Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

CINDY EMILIA SUSANTI

213115093

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI


CIMAHI

2018
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO TINGGI BUNUH DIRI

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


A. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
pasien untuk mengakhiri kehidupannya. (Ade Herman, 2011).
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat
mengancam nyawa. (Nita Fitria, 2010).
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami
risiko untuk menyakiti diri sendiri atatu melakukan tindakan yang dapat
mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri
sebagai tindakan destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah
dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup
setiap benSP aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu
menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan sundeen,
1995)

B. Tanda dan Gejala


1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Impulsif
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan)
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik,
marah, dan mengasingkan diri)
9. Kesehatan mental ( secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis dan menyalahgunakan alkohol)
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal)
11. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan karier)
12. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
14. Pekerjaan
15. Konflik interpersonal
16. Latar belakang keluarga
17. Orientasi seksual
18. Sumber-sumber personal
19. Sumber-sumber sosial
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

C. Rentang Respon
Respons Adaptif Respon
Maladaptif

Peningkatan diri Beresiko destruktif Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh


diri
tidak langsung
Keterangan :
1. Peningkatan diri : Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau
pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan
pertahanan diri.
2. Beresiko destruktif : Seseorang memiliki kecenderungan atau
beresiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri
terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri.
3. Destruktif diri tidak langsung : Seseorang telah mengambil sikap
yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan
dirinya unSP mempertahankan diri.
4. Pencenderaan diri : Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencenderaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri : Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri
sampai dengan nyawanya hilang.
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang
yang penuh stress. Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :

1. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses kontemplasi dari


bunuh diri, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan
aksi/ tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan
mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian,
perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki
pikiran tentang keinginan unSP mati
2. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah
melakukan perencanaan yang konkrit unSP melakukan bunuh diri
3. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya
keinginan dan hasrat yang dalam, bahkan ancaman unSP mengakhiri
hidupnya
4. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku
destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak
hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan unSP
melakukan bunuh diri. Hal ini terjadi karena individu mengalami
ambivalen antara mati, hidup dan tidak berencana unSP mati.
Individu ini masih memiliki kemauan unSP hidup, ingin di
selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental.
Tahap ini sering di namakan “Crying for help” sebab individu ini
sedang berjuang dengan stres yang tidak mampu di selesaikan
5. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang
mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan
misalnya minum obat yang mematikan, walaupun demikian banyak
individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.

D. Faktor Predisposisi
1. Faktor genetik dan teori biologi
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi bunuh diri dalam 3 kategori yaitu :
Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok sosial) ,
atruistik (Melakukan bunuh diri unSP kebaikan masyarakat) dan
anomik ( Bunuh diri karena kesulitan dalam berhubungan dengan
orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori psikologi, memfokuskan pada masalah tahap awal
perkembangan ego, trauma interpersonal, dan kecemasam
berkepanjangan yang nungkin dapat memicu seseorang unSP
mencederai diri. Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa
bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri
sendiri.
4. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri sebagai
kegagalan dari pertemuan dalam hidup, masa anak-anak mendapat
perlakuan kasar serta tidak mendapatkan kepuasan (Stuart dan
Sundeen, 1995)
5. Penyebab lain :
a. Adanya harapan yang tidak dapat di capai
b. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidak-
berdayaan
c. Cara untuk meminta bantuan
d. Sebuah tindakan untuk menyelesaikan masalah

E. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres berlebihan yang
dialami individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal
tersebut menjadi sangat rentan.
F. Masalah dan Data yang Perlu dikaji
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :
1. Riwayat masa lalu :
a. Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b. Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
c. Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan
skizofrenia
d. Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
e. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisosial, gangguan persepsi sensori, gangguan proses
pikir, dlsb
f. Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Symptom yang menyertainya
a. Apakah klien mengalami :
a) Ide bunuh diri
b) Ancaman bunuh diri
c) Percobaan bunuh diri
d) Sindrom mencederai diri sendiri yang disengaja
b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan
anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan
resiko bunuh diri.
3. Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk
membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih
mendalam lagi diantaranya :
a. Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
b. Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau
perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan
rencananya.
c. Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas akan bunuh diri
d. Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu
diakses oleh klien.
e. Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian
tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko
bunuh diri :
f. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
g. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privasi klien
h. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan
mendorong komunikasi terbuka.
i. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata –
kata yang dimengerti klien
j. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat
pengobatannya
k. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
l. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
m. Peroleh riwayat penyakit fisik klien
Salah satu Instrumen yang dapat dipekai untuk mengukur bunuh diri :
SAD PERSONS
NO SAD PERSONS Keterangan
1 Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali
lebih tinggi dibanding wanita, meskipun wanita
lebih sering 3 kali dibanding laki laki melakukan
percobaan bunuh diri
2 Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau
lebih muda, 45 tahun atau lebih tua dan
khususnya umur 65 tahun lebih.
3 Depression 35 – 79% oran yang melakukan bunuh diri
mengalami sindrome depresi.
4 Previous attempts 65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah
(Percobaan pernah melakukan percobaan sebelumnya
sebelumnya)
5 ETOH ( alkohol) 65 % orang yang suicide adalah orang
menyalahnugunakan alkohol
6 Rational thinking Orang skizofrenia dan dementia lebih sering
Loss ( Kehilangan melakukan bunuh diri disbanding general
berpikir rasional) populasi
7 Sosial support lacking Orang yang melakukan bunuh diri biasanya
( Kurang dukungan kurannya dukungan dari teman dan saudara,
social) pekerjaan yang bermakna serta dukungan
spiritual keagaamaan
8 Organized plan ( Adanya perencanaan yang spesifik terhadap
perencanaan yang bunuh diri merupakan resiko tinggi
teroranisasi)
9 No spouse ( Tidak Orang duda, janda, single adalah lebih rentang
memiliki pasangan) dibanding menikah
10 Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko
tinggi melakukan bunuh diri.

II. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN


A. Risiko bunuh diri
Data Mayor :
 DS : Mengatakan hidupnya tak berguna lagi, ingin mati, mengatakan
pernah mencoba ingin bunuh diri, mengancam bunuh diri
 DO : Ekspresi murung, tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri
Data Minor :
 DS : Mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri, mengatakan lebih
baik mati saja, mengatakan sudah bosan hidup
 DO : Perubahan kebiasaan hidup, perubahan perangai
III. DAFTAR PUSTAKA
 Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor.

 Direja, Ade Hermawan Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika

 Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi Pelaksanan Tindakan Keperawatan (LP dan
SP) unSP 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

 Keliat, B. A. 1998. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Orientasi


Realitas. Jakarta: EGC.
 Maramis, F. W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:
Airlangga University Press.
 Stuart & Sundeen. 1998. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
 Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai