Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidyah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikna banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang membahas tentang
Qodariyah dan Jabariyah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Kediri, 13 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1

C. TUJUAN PENULISAN................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. DEVINISI DAN SEJARAH TIMBULNYA QODARIYAH........................3

B. POKOK-POKOK AJARAN QODARIYAH................................................4

C. DEVINISI DAN SEJARAH TIMBULNYA JABARIYAH..........................6

D. POKOK-POKOK AJARAN JABARIYAH..................................................7

E. PERKEMBANGAN AJARAN QODARIYAH DAN JABARIYAH...........8

BAB III..................................................................................................................10

KESIMPULAN......................................................................................................10

A. KESIMPULAN...........................................................................................10

B. SARAN.......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Munculnya berbagai kelompok teologi dalam Islam tidak terlepas dari
faktor historis yang menjadi landasan kajian. Bermula ketika Nabi
Muhammadsaw wafat, riak-riak perpecahan di antara kaum Muslim timbul
kepermukaan. Perbedaan pendapat dikalangan sahabat tentang siapa
pengganti pemimpin setelah Rasul, memicu pertikaian yang tidak bisa
dihindari. Semua terbungkus dalam isu-isu yang bernuansa politik dan
kemudian berkembang pada persoalan keyakinan tentang Tuhan dengan
mengikutsertakan kelompok-kelompok mereka sebagai pemegang predikat
kebenaran.

Selain itu beberapa kelompok besar yang pemahamannya


sangat ekstrim (berlebihan) dan saling bertolak belakang. Kelompok ini
muncul di akhir era parasahabat. Diantara kelompok tersebut adalah
Qadariyah dan Jabariyah. Pemikiran Qadariyah ini bercorak liberal,
sedangkan Jabariyah mempunyai corak pemikiran tradisional. Munculnya
corak pemikiran yang beragam dalam Islam disebabkan karena semakin
luasnya wilayah Islam ke Timur dan ke Barat, Islam mulai bersentuhan
dengan keyakinan dan pemikiran dari ajaran-ajaran lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah devinisi dan sejarah timbulnya Qodariyah?
2. Apakah devinisi dan sejarah timbulnya Jabariyah?
3. Bagaimana pokok-pokok ajaran Qodariyah?
4. Bagaimana pokok-pokok ajaran Jabariyah?
5. Bagaimana perkembangan ajaran Qodariyah dan Jabariyah?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Memberi wawasan tentang devinisi dan sejarah timbulnya Qodariyah

1
2. Memberi wawasan tentang devinisi dan sejarah timbulnya Jabariyah
3. Memberi wawasan tentang pokok-pokok ajaran Qodariyah
4. Memberi wawasan tentang pokok-pokok ajaran Jabariyah
5. Memberi wawasan tentang perkembangan ajaran Qodariyah dan Jabariyah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEVINISI DAN SEJARAH TIMBULNYA QODARIYAH


Kata Qadariyah berasal dari kata kerja qadara yang bermakna
memutuskan (to decree / to decide). Di samping bermakna memutuskan kata
itu juga mengandung makna memiliki kekuatan atau kemampuan. Dalam
disiplin Ilmu Kalam istilah Qadariyah itu dipakai bagi suatu aliran yang
memberikan penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam
mewujudkan perbuatannya. Pemahaman kaum Qodariyah mengenai konsep
iman, pengakuan hati, dan amal, menimbulkan kesadaran bahwa manusia
mampu sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri, baik
maupun buruk. Jadi Jadi paham Qadariyah terpacu pada paham free will dan
free act yang mana manusia berkuasa untuk melakukan perbuatan tersebut atas
kehendak dan kekuasaannya sendiri.1

Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad al-Juhani dan Ghailan


al-Dimasyqi. Ma’bad al-Juhani adalah tokoh politik yang memihak kepada Abd
Al-Rahman Al-Asy’as, Gubernur Sajistan dalam menentang kekuasaan Bani
Umayyah di Damaskus. Ma’bad al-Juhani menjadikan Irak sebagai daerah
sasaran pengembangan paham ini dalam waktu yang lama. Atas perintah
Khalifah Abd Al- Malik bin Marwan, Ma’bad al-Juhani mati terbunuh pada
tahun 80H/ 699M. 2
Sedangakan Ghailan al-Dimasyqi adalah seorang orator yang berasal dari
Damaskus. Setelah Ma’bad al-Juhani wafat, Ghailan al-Dimasyqi
mengembangkan paham ini di daerah Damaskus dan Syam, yang tentu saja
ditentang oleh rezim Damaskus sendiri dibawah pimpinan Khalifah Umar bin
1
M. Yunan Yusuf, Aliran-Aliran dalam Pemikiran Kalam: Dari Khawarij ke Buya HAMKA Hasan
Hanaf, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2014), 57-58.

2
M. Yunan Yusuf, Aliran-Aliran dalam Pemikiran Kalam: Dari Khawarij ke Buya HAMKA Hasan
Hanaf, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2014), 59.

3
Abd Al-Aziz.3 Karena Bangsa Arab sebelum Islam dipengaruhi paham
Jabariyah yang mana pendangannya sangat bertentangan dengan paham
Qadariyah. Setelah Umar bin Abd Al-Aziz wafat, penggantinya, Hasyim Abd
Al-Malik menjatuhkan hukuman mati terhadap Ghailani al-Dimasyqi.4

B. POKOK-POKOK AJARAN QODARIYAH


Adapun corak pemikiran paham Qadariyah lebih mengedepankan sikap
rasionalitas, otoritas akal yang sangat berperan dalam segala perbuatan atau
kehendak manusia tanpa adanya campur tangan Tuhan. Dalam Qadariyah
kehendak merupakan salah satu bentuk keinginan yang mana berdasar pada
suatu kebebasan.
Jadi perbuatan manusia menurut paham Qadariyah adalah manusia
mempunyai kebebasan untuk memilih, dalam hal memilih perbuatan yang baik
dan buruk, sebab Allah telah menciptakan keduanya. Jika manusia berbuat baik
maka ia akan mendapatkan pahala karena telah mempergunakan kodrat yang
diberikan oleh Allah dengan sebaik-baiknya dan sebaliknya. Kebebasan
berpikir sangat dijunjung tinggi, tetapi tetap berdasar pada Alquran dan Sunnah
Rasulullah saw.
Adapun ciri-ciri corak pemikiran paham Qadariyah adalah:
1. Kedudukan akal lebih tinggi.
2. Kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.
3. Percaya adanya sunnatullah dan kausalitas.
4. Kebebasan berpikir hanya diikat oleh ajaran-ajaran dasar dalam Alquran dan
hadis
5. Mengambil metaforis dari wahyu
6. Dinamika dalam sikap dan berpikir.
7. Qadariyah sangat menghargai akal dengan member porsi sangat besar dalam
berpikir sehingga manusia diberi kebebasan dalam berkeinginan dan
berbuat. 5

3
M. Yunus Samad, “Pendidikan Islam Dalam Perspektif Aliran Kalam: Qadariyah, Jabariyah, dan
Asy’ariyah”, Lentera Pendidikan, VOL.16, NO.1 (JUNI, 2013), 75.
4
M. Yunan Yusuf, Aliran-Aliran dalam Pemikiran Kalam: Dari Khawarij ke Buya HAMKA Hasan
Hanaf, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2014), 58-59

5
M. Yunus Samad, “Pendidikan Islam Dalam Perspektif Aliran Kalam: Qadariyah, Jabariyah, dan
Asy’ariyah”, Lentera Pendidikan, VOL.16, NO.1 (JUNI, 2013), 75-76.

4
Berikut merupakan beberapa ayat yang membawa kepada paham
Qadariyah. Yaitu antara lain:

Surah Al-Kahfi (18) ayat 29:

‫ق مم رن ير بب فك رم ْ في يم رن يشاَ يء في رل يف رؤ مم رن يو يم رن يشاَ يء في رل يي رك فف رر‬


‫يو قف مل ا رل يح ق‬

Artinya:

Dan katakanlah:”Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa


yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin
(kafir) biarlah ia kafir.”6

Dan Surah Al-Ra’d ayat 11:

‫ظوُ ني هف مم رن أي رم مر ا‬
‫اماا ِهَّلل إم ان ا‬
َ‫اياا يل يف يغ يب فر يما‬ ‫ت مم رن بي ري من يي يد ري مه يو مم رن يخ رل فم مه يي رح في ف‬ ‫لي هف فم يع قب يباَ ت‬
‫بم قي روُ مم يح تا ىى يف يغ يب فروا يماَ بم أ ي رن فف مس مه رم‬

Artinya:

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu bangsa, kecuali jika


mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.7

C. DEVINISI DAN SEJARAH TIMBULNYA JABARIYAH


Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti
memaksa. Jabariyah disangkut pautkan pada pengertian manusia dalam
perbuatannya tidak mempunyai inisiatif sedikit pun. Dengan kata lain, manusia
dalam paham ini terkait bukan pada kehendak dan kemauan serta inisiatif
sendiri, tetapi terkait pada kehendak mutlak Tuhan. Oleh karena itu paham
Jabariyah menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan
6
M. Yunan Yusuf, Aliran-Aliran dalam Pemikiran Kalam: Dari Khawarij ke Buya HAMKA Hasan
Hanaf, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2014), 63.

7
M. Yunan Yusuf, Aliran-Aliran dalam Pemikiran Kalam: Dari Khawarij ke Buya HAMKA Hasan
Hanaf, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2014), 64.

5
dalam memnentukan kehendak dan perbuatannya. Berbeda dengan paham
Qadariyah, maka Jabariyah menganut paham bahwa manusia mengerjakan
perbuatan dalam keadaan terpaksa yang memang sejalan dengan makna kata
jabara di atas.8

Paham Jabariyah dalam sejarah teologi Islam pertama kali dikemukakan


oleh al-Ja’d bin Dirham. Tetapi yang menyebarkannya adalah Jahm bin
Safwan. Jahm bin Safwan adalah tokoh yang paling terkenal sebagai pelopor
atau pendiri paham Jabariyah. Jahm bin Safwan terkenal pandai berbicara dan
berpidato menyeru manusia ke jalan Allah dan berbakti kepada-Nya sehingga
banyak sekali orang yang tertarik kepadanya.9

Masyarakat Arab sebelum Islam dipengaruhi oleh paham ini. Bangsa Arab
pada waktu itu bersifat serba sederhana dan jauh dari pengetahuan, sehingga
menyesuaikan hidup sereka dengan suasana padang pasir dengan panas terik,
serta tanah dan gunung yang gundul. Dalam keadaan yang demikian mereka
tidak banyak berupaya dan melihat jalan untuk mengubah keadaan sesuai
keinginan mereka. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak
bergantung pada kehendak Tuhan. 10

D. POKOK-POKOK AJARAN JABARIYAH


Adapun corak pemikiran paham Jabariyah menganggap bahwa perbuatan
manusia dilakukan oleh Tuhan dan manusia hanya menerima. Hal ini juga
dikenal dengan istilah kasb yang secara literal berarti usaha. Tetapi kasb di sini
mengandung pengertian bahwa pelaku perbuatan manusia adalah Tuhan sendiri
dan usaha manusia tidaklah efektif. Manusia hanya menerima perbuatan
bagaikan gerak tak sadar yang dialaminya. Menurut paham ini bahwa

8
M. Yunan Yusuf, Aliran-Aliran dalam Pemikiran Kalam: Dari Khawarij ke Buya HAMKA Hasan
Hanaf, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2014), 64.

9
M. Yunus Samad, “Pendidikan Islam Dalam Perspektif Aliran Kalam: Qadariyah, Jabariyah, dan
Asy’ariyah”, Lentera Pendidikan, VOL.16, NO.1 (JUNI, 2013), 77.

10
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia/ UI-Press, 1986), 33.

6
perbuatan manusia mesti ada pelakunya secara hakiki, karena perbuatan
membutuhkan adanya pelaku jika manusia bukan pelaku secara hakiki maka
tentu Tuhan pelaku secara hakiki (bukan secara majazi).
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Jabariyah menempatkan akal pada
porsi yang rendah karena semua tindakan dan ketentuan alam di bawah
kekuasaan atau kehendak Tuhan. Sehingga membuat pemikiran dalam segala
aspek kehidupan tidak berkembang, bahkan terhenti. Pemikiran diikat oleh
dogma, tidak berkembang dan mempersempit wawasan yang mengakibatkan
tidak adanya pemikiran yang mendalam seperti yang dikehendaki oleh filsafat.

Harun Nasution menetapkan beberapa ciri paham Jabariyah antara lain:

1. Kedudukan akal rendah


2. Ketidakbiasaan manusia dalam kemauan dan perbuatan
3. Kebebasan berpikir yang diikat oleh dogma
4. Ketidakpercayaan kepada sunnatullah dan kausalitas
5. Terikat pada arti tekstual al-Qur’an dan hadis
6. Statis dalam sikap dan perbuatan.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat dipahami bahwa paham ini lebih
menekankan perbuatan manusia atas kehendak Tuhan, sehingga manusia
bagaikan benda yang hanya mengikuti gerakan orang yang menggerakkannya.
Kebebasan manusia sangat dibatasi dengan kehendak mutlak Tuhan.11

Berikut merupakan beberapa ayat yang membawa kepada paham


Jabariyah. Yaitu antara lain:

Surah as-Safaat (37) ayat 96:

‫يو ا‬
‫افاا يخ لي قي فك رم يو يماَ تي رع يم فلوُ ين‬

Artinya:
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.

Surah al-Hadid (57) ayat 22:

11
M. Yunus Samad, “Pendidikan Islam Dalam Perspektif Aliran Kalam: Qadariyah, Jabariyah, dan
Asy’ariyah”, Lentera Pendidikan, VOL.16, NO.1 (JUNI, 2013), 77-78.

7
‫ب مم رن قي رب مل أي رن‬
‫ض يو يل مفيِ أي رن فف مس فك رم إم ال مفيِ مك يتاَ م‬
‫صي بي مة مفيِ ا رلي رر م‬
‫ب مم رن فم م‬ ‫يماَ أي ي‬
‫صاَ ي‬
‫ك يع يلى ا‬
‫اماا يي مسي تر‬ ‫ني رب ير أي يهاَ إم ان ىيذ لم ي‬
Artinya:
Tiada suatu bencana pun yang menimpa Bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

E. PERKEMBANGAN AJARAN QODARIYAH DAN JABARIYAH


Ada dua kelompok yang terdapat dalam paham Jabariyah, yaitu Jabariyah
murni dan Jabariyah moderat. Jabariyah murni yang dipelopori oleh Jahm bin
Safwan menolak adanya perbuatan yang berasal dari manusia dan memandang
manusia tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat. Adapun Jabariyah
moderat yang dipelopori oleh Husain Ibn Muhammad al-Najjar dan Dirar
Ibn’Amr yang mana mengakui adanya daya yang diciptkan Tuhan sehingga
manusia mampu mewujudkan perbuatannya. Sehingga dalam melakukan
perbuatan, manusia memiliki bagiannya.12 Dalam perkembangan berikutanya,
baik Qodaruyah maupun Jabariyah lenyap dari gelanggang sejarah namun
beberapa ajarannya dimunculkan oleh pemikir-pemikir baru.

12
M. Yunan Yusuf, Aliran-Aliran dalam Pemikiran Kalam: Dari Khawarij ke Buya HAMKA Hasan
Hanaf, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2014), 70-71.

8
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

9
DAFTAR PUSTAKA

M. Yunus Samad. “PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF ALIRAN


KALAM: Qadariyah, Jabariyah, dan Asy’ariyah”. Lentera Pendidikan, (JUNI
2013), VOL. 16, NO. 1: 73-82.

M. Yunan Yusuf. Aliran-Aliran dalam Pemikiran Kalam: Dari Khawarij ke Buya


HAMKA Hasan Hanafi. Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2014.

Harun Nasution, Teologi Islam. Jakarta: Universitas Indonesia/ UI-Press, 1986.

10

Anda mungkin juga menyukai