Standar Etika Publik: Diklat Kepemimpinan Tingkat Iii Kabupaten Brebes 24-25 FEBRUARI 2016
Standar Etika Publik: Diklat Kepemimpinan Tingkat Iii Kabupaten Brebes 24-25 FEBRUARI 2016
1
Patologi Birokrasi di Indonesia
√
MATERI POKOK
1. Standar Etika
Publik
5. Analisis Kasus
2. Internalisasi
Standar Etika
STANDAR
Publik
ETIKA
PUBLIK
4. Etika Publik sebagai Fundamen
dalam Mewujudkan Tata Kelola
Kepemerintahan Yang Baik
3. Aktualisasi Standar
etika publik dalam
mengelola program
instansi
"You can be an
excellent manager
MATERI POKOK : w/o becoming a
good leader, but
2. Internalisasi standar etika publik you can not be an
excellent leader w/o
Tantangan Dalam Internalisasi Standar Etika Publik becoming a gppd
Korupsi dan Konflik kepentingan manager.
(Champman)
Pejabat Publik dan Dilema Etika
Pilihan Etis dalam Internalisasi standar etika publik
Integrasi Nilai-Nilai Etika Dalam Pelaksanaan
Kegiatan dan Pengambilan Keputusan
Definisi Moral
Moral (latin) “mos (tunggal” atau “mores (jamak)”,
sedangkan etika (Yunani ) “ ethos”.
Moral dan etika bermuara pada acuan yang sama yaitu: ‘benar atau salah’,
‘baik atau buruk/jahat’ atau ‘patut atau tidak patut’.
Manifestasi penerapan Kode Etik PNS dlm praktik, : (i) tdk pakai
mobil dinas unt kepentingan pribadi, (ii) tdk menerima suap
dan/atau gratifikasi yg berkaitan dengan tugas-jabatannya; (iii)
setiap pemakaian penggunaan anggaran didasarkan pd landasan
hukum yg tepat dan dipertanggungjawabkan dg dukungan bukti
otentik.
Bandiklat Prov Jateng
Ilustrasi (2)
Etika PNS atau Kode Etik PNS mrp ukuran perilaku/tindakan PNS
atau “apa yg ada (das sein)” dalam tataran praktik. “Apa yang ada
(das sein)” sedapat mungkin harus selalu diperbaiki dengan
mengacu kepada “apa yang seharusnya (das solen)”. Perumusan
etika PNS harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai
‘perilaku’ yang benar dan/atau baik menurut standar ukuran yg
dpt diterima kelompok/komunitas, profesi dan masy/publik.
Terkait dengan posisi, peran dan fungsi PNS dlm birokrasi
pelayanan publik, maka etika PNS dpt disebut sebagai ‘Etika
Publik’ atau ‘Etika Birokrasi’.
Perumusan ‘etika publik’(das sein) harus didasarkan pada
norma-norma hukum dan profesi yg mengacu pd prinsip-prinsip
moralitas PNS sebagai ‘apa yang seharusnya (das solen)’ dituju
oleh setiap PNS.
Sumber: Inge Admunsen &Vicente Pinto de Andrade, 2008 Bandiklat Prov Jateng
RANAH KOGNITIF
Pengetahuan
Pengetahuan Agama, Pengetahuan Pengetahuan Lain
Nilai Moral Adat istiadat, Norma Etika (Mis. Filsafat)
Budaya
Ego
Prinsip Dorongan Sifat-sifat Kontrol Diri Emosi &
Keseimbangan Motivasi
(Drives) (Traits) (Self Control) Temperamen
Mind-set
And
Cultural-set INTEGRITAS
29
1. Adanya Pergeseran Sospol (Peran Swasta, LSM Meningkat)
2. Kondisi Makin Sulit , Kompleks, Dinamis,
3. Keterbatasan Kapasitas Aparatur Pemerintah
4. Globalisasi, Perkemb Iptek, Dan Liberalisasi Persaingan Bebas
5. Iptek Merubah Manajemen Sektor Publik & Bisnis Arus Informasi
Menembus Batas Ruang & Waktu
6. Demokratisasi, HAM, Pelestarian Lingkungan Hidup
7. Krisis Multidimensi (Situasi Politik Tak Stabil, Ancaman Disintegrasi,
Kepercayaan Masyarakat Menurun, Penegakan Hukum Lemah,
Penanganan KKN Lemah, Pemulihan Ekonomi Lambat, Pengangguran Dan
Kemiskinan Meningkat)
8. Menjelang Pemilu 2014 (TAHUN POLITIK) Perlu memahami jenis
interaksi sosial-politik;
interferences (gangguan/saling pengaruhi);
interplays (keterlibatan); intervensions (campur tangan)
POWER
POWER BASED BASED
APPROACH
APPROACH
ORLA : AUTORITARIANISME
ORLA : TOTALITARIANISME
PENGARUH
VISI
HAMBATAN ETIKA DAN MISI
BIROKRASI BIROKRASI
FAKTOR
FISIOLOGIS
Pesepsi Individu SISTEM,
Sikap Dan Perilaku STRUKTUR,
BIROKRASI PEM DAN KULTUR
Kesadaran moral BIROKRASI
FAKTOR Prinsip dan nilai moral
SOSIOLOGIS universal
Kemampuan
intelektual
FUNGSI BIROKRASI
PEMERINTAHAN
FAKTOR
LINGKUNGAN
INTEGRITAS MASYARAKAT
Kedua, di mana letak batas antara hak perorangan dan kepentingan umum. Jika
kepentingan umum mencerminkan dg mudah kepentingan banyak individu, mk
masalahnya sederhana. Namun, jika ada perbedaan tajam antara keduanya, mk akan
timbul masalah.
Ketiga, bagaimana membuat perhitungan yg tepat bhw langkah2 yg dilakukan akan
menguntungkan kepentingan umum dan tdk merugikan. Hal ini penting oleh karena
kekuatan dari pendekatan (utilitarianism) ini adalah bahwa dalam neracanya harus
diperoleh manfaat yg sebesar2nya dan kerugian yg sekecil2nya, unt kepentingan
masy scr keseluruhan. Atau dengan kata lain efisiensi
36
2.1. Tantangan Dalam Internalisasi
Standar Etika Publik (1),I Made sedana, 2009
Kondisi pelayanan publik yg dilakukan aparat birokrasi sering
mengabaikan etika dlm pelayanan, shg menimbulkan praktek mal-
administrasi
Manusia itu pd dasarnya adalah konservatif, shg ada kecenderungan
ingin mempertahankan segala sst yg sdh biasa dilakukan – sekalipun
kebiasaan buruk.
Adapun tantangan terbesar yg hrs dihadapi adalah diperlukan adanya
perubahan perilaku (shifting of behaviour) yg sejalan dan konsisten dg
agenda reformasi
Kebijakan nasional yang kaku terhadap upaya reformasi - "satu ukuran
cocok untuk semua”; one size fits all (Dwiyanto,Agus, 2008)
Kerangka regulasi nasional dan kebijakan yang usang terhadap upaya
reformasi, (Dwiyanto,Agus, 2008)
Kurangnya komitmen pimpinan lembaga untuk melaksanakan reformasi
(Dwiyanto,Agus, 2008)
Rendahnya kapasitas kementerian dan lembaga untuk melaksanakan
reformasi (Dwiyanto,Agus, 2008)
1. Ketidak-jujuran (dishonesty),
Suatu tindakan administrasi yang tidak jujur. Misalnya; mengambil uang dan
barang publik untuk kepentingan sendiri, menerima uang suap dari
langganan (client), menarik pungutan liar. Dikatakan ketidak-jujuran karena
tindakan ini berbahaya dan menimbulkan ketidak-percayaan (dis-trust), dan
merugikan kepentingan organisasi atau masyarakat.
2. Perilaku yang buruk (unethical behaviour)
Misalnya, kecenderungan pegawai untuk memenangkan perusahaan
koleganya dalam tender proyek; seorang pembesar minta kepada kepala
personalia supaya familinya diluluskan dalam seleksi.
3. Mengabaikan hukum (disregard of the law),
Pegawai (administrator publik) dpt mengabaikan hukum atau membuat
tafsiran hukum yg menguntungkan kepentingannya. Misalnya pegawai
menggunakan mobil dinas untuk keluarga, padahal fasilitas kantor yg scr
hukum hny diperuntukkan pegawai dan untuk kepentingan dinas.
Mengevaluasi
Mengelola Sistem
Kinerja
Organisasi
Melaporkan Membangun
Pelanggaran Komitmen
Mengembangkan
Ketrampilan Etis
Sumber: dielaborasi dari “An Ethics Framework For Applying the Public Sector
Values, Principles, Codes and Standards – by Lilin Budiati & BS. Toton
Sumber: An Ethics Framework for Applying the Public Sector Values, Principles, Codes
and Standards Bandiklat Prov Jateng
Empat Dimensi Akuntabilitas:
PRINSIP-PRINSIP AKUNTABILITAS
+
-
-
Bandiklat Prov Jateng
Figure 2. Accountability in the Public Sector
Sumber: Anggara Wisesa, 2011, VI. Prinsip dan nilai moral universal
modifikasi Budiati, 2014
Good
Governance
Synergistic (Win/Win)
INTEGRITAS
Respectful (Compromise)
Low High
ETIKA
Bandiklat Prov Jateng
INTEGRITINTEGRITAS & ETIKA SBG
INTEGRITAS & ETIKA SBG LANDASAN In a crisis, be
GOOD GOVERNANCE aware of the
danger, but
Integritas adalah mutu, sifat atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki recognize the
potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan opportunity.
dan kejujuran.
John F.
Etika didefinisikan sebagai pemahaman tentang hal yang Kennedy
baik dan buruk atau hak dan kewajiban mengenai moral
dan ahlak.
KEKUATAN INTEGRITAS:
MELAKUKAN YANG TEPAT,
BERTANGGUNGJAWAB,
BEKERJASAMA DAN BERINOVASI
INDIKATOR INTEGRITAS:
APAKAH KODE ETIK TELAH DILAKSANAKAN;
BGMN MENGATASI KONFLIK;
KOMITMEN ORGANISASIONAL
BAHAN SIMULASI
terlampir
66
LANJUTAN
INTEGRITAS & ETIKA SBG LANDASAN GOOD GOVERNANCE
69
A Basic Policy Process, .
C. Patton, D. Savicki, p53
3. Identify
Alternative policy
6. Monitor the
Implemented
Policy
4. Evaluate
alternative policies
5. Display and
Distinguish among
Alternative policies