Dengue & TB
Dengue & TB
MODUL: DEMAM
PENYAKIT DENGUE
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Khusus Metoda Sarana dan Prasarana
Umum
Mahasiswa diharapkan Mahasiswa diharapkan dapat : BST Nara sumber :
dapat Menjelaskan patogenesis dan CRS Dicky Santosa, dr, Sp.A, MKes, MM
Menjelaskan patofisiologi
definisi, etiologi, Melakukan anamnesis dan pemeriksaan Sumber Pustaka:
epidemiologi dan fisik untuk menetapkan diagnosis 1. Halstead SB. Dengue fever and dengue
patogenesis Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan hemorrhagic fever. Dalam: Behrman RE,
Menegakkan penunjang untuk diagnosis Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
diagnosis dan Menetapkan diagnosis banding Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-
prognosis Mengusulkan pemeriksaan penunjang 18. Philadelphia: WB Saunders Co; 2007.
Mengetahui untuk menegakkan diagnosis hlm. 1412-22
penatalaksanaan dan Mengetahui tata laksana kasus penyakit 2. WHO. Dengue hemorragic fever:
pencegahan dari dengue diagnosis treatment, prevention and
penyakit dengue control. Edisi ke- 2. 1997.
Mengetahui komplikasi dan prognosis
3. Krugman’s Infectious Diseases of
Mengetahui pencegahan penyakit dengue
Children. Edisi ke-11.2003.
Ruangan :
Poliklinik Anak
Instalasi Gawat Darurat
Definisi
Penyakit dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Spektrum
klinis yang luas, mulai dari tanpa gejala, gejala yang ringan seperti demam
dengue, sampai yang terberat adalah sindrom syok dengue (SSD). Demam dengue
(DD) atau dengue fever (DF), berbeda dengan demam berdarah dengue (DBD)
dalam hal tidak terdapatnya kebocoran plasma sehingga menifestasi klinik
umumnya lebih ringan. Pada DD ini bisa terjadi perdarahan meskipun tidak biasa.
Penyakit DBD atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit
menular akut disebabkan oleh virus dengue, ditandai oleh adanya demam dan
kebocoran pembuluh darah, serta perdarahan yang menyebabkan gangguan
sirkulasi darah atau syok (Dengue Shock Syndrome atau DSS ) bahkan dapat
mengakibtkan kematian.
Asimtomatik Simtomatik
Epidemiologi
Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit yang disebabkan arbovirus
paling penting dan luas penyebaranya di dunia, khususnya di daerah tropis dan
sub-tropis.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, dapa
menyerang semua orang, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)
atau wabah. Selain nyamuk tersebut, dilaporkan dapat pula ditularkan oleh Aedes
albopictus dan Aedes polinesiensis.
Kalau pada tahun 50-an DBD hanya terdapat di beberapa negara saja.,
sekarang ini tercatat oleh WHO tidak kurang dari 100 negara di dunia yang telah
melaporkan kasus infeksi dengue ini. Di beberapa negara Asia (tenggara) dan
Amerika Selatan penyakit ini termasuk penyebab kematian utama. Meskipun
angka kematian telah menurun sampai <1%, tetapi di beberapa negara masih ada
yang tinggi >4%. Hal ini terutama dari kegagalan diagnosis dini dan tatalaksana
kasus yang kurang adekuat, disamping ada beberapa kasus dengan menifestasi
klinik berat yang tidak biasa.
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, karena baik jumnlah penderita maupuhn banyaknya daerah yang
Demam Dengue
panas tinggi mendadak
o Menghilangkan hari ke-3 atau 4 sembuh
o Berkurang hari ke-3 atau timbul lagi setelah 1- 3 hari saddle
back appearaeance. Total demam 5 – 7 hari.
Sakit kepala, sakit retroorbital
Nyeri sendi, tulang, punggung (backborne fever )
Prinsip penatalaksanaan
Peningkatan parmeabilitas vaskuler perembesan plasma
penggantian cairan
Banyaknya jumlah cairan yang diberikan sangat bergnatung keadaan klinis
dan nilai hematokrit (lihat buku tatalaksana DBD di Indonesia, Depkes )
Deteksi dini dan penanganan gangguan sirkulasi klinis & hematokrit
serial
Deteksi dan penanganan manifestasi perdarahan klinis danboratoris
Alarm Signals :
Four Criteria for DHF: Severe abdominal pain
Fever Prolonged vomiting
Hemorrhagic Abrupt change from fever to
manifestations hyportemia
Exessive capillary Change in level of
permeability consciusness (irritability
≤ 100.000/mm3 platelets or somnolence )
Initial Warning
Signals: When Patients Develop
Disappearance of fever DSS:
Drop in platelets 3 to 6 days after onset of
Increase in hematocrit symtomps
Pencegahan
Sampai saat ini belum dan obat (anti virus) khusus pengobatan DBD, juga vaksin
untuk pencegahannya masih dalam taraf penelitian dan uji coba. Oleh karena itu
Sumber Pustaka
1. Halstead SB. Dengue fever and dengue hemorrhagic fever. Dalam: Behrman
RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics.
Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders Co; 2007. hlm. 1412-22
2. WHO. Dengue hemorragic fever: diagnosis treatment, prevention and
control. Edisi ke- 2. 1997.
3. Krugman’s Infectious Diseases of Children. Edisi ke-11.2003.
Kesempatan ke-
No I. ANAMNESIS
1 2 3 4 5
IV. DIAGNOSIS
V. TATALAKSANA KASUS
MODUL: DEMAM
TUBERKULOSIS
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Khusus Metoda Sarana dan Prasarana
Umum
Mahasiswa diharapkan Mahasiswa diharapkan dapat : BST Nara sumber :
dapat: Menjelaskan epidemiologi CRS Dicky S, dr., Sp.A, MM, M.Kes
menjelaskan tuberkulosis Nina Surtiretna, dr.., Sp.A., M.Kes
epidemiologi, definisi, Menjelaskan definisi dan etiologi
etiologi, klasifikasi, tuberkulosis Sumber Pustaka:
patofisiologi Menjelaskan patofisiologi dan 1. Starke JR, Munoz FM. Tuberculosis.
tuberkulosis klasifikasi tuberkulosis Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
Menegakkan diagnosis Mengidentifikasi gejala dan tanda Jenson HB, penyunting. Nelson textbook
tuberkulosis tuberkulosis (tuberkulosis paru, of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia:
berdasarkan anamnesis, meningitis tuberkulosis) WB Saunders Co; 2007. hlm. 1240-59.
pemeriksaan fisik dan Melakukan anamnesis, pemeriksaan 2. Pedoman nasional tuberkulosis anak.
pemeriksaan penunjang fisik, interpretasi temuan Jakarta: UKK Respirologi; 2005
Menjelaskan pemeriksaan laboratorium dan
komplikasi, radiologi serta diagnosis tuberkulosis Ruangan :
penatalaksanaan, serta Mengetahui tatalaksana tuberkulosis Rawat inap
prognosisnya pada Mengetahui komplikasi, prognosis Poliklinik Anak
anak dan pencegahan dari tuberkulosis Instalasi Gawat Darurat
Pendahuluan
Setiap dokter pernah bahkan sering menemukan kasus tuberkulosis (TB) anak
maupun dewasa dalam praktek sehari-hari. Hampir seluruh pasien mengalami
penyembuhan bila mendapat pengobatan yang tepat. Terdapat dua hal yang perlu
diperhatikan oleh seorang dokter tentang TB yaitu ”jangan melakukan kesalahan
dalam mendiagnosis” dan ”berikan pengobatan yang benar dalam jangka waktu
yang telah ditentukan”. Pengobatan yang baik akan membantu upaya pencegahan
TB, karena hal ini menyebabkan pasien yang sebelumnya infeksius menjadi tidak
infeksius sehingga mengurangi penularan infeksi di masyarakat. Tuberkulosis
masih tetap merupakan tantangan karena untuk menetapkan diagnosisnya tidak
mudah, seperti pekerjaan seorang detektif tetapi bila masalah bisa dipecahkan
akan menghasilkan suatu kepuasan tersendiri bagi seorang dokter.
Apabila ingin berpartisipasi dalam pemograman pengendalian TB terutama
anak, maka kita harus mengetahui dari mana infeksi terjadi dan bagaimana cara
mengendalikannya. Dalam 40 tahun terakhir ini, banyak negara maju yang telah
berhasil menurunkan angka kesakitan TB, sementara di negara sedang
berkembang masih merupakan masalah cukup besar karena faktor kemiskinan ikut
berperan pada berkembangnya infeksi menjadi penyakit TB.
Epidemiologi
Besarnya angka kesakitan karena TB anak sampai saat sulit ditentukan karena
data penelitian tentang TB anak sulit didapatkan sehubungan dengan diagnosis TB
yang sulit ditegakkan. Diperkirakan 1,3 juta kasus baru TB anak ditemukan setiap
tahunnya dengan jumlah kematian 400.000 per tahun. Angka ini terus meningkat
setiap tahunnya dan pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 11,9 juta kasus baru
yang mana 10% diantaranya usia < 15 tahun. Pada tahun 1994 menurut WHO
Indonesia menduduki urutan ketiga di dunia untuk angka kejadian penyakit TB,
urutan pertama dan kedua masing-masing adalah India dan China. Menurut data
yang diperoleh dari 7 rumah sakit pendidikan di Indonesia, jumlah kasus TbB
Etiologi
Meskipun ada beberapa jenis mycobacteria (M.tuberkulosis, M.bowvis,
M.africanum), tetapi M.tuberkulosis merupakan penyebab tersering oenyakit TB
pada manusia. Tuberkel MTB tidak membentuk spora, ukuran 2-4 μm, bersifat
gram positif lemah, dinding selnya banyak mengandung lipid sehingga resisten
terhadap efek bakterisidal sistem pertahanan tubuh antibodi dan
komplemen.Tanda yang sangat patognomonis untuk MTB adalah dapat diwarnai
oleh pengecatan tahan asam seperti kristal violet, karbofusin, auraminne serta
rhodamine.
Mekanisme Penularan
1. Melalui batuk atau percikan dahak penderita TB dewasa.
Penderita TB batuk percikan dahaknya keluar (yang berukuran besar jatuh
ke lantai/tanah, sedangkang percikan berukuran kecil tetap melayang-layang
di udara sekitarnya dan mampu mengikuti pergerakan udara) Pada ruangan
dengan ventilasi baik, percikan ini akan berpindah sesuai dengan pergerakan
udara, tetapi bila berada di ruangan kecil dan tertutup maka percikan kecil
(drplet) ini akan tetap berada di udara/sirkulasi dan terus bertambah jumlahnya
penderita dewasa batuk terus menerus Anak maupun orang dewasa yang
menghirup udara dalam ruangan yang sama akan berisiko menghisap droplet
yang berisis tuberkele basil tersebut yang mana akan mampu mencapai
alveolus karena ukurannya yang < 5 μm.
2. Melalui produk susu
Penularan melalui produk susu mampun makanan akan menimbulkan infeksi
di mulut/tonsil dan saluran cerna, terjadi melalui sapi yang terinfeksi MTB
dan produk susunya tidak dimasak pada suhu tertentu (pasteurisasi). Infeksi
melalui produk susu ini diduga kecil angka kejadiannyadi wilayah endemis
tinggi TB misalnya seperti yang pernah di amati di India. Namun demikian
masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk negara endemis tinggi lainnya.
Patogenesis
1. Masa Inkubasi (2-12 minggu)
MTB dalan droplet nuclei yang beukuran < 5 μm terinhalasi saluran
pernafasan mencapai alveolus Fagositosis oleh makrofag alveolus
(PAMs) Sebagian mati, tetapi sebagian lagi mengalami replikasi didalam
makrofag tersebut Makrofag yang berisi MTB yang bereplikasi akhirnya
mengalami lisis Terbentuk koloni (fokus primer Ghon) MTB masuk
saluran limfe Kelenjar limfe regional, menimbulkan limfadenitis Bila
masuk ke kelenjar limfe parahilus dan trakea akan menimbulkan kompleks
primer pada saat inilah Uji tuberkulin akan positif.
Selain proses seperti di atas, pada saat masa inkubasi ini dapat pula terjadi
penyebaraan hematogen atau limfogen melalui kelenjar limfe regional tersebut
secara sistemik mengakibatkan terjadinya fokus reaktivitas (Fokus Simon)
pada organ-organ dengan tekanan oksigen yang tinggi misalnya otak, tulang,
ginjal, paru Dormant dalam waktu bertahun-tahun Bila daya tahan tubuh
turun akan menjadi penyakit TB organ.
Manifestasi Klinis
Sebagian besar anak yang mengalami infeksi TB tidak menunjukan gejala
maupun tanda secara klinis beberapa lama. Kadang-kadang infeksi TB pada anak
ini hanya ditandai oleh adanya demam yang cukup tinggi, batuk anak tampak lesu,
gejala flu yang menyerupai membaik dalam waktu 1 minggu tetapi kemudian
berulang lagi. Menurut pedoman Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak yang
termasuk gejala tidak spesifikasi antara lain berat badan menurun tanpa sebab
yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penangan gizi, gagal tunbuh,
anoreksia, demam lama, (umumnya tidak tinggi) ≥ 2 minggu dan/atau berulang
tanpa sebab yang jelas, batuk >3 minggu setelah sebab lain disingkirkan, diare
persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare. Pada anak, 25-30% kasus
merupakan TB ekstra-paru.
1. TB paru primer
TB primer meliputi fokus parenkim paru (70% subpleural) dan kelenjar
limfe regional. Sebuah penelitian terhadap 151 anak dilakukan oleh Marais
dkk (2005) menunjukan bahwa gejala klinis yang ditemukan pada anak
yang didiagnosis TB paru yang memiliki sensitivitas serta spesifitas tinggi
adalah batuk persisten, kelemahan (lesu) yang menetap, demam lama, dan
sakit dada. Selama ini kita telah mengetahui gejala tidak spesifik TB anak
antara lain batuk lama, keringat malam, berat badan menurun atau sulit naik,
Marais dkk meneliti beberapa gejala antara lain batuk, nafas pendek, sakit
dada, batuk berdaraj, demam, kelesuan, keringat malam, anoreksia, dan
berat badan menurun. Tanda yang paling spesifk TB paru pada anak adalah
pembesaran kelenjar limfe regional parahilus dan paratrakea. Gambaran ini
TB reaktivasi dapat terjadi pada anak usia remaja, tetapi hal ini jarang
terjadi pada anak yang mendapat infeksi pada usia <2 tahun tetapi sering
dialami oleh anak yang terinfeksi pada usia >7 tahun. Tipe TB reaktivasi
umumnya adalah infiltrat yang sangat luas atau kavitas pada lobus superior
paru. Gejala klinisnya sering berupa demam, anoreksia, lesu, berat bdan
menurun, hemoptoe, dan sakit dada. Gejala-gejala ini akan membaik setelah
2. TB perikardial
Bentuk yang paling sering TB jantung adalah perikarditis, angka
kejadiannya tidak besar yaitu 0,5-4% dari seluruh kasus TB anak,
merupakan invasi langsung atau drainase limfatik dari kelenjar limfe sub
carinal. Gejala klinisnya tidak spesifik, berupa demam tinggi, lesu, berat
badan turun. Dapat disertai sakit dada, pericardial friction rub, suara
jantung yang jauh dengan pulsus paradoksus.
3. TB kelenjar
Merupakan TB ekstra-paru yang paling sering ditemukan pada anak, TB
pada kelenjar superfisial ini disebut skrofula, terjadi dalam waktu 6-9 bulan
setelah terinfeksi, umumnya kelenjar di daerah koli anterior atau posterior,
supraklavikula, submandibula, tonsiler, epitroklear, aksila, inguinal.
Pembesaran kelenjar biasanya mobil, unilateral, kenyal, tidak nyeri ditekan,
bila infeksi berlanjut pembesaran kelenjar menjadi multiple dan menyatu
seperti massa (konfluen). Bila tidak diterapi dapat progresif menjadi
nekrosis dan perkejuan serta pecah kemudian menjalar didekatnya.
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Tuberkulin
Merupakan komponen protein kuman MTB yang memiliki sifat antigenik
yang kuat, menimbulkan reaksi indurasi bila disuntikan intrakutan pada
anak yang telah terinfeksi MTB, mempunyai nilai diagnosis cukup tinggi,
saat ini yang tersedia adalah PPD RT-23 2 TU, dosis 0,1 ml, lokasi bagian
volar lengan bawah, pembacaandilakukan setelah 48-72 jam. Uji tuberkulin
yang positif dapat dijumpai pada keadaan infeksi TB dengan atau tanpa
penyakit TB serta pasca imunisasi BCG atau infeksi oleh mikobakterium
atipik. Negatif bila tidak ada infeksi, masa inkubasi, dan anergi.
Pengobatan
Selain memberikan obat anti tubekulosis, tatalaksana TB anak juga harus meliputi
penanganan gizi, perbaikan lingkungan, pendidikan kepada orang tua,
pengawasan minum obat, dan pencegahan infeksi maupun penyakit berikutnya
dengan cara penemuan kasus sumber penularan. Kepatuhan minum obat harus
dievaluasi dengan cara mengawasi langsung (pada TB anak sebagai pengawas
minum obat adalah orang tua atau pengasuh). Upaya ini dikenal dengan istilah
DOTS (direcly observed treatment shortcourse), dapat mengurangi angka drop-
out dan mengurangi terjadinya resistensi obat.
Obat anti tubekulosis yang digunakan sampai saat ini adalah obat-obat ini
pertama (first line) meliputi INH, rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan
streptomisin. Sedangkan second line meliputi PAS, viomisin, sikloserinetionamid,
kanamisin, dan kapriomisin digunakanapabila penyebab adalah MTB yang multi-
drug resisten (MDR).
Rifampisin
Bersifat bakterisidal pada kuman intra maupun ekstra sel, dapat membunuh
kuman dormant yang tidak bisa dibunuh oleh INH, mampu masuk ke seluruh
jaringan termasuk cairan serebrospinal terutama yang sedang mengalami
peradangan, diabsorbsi dengan bain dalam keadaan perut kosong. Efek kurang
menyenangkan adalah perubahan warna urin, ludah keringat, fases, air mata
menjadi orange. Efek sampingan terutama berupa gangguan gastrointestinal (mual
muntah) dan hepatotoksik, trombositopeni. Dosis pada anak 10-20 mg/kgBB/hari,
single-dose, maksimal 600 mg/hari. Pada TB non-berat cukup diberikan 10
mg/kgBB/hari selama 12 bulan.
Pirazinamid
Bersifat bakterisidal intra-sel dalam suasana asam, dapat menembus semua
jaringan dengan baik termasuk cairan serebrospinal, diberikan selama fases intensi
2 bulan pertama pengobatan karena suasana asam akibat jumlah MTB yang masih
banyak. Efek samping pada jarang, berupa hepatotoksisitas. Dosis pada anak 15-
30 mg/kgBB/hari, single-dose, maksimal 2 gram/hari.
Streptomisin
Bersifat bakteriostatik ekstraseluler, sangat baik melewati selaput otak yang
sedang mengalami peradangan tetapi tidak dapat melewati selaput otak yang tidak
meradang, digunakan pada TB berat atau bila diduga adanya resistensi obat. Dosis
pada anak 15-40 mg/kgBB/hari, secara intramuskular, maksimal 1 gram/hari,
iberikan selam 1-2 bulan bulan pertama. Efek samping yang utama adalah
gangguan keseimbangan pendengaran (nervesus VIII) berupa telinga
berdengungdan pusing.
Prednison
Kortikosteroid dalam hal ini prednison diberikan pada beberapa keadaan seperti
TB endobronkial, TB milier yang mengalami distress pernafasan, meningitis TB,
efusi pleura dan efusi pericardial yang simtomatik. Dosis 1 mg/kgBB/hari dalam
dosis terbagi 2, diberikan selama 6-12 minggu atau sampai gejala distress
pernafasan atau efusi berkurang
Pencegahan
1. Mendiagnosis dan memberikan pengobatan yang tepat dan segera pada pasien
dewasa dengan sputum BTA positif
2. Sterilisasi sputum dengan cara penyinaran langsung oleh matahari akan
membunuh MTB dalam waktu 5 menit.
Nama :
Pertemuan ke-
A. Anamnesis
1 2 3 4 5
Introduksi
Keluhan Utama
2 Gejala TB milier
3 Gejala TB perikardial
4 Gejala TB kelenjar
6 Gejala TB tulang/sendi
7 Gejala TB abdomen/gastrointestinal
B. PEMERIKSAAN FISIS
Persiapan
Mintalah ijin kepada orang tua pasien bahwa anda
Pemeriksaan fisik
2 Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan leher, tentukan adanya pembesaran
3
kelenjar leher dan bentuk, konsistensinya
4 Periksa terlebih dahulu tanda vital
Pemeriksaan dada, untuk mencari tanda-tanda efusi
5 pleura, suara pernafasan tambahan dll, tanda-tanda
efusi pericardial.
Pemeriksaan abdomen, untuk mencari adanya
6
hepatosplenomegali, TB abdomen.
Pemeriksaan ekistremitas untuk mencari tanda-
7
tanda TB sendi
Pemeriksaan penunjang
2 PPD test