Anda di halaman 1dari 72

STANDAR ETIKA PUBLIK

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III


KABUPATEN BREBES
24-25 FEBRUARI 2016

Dr. Lilin Budiati, SH, MM


NIP. 1961 0210 198603 2 011
Pembina Utama Muda / IV c (Widyaiswara Madya)

1
Patologi Birokrasi di Indonesia

(1) Organisasi dan kewenangan yang belum tepat fungsi dan


sasaran;
(2) Pelayanan publik belum memenuhi kebutuhan dan
kepuasan masyarakat;
(3) Pola pikir dan budaya kerja belum mendukung birokrasi
yang efisien, efektif, produktif, profesional dan melayani;
(4) Peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih; dan
(5) SDM Aparatur Sipil Negara (PNS) yang “tidak kompeten”.

 Sumber : Azwar Abubakar, Menpan RB, (01/03/2012), http://forum.kompas.com/nasional/69520-wah-95-


persen-pns-indonesia-tak-kompeten.html, diakses tanggal 28 April 2014.

Bandiklat Prov Jateng


Pernyataan Menpan RB..........

 Fakta empiris bahwa 95% PNS Indonesia tidak


kompeten,
 Kompetensi yang dimiliki pegawai ternyata tidak
sesuai dengan tupoksi kedinasan, terjadi
ketimpangan distribusi, di satu sektor kelebihan
pegawai sedangkan di sektor lain justru
kekurangan pegawai.
 Jokowi-Gubernur DKI, pada Peringatan Hari
Korpri, 29 November 2012,
http://sosbud.kompasiana.com/2012/11/29/pns-kebanyakan-dan-tidak-
berkompeten-salah-satu-masalah-di-ibukota-512793.html, diakses tanggal
28 April 2014.

Bandiklat Prov Jateng


KUALITAS DAN PEMAHAMAN
TERHADAP STANDAR ETIKA PUBLIK
UNTUK MEMBANGUN INTEGRITAS ORGANISASI

INTEGRITAS AKUNTABILITAS (minus)


KOMPETENSI ETIKA
ORGANISASI KORUPSI

PEMAHAMAN/PENDALAMAN SUBSTANSI AGENDA/MATA DIKLAT

Io=a {ACE}-c 1.Bertindaksesuai kebutuhan-


kepentingan masy
c= D + M - A
2. Keterbukaan dlm pembuatan
KOMPETENSI = C= corruptin
keputusan D=Descretion
Etika Publik
3.Hasil kinerja K + S + A ...... M= Monopoli
administratif,efektif-efisien (Norma bg ASN dlm A=Accountability
(kognitif, afektif) jalankan tugas yan-publik)
4. Dampak sosial kinerja adm Klitgaard, Abaroa dan Paris,
5.Pengesahan scr demokratis (2002)
thd kinerja adm
Mata Diklat ini membekali peserta dengan
kemampuan mengaktualisasikan etika publik
dalam mengelola pelaksanaan kegiatan
instansi melalui pembelajaran akuntabilitas,
etika, dan aktualisasi akuntabilitas dan etika.

Mata Diklat disajikan secara interaktif melalui


metode ceramah interaktif, diskusi, studi
kasus, simulasi, Keberhasilan peserta dinilai
dari kemampuannya mengaktualisasikan
akuntabilitas dan etika dalam mengelola
pelaksanaan kegiatan instansinya.
a. Hasil Belajar
“....Management
deals mostly with
the status quo,
and leadership
 Setelah mengikuti pembelajaran ini deals mostly with
change...”
peserta diharapkan mampu (J.P.Kotter, 1990);

mengaktualisasikan standar etika


publik dalam mengelola pelaksanaan
kegiatan instansi.

Bandiklat Prov Jateng



MATERI POKOK
1. Standar Etika
Publik

5. Analisis Kasus
2. Internalisasi
Standar Etika
STANDAR
Publik
ETIKA
PUBLIK
4. Etika Publik sebagai Fundamen
dalam Mewujudkan Tata Kelola
Kepemerintahan Yang Baik
3. Aktualisasi Standar
etika publik dalam
mengelola program
instansi

Bandiklat Prov Jateng


SUB MATERI POKOK (1) "Mediocrity isn't a
quest to be
pursued."
Kita tidak akan "jadi
MATERI POKOK : apa-apa" atau
menciptakan apa-
1. Definisi, lingkup, dan dimensi etika publik apa, bila selalu
"sekadar" pegawai,
 Pengertian dan Fungsi Etika "sekadar" manajer,
atau "sekadar"
 Pentingnya Etika Dalam Organisasi orang kecil……

 Etika Kepemimpinan Aparatur


 Nilai-Nilai Etika Publik.
 Definisi dan Lingkup Etika Publik
 Dimensi Etika Publik
 Tuntutan Etika Publik dan Kompetensi

Bandiklat Prov Jateng


SUB MATERI POKOK (2)

"You can be an
excellent manager
MATERI POKOK : w/o becoming a
good leader, but
2. Internalisasi standar etika publik you can not be an
excellent leader w/o
 Tantangan Dalam Internalisasi Standar Etika Publik becoming a gppd
 Korupsi dan Konflik kepentingan manager.
(Champman)
 Pejabat Publik dan Dilema Etika
 Pilihan Etis dalam Internalisasi standar etika publik
 Integrasi Nilai-Nilai Etika Dalam Pelaksanaan
Kegiatan dan Pengambilan Keputusan

Bandiklat Prov Jateng


SUB MATERI POKOK (3)
MATERI POKOK :
"You can be an
3. Aktualisasi standar etika publik dlm excellent manager
w/o becoming a
mengelola kegiatan instansi good leader, but
you can not be an
 Etika Publik dan Pelayanan Publik excellent leader w/o
becoming a gppd
 Aktualisasi Etika Publik Untuk Melawan manager.
(Champman)
Korupsi
 Etika Publik dan Modalitas
 Etika Publik dan Integritas Publik

Bandiklat Prov Jateng


SUB MATERI POKOK (4)

MATERI POKOK: SIMULASI : Etika Publik sebagai "You can be an


excellent manager
Fundamen dalam Mewujudkan Tata Kelola w/o becoming a
Kepemerintahan Yang Baik good leader, but
you can not be an
excellent leader w/o
becoming a gppd
manager.
(Champman)

Bandiklat Prov Jateng


SUB MATERI POKOK (5)

MATERI POKOK: Analisis Kasus Di Philipina, Indonesia "You can be an


excellent manager
dan Malaysia : “Persepsi Tentang Kejujuran, nilai etika w/o becoming a
dan moral, Ketegasan, Konsistensi dan Kepatuhan good leader, but
you can not be an
Sebagai Pilar Integritas Aparatur Negara” excellent leader w/o
becoming a gppd
manager.
Philipina : (Champman)

 Empat langkah untuk mengembalikan kepercayaan dan


membangunan integritas pemerintahan
Indonesia :
 Hubungan antara Nilai, Integritas dan Persepsi anti
Korupsi
Malaysia :
 Persepsi tentang Integritas Lembaga Publik

Bandiklat Prov Jateng


Pengalaman Belajar
"Mediocrity isn't a
quest to be
pursued."
Kita tidak akan "jadi
Peserta mendapatkan pengalaman belajar, yaitu apa-apa" atau
membaca materi Diklat sesuai materi pokok, menciptakan apa-
mendengar, dan berdiskusi baik dengan tenaga apa, bila selalu
"sekadar" pegawai,
pengajar maupun sesama peserta tentang materi "sekadar" manajer,
pokok, melakukan simulasi, menonton film pendek, dan atau "sekadar"
orang kecil……
membahas kasus yang relevan dengan materi pokok,
dan terakhir berkunjung ke tempat yang dapat
membantu proses internalisasi hasil belajar. Di
penghujung pembelajaran, peserta menghasilkan suatu
produk pembelajaran yang menunjukkan kompetensi
dalam standar etika publik.

Bandiklat Prov Jateng


1. MODUL
2. BAHAN BACAAN
3. SLIDES
4. MIND MAPING
5. SIMULASI
6. KASUS

Bandiklat Prov Jateng


1. Definisi, lingkup,
dan dimensi etika
publik

Pengertian dan Fungsi Etika


Pentingnya Etika Dalam Organisasi
Etika Kepemimpinan Aparatur
Nilai-Nilai Etika Publik.
Definisi dan Lingkup Etika Publik
Dimensi Etika Publik
Tuntutan Etika Publik dan Kompetensi
I. Definisi Moral dan Etika (1)

Definisi Moral
Moral (latin) “mos (tunggal” atau “mores (jamak)”,
sedangkan etika (Yunani ) “ ethos”.

Moral dan etika maknanya sama : ‘adat atau kebiasaan’, penggunaannya


dlm praktik sering dipertukarkan satu sama lain dg makna yg sama.

Pada sebagian praktisi, dilakukan pemisahan dikotomis dlm penggunaan kata


‘moral’ dan ‘etika’ agar keduanya dpt dioperasionalisasikan unt tujuan2
praktis, memberi kerangka acuan bg perilaku individu, kelompok dan/atau
masy.

Moral bersumber dr lingkungan internal individu, tersimpan di hati nurani


(superego) manusia sbg hsl internalisasi nilai2 transendental (nilai-nilai ke-
Tuhanan) mengenai konsepsi perilaku yg ‘benar’ atau ‘salah’ dlm diri
individu. Bertolak dr konsepsi moral individu ini, dpt dikembangkan menjadi
moral kelompok dan/atau moral masy.

Bandiklat Prov Jateng


I. Definisi Moral dan Etika (2)

Moral dan etika bermuara pada acuan yang sama yaitu: ‘benar atau salah’,
‘baik atau buruk/jahat’ atau ‘patut atau tidak patut’.

Perbedaannya adalah bahwa konsepsi moral berdimensi ‘ideal’ karena


terletak pada tataran filosofis, gagasan atau ide yang mendasari dan
mengarahkan perilaku individu, kelompok atau masyarakat untuk mencapai
kebahagiaan hidup.

Konsepsi moral tidak mendeskripsikan secara tepat mengenai apa dan


bagaimana suatu perilaku dikatakan ‘benar’ atau ‘salah’ menurut acuan
moral. Konsepsi moral bersifat abstrak sehingga memerlukan alat atau
instrumen agar dapat dioperasionalisasikan pada tataran praktis atau
realitas.
Instrumen yang dibutuhkan itu adalah ‘etika’.

Bandiklat Prov Jateng


Definisi Etika
 Etika : seperangkat kaidah/norma/peraturan bersumber dari lingkungan
eksternal individu misalnya: ling. agama, ling. kerja (kode etik PNS), profesi
(Kode etik hakim, dokter, advokat dll.) dan, yg sengaja dirumuskan tujuanya
mengatur perilaku individu dan pemangku kepentingan/peran agar tidak
melanggar prinsip/ asas2 moral.
 ‘Etika’ berfungsi sbg alat/instrumen yg menyebabkan ‘nilai2/prinsip2
moral’ yg bersifat abstrak dpt diimplementasikan pd tataran realitas yg
konkrit.

 Etika (Ensiklopedia Nas.Indonesia): karakter, watak kesusilaan atau adat


kebiasaan, yg dibatasi dg dasar nilal moral menyangkut apa yg
diperbolehkan/tidak, yg baik/tidak baik, yg pantas/tdk pd perilaku manusia.
 Etika tidak lain adlh aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dlm berinteraksi
dg orang/kelompok lain dlm masy, atau antara individu/kelompok dr masy ttt dg
orang atau kelompok masy lain yg berbeda (misalnya: seseorang yg berasal dr
komunitas masy Jawa hrs beinteraksi dg warga masy Sulawesi, Kalimantan atau
Belanda.

Bandiklat Prov Jateng


 Etika memuat rumusan yg jelas ttg kriteria perilaku yg benar/buruk.
 Dalam konteks khusus, etika dikaitkan dengan seperangkat norma
spesifik bagi komunitas tertentu, misalnya Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Notaris Indonesia (INI),
dan dideskripsikan secara sistematis dalam bentuk seperangkat
aturan tertulis (Kode Etik) yg sengaja dibuat berdsrkan prinsip2
moral yg ada, dan difungsikan sbg alat menilai dan menghakimi sgl
macam tindakan berdsrkan prinsip2 moral dinilai menyimpang.
 Etika akan memberikan batasan maupun standar yg akan
mengatur interaksi manusia di dalam kelompok sosialnya.

Bandiklat Prov Jateng


Perbandingan Moral dan Etika
 Berdasarkan pemisahan dikotomis mengenai substansi dan makna
dari ‘moral’ dan ‘etika’ tersebut, dapat dibedakan bahwa:

 Moral selalu berdimensi ideal krn terletak pd tataran filosofis-


ideologis atau tataran ide/gagasan, sehingga bersifat abstrak dan
blm dpt dioperasionalisasikan scr langsung pd tataran praktis sbg
su/ realitas. Moral: ‘premis’, yaitu konstruksi nilai2 atau prinsip2
ideal mengenai benar/salah, baik/buruk dr perilaku individu atau
kelompok. Moral mrp nilai dasar/ fundamental berfungsi sbg
kerangka acuan dari etika.

 Etika berdimensi riil, terletak pada tataran realitas (kenyataan)


sehingga bersifat konkrit/nyata, diskrit (jelas-tegas). Etika adalah
‘praksis’, yaitu penjabaran konsepsi moral scr diskrit (jelas-tegas)
ttg apa yg benar/salah, apa yg boleh/tidak, apa yg patut/tidak. Etika
berisi seperangkat norma atau peraturan yang mengatur perilaku
individu/kelompok di dlm s/ masy.

Bandiklat Prov Jateng


PERBEDAAN MORAL DAN ETIKA,
Ilustrasi (1)
 Pada konteks umum (generik) prinsip2 moral “jujur,
bertanggungjawab, terbuka (transparan)”. Prinsip itu adalah
konsepsi moral yang ideal dan menjadi kewajiban atau “apa
seharusnya (das solen)” bagi setiap orang dlm berperilaku,
termasuk PNS. Prinsip tsb msh umum,abstrak unt diterapkan dlm
su/ realitas, krn belum ada kriteria/ukuran mengenai perilaku apa?,
bgm cara berperilaku, kpn perilaku itu dijalankan dan dlm situasi
apa?, kpd siapa perilaku itu ditujukan dan unk siapa?.
 Perlu dibuatkan konteks khusus berupa etika PNS, standar yg
berisi rumusan norma atau peraturan2 yg disebut “Kode Etik PNS”
unt mengontrol perilaku PNS dlm realitas kehidupannya, baik pd
saat bertugas/tidak.

 Manifestasi penerapan Kode Etik PNS dlm praktik, : (i) tdk pakai
mobil dinas unt kepentingan pribadi, (ii) tdk menerima suap
dan/atau gratifikasi yg berkaitan dengan tugas-jabatannya; (iii)
setiap pemakaian penggunaan anggaran didasarkan pd landasan
hukum yg tepat dan dipertanggungjawabkan dg dukungan bukti
otentik.
Bandiklat Prov Jateng
Ilustrasi (2)
 Etika PNS atau Kode Etik PNS mrp ukuran perilaku/tindakan PNS
atau “apa yg ada (das sein)” dalam tataran praktik. “Apa yang ada
(das sein)” sedapat mungkin harus selalu diperbaiki dengan
mengacu kepada “apa yang seharusnya (das solen)”. Perumusan
etika PNS harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai
‘perilaku’ yang benar dan/atau baik menurut standar ukuran yg
dpt diterima kelompok/komunitas, profesi dan masy/publik.
 Terkait dengan posisi, peran dan fungsi PNS dlm birokrasi
pelayanan publik, maka etika PNS dpt disebut sebagai ‘Etika
Publik’ atau ‘Etika Birokrasi’.
 Perumusan ‘etika publik’(das sein) harus didasarkan pada
norma-norma hukum dan profesi yg mengacu pd prinsip-prinsip
moralitas PNS sebagai ‘apa yang seharusnya (das solen)’ dituju
oleh setiap PNS.

Bandiklat Prov Jateng


Tabel 1. Perbandingan Moral dan Etika
Terjemahan, Budiati 2014)
Atribut Etika Moral
Substansi Seperangkat norma atau peraturan tentang perilaku individu dan/atau Seperangkat nilai-nilai, prinsip atau asas
kelompok tertentu yang terkait dengan kultur, pekerjaan, profesi dll. Etika mengenai benar atau salah. Konsepsi moral
mendefinisikan tentang bagaimana suatu perilaku dilakukan berdasarkan mendefinisikan tentang suatu perilaku
norma-norma yang sudah ditentukan di dalam Kode Etik. dilakukan berdasarkan prinsip atau konsep
ideal dari individu
Sumber Sistem sosial (masyarakat) - Eksternal Individual - Internal
Alasan Norma atau peraturan yang terkandung di dalam etika (Kode Etik) adalah Karena perilaku tertentu diyakini oleh
menggunakan suatu standar perilaku individu atau kelompok yang dianggap benar atau individu sebagai suatu hal yang benar atau
baik untuk dilakukan salah
Sanksi jika tidak Menerima penolakan dari orang lain, kelompok atau masyarakat, atau Melakukan sesuatu yang bertentangan atau
dilaksanakan bahkan dipecat dari pekerjaan. We may face peer/societal disapproval, or melanggar prinsip moral orang lain, dapat
even be fired from our job. menimbulkan efek yang berbeda-beda antara
satu orang dengan orang lainnya. Efek yang
timbul bisa berupa rasa tidak nyaman,
merasa bersalah, depresi, dll.
Fleksibilitas Rumusan dan definisi etika selalu tergantung pada konteksnya. Pada Pada umumnya konsisten atau tetap,
konteks yang sama, rumusan dan definisi etika relatif sama atau konstan, meskipun bisa juga berubah jika keyakinan
tetapi pada konteks yang berbeda, rumusan dan definisi etika juga individu berubah.
berbeda
Wilayah Abu-abu Bisa terjadi bahwa seseorang yang sangat mematuhi etika, justru tidak Individu yang bermoral mungkin saja terikat
memiliki prinsip moral sama sekali. Sebaliknya, seseorang melanggar etika dengan norma etika yang derajadnya lebih
(Kode Etik) dari suatu sistem, profesi atau komunitas dengan tujuan untuk tinggi, tetapi tetap berupaya mematuhi kode
mempertahankan integritas moralnya. etik yang tingkatannya lebih rendah, dengan
tujuan untuk mencapai keselarasan.
Asal Kata Ethos (Yunani) yang berarti ‘adat-kebiasaan’ Mos (Latin) yang berarti ‘kebiasaan’
(Etimologi)
Tingkat Etika diatur berdasarkan norma-norma atau kaidah-kaidah hukum dan Moral dan/atau moralitas melampaui batas-
Penerimaan profesi sesuai dengan konteks waktu dan tempat. batas budaya

Sumber: Inge Admunsen &Vicente Pinto de Andrade, 2008 Bandiklat Prov Jateng
RANAH KOGNITIF
Pengetahuan
Pengetahuan Agama, Pengetahuan Pengetahuan Lain
Nilai Moral Adat istiadat, Norma Etika (Mis. Filsafat)
Budaya

Super-ego (Hati Nurani)/Moralitas


Internalisasi Nilai dan Norma
Prinsip Kebaikan

Integritas Konsep Moral Harga Diri Konsep Diri Konsep Etika


(Moral Concept) (Self Esteem) (Self Concept) (Ethics Concept)

Ego
Prinsip Dorongan Sifat-sifat Kontrol Diri Emosi &
Keseimbangan Motivasi
(Drives) (Traits) (Self Control) Temperamen

Area Pra-sadar (Id) Predisposisi


Prinsip Kesenangan Sikap (Kecenderungan Area Sadar
Sesuai moral & etika untuk berperilaku
atau sebaliknya bemoral & Etis
RANAH AFEKTIF atau sebaliknya

RANAH PSIKOMOTOR Perilaku


Bermoral & Etis
•Taksonomi Bloom;Teori Psikologi Atau sebaliknya
•Teori Motivasi Abraham Maslow;;Teori Etika Lilin Budiati & BS. Toton, 2014
•Teori Psikoanalisa Sigmund Freud
Bandiklat Prov Jateng
Rohr,

Pakarnya masalah etika dalam birokrasi, yang menggunakan etika


dan moral dalam pengertian yang kurang lebih sama, meskipun
untuk kepentingan pembahasan lain, misalnya dari sudut filsafati,
memang ada perbedaan. Rohr menyatakan: “For the most part, I
shall use the words “ethics” and “morals” interchangeably.

Although there may be nuances and shades of meaning that


differentiate these words, they are derived etymologically from Latin
and Greek words with the same meaning.

www.themegallery.com Bandiklat Prov Jateng


Penegakan Etika & Aktualisasi nilai2
Budaya Org/Kerja Etika & budaya org/
Kerja dlm praktek

Mind-set
And
Cultural-set INTEGRITAS

Penerapan Aktualisasi prinsip2


Prinsip-prinsip Good Governance
Good Governance dalam praktek

Bandiklat Prov Jateng


6. Etika Terhadap Diri Sendiri
(Ps 11 PP 42 thn 2004)

Jujur & terbuka serta tdk memberi info yg tdk benar

Bertindak penuh kesungguhan & ketulusan

Menghindari konflik kepentingan pribadi,


kelompok, maupun golongan
Meliputi

Menjaga keutuhan & keharmonisan Kel

Berpenampilan sederhana, rapih dan sopan

Berinisiatif utk meningkatkan kualitas KSA


Memiliki daya juang yang tinggi

Memelihara kesehatan jasmani & Rohani


Bandiklat Prov Jateng
2. Internalisasi
standar etika publik

2.1. Tantangan Dalam Internalisasi Standar Etika


Publik
2.2. Korupsi dan Konflik kepentingan
2.3. Pejabat Publik dan Dilema Etika
2.4. Pilihan Etis dalam Internalisasi standar etika
publik
2.5. Integrasi Nilai-Nilai Etika Dalam Pelaksanaan
Kegiatan dan Pengambilan Keputusan

29
1. Adanya Pergeseran Sospol (Peran Swasta, LSM Meningkat)
2. Kondisi Makin Sulit , Kompleks, Dinamis,
3. Keterbatasan Kapasitas Aparatur Pemerintah
4. Globalisasi, Perkemb Iptek, Dan Liberalisasi  Persaingan Bebas
5. Iptek Merubah Manajemen Sektor Publik & Bisnis  Arus Informasi
Menembus Batas Ruang & Waktu
6. Demokratisasi, HAM, Pelestarian Lingkungan Hidup
7. Krisis Multidimensi (Situasi Politik Tak Stabil, Ancaman Disintegrasi,
Kepercayaan Masyarakat Menurun, Penegakan Hukum Lemah,
Penanganan KKN Lemah, Pemulihan Ekonomi Lambat, Pengangguran Dan
Kemiskinan Meningkat)
8. Menjelang Pemilu 2014 (TAHUN POLITIK) Perlu memahami jenis
interaksi sosial-politik;
 interferences (gangguan/saling pengaruhi);
 interplays (keterlibatan); intervensions (campur tangan)

Bandiklat Prov Jateng


ORSI: MOBOKRASI (anarkhis)
Mob:tindakan yg tdk suai dg nilai2 demokrasi;
Krasi : rakyat

INTEREST INTEREST BASED


BASED
APPROACH
APPROACH

RIGHT BASED RIGHT BASED


APPROACH APPROACH

POWER
POWER BASED BASED
APPROACH
APPROACH

ORLA : AUTORITARIANISME
ORLA : TOTALITARIANISME

Bandiklat Prov Jateng


1) Patologi akibat persepsi, perilaku, gaya manajerial menyebabkan
lemahnya integritas : penyalahgunaan wewenang, statusquo, menerima
sogok, takut perubahan dan inovasi, sombong, menghindari kritik, nopotisme,
otoriter, dsb;
2) Patologi akibat pengetahuan dan keterampilan : puas diri,tdk teliti
bertindak tanpa berpikir, counter produktif, tidak mau berkembang/belajar,
pasif,
3) Patologi karena tindakan melanggar hukum : mark-up, menerima
suap, tidak jujur, korupsi, penipuan, kriminal, sabotase, dsb.
4) Patologi akibat perilaku : kesewenangan, pemaksaan, konspirasi,
diskriminasi, tidak sopan, indisipliner, kepentingan sendiri, non profesional,
vested interest, pemborosan dsb.
5) Patologi akibat situasi internal : tujuan dan sasaran tidak efektif dan efisien,
kewajiban sebagai beban, eksploitasi, pengangguran terselubung, kondisi kerja
yang tidak nyaman

Bandiklat Prov Jateng


4. FAKTOR DAN PENGARUH HAMBATAN
ETIKA BIROKRASI PEMERINTAHAN
THD INTEGRITAS INSTITUSI

PENGARUH
VISI
HAMBATAN ETIKA DAN MISI
BIROKRASI BIROKRASI
FAKTOR
FISIOLOGIS
 Pesepsi Individu SISTEM,
 Sikap Dan Perilaku STRUKTUR,
BIROKRASI PEM DAN KULTUR
Kesadaran moral BIROKRASI
FAKTOR Prinsip dan nilai moral
SOSIOLOGIS universal
Kemampuan
intelektual
FUNGSI BIROKRASI
PEMERINTAHAN
FAKTOR
LINGKUNGAN
INTEGRITAS MASYARAKAT

Bandiklat Prov Jateng


PENTINGNYA ETIKA
DALAM MENJALANKAN FUNGSI “PEMERINTAH”

1. Fungsi Politik “Apa yang Menjadi Keinginan


Berkaitan dengan Negara?”
pembuatan kebijakan • Kekuasaan membuat kebijakan publik
(public policy making) berada pada kekuasaan politik

POLITIK & ADM


DIKOTOMI, (political master)
PEMERINTAH • Melaksanakan kebijakan politik
ADA 2 FUNGSI maupun kekuasaan “Adm. Negara”.
• Memiliki kewenangan disebut
“Discretionary power”*) kekuasaan
untuk menafsirkan suatu kebijakan
2. Fungsi politik dalam bentuk program dan
Administrasi proyek
Berkaitan dengan
pelaksanaan
kebijakan (1)

Apakah ada jaminan dan


bagaimana menjamin bahwa
kewenangan itu digunakan
untuk secara baik dan tidak
Note: pem adalah pelayanan masy secara buruk

Bandiklat Prov Jateng


Masalahnya :
Pertama, siapa yg menentukan apakah sstu sasaran, ukuran, atau hasil yg dikehendaki
didsrkan pd kepentingan umum, bukan kepentingan si pengambil keputusan, atau
kelompoknya, atau kelompok yg ingin diuntungkan.

Kedua, di mana letak batas antara hak perorangan dan kepentingan umum. Jika
kepentingan umum mencerminkan dg mudah kepentingan banyak individu, mk
masalahnya sederhana. Namun, jika ada perbedaan tajam antara keduanya, mk akan
timbul masalah.
Ketiga, bagaimana membuat perhitungan yg tepat bhw langkah2 yg dilakukan akan
menguntungkan kepentingan umum dan tdk merugikan. Hal ini penting oleh karena
kekuatan dari pendekatan (utilitarianism) ini adalah bahwa dalam neracanya harus
diperoleh manfaat yg sebesar2nya dan kerugian yg sekecil2nya, unt kepentingan
masy scr keseluruhan. Atau dengan kata lain efisiensi

www.themegallery.com Bandiklat Prov Jateng


2.1. Tantangan Dalam
Internalisasi Standar Etika
Publik
(IDENTIFIKASIKAN DI
LINGKUNGAN INSTITUSI
SAUDARA)

36
2.1. Tantangan Dalam Internalisasi
Standar Etika Publik (1),I Made sedana, 2009
 Kondisi pelayanan publik yg dilakukan aparat birokrasi sering
mengabaikan etika dlm pelayanan, shg menimbulkan praktek mal-
administrasi
 Manusia itu pd dasarnya adalah konservatif, shg ada kecenderungan
ingin mempertahankan segala sst yg sdh biasa dilakukan – sekalipun
kebiasaan buruk.
 Adapun tantangan terbesar yg hrs dihadapi adalah diperlukan adanya
perubahan perilaku (shifting of behaviour) yg sejalan dan konsisten dg
agenda reformasi
 Kebijakan nasional yang kaku terhadap upaya reformasi - "satu ukuran
cocok untuk semua”; one size fits all (Dwiyanto,Agus, 2008)
 Kerangka regulasi nasional dan kebijakan yang usang terhadap upaya
reformasi, (Dwiyanto,Agus, 2008)
 Kurangnya komitmen pimpinan lembaga untuk melaksanakan reformasi
(Dwiyanto,Agus, 2008)
 Rendahnya kapasitas kementerian dan lembaga untuk melaksanakan
reformasi (Dwiyanto,Agus, 2008)

Bandiklat Prov Jateng


2.1. Tantangan Dalam Internalisasi
Standar Etika Publik (2)

 Transformasi ke arah demokrasi mengandung pergeseran dari sistem


nondemokratis (apapun bentuknya) ke arah sistem yg demokratis.
Kasus Indonesia, transformasi ke arah demokrasi berkaitan dg
perubahan dr hubungan yg memiliki karakter zero-sum artinya negara
sangat kuat dan masyarakat sipil sangat lemah, berubah jadi hubungan
yang positive-sum.
 Terjadinya distorsi aspirasi yg datang dari masy, serta menghindari
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).
 Peran birokrasi diragukan dlm menghidupkan-mendinamisasikan proses
demokratisasi, krn sifat birokrasi pasti tdk dinamis (Suseno, 1992).
Bahkan Sutoro Eko (2003) : raksasa birokrasi Indo yg tdk bermutu,
justru menjadi beban yg sangat berat bagi negara dan masy

www.themegallery.com Bandiklat Prov Jateng


DELAPAN BENTUK MAL-PRAKTEK (mal-administrasi), 1
Nigro dan Nigro dalam (Widodo, 2001:259-262),

 1. Ketidak-jujuran (dishonesty),
Suatu tindakan administrasi yang tidak jujur. Misalnya; mengambil uang dan
barang publik untuk kepentingan sendiri, menerima uang suap dari
langganan (client), menarik pungutan liar. Dikatakan ketidak-jujuran karena
tindakan ini berbahaya dan menimbulkan ketidak-percayaan (dis-trust), dan
merugikan kepentingan organisasi atau masyarakat.
 2. Perilaku yang buruk (unethical behaviour)
Misalnya, kecenderungan pegawai untuk memenangkan perusahaan
koleganya dalam tender proyek; seorang pembesar minta kepada kepala
personalia supaya familinya diluluskan dalam seleksi.
 3. Mengabaikan hukum (disregard of the law),
Pegawai (administrator publik) dpt mengabaikan hukum atau membuat
tafsiran hukum yg menguntungkan kepentingannya. Misalnya pegawai
menggunakan mobil dinas untuk keluarga, padahal fasilitas kantor yg scr
hukum hny diperuntukkan pegawai dan untuk kepentingan dinas.

Bandiklat Prov Jateng


Delapan bentuk mal-praktek (mal-administrasi), 2

 4. Favoritisme dalam menafsirkan hukum.


Pejabat atau pegawai di suatu instansi tetap mengikuti hukum yg berlaku,
ttp hukum tsb ditafsirkan unt menguntungkan kepentingan ttt. Misalnya
“gubernur” sbg pembina politik di wilayahnya hrs bersikap netral, namun
dlm pemilu sebagai kader partai A mrs terpanggil memenangkan partai tsb.
Perlakuan yg tdk adil thd pegawai. Pegawai diperlakukan scr tdk adil.
Misalnya bos menghambat pegawai yang berprestasi karena merasa
disaingi.
 5. Inefisiensi bruto (gross inefficiency).
Betapapun bagus maksudnya, jika suatu instansi tidak mampu melakukan
tugas secara memadai, para administrator disitu dinilai gagal, misalnya
pemborosan dana secara berlebihan
 6. Menutup-nutupi kesalahan.
Pimpinan atau pegawai menutupi kesalahannya sendiri atau bawahannya,
atau menolak diperiksa atau dikontrol oleh legislatif, atau melarang pers
meliput kesalahan instansinya
Bandiklat Prov Jateng
Delapan bentuk mal-praktek (mal-administrasi), 3

 7. Gagal menunjukkan inisiatif.


Sebagian pegawai gagal membuat keputusan yang positif atau
menggunakan diskresi (keleluasaan/kelonggaran) yang diberikan
hukum kepadanya.

 8. Perlakuan yang tidak adil terhadap pegawai.


Pegawai diperlakukan secara tidak adil. Misalnya bos menghambat
pegawai yang berprestasi karena merasa disaingi

Bandiklat Prov Jateng


PENTINGNYA
DALAM MENJALANKAN FUNGSI PEMERINTAH
Pedoman/ acuan,
referensi bagi
“Administrasi
Negara” (birokrasi
Publik)
Dalam tugas +
kewenangannya, agar
dinilai baik, terpuji,
ETIKA tidak tercela
(etika Birokrasi ) • Refleksikan nilai2 dasar masy yg
ada dilayani;
2 FUNGSI • Kepentingan publik diatas
“Standar kepentingan pribadi, kelompok +
Penilaian” organisasi (Dwiyanto, 2002).
Mengenai sifat, • Utamakan masy luas (Dwiyanto,
perilaku, dan 2002).
tindakan birokrasi • Efektif, pencapaian apa yg jadi
publik, dinilai baik, tujuan + sasaran.
• Sederhana, prosedur dan tata
terpuji, tidak tercela
cara yg mudah, tepat, tidak
berbelit, mudah dipahami,
mudah dilaksanakan
• Kejelasan dan kepastian**
Bandiklat Prov Jateng
KEJELASAN DAN KEPASTIAN**)

 Prosedur tata cara pelayanan


 Syarat pelayanan (teknis + adm)
 Unit kerja + pejabat yang berwenang
 Tarif + tata cara pembayaran
 Jadwal waktu penyelesaian
 Keterbukaan prosedural/ tata cara

Bandiklat Prov Jateng


ETIKA KEBAJIKAN (ethics of virtue).
Mengkaji etika kebajikan (ethics of virtue). Etika ini berbicara
mengenai karakter yang dikehendaki dari seorang administrator.
Nilai-nilai kebajikan inilah yang dapat mengendalikan peran
seseorang di dalam organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi
berlandaskan nilai-nilai moral yang sesuai dengan martabat
kemanusiaan
Tantangan selanjutnya, apa saja nilai-nilai kebajikan itu, atau lebih
tepatnya nilai-nilai mana yang pokok (cardinal values), dan mana
yang menjadi turunan (derivative) dari nilai-nilai pokok itu. Frankena
(1973) misalnya, mengatakan bahwa hanya ada dua kebajikan
pokok (cardinal virtues), yaitu benevolence dan justice. Semua nilai
kebajikan lain bersumber dari kedua nilai utama itu. Hart
mengatakan bahwa kebajikan pokok itu adalah eudaimonia dan
benevolence.

www.themegallery.com Bandiklat Prov Jateng


Nilai Kebajikan = Nilai moral

Hart (1995) agar kebajikan menjadi sentral dalam karakternya


sendiri, yang akan membimbingnya dalam perilakunya di organisasi.
Administrator yang bajik berkewajiban moral untuk mengupayakan
agar kebajikan juga menjadi karakter mereka yang bekerja di
bawahnya.

Kebajikan tidak bisa dipaksakan, karena kebajikan harus berasal


dari diri masing-masing individu (voluntary observance).
“virtue does not yield to social engineering.”
Hart mengetengahkan pentingnya pendidikan mengenai kebajikan
sejak dini, serta dilancarkannya kebijakan-kebijakan program,
praktek-praktek yang mendorong berkembangnya nilai-nilai
kebajikan dalam organisasi. Akhirnya, yang amat penting adalah
keteladanan.
Etika kebajikan yang penting adalah proses untuk
menginternalisasikannya dibandingkan dengan hasilnya.

www.themegallery.com Bandiklat Prov Jateng


KONSEP ETIKA PELAYANAN PUBLIK.

 Etika pelayanan publik adalah: ”suatu cara dalam melayani publik


dengan menggunakan kebiasaan2 yang mengandung nilai-nilai
hidup dan hukum atau norma-norma yang mengatur tingkah laku
manusia yang dianggap baik” (Kumorotomo, 1996:7).
 Putra Fadillah (2001:27), etika pelayanan publik adalah: ”suatu cara
dalam melayani publik dengan menggunakan kebiasaan2 yang
mengandung nilai2 hidup dan hukum atau norma yang mengatur
tingkah laku manusia yang dianggap baik”.
 Dwiyanto (2002:188): etika dalam konteks birokrasi : ”Etika birokrasi
sebagai suatu panduan norma bagi aparat birokrasi dalam
menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat. Etika birokrasi
harus menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan organisasinya. Etika harus diarahkan pada pilihan2
kebijakan yang mengutamakan kepentingan masyarakat luas”.

www.themegallery.com Bandiklat Prov Jateng


Internalisasi nilai-nilai Etika
Memperbaiki birokrasi (menanamkan etika sebagai nilai utama
administrasi), yang tercermin baik dalam etika perorangan maupun
etika organisasi adalah pekerjaan yang perlu kesabaran, dan
hasilnya tidak dapat spektakuler, tetapi akan banyak bersifat
inkremental.

Ia harus terkait dengan pembangunan sosial ekonomi secara


keseluruhan. Keberhasilan dan kemajuan pembangunan
administrasi akan sangat ditentukan oleh keberhasilan dan kemajuan
pembangunan sosial ekonomi. Sebaliknya, kemajuan sosial ekonomi
sangat tergantung dari kemampuan administrasi dalam
menyelenggarakan tugas-tugas pembangunan. Dengan demikian,
keduanya berkaitan sangat erat dan satu sama lain saling
memperkuat.

www.themegallery.com Bandiklat Prov Jateng


3. Aktualisasi standar
etika publik dalam
mengelola kegiatan
instansi

Etika Publik dan Pelayanan Publik


Aktualisasi Etika Publik Untuk
Melawan Korupsi
Etika Publik dan Modalitas
Etika Publik dan Integritas Publik
Kepemimpinan
Merancang Tatanan Etika
Framework Standar Etika Publik Etis

Merencanakan Elemen Menciptakan


Sistem Etika

Mengevaluasi
Mengelola Sistem
Kinerja
Organisasi

Melaporkan Membangun
Pelanggaran Komitmen

Memperkuat Membuat Panduan


Perilaku Etis Perilaku Etis

Mengembangkan
Ketrampilan Etis

Sumber: dielaborasi dari “An Ethics Framework For Applying the Public Sector
Values, Principles, Codes and Standards – by Lilin Budiati & BS. Toton

Bandiklat Prov Jateng


Prinsip-Prinsip dan Indikator Standar Etika Publik
Definisi Operasional
Variabel Prinsip-Prinsip Ukuran/
Indikator Sub Indikator
Skala
Bertanggungjawab
1. Mengutamakan kepentingan (Responsible)
publik Daya Tanggap
(Responsiveness)
2. Bertanggung jawab kepada
Integritas
publik (Integrity)

3. Selalu berdasarkan hukum Imparsialitas


(Impartiality)
4. Good Governance Akuntabilitas
Etika Publik (Accountability)
(Norma bagi Aparat 5. Sistem berbasis kompetensi
Transparansi
Sipil Negara dalam (merit system) (Transparentcy)
menjalankan tugas
pelayanan publik) 6. Kejujuran Efisiensi
(Efficientcy)
7. Bermoral
Impersonalitas
8. Tidak sekedar menghindari (Impersonality)
Sistem Merit
kesalahan, tetapi selalu mencari (Merit System)
kebenaran Kehormatan
(Respect)
Kepemimpinan
(Leadership)

Sumber: An Ethics Framework for Applying the Public Sector Values, Principles, Codes
and Standards Bandiklat Prov Jateng
Empat Dimensi Akuntabilitas:

 1. Siapa yang melaksanakan;


 2. Kepada siapa disampaikan/diserahkan;
 3. Standar apa yang digunakan untuk penilaiannya;
 4. Bagaimana Nilai akuntabilitasnya.
 Pihak yang berkepentingan (Stakeholders) dalam
akuntabilitas:
 1. Publik dan Konsumen;
 2. Pemimpin dan Pengawas;
 3. Petugas pelaksana Kegiatan

Bandiklat Prov Jateng


Mario D. Yango:
1. Traditional atau Regularity Accountability;
Fokus: Transaksi reguler atau transaksi-transaksi fiskal termasuk
kepatuhannya pada peraturan.
2. Managerial Accountability;
Fokus: Pada efisiensi dan kehematan penggunaan sumber daya.
Pejabat dan pegawai tidak hanya menjawab pertanyaan yang
diajukan, tetapi juga harus mampu menetapkan rencana
kelanjutannya dari sebuah kegiatan – Kontinuitas kegiatan
3. Program Accountability.
Fokus: Pada pencapaian hasil kerja (kinerja)
4. Process Accountability.
Fokus: Pada informasi mengenai tingkat pencapaian kinerja
sebagai dampak dari pelaksanaan suatu kebijakan dan aktivitas
organisasi.

Bandiklat Prov Jateng


52
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKUNTABILITAS:
1. Low Literacy Precentage (tingkat kesadaran hukum yg rendah);
2. Poor Standard of Living (standar hidup rendah);
3. General Decline in the moral values (penurunan nilai moral);
4. A policy of live and let live (tidak peduli thd kebjk pem);
5. Cultural faktors (faktor budaya);
6. Government monopoly (sentralisasi pemerintahan);
7. Deficiencies in the accounting system (buruknya sistem akuntabilitas);
8. Lack of will in enforcing accountability (penegakan hk. Lemah);
9. Birocratic secrecy (birokrasi tdk terbuka/ terlalu ketat);
10.Conflict in perspective and inadequate institutional linkage (tidak ada
standar kejelasan mengenai program pemerintah);
11.Quality of officers (kualitas pejabat yang rendah);
12.Technological obsolescence and inadequate surveillance system (Tidak ada
teknologi yang mendukung);
13.Colonial herritage (akibat peninggalan penjajah);
14.Defects in the laws concerning accountability (Lemahnya sistem hukum/
asas praduga tak bersalah);
15.Crisis environment (lingkungan yang tidak stabil);

Bandiklat Prov Jateng


53
Akuntabilitas memvisualisasikan:
1. Ketaatan kepada peraturan dan prosedur yang berlaku;
2. Kemampuan untuk melakukan evaluasi kinerja;
3. Keterbukaan dalam pembuatan keputusan;
4. Mengacu pada jadual yang telah ditetapkan;
5. Menerapkan efisiensi dan efektivitas biaya pelaksnaan.

PRINSIP-PRINSIP AKUNTABILITAS

1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh pegawai


2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-
sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangan yang berlaku;
3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan;
4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang
diperoleh;
5. Harus jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan
manajemen (agent of change)

Bandiklat Prov Jateng


54
Figure 1. Dimensions of Accountability

+
-

-
Bandiklat Prov Jateng
Figure 2. Accountability in the Public Sector

Bandiklat Prov Jateng


BENTUK DAN CIRI-CIRI AKUNTABILITAS
Akuntabilitas Politis Akuntabilitas Akuntabilitas Profesi Akuntabilitas Demokrasi
Administrasi
Prinsip dasar Bertindak mengikuti Bertindak mengikuti aturan Bertindak peraturan dan Bertindak sesuai kebutuhan dan
operasional ketentuan Pemerintah dan prosedur yang telah ada praktek teknis profesi kepentingan masyarakat
Akuntabilitas internal, Otoritas politik yg paling - Otoritas politik yg paling - Otoritas atau lembaga profesi
untuk siapa? kuat kuat yg paling kuat (evaluasi
- Otoritas atau lembaga teknis)
administratif yg paling - Otoritas atau lembaga
kuat administratif yg paling kuat
(evaluasi administratif)
Akuntabilitas Parlemen (Dewan - Lembaga pengawas dan Lembaga pengawas dan Masyarakat (kelompok tertentu
eksternal, untuk Perwakilan Rakyat) pengendali eksternal pengendali eksternal (teknis maupun keseluruhan)
siapa? - Warga Negara maupun administratif)
- Lembaga Peradilan
Perihal Hasil kinerja Bentuk dan prosedur diikuti Peraturan dan praktek profesi Hasil kinerja administratif
administratif tindakan administratif profesi diikuti tindakan
administratif
Kriteria - Kriteria politis Kriteria formal: memenuhi K riteria profesional: Dampak sosial kinerja
- Kriteria teknis atau peraturan dan prosedur yg memenuhi peraturan dan administratif
objektif sudah ditetapkan praktek profesi yang sudah
ditetapkan
Mekanisme - Mekanisme - Mekanisme pengawasan - Mekanisme pengawasan dan - Mekanisme partisipasi masy
pengawasan dan dan pengendalian internal pengendalian internal (teknis - Media dan sarana untuk
pengendalian internal - Mekanisme pengawasan maupun administratif) mengekspresikan opini public
(tanggungjawab dan pengendalian - Mekanisme pengawasan dan - Teknologi Informasi
internal) eksternal pengendalian eksternal
- Mekanisme - Tuntutan administratif (teknis maupun administratif)
pengendalian - Prosedur peradilan
Parlemen
Konsekwensi - Kritik dan pengakuan - Revisi tindakan Sanksi atau pengakuan dari - Adopsi tindakan administrative
politis administratif (Penguatan, dinas terkait - Revisi keputusan administrative
- Pengunduran diri atau modifikasi pembatalan) - Pengesahan secara demokratis
pemecatan - Sanksi atau pengakuan terhadap kinerja administratif
dari dinas terkait
- Kompensasi bagi warga
negara
III. Aktualisasi etika dan
integritas dalam mengelola
program instansi
The only thing
even in this
 Integritas berarti konsistensi antara dua hal, yaitu pikiran dan world is the
tindakan, untuk pengambilan keputusan. Pengambilan number of
keputusan etis melibatkan proses penalaran etis yang hours in a day.
didalamnya mengelaborasi kesadaran moral dan kemampuan
moral kognitif seseorang yang pada akhirnya diwujudkan di The difference
dalam bentuk pengambilan keputusan. in winning or
losing is what
 Integritas meliputi komitmen seseorang terhadap suatu prinsip you do with
yg harus dimaknai sebagai loyalitas kepada prinsip dan nilai those hours.
moral universal, dan bukan kepada prinsip dan nilai moral yang
dipegang pada taraf individu, organisasi, ataupun masyarakat Woody Hayes

 Kesadaran moral tdk ditentukan oleh perasaan, melainkan


oleh kemampuan intelektual, yaitu kemampuan unt
memahami dan mengerti sst scr rasional (Magnis-Suseno,2000).
Kohlberg (1955) tidak berbicara tentang prinsip moral tertentu,
tidak bicara tentang apa yang benar dan tidak secara moral,
melainkan meneliti kompetensi untuk memberikan penalaran
etis

Bandiklat Prov Jateng


I. Orientasi thd kepatuhan
dan hukuman

II. Representasi penalaran


yg imbang antara kept pribadi+
Pre-conventional org sosial

III. Pahami secara moral


sbg kesesuaian keptusan
ISU MORAL Conventional yg diambil

IV. Mengacu pd prinsip


dan nilai moral yg obyektif
(lepas dr individu,sosial,organisasi
Post-conventional
V. Perkembangan kesadaran moral

Sumber: Anggara Wisesa, 2011, VI. Prinsip dan nilai moral universal
modifikasi Budiati, 2014

Bandiklat Prov Jateng


SIMPULAN DAN IMPLIKASI
 Integritas bukan sekadar istilah yang merujuk pada perilaku etis,
tetapi lebih jauh dalam lagi, integritas mengandaikan tingkat
pemahaman moral yang universal yang secara rasional dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini membawa implikasi bahwa tidak
setiap perilaku etis dapat dinilai sebagai tindakan berintegritas dan
hanya perilaku etis yang dilakukan atas dasar prinsip dan nilai moral
universal yang dapat dikatakan berintegritas moral

 Kode etik organisasi dapat menjadi koridor perilaku anggota


organisasi. Tetapi, penerapan yang disertai dengan mekanisme
hukuman dan imbalan memiliki efek negatif. Sistem hukuman dan
imbalan sering digunakan untuk membangun dan menguatkan
budaya organisasi, termasuk menekan perilaku tidak etis yang
dilakukan oleh karyawan.

Bandiklat Prov Jateng


……………SIMPULAN DAN IMPLIKASI

3. Ketergantungan yang besar pada sistem hukuman dan imbalan


untuk menegakkan kode etik dan aturan justru membawa individu-
individu di dalam organisasi kepada konsistensi asosiasi keputusan
dan tindakan dengan hukuman atau imbalan tertentu (tahap
preconventional dalam teori perkembangan moral Kohlberg) (Baucus
& Beck-Dudley, 2005).
4. Kesulitan analisa integritas dengan hanya menekankan perilaku etis
adalah karena meski tindakan etis yang dilakukan sama, tindakan
etis itu dapat dilandasi oleh motif-motif yang berbeda. Hal ini
terkait dengan proses pengambilan keputusan etis yang di dalamnya
kemampuan moral kognitif berperan

Bandiklat Prov Jateng


Keterkaitan Etika, Integritas dan Good Governance

Good
Governance

Synergistic (Win/Win)
INTEGRITAS

Respectful (Compromise)

Defensive (Win/Lose or Lose/Win)

Low High
ETIKA
Bandiklat Prov Jateng
INTEGRITINTEGRITAS & ETIKA SBG
INTEGRITAS & ETIKA SBG LANDASAN In a crisis, be
GOOD GOVERNANCE aware of the
danger, but
 Integritas adalah mutu, sifat atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki recognize the
potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan opportunity.
dan kejujuran.
John F.
 Etika didefinisikan sebagai pemahaman tentang hal yang Kennedy
baik dan buruk atau hak dan kewajiban mengenai moral
dan ahlak.

 Jika keduanya digabung dan ditempatkan dalam sanubari,


dapat mencetak perilaku setiap individu untuk beretika baik
serta berintegritas tinggi di lingkungan organisasi. Karena
itu, organisasi pemerintah harus berani merumuskan
integrasi keduanya kedalam sebuah Nilai Etika.

Bandiklat Prov Jateng


HAKIKAT INTEGRITAS

BERTINDAK KONSISTEN SERTA


SESUAI KODE ETIK DENGAN NILAI-
NILAI DAN KEBIJAKAN ORGANISASI

KEKUATAN INTEGRITAS:
MELAKUKAN YANG TEPAT,
BERTANGGUNGJAWAB,
BEKERJASAMA DAN BERINOVASI

INDIKATOR INTEGRITAS:
APAKAH KODE ETIK TELAH DILAKSANAKAN;
BGMN MENGATASI KONFLIK;
KOMITMEN ORGANISASIONAL

Bandiklat Prov Jateng


IV. Etika Publik sebagai Fundamen
dalam Mewujudkan Tata Kelola
Kepemerintahan Yang Baik

BAHAN SIMULASI
terlampir

66
LANJUTAN
INTEGRITAS & ETIKA SBG LANDASAN GOOD GOVERNANCE

Nilai etika harus dituangkan ke dalam berbagai aturan


atau standar perilaku agar dapat menjadi kerangka
perilaku yang dipedomani seluruh pegawai.

Nilai etika bukan sekadar bermanfaat untuk membentuk


(memotivasi dan mendorong) perilaku pegawai sehari-
hari, namun juga membimbing mereka ketika
melakukan proses pengambilan keputusan.
Sehingga jika nilai etika dapat ditegakkan secara
konsisten dan konsekuen sebagai fondasi good
governance dalam organisasi akan makin kokoh.

Bandiklat Prov Jateng


KAPASITAS SDM
(pemimpin yg tidak kapabel) ???
 Tidak memiliki tujuan yg jelas
 Rendahnya integritas personal
 Tidak pahami timing mengguncang bawahan unt
bergerak wujudkan VISI organisasi
 Tidak diimbangi ketekunan menginspirasi
 Tidak menghayati masalah
 Tidak mampu mencari solusi
 Berjarak dengan bawahan, tdk peduli membantu
 Fungsinya hny meneruskan pesan dari hierarchi yg lbh
tinggi
 Tidak mampu membangun sinergitas

Bandiklat Prov Jateng


68
V. Analisis Kasus

69
A Basic Policy Process, .
C. Patton, D. Savicki, p53

1.Verify, define, 2. Establish


detail the problem Evaluation criteria

3. Identify
Alternative policy
6. Monitor the
Implemented
Policy

4. Evaluate
alternative policies
5. Display and
Distinguish among
Alternative policies

Bandiklat Prov Jateng


1. Verify, define, detail the problem
2. Establish Evaluation criteria
3. Identify Alternative policy
4. Evaluate alternative policies
5. Display and Distinguish among Alternative
policies
6. Monitor the Implemented Policy

Bandiklat Prov Jateng


DAFTAR PUSTAKA

 Anggara Wisesa, Integritas Moral Dalam Konteks Pengambilan


Keputusan Etis, Jurnal Manajemen Teknologi Vol 10 Number 1,
2011
Lilin Budiati, Evaluasi Persepsi Tentang Kompetensi Dan
Pendayagunaan Alumni Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat III Provinsi Jawa Tengah, 2012
Lilin Budiati, 2014, Etika Publik Sebagai Basis Pelayanan Sektor Publik, artikel

I Wayan Sudana, 2009, Mewujudkan Birokrasi yang


Mengedepankan Etika Pelayanan Publik Diposkan dalam
Administrasi dan Pelayanan Publik, Orasi Ilmiah, tagged Birokrasi;
Etika Pelayanan Publik pada 6 Juni 2009 | 5 Comments »

Bandiklat Prov Jateng

Anda mungkin juga menyukai