 1999. Pemeriksaan Mikrostruktur dan Analisis Unsur Al,
Mg, Si Menggunakan Scanning Microscope (SEM)-EDS, Prosiding
Seminar Nasional Hamburan Neutron dan Sinar X Ke-2. Bandung:
Puslitbang Iptek Bahan-Batan.
Michal Ritz, Lenka Vaculikova, E. P. 2011. Application Of Infrared Spectroscopy
And Chemometric Methods To. Acta Geodyn Geomater. 8(1): 47–58.
Miftakhul, Afifah dan Abdulloh, Fuad, M. D. 2015. Pengaruh Nanosilika Terhadap
Mikrostruktur, Kekuatan Tarik, dan Ketahanan Kikis Komposit Karet
Alam/Nanosilika. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajarannya: 48–
53.
Nicko, M., Setyabudi, A. and Chalid, M. 2011. Karateristik Material Regrind
Komposit PP/Talcum Hasil Proses Hot Melt Mixing Material. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Perkin and Davidson. 2010. An Investigation of Density Determination Methods
for Porous Materials Small Samples and Particulates. IMEKO TC3,
TC5, and TC22 Conference Metrology in Modern Context.
Popy Marlina, Filli Pratama, Basuni Hamzah, R. P. 2015. Karakteristik Kompon
Karet Dengan Bahan Pengisi Arang Aktif Tempurung Kelapa dan Nano
Silika Sekam Padi. jurnal teknologi industri pertanian. 25(1): 85–93.
Purwanti, A. 2016. Analisis Kuat Tarik dan Elongasi Plastik Kitosan Terplastisasi
Sorbitol. Yogyakarta: Institut Sains & Teknologi AKPRIND.
Rahmawati, A. 2015. Pengaruh Penggunaan Plastik Polyethylene (Pe) Dan High
Density Polyethylene (Hdpe) Pada Campuran Lataston-Wc Terhadap
Karakteristik Marshall. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika.18(2): 147–159.
Ritz, Michal., Vackulicova, Lenka., dan Plevova, Eva. 2011. Application Of
Infrared Spectroscopy and Chemometric Methods Of Identification Of
Selected Minerals. Vol. 8. No. 1: 47-58.
Rizkiansyah, R. R. and Purnomo, I. 2016. Sifat Mekanik Komposit Polipropilena
Berpenguat Serat Sansevieria Unidirectional. jurnal mesin. 25(2): 73–
82.
Salih, S. E., Hamood, A. F. and Abdullah, A. H. 2013. Comparison of the
Characteristics of LDPE :PP and HDPE :PP polymer blends. Modern
Applied Science. Vol. 7. No. 3.
Schwarts, S.S. 1991. Plastics Material and Process. New York: Oxford university
press.
69

Sholikha, I., Friyatmoko, W K., Dewi, Erma., Utami, Sri. 2015. Sintesis dan
Karakterisasi Silika Gel Dari Limbah Abu Sekam Padi (Oryza sativa)
dengan Variasi Konsentrasi Pengasaman. Jurnal Teknologi Lingkungan.
3(2): 1–13.
Silvia, Castiqliana. H. 2015. Pengujian Kekuatan Tarik Dan Kekuatan Lentur
Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas Jenis
Polipropilena/Serbuk Kayu Kelapa Termodifikasi Serbuk Serat Kaca
Tipe E. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 4. No. 3.
Steven, M. P. E. 2005. Kimia Polimer Terjemahan. Jakarta: Pradnya Paramitha.
Su, B., Zhou, Y. and Wu, H. 2017. Influence of mechanical properties of
polypropylene/low-density polyethylene nanocomposites: Compatibility
and crystallization. journal Nanomaterial and Nanotechnology. Vol 7: 1–
11.
Sundari, I. 2016. Studi Kekuatan Flexural Antara Resin Akrilik Heat Cured dan
Termoplastik Nilon Setelah Direndam dalam Minuman Kopi Uleekarang
(Cofee robusta). Journal of Syiah Kuala. 1(1): 51–58.
Suyanto. 2014. Pengantar Kimia Polimer. Surabaya: Airlangga University Press
(AUP).
Tantawy, M. A., Shatat, M. R. and Taher, M. A. 2014. Low Temperature Synthesis
of Belite Cement Based on Silica Fume and Lime Low Temperature
Synthesis of Belite Cement. International Scholarly Research Notice.
Tarru, R. O. 2017. Studi Penggunaan Silica Fume Sebagai Bahan Pengisi (Filler)
Pada Campuran Beton. Universitas kristen Indonesia Toraja.
Trivana, Linda., Sugiarti, sri., dan Rohaeti, Eti. 2015. Sintesis dan Karakterisasi
Natrium silikat (Na2SiO3) Dari Sekam Padi. Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan.Vol. 7. No. 3: 66-75.
Wang, H., Niu, H. and Dong, J. 2017. Inherently Flame Retardant Polypropylene
Copolymer. Journal Polymer.
Wardani, C. U., Samantha, Y. and Budiman, H. 2016. Analisis Pengujian Impak
Metoda Izod Dan Charpy Menggunakan Benda Uji Alumunium dan
Baja. Majalengka: Universitas Majalengka: 2–5.
Xie, Guangyong., Zhang, Xiang., Li, Tingcheng., Li, Long., Liu, Gongyi., and
Zhang, Aiqing. 2014. Preparation of linear low-density polyethylene
from ethylene by tandem catalysis of iron and titanium non-metallocene
catalysts. Journal of Molecular Catalysis A: Chemical. Vol. 383–384:
121–127.
Yao, Weiguo., Zhang, Dongyang., Dou, Yanli., Guan, Dongbo. 2019. Study on
Properties of PP Resin Composites Modified by Aluminum Powder’,
Material Science and Engineering.
Zai, K. A. and Karolina, R. 2018. Pengaruh Penambahan Silica Fume Dan
Superplactizer Terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi Dengan Metode
ACI (American Concrete Iinstitute). Sumatera Utara: USU.
Zu, Lei., Li, Ruirui., Longyi Jin., Huiqin Lian., Yang Liu., and Xiugou Cui. 2013.
Preparation and characterization of Polypropylene/Silica Composite
Paticle with Interpenetrating Network Via Hot Emulsion Sol-gel
Approach. Progress in natural science: Material international:42-49.
70

LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian
a. Preparasi PencampuranLLDPE/PP

Mulai

Polipropilen (PP) LLDPE

Dicampur dengan
Extruder Pelletizing

Pellet

Hot Press dengan


Hydraulic Press
Uji laju
Lelehan

Pembentukan
Spesimen (Slab)

Uji Kuat Uji Uji Uji Kekuatan Uji


Tarik Kelenturan Kekerasan Impak Densitas

Analisa SEM Analisa FTIR


71

b. Preparasi pencampuran LLDPE/PP-Silika

Mulai

0,2%, 0,6% dan 1%


Campuran LLDPE/PP Silika

Dicampur manual
dalam gelas beaker

Hot Press dengan


Hydraulic Press

Pembentukan
Spesimen (Slab)

Uji Kuat Uji Kekuatan Analisa


Analisa SEM
Tarik Impak FTIR

(Hwang dan Hsu, 2013)


72

c. Uji Melt Flow Rate (MFR) menggunakan Melt Flow Index Tester

Mulai

5 gram Pellet
LLDPE/PP

Dimasukan pada
lubang kapiler

Diberikan beban
2,16 kg dan suhu Lelehan ditimbang
230°C

(ASTM International D1238, 2010).


d. Uji Kekuatan Impak menggunakan Izod Impact Resistance

Specimen ukuran 12,7 x


64 mm ketebalan 4 mm

Ditempatkan bagian
bawah alat

Diberikan beban Hasil dibaca pada


yang berayun skala alat

(ASTM D256, 2010)


73

e. Uji Kuat Tarik menggunakan Universal Testing Machine

Spesimen ketebalan 2,5


mm

Ditarik dengan load


cell 10kN

Hasil kuat tarik


rata-rata

(ASTM D256, 2010)


f. Uji Kelenturan menggunakan Universal Testing Machine

Spesimen ketebalan 4 mm
bentuk balok 12,5x1,25 cm

Ditekan dengan load


cell 10kN

Hasil kelenturan
rata-rata

(ASTM D790, 2003)


74

g. Uji Kekerasan menggunakan Rockwell Hardness Tester

Spesimen ketebalan 4 mm

Diberi beban 60 kg

Hasil rata-rata
(ASTM D 785, 2010)
h. Uji Densitas

Spesimen ketebalan 3 mm
persegi ukuran 2,5x2,5 cm

Ditimbang pada
neraca

Ditimbang dalam
air

(ASTM D792, 2000)


i. Analisis gugus fungsi menggunakan FTIR

Sampel LLDPE/PP dan


LLDPE/PP-Silika

Diletakan pada holder


ZnSe

Dijepit dengan die


75

j. Analisis Morfologi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy)

Spesimen LLDPE/PP dan


LLDPE/PP-Silika 1x1 cm

Ditempatkan dalam cawan


holder, dilapisi emas

Dimasukan dalam
evaporator vakum
76

Lampiran 2. Tabel hasil pengujian MFR pellet LLDPE/PP


Komposisi W potong (gr) Waktu MFR (gr/10 Rata-rata
LLDPE (%) potong (s) menit)
1 0,5551 20 11,102 11,90
0,5517 11,034
0,5570 11,140
5 0,4546 20 9,092 9,13
0,4563 9,126
0,4591 9,182
10 0,4174 20 8,348 8,36
0,4182 8,364
0,4191 8,382
15 0,3853 20 7,706 7,74
0,3871 7,742
0,3889 7,778
20 0,4066 20 8,132 8,00
0,3966 7,932
0,3975 7,950

Perhitungan nilai MFR pada pellet LLDPE/PP menggunakan persamaan:


𝑊 𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔 (𝑔𝑟)
MFR = x waktu potng
10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,4174
= x 20
10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 8,348 gr/ 10 menit
Cara yang sama digunakan untuk mencari nilai MFR pada komposisi LLDPE/PP
yang berbeda.
77

Lampiran 3. Hasil pengujian izod impact LLDPE/PP dan LLDPE/PP-


Silika
Kekuatan impak maksimum pada LLDPE/PP pada komposisi 10% LLDPE (3,3582
kg. cm/cm) dan LLDPE/PP-Silika pada komposisi 0,2% silika (2,8441 kg. cm/cm).
Tabel Hasil kekuatan impak LLDPE/PP
Kompo Tebal sudut(°) Beba Jarak Energi, Kuat Rata-
sisi sampel n pusat E impak, I rata
LLDPE (cm) (kg) grafitasi kg.cm kg.cm/cm
(%) ,R(cm)
1 0,340 128 1,135 7,75 0,8044 2,3658 2,5741
0,336 127 0,9262 2,7565
0,337 128 0,8044 2,3869
0,345 127 0,9262 2,6846
0,346 127 0,9262 2,6768
5 O,437 128 1,135 7,75 0,8044 2,3181 2,7662
0,344 127 0,9262 2,6924
0,345 126 1,0496 3,0423
0,343 127 0,9262 2,7002
0,341 126 1,0496 3,0780
10 0,345 124 1,135 7,75 1,3011 3,7713 3,3582
0,358 125 1,1746 3,2809
0,343 125 1,1746 3,4244
0,346 126 1,0496 3,0335
0,358 125 1,1746 3,2809
15 0,340 126 1,135 7,75 1,0496 3,0870 3,1041
0,330 126 1,0496 3,1806
0,335 126 1,0496 3,1331
0,342 126 1,0496 3,0690
0,344 126 1,0496 3,0511
20 0,355 126,5 1,135 7,75 0,9877 2,7822 2,9285
0,357 125 1,1746 3,2901
0,335 125 1,1745 3,5062
0,354 126 1,0496 2,9649
0,500 126 1,0496 2,0992
78

Tabel Hasil kekuatan impak LLDPE/PP-Silika


Kompo Tebal Sudut Beban Jarak Energi, Kuat Rata-
sisi sampel, d (°) ,F pusat E impak, I rata
silika (cm) (kg) grafitasi, (kg.cm) (kg.cm/cm)
(%) R (cm)
0,2 0,230 128 1,135 7,75 0,8044 3,4973 2,8441
0,300 128 0,8044 2,6813
0,240 128 0,8044 3,3516
0,342 128 0,8044 2,3520
0,344 128 0,8044 2,3383
0,6 0,350 128 1,135 7,75 0,8044 2,2982 2,3427
0,344 128 0,8044 2,3383
0,345 128 0,8044 2,3315
0,339 128 0,8044 2,3728
0,339 128 0,8044 2,3728
1 0,350 129 1,135 7,75 0,6842 1,9549 1,9776
0,346 129 0,6842 1,9775
0,345 129 0,6842 1,9833
0,345 129 0,6842 1,9833
0,344 129 0,6842 1,9890

Perhitungan nilai impak menggunakan persamaan:


𝐸
I =
𝑑
0,8044
=
0,230

= 3,4973 kg.cm/cm
Cara yang sama untuk enentukan nilai kekuatan impak pada LLDPE/PP dan
LLDPE/PP-Silika pada komposisi yang berbeda.
79

Lampiran 4. Hasil Pengujian Kuat Tarik (Tensile Strength)


Tensile Properties
Product name EKS PP+LLDPE 99:1 Test file name 20190207 EKS
PP-LLDPE 99-
1.xtak
Method file name ASTM D638-91 Thick Operator Vidya
Tensile Properties.xmak
No. formulir FR/03/MT/POL Report Date 2/7/2019
Test date 2/7/2019 Temperature
Humidity Test Type tensile
speed 50 mm/min Width Gauge
Length

Name Thickness Width Gauge_Length


Unit mm mm Mm
EKS PP+LLDPE 2.5000 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.5600 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6400 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6400 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.5200 6.000 25.000

Name Tensile_Yield Tensile_Break Elongation_Yield Elongatiob_Break


Parameter 3 points Sensitivity: 10 3 points Sensitivity: 10
Unit Kgf/cm2 Kgf/cm2 % %
PP+LLDPE 408.367 392.378 14.2225 20.1556
PP+LLDPE 406.299 380.795 14.5223 19.6557
PP+LLDPE 403.714 372.439 15.4556 23.0224
PP+LLDPE 401.355 377.844 14.8558 21.9556
PP+LLDPE 400.082 379.008 15.1891 22.2557
Average 400.963 380.493 14.8491 21.4109
80

Tensile Properties
Product name EKS PP+LLDPE 95:5 Test file name 20190207 EKS
PP-LLDPE 95-
5.xtak
Method file name ASTM D638-91 Thick Operator Vidya
Tensile Properties.xmak
No. formulir FR/03/MT/POL Report Date 2/7/2019
Test date 2/7/2019 Temperature
Humidity Test Type Tensile
speed 50 mm/min Width Gauge
Length

Name Thickness Width Gauge_Length


Unit mm mm Mm
EKS PP+LLDPE 2.6500 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6700 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.7300 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.7100 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.7700 6.000 25.000

Name Tensile_Yield Tensile_Break Elongation_Yield Elongatiob_Break


Parameter 3 points Sensitivity: 10 3 points Sensitivity: 10
Unit Kgf/cm2 Kgf/cm2 % %
PP+LLDPE 391.922 345.743 13.8556 25.7222
PP+LLDPE 404.120 392.819 14.5224 16.1558
PP+LLDPE 386.969 368.384 13.9223 19.8223
PP+LLDPE 384.320 365.485 13.7225 20.1557
PP+LLDPE 388.777 320.410 13.6223 30.8889
Average 391.222 358.568 13.9290 22.5490
81

Tensile Properties
Product name EKS PP+LLDPE 90:10 Test file name 20190207 EKS
PP-LLDPE 90-
10.xtak
Method file name ASTM D638-91 Thick Operator Vidya
Tensile Properties.xmak
No. formulir FR/03/MT/POL Report Date 2/7/2019
Test date 2/7/2019 Temperature
Humidity Test Type Tensile
speed 50 mm/min Width Gauge
Length

Name Thickness Width Gauge_Length


Unit mm mm Mm
EKS PP+LLDPE 2.4900 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.4700 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6000 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6000 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.5800 6.000 25.000

Name Tensile_Yield Tensile_Break Elongation_Yield Elongatiob_Break


Parameter 3 points Sensitivity: 10 3 points Sensitivity: 10
Unit Kgf/cm2 Kgf/cm2 % %
PP+LLDPE 356.095 289.013 13.6557 30.9890
PP+LLDPE 375.797 311.323 13.8891 30.9224
PP+LLDPE 347.039 287.052 13.1557 29.8889
PP+LLDPE 365.810 303.355 13.9558 31.3556
PP+LLDPE 363.252 303.077 14.2557 30.7223
Average 361.599 298.764 13.7824 30.7756
82

Tensile Properties
Product name EKS PP+LLDPE 85:15 Test file name 20190211 EKS
PP-LLDPE 85-
15.xtak
Method file name ASTM D638-91 Thick Operator Vidya
Tensile Properties.xmak
No. formulir FR/03/MT/POL Report Date 2/11/2019
Test date 2/11/2019 Temperature
Humidity Test Type Tensile
speed 50 mm/min Width Gauge
Length

Name Thickness Width Gauge_Length


Unit mm mm Mm
EKS PP+LLDPE 2.6500 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6100 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6000 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.4700 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.4700 6.000 25.000

Name Tensile_Yield Tensile_Break Elongation_Yield Elongatiob_Break


Parameter 3 points Sensitivity: 10 3 points Sensitivity: 10
Unit Kgf/cm2 Kgf/cm2 % %
PP+LLDPE 354.743 285.882 15.1890 35.7223
PP+LLDPE 348.877 277.231 14.8223 36.8556
PP+LLDPE 344.566 283.853 14.5223 34.5890
PP+LLDPE 348.720 286.321 14.8224 35.6556
PP+LLDPE 346.364 271.954 14.8224 35.9556
Average 348.654 281.048 14.8357 35.7556
83

Tensile Properties
Product name EKS PP+LLDPE 80:20 Test file name 20190211 EKS
PP-LLDPE 80-
20.xtak
Method file name ASTM D638-91 Thick Operator Vidya
Tensile Properties.xmak
No. formulir FR/03/MT/POL Report Date 2/11/2019
Test date 2/11/2019 Temperature
Humidity Test Type Tensile
speed 50 mm/min Width Gauge
Length

Name Thickness Width Gauge_Length


Unit mm mm Mm
EKS PP+LLDPE 2.7500 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6600 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.5600 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6300 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.5800 6.000 25.000

Name Tensile_Yield Tensile_Break Elongation_Yield Elongatiob_Break


Parameter 3 points Sensitivity: 10 3 points Sensitivity: 10
Unit Kgf/cm2 Kgf/cm2 % %
PP+LLDPE 289.216 247.773 15.4224 53.9223
PP+LLDPE 291.818 240.396 17.1222 60.2556
PP+LLDPE 290.362 240.411 17.0890 55.0556
PP+LLDPE 299.306 244.074 16.2223 57.7891
PP+LLDPE 288.149 235.503 15.4891 53.1890
Average 291.770 241.631 16.2690 56.0423
84

Tensile Properties
Product name 0.2% silika Test file name _20190517_0948
.xtak
Method file name ASTM D638-91 Thick Operator Vidya
Tensile
Properties.xmak
No. formulir FR/03/MT/POL Report Date 5/17/2019
Test date 5/17/2019 Temperature
Humidity Test Type Tensile
speed 50 mm/min Width Gauge
Length

Name Thickness Width Gauge_Length


Unit mm mm Mm
EKS PP+LLDPE 2.6000 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6000 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6600 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.5900 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6400 6.000 25.000

Name Tensile_Yield Tensile_Break Elongation_Yield Elongatiob_Break


Parameter 3 points Sensitivity: 10 3 points Sensitivity: 10
Unit Kgf/cm2 Kgf/cm2 % %
PP+LLDPE 345.467 331.939 14.3222 16.3889
PP+LLDPE 356.118 348.872 21.4890 23.8889
PP+LLDPE 355.353 349.401 20.8890 21.7556
PP+LLDPE 346.432 326.585 19.6223 20.7890
PP+LLDPE 348.423 338.429 20.3223 22.4891
Average 350.358 339.045 19.3330 21.0623
85

Tensile Properties
Product name 0.6 % silika Test file name _20190517_1024
.xtak
Method file name ASTM D638-91 Thick Operator Vidya
Tensile
Properties.xmak
No. formulir FR/03/MT/POL Report Date 5/17/2019
Test date 5/17/2019 Temperature
Humidity Test Type Tensile
speed 50 mm/min Width Gauge
Length

Name Thickness Width Gauge_Length


Unit mm mm Mm
EKS PP+LLDPE 2.5900 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.7000 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6000 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6700 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.5900 6.000 25.000

Name Tensile_Yield Tensile_Break Elongation_Yield Elongatiob_Break


Parameter 3 points Sensitivity: 10 3 points Sensitivity: 10
Unit Kgf/cm2 Kgf/cm2 % %
PP+LLDPE 297.714 294.231 13.1223 13.5223
PP+LLDPE 303.311 302.362 18.9891 19.1890
PP+LLDPE 302.926 299.364 15.3890 15.9557
PP+LLDPE 289.210 285.726 15.6889 16.0889
PP+LLDPE 294.804 291.564 18.3556 18.8557
Average 297.485 294.65 16.3110 16.7220
86

Tensile Properties
Product name 1 % silika Test file name _20190517_1046
.xtak
Method file name ASTM D638-91 Thick Operator Vidya
Tensile
Properties.xmak
No. formulir FR/03/MT/POL Report Date 5/17/2019
Test date 5/17/2019 Temperature
Humidity Test Type Tensile
speed 50 mm/min Width Gauge
Length

Name Thickness Width Gauge_Length


Unit mm mm Mm
EKS PP+LLDPE 2.6200 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.5100 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6400 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.6200 6.000 25.000
EKS PP+LLDPE 2.7400 6.000 25.000

Name Tensile_Yield Tensile_Break Elongation_Yield Elongatiob_Break


Parameter 3 points Sensitivity: 10 3 points Sensitivity: 10
Unit Kgf/cm2 Kgf/cm2 % %
PP+LLDPE 276.236 274.593 17.6889 18.0557
PP+LLDPE 273.040 262.653 18.0557 19.5223
PP+LLDPE 274.566 272.266 15.7556 16.1223
PP+LLDPE 265.957 261.591 15.8890 16.3223
PP+LLDPE 278.710 277.078 16.7557 17.0557
Average 273.702 269.636 16.8290 17.4156
87

Lampiran 5. Hasil Pengujian Kelenturan (Flexural)


FLEXURAL
Product name PP:LLDPE 99:1 Test file name 20190213_PP_LLDPE
99_1.xtak
Operator Vidya Report Date 2/13/2019
Test date 2/13/2019 Temperature 22
Humidity 50 Speed 5 mm/min
Shape Plate

Name Thickness Width Lower_Support


Unit cm cm cm
EKS PP+LLDPE 0.3350 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3410 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3350 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3400 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3350 1.2500 10.000

Name P1 Slope (m) Flexural Stress Flexural modulus


at Yield (S) (Eb)
Parameter 0.2 % Force 0.6-2.1 Calc. at Entire Force 0.6-2.1 kgf
kgf Areas
Unit Kgf Kgf/cm Kgf/cm2 Kgf/cm2
PP+LLDPE 3.72864 7.38536 569.994 39288.6
PP+LLDPE 3.88067 7.77832 576.808 39233.1
PP+LLDPE 3.67807 7.24060 564.622 38518.5
PP+LLDPE 3.78310 7.72270 558.872 39297.3
PP+LLDPE 3.70287 7.44737 569.058 39618.5
Average 3.75467 7.51487 567.871 39191.2
88

FLEXURAL
Product name PP:LLDPE 99:5 Test file name 20190213 PP-
LLDPE 95-5.xtak
Operator Vidya Report Date 2/13/2019
Test date 2/13/2019 Temperature 22
Humidity 50 Speed 5 mm/min
Shape Plate

Name Thickness Width Lower_Support


Unit cm cm cm
EKS PP+LLDPE 0.3400 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3400 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3450 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3400 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3420 1.2500 10.000

Name P1 Slope (m) Flexural Stress Flexural modulus


at Yield (S) (Eb)
Parameter 0.2 % Force 0.6-2.1 Calc. at Entire Force 0.6-2.1 kgf
kgf Areas
Unit Kgf Kgf/cm Kgf/cm2 Kgf/cm2
PP+LLDPE 3.88732 7.60345 573.005 38690.5
PP+LLDPE 3.88035 7.44522 568.495 37885.3
PP+LLDPE 4.08862 7.68482 581.256 37428.8
PP+LLDPE 3.83821 7.44469 573.240 37882.6
PP+LLDPE 3.88861 7.61985 578.178 38097.7
Average 3.91662 7.55961 574.835 37997.0
89

FLEXURAL
Product name PP:LLDPE 90:10 Test file name 20190213 PP-
LLDPE 90-
10.xtak
Operator Vidya Report Date 2/13/2019
Test date 2/13/2019 Temperature 22
Humidity 50 Speed 5 mm/min
Shape Plate

Name Thickness Width Lower_Support


Unit cm cm cm
EKS PP+LLDPE 0.3300 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3330 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3620 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3300 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3520 1.2500 10.000

Name P1 Slope (m) Flexural Stress Flexural modulus


at Yield (S) (Eb)
Parameter 0.2 % Force 0.6-2.1 Calc. at Entire Force 0.6-2.1 kgf
kgf Areas
Unit Kgf Kgf/cm Kgf/cm2 Kgf/cm2
PP+LLDPE 3.63447 6.80101 570.752 37849.6
PP+LLDPE 3.34808 5.99529 501.003 32471.9
PP+LLDPE 3.68229 7.16528 508.235 30209.1
PP+LLDPE 3.51551 6.25504 551.624 34811.2
PP+LLDPE 3.58325 6.97874 524.963 32553.9
Average 3.55272 6.63907 531.315 33579.1
90

FLEXURAL
Product name PP:LLDPE 85:15 Test file name 20190213 PP-
LLDPE 85-15.xtak
Operator Vidya Report Date 2/13/2019
Test date 2/13/2019 Temperature 22
Humidity 55 Speed 5 mm/min
Shape Plate

Name Thickness Width Lower_Support


Unit cm cm cm
EKS PP+LLDPE 0.3350 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3360 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3400 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3390 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3320 1.2500 10.000

Name P1 Slope (m) Flexural Stress Flexural modulus


at Yield (S) (Eb)
Parameter 0.2 % Force 0.6-2.1 Calc. at Entire Force 0.6-2.1 kgf
kgf Areas
Unit Kgf Kgf/cm Kgf/cm2 Kgf/cm2
PP+LLDPE 3.20610 5.72514 476.858 30456.6
PP+LLDPE 3.17579 5.66639 464.618 29875.7
PP+LLDPE 3.16347 5.64204 453.582 28709.7
PP+LLDPE 3.15472 5.61676 454.857 28834.8
PP+LLDPE 3.06314 5.21482 455.518 28500.7
Average 3.15264 5.57303 461.087 29275.5
91

FLEXURAL
Product name PP:LLDPE 80:20 Test file name 20190213 PP-
LLDPE 80-20.xtak
Operator Vidya Report Date 2/13/2019
Test date 2/13/2019 Temperature 22
Humidity 55 Speed 5 mm/min
Shape Plate

Name Thickness Width Lower_Support


Unit cm cm cm
EKS PP+LLDPE 0.3250 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3270 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3200 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.2200 1.2500 10.000
EKS PP+LLDPE 0.3250 1.2500 10.000

Name P1 Slope (m) Flexural Stress Flexural modulus


at Yield (S) (Eb)
Parameter 0.2 % Force 0.6-2.1 Calc. at Entire Force 0.6-2.1 kgf
kgf Areas
Unit Kgf Kgf/cm Kgf/cm2 Kgf/cm2
PP+LLDPE 2.47577 3.10026 352.366 18062.5
PP+LLDPE 2.53638 3.24868 359.073 18582.1
PP+LLDPE 2.43103 2.92999 348.838 17883.3
PP+LLDPE 2.44027 3.00280 350.052 17988.3
PP+LLDPE 2.45567 3.07673 345.958 17925.4
Average 2.46782 3.07169 351.257 18008.3
92

Lampiran 6. Tabel hasil pengujian kekersan LLDPE/PP

Hasil pengujian kekerasan pada penambahan % LLDPE


No (R scale)
1% 5% 10% 15% 20%
1 109 110 108 103,5 99,5
2 109 108 107,5 104 99,5
3 108,5 107,5 108 104,5 99
4 110 108,5 107,5 104,5 99,5
5 108,5 108 108,5 105 99
6 109,5 109,5 107,5 104 99,5
7 107,5 109 107,5 103,5 98,5
8 109 109,5 110 104 102
9 108,5 109,5 109 103,5 102
10 109 110 108,5 103,5 98,5
Rata-rata 108,85 108,95 108,2 104 99,7
93

Lampiran 7. Hasil pengujian densitas LLDPE/PP

% Massa awal Massa dalam Densitas (g/ cm3) Rata-rata


LLDPE (gr) air (cm3)
1 3,0255 3,3520 0,9025 0,9026
3,0263 3,3522 0,9028
3,0261 3,3523 0,9027
5 3,0297 3,3578 0,9029 0,9027
3,0256 3,3521 0,9026
3,0261 3,3522 0,9028
10 3,0684 3,3630 0,9124 0,9121
3,0649 3,3614 0,9118
3,0581 3,3525 0,9122
15 3,0726 3,3802 0,9090 0,9087
3,0698 3,3782 0,9087
3,0649 3,3740 0,9084
20 3,0041 3,3324 0,9015 0,9013
3,0026 3,3318 0,9012
3,0034 3,3320 0,9014

Penentuan densitas menggunakan persamaan:


massa awal
D =
massa dalam air
3,0684
=
3,3630

= 0,9124 g/cm3
Cara perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung densitas sampel
LLDPE/PP pada komposisi yang.
94

Lampiran 8. Hasil analisis FTIR


Tabel hasil analisis FTIR pada LLDPE/PP dan LLDPE/PP-Silika

No Sampel Frekuensi daerah 1/λ Interpretasi Referensi


serapan (cm-1) (cm-1)
1 PP 2921,5 2985- Vibrasi Lin et al.,
LLDPE 2918,18 & 2850,26 2810 ulur –C-H- 2015
LLDPE/PP 2920,47 2950- Vibrasi
2850 ulur CH2
2 PP 1739,48 1720- Vibrasi Lambert,
LLDPE - 1740 ulur C=O 1987
LLDPE/PP 1740,23
3 PP 1454,5 1475- Vibrasi Lin et al.,
LLDPE 1467,91 1440 tekuk CH3 2015
LLDPE/PP 1456,88 dan CH2
4 PP 1375,08 1380- Vibrasi Lin et al.,
LLDPE 1369,07 1370 tekuk CH2 2015
LLDPE/PP 1376,42
5 PP 1214,08 & 1033 1350- Gugus C-N Lambert,
LLDPE - 1000 1987
LLDPE/PP 1216,05
6 LLDPE/PP- 998,14 & 973,19 1200- Vibrasi Tantawy et
Silika 950 asimetri al., 2014
Si-O-Si
7 PP - 730-700 Vibrasi Lin et al.,
LLDPE 720,19 tekuk 2015
LLDPE/PP 719 rocking
8 LLDPE/PP- 633,69 750-550 Vibrasi Tantawy et
Silika simetri al., 2014
Si-O-Si
9 LLDPE/PP- 467,13 470-460 Vibrasi Tantawy et
Silika tekuk Si- al., 2014
O-Si atau
O-Si-O
95

Gambar spektra FTIR:


a. Spektra FTIR PP
102.2
102.0

101.5

101.0
2351.3

100.5 1454.5 1033


%T

665.22
100.0 2921.5
1214.8

99.5
1375.08cm-1

99.0 1739.48cm -1

98.5
98.4
4004 3500 3000 2500 2000 1500 1000 591
cm-1

b. Spektra LLDPE
106
104
102
100
98
1369.7
96 1737.5
1467.91cm-1 720.19cm-1
94
%T

92
90
88
86
84 2918.18cm-1
2850.26cm-1
82
80
4002 3500 3000 2500 2000 1500 1000 589
cm-1
c. Spektra LLDPE/PP
103
103

102

101
2344.8 837.63
998.23
100
1216.5
%T

99 639.06cm-1
1456.88cm-1
98 1740.23cm-1

97 1376.42cm-1

96
2920.47cm-1
95
4004 3500 3000 2500 2000 1500 1000 603
cm-1
96

d. Spektra LLDPE/PP-Silika

104

103

102

101

100
%T

99 2839.55cm-1

98 840.64cm-1
2919.67cm-1 1376.22cm-1998.14cm-1633.69cm-1
97 2951.85cm-1 1456.71cm-1 973.19cm-1

96
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 595
cm-1
97

Lampiran 9. Dokumentasi penelitian

Proses pembuatan slab proses injection molding

Pemotong slab Pemotong slab untuk uji kuat tarik

Pengujian MFR Izod impact tester

Universal testing machine Rockwell hardness tester

Anda mungkin juga menyukai