Anda di halaman 1dari 14

Mekanisme Gerak Refleks Pada Ekstremitas Superior

Adrian Valentinus

10.2015.117 / B3

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unviversitas Krida Wacana Jakarta

Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510, Indonesia

Email : adrian.2015fk117@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Kulit merupkan lapisan pelindung yang terdapat dalam tubuh manusia, kulit memiliki tugas
untuk menjaga lapisan – lapisan yang terdapat didalamnya sehingga kulit merupkan lapisan yang cukup
tebal. Humerus adalah yang terbesar dari tulang-tulang di lengan. Ujung proximal membentuk caput
humeri, suatu tonjolan berbentuk bulat yang sesuai dengan kavitas glenoidalis, yang mengarah ke
dorsomedial. Ulna adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang
itu adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah dan lebih panjang dari radius. Kepala ulna berada
disebelah ujung bawah. Radius adalah tulang disisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek daripada ulna. Otot rangka bekerja secara sadar,
artinya bekerja menurut kehendak, setiap kerja dari otot rangka tergantung kepada keinginan seseorang.
Dalam otot rangka, terdapat otot merah dan otot putih. Otot merah (tipe I) disebut otot kerut lambat.
Aktivitas enzim ATPase pada miosinnya rendah, mempunyai mioglobin dan sitokrom. Kecepatan
kontraksi dan lama kontraksinya juga lambat sehingga menggunakan asam lemak sebagai sumber
energi utama. Refleks polisinaps merupakan refleks yang menggunakan banyak interneuron. Refleks
ini dibagi menjadi dua, yaitu refleks fleksor (withdrawal reflex) dan stretch flexor reflex. Refleks ini
reseptornya adalah nosiseptif, serat aferennya II, III, dan IV, pusatnya adalah polisinaps di medulla
spinalis, serat eferennya MNα, dan efektornya adalah otot flexor homolat.

Kata Kunci : Os Humerus, otot rangka, refleks polisinaps

Abstract

The skin is a protective layer found in the human body, the skin has a duty to keep the layers - layers
contained therein so that the skin is a layer thick enough. Humerus is the largest of the bones in the
arm. Proximal end of the forming of the humeral head, a round-shaped protrusions that match the
glenoid cavity, leading to the dorsomedial. Ulna bone is a pipe that has a stem and two ends. The bone
medial bone of the forearm and longer than the radius. Ulna head located on the lower end. Radius is
the lateral side of the forearm bones. Bone is a pipe with a stem and two ends and shorter than the ulna.
Skeletal muscle is the opposite of smooth muscle. Skeletal muscles work consciously, it means to work

1
according to the will, every work of skeletal muscle depends on a person's desires. In skeletal muscles,
the muscles are red and white muscle. Red muscle (type I) muscle called wrinkle slow. ATPase enzyme
activity at low miosinnya, have myoglobin and cytochrome. Contraction speed and length contraction
also slow that use fatty acids as a source of primary energy. Polisinaps reflex is a reflex that use a lot
of interneurons. This reflex is divided into two, namely the flexor reflex (withdrawal reflex) and flexor
stretch reflex. This reflex is nociceptive receptors, fiber aferennya II, III, and IV, the center is polisinaps
in the spinal cord, fiber eferennya MNα, and efektornya is homolat flexor muscle.

Key Words : Os humerus, the skeletal muscles, reflexes polisinaps

Pendahuluan

Kulit merupkan lapisan pelindung yang terdapat dalam tubuh manusia, kulit memiliki tugas untuk
menjaga lapisan – lapisan yang terdapat didalamnya sehingga kulit merupkan lapisan yang cukup tebal.
Didalam kulit terdapat 3 lapisan yang berperan dalam menjalankan tugasny untuk melindungi lapisan
dibawahnya, antara lain lapisan epidermis, dermis dan juga jaringan subkutan. Pada kasus ini seorang
pekerja tergores kawat pada lengan bawah dibagian volar tetapi tidak mengeluarkan darah, tetapi tetap
mendapat rasa sakit yang perih pada kulitnya. Pada kesempatan ini saya akan menjelaskan sturktur
makro maupun mikro pada lengan dan tangan, mekanisme dari penghantaran impulse sehingga
menimbulkan rasa sakit dan juga gerak refleks yang terdapat pada manusia.

Kulit

Kulit merupakan lapisan pelindung pada setiap mahluk hidup. Pada manusia, kulit secara garis besar
dibagi menjadi 3 lapisan, yaitu lapisan Epidermis, Dermis dan lapisan Subkutis atau disebut juga lapisan
hypodermis.

Lapisan Epidermis

Lapisan ini merupakan lapisan yang paling luar. Kita dapat langsung menyentuhnya. Kulit paling
luar itulah epidermis. Pada epidermis tidak ada pembuluh darah. Pada lapisan epidermis terdapat 5
lapis/stratum1.

 Stratum corneum

Stratum corneum merupakan lapisan paling luar. Lapisan ini terdiri dari sel-sel yang sudah mati,
dalam artian sel-sel tidak lagi memiliki inti. Protoplasma sel menjadi keratin/lapisan tanduk. Jika
lapisan ini berlebihan, kulit jadi bersisik. Pada kondisi patologis (penyakit) ada namanya psoriasis.
Yaitu kondisi dimana turnover atau pergantian kulit lebih cepat, jadi terbentuk stratum corneum yang
berlapis-lapis, kulit jadi bersisik

2
 Stratum lucidum

Stratum ini cukup sulit diperhatikan dibawah mikroskop. Stratum lucidum merupakan lapisan
dibawah stratum corneum dan berisi sel-sel yang tidak memiliki inti. Protoplasma sel menjadi protein
(eleidin).

 Stratum granulosum

Statum granulosum merupakan lapisan ketiga dibawah stratum lucidum. Pada lapisan ini sel-sel
masih memilki inti. Protoplasma mengandung banyak granul (butir-butir kasar). Lapisan ini terlihat
jelas di telapan tangan dan kaki. Dan pada mukosa (seperti pada pipi bagian dalam, atau hidung bagian
dalam) tidak ada lapisan ini.

 Stratum spinosum

Stratum spinosum merupakan lapisan dengan kumpulan bentuk sel yang beragam. Bagian bawah
lapisan ini bentuk sel umumnya polygonal dan semakin ke atas, bentuk sel makin gepeng. Sitoplasma
nya jernih,intinya ditengah. Pada lapisan ini terdapat sel Langerhans yang berfungsi sebagai prajurit
pertahanan tubuh.

 Stratum basale

Stratum basale merupakan lapisan terbawah dari epidermis. Sel-sel pada bagian ini berfungsi seperti
stem sel, yang memproduksi sel-sel diatasnya. Jadi pada stratum basale ini terus terjadi proses mitosis
atau pembelahan. Sel basal tersusun palisading (atau seperti pagar, berjejer susunannya). Diantara sel
basal terdapat sel melanosit. Sel melanosit menghasilkan melanin yang memberi pigmen warna kulit.
Semakin banyak melanosit maka warna kulit seseorang itu semakin gelap.

Lapisan Dermis

Berbeda dengan epidermis, lapisan dermis bagian-bagiannya tidak begitu jelas. Sehingga
lapisan dermis hanya dibagi menjadi dua bagian/pars, yaitu pars papilare dan pars retikulare1.

 Pars papilare

Pars papilare merupakan bagian yang dekat / menonjol ke arah epidermis. Terdapat ujung saraf
dan pembuluh darah.

 Pars retikulare

Pars retikulare merupakan bagian yang menonjol ke arah subcutis. Komposisi pada bagian ini
terdiri dari jaringan ikat kolagen, retikulin, dan elastin. Kolagen sangat elastis. Dan komposisi kolagen
pada dermis seseorang menentukan kekencangan kulitnya. Semakin tua usia seseorang, maka
komposisi kolagennya semakin sedikit, sehingga kelenturan kulitnya pun berkurang

3
Lapisan hypodermis/Subkutan

Lapisan hypodermis terdiri dari jaringan ikat longgar dan sel lemak. Pada lapisan ini terdapat ujung
saraf, pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Ketebalan lemak pada lapisan hypodermis ini
bervariasi. Area lengan atas memiliki lapisan lemak yang lebih tebal, sedang kelopak mata memiliki
lapisan lemak yang tipis1.

Makroskopis Ekstremitas Superior

Secara Makroskopis lengan terdiri dari lengan bagian atas (regio brachium), bagian siku (regio
cubitis), lengan bawah (regio ante brachium), pada lengan bawah terdiri atas tulang radius dan ulna.

Os Humerus

Humerus adalah yang terbesar dari tulang-tulang di lengan. Ujung proximal membentuk caput
humeri, suatu tonjolan berbentuk bulat yang sesuai dengan kavitas glenoidalis, yang mengarah ke
dorsomedial. Caput terpisah dari corpus humeri oleh collum anatomicum. Di sebelah caudal dari collum
anatomicum terdapat tuberculum majus yang mengarah ke lateral dan tonjolan tuberculum minus yang
berada di sebelah medial. Di antara kedua tuberculum tadi terdapat sulcus intertubercularis. Kearah
distal tuberculum majus melanjutkan diri menjadi crista tuberculi majoris, dan tuberculum minus
membentuk crista tuberculi minoris. Di sebelah distal dari tuberculum majus et minus terdapat collum
chirurgicum. Pada corpus humeri, di bagian lateral terdapat tuberositas deltidea, dan di bagian dorsal
terdapat sulcus spiralis (culcus nervi radialis) dengan arah dari craniomedial menuju caudolateral2.

Ujung distal corpus humeri melebar, disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis
humeri. Di bagian dorsal dari epicondylus medialis terdapat sulcus nervi ulnaris. Dibagian medial ujung
distal humeri terdapat trochlea humeri, yang membentuk persendian dengan ulna, dan bagian lateral
terdapat capitulum humeri, yang membentuk persendian dengan radius. Di sebelah proximal dari
trochlea humeri terdapat fossa coronoidea, yang sesuai dengan processus coronoideus ulnae, dan fossa
radialis yang sesuai dengan capitulum radii. Di bagian dorsal terdapat fossa olecranii yang ditempati
oleh olecranon.2

4
Sumber :
https://www.google.co.id/search?q=os+humerus+adalah&espv=2&biw=1366&bih=667&source=lnm
s&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiP0Z6spuDLAhWDT44KHYNSDZUQ_AUIBigB#imgrc=eomn
huDwoICcfM%3A

Os Ulna

Ulna adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu
adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah dan lebih panjang dari radius. Kepala ulna berada
disebelah ujung bawah.

Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa olecranon (di bagian
posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan trochlea pada humerus). Artikulasi ini berbentuk
sendi engsel, memungkinkan terjadinya gerak fleksi-ekstensi. Ulna juga berartikulasi dengan radial di
sisi lateral. Artikulasi ini berbentuk sendi kisar, memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di
daerah distal, ulna kembali berartikulasi dengan radial, juga terdapat suatu prosesus yang disebut
sebagai prosesus styloid.2

Sumber :
https://www.google.co.id/search?q=tulang+ulna&espv=2&biw=1366&bih=623&tbm=isch&source=l
nms&sa=X&ved=0ahUKEwjCq57XqeDLAhULkY4KHcnKDfEQ_AUIBigB#imgrc=sFgDdZSmz2H
p6M%3A

Os Radius

Radius adalah tulang disisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa dengan sebuah batang
dan dua ujung dan lebih pendek daripada ulna.

5
Di daerah proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga memungkinkan terjadinya gerak
pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal, terdapat prosesus styloid dan area untuk perlekatan
tulang-tulang karpal antara lain tulang scaphoid dan tulang lunate.2

Sumber :
https://www.google.co.id/search?q=tulans+radius&espv=2&biw=667&bih=595&source=lnms&tbm=
isch&sa=X&ved=0ahUKEwjeq7yPsODLAhWTB44KHRKACJoQ_AUIBigB#imgrc=6w1UGKyAg2
SR8M%3A

Jaringan Otot
Jaringan otot pada manusia merupakan jaringan yang jumlahnya dapat mencapai 40% hingga
50% massa tubuh manusia. Jaringan ini juga sekaligus merupakan jaringan tunggal yang terbesar di
dalam tubuh manusia. Otot berfungsi sebagai transducer atau mesin yang dapat mengubah energi
potensial (kimiawi) menjadi energi kinetik (mekanis). Otot secara umum memiliki tiga fungsi, antara
lain adalah fungsi pergerakan, yaitu untuk menghasilkan pergerakan pada tulang dimana otot tersebut
melekat dan bergerak di dalam bagian-bagian organ internal tubuh; menopang tubuh dan
mempertahankan postur tubuh manusia baik saat duduk maupun di saat berdiri; memproduksi panas

6
yang digunakan untuk mempertahankan kestabilan suhu tubuh normal manusia. Selain memiliki fungsi-
fungsi tersebut di atas, otot juga memiliki karakteristik khusus, yaitu kontraktilitas yang berarti serabut
otot dapat berkontraksi dan menegang sehingga menyebabkan otot memendek; eksitabilitas, yaitu
meregang bila di tarik; ekstensibilitas, yaitu memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang
otot saat relaks; elastisitas, yaitu otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah melakukan kontraksi
atau meregang.3,4

Pada dasarnya oto pada manusia dibagi menjadi 3, yaitu oto polos, yang merupakan otot yang
berkerja secara involunter atau secara tidak sadar, yang kedua otot lurik atau otot somatik, merupakan
otot yang berkerja secara volunter dan yang terakhir otot jantung, yang menyerupai otot polos karena
bekerjanya secara involunter..

Otot Polos

Otot polos adalah otot yang bersifat ‘involunter’ yang berarti otot ini bekerja secara tidak sadar
/ tidak menurut kehendak. Otot ini berkontraksi secara lambat, namun dapat bekerja dalam waktu yang
lama. Penggunaan energi saat kontraksi pada otot polos ini sangat efisien. Otot polos memiliki 1 inti sel
yang terletak di tengah. Serat otot polos berbentuk gelendong. Otot ini tersusun atas sel-sel yang
berbentuk lancip dan memanjang.5

Sumber :
https://www.google.co.id/search?q=otot+polos+kedokteran&espv=2&biw=667&bih=639&source=ln
ms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjfu-
uJtODLAhUBUo4KHQ3mBNEQ_AUIBigB#imgrc=eGkVoq98SM6LeM%3A

7
Ada dua jenis otot polos berdasarkan cara serabut saraf otot distimulasi untuk berkontraksi, yaitu:

a. Otot Polos Unit Ganda, otot ini memerlukan stimulus saraf eksternal untuk melakukan
kontraksi. Contoh otot ini terdapat pada otot mata yang memfokuskan lensa dan
menyesuaikan ukuran pupil.
b. Otot Polos Unit Tunggal (viseral), otot ini tidak memerlukan stimulus saraf eksternal untuk
melakukan kontraksi, contoh otot ini terdapat pada lapisan dinding organ berongga (visera).

Otot Jantung

Otot jantung biasanya disebut juga myocardium, myo artinya otot, dan cardium artinya jantung.
Jadi seperti namanya otot ini merupakan yang otot yang terdapat di jantung. Secara garis besar dapat
dikatakan bahwa otot jantung merupakan gabungan dari otot polos dan otot rangka (otot lurik).

Bentuk dari otot jantung ini serupa dengan otot rangka (berbentuk silinder panjang namun
memiliki inti di tengah) tapi sifat nya serupa dengan otot polos (bekerja secara involunter). Otot ini
bekerja secara terus menerus tanpa lelah dan tidak pernah beristirahat, kerjanya tidak diatur oleh sistem
persarafan, namun suatu sistem pengatur aliran listrik jantunglah yang membuat otot ini bekerja tanpa
henti.5

Sumber :
https://www.google.co.id/search?q=otot+jantung&espv=2&biw=667&bih=595&source=lnms&tbm=i
sch&sa=X&ved=0ahUKEwjt2_3vtODLAhXXB44KHaY0DeEQ_AUIBigB#imgrc=mCUZ5XuZTau2
8M%3A

Otot Rangka

Otot rangka ini merupakan kebalikan dari otot polos. Otot rangka bekerja secara sadar, artinya
bekerja menurut kehendak, setiap kerja dari otot rangka tergantung kepada keinginan seseorang.

Otot rangka memiliki banyak inti sel , itulah yang membuat nya mampu bekerja kuat, namun
otot ini mudah lelah. Mudah lelah disini artinya tidak bisa melakukan suatu pekerjaan secara terus

8
menerus tanpa istirahat. Beda halnya dengan otot jantung. Otot ini memiliki sel-sel berbentuk silinder
yang sangat panjang. Disebut otot rangka karena melekat pada rangka tubuh.5

Otot rangka merupakan sel-sel serabut otot yang memiliki banyak inti atau multinukleus yang
dikelilingi oleh membran plasma yang dapat dirangsang oleh listrik, dan biasa disebut sarkolema.
Masing-masing serat dari otot lurik ini merupakan berkas miofibril yang tersusun secara sejajar yang
terbenam dalam cairan intrasel yang biasa disebut sarkoplasma. Di dalam sarkoplasma inilah, akan
ditemukan berbagai macam zat, seperti glikogen, ATP dan keratin-P, dan enzim-enzim glikolisis. Otot
rangka disebut juga otot lurik karena susunan beraturan miofilamennya membentuk pola berulang pita
yang terang dan pita yang gelap. Masing-masing unit berulang itulah yang disebut sebagai sarkomer
dan merupakan unit fungsional yang bekerja saat otot melakukan kontraksi maupun relaksasi.5

Sumber :
https://www.google.co.id/search?q=otot+rangka+pada+lengan+manusia&espv=2&biw=1366&bih=6
67&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj73vGx--
DLAhWIGY4KHTwvBUAQ_AUIBigB#imgrc=4VSEKQe0XMM_CM%3A

Tiap serat otot skelet diliputi endomisium, dan menyusun fasikulus. Tiap fasikulus diselaputi
oleh perimisium. Beberapa fasikulus menyusun muskulus. Muskulus diliputi oleh epimisium. Jaringan
otot skelet ini bercorak. Bentuknya silindris panjang dengan ujung tumpul. Intinya banyak dan berada
di pinggir. Otot ini juga memiliki corak yang berwarna lebih hitam dan lebih terang karena diakibatkan
adanya aktin dan miosin.5

Miofibril terbagi lagi menjadi 2 bagian filamen, yaitu filamen tebal dan filamen tipis. Filamen
tebal dari miofibril mengandung protein otot yang disebut miosin, sedangkan filamen tipisnya
mengandung beberapa protein otot, yaitu aktin, troponin, dan tropomiosin (berbentuk fibrous). Keempat
protein otot inilah yang membentuk struktur miofibril secara keseluruhan dan berperan dalam proses
terjadinya kontraksi dan relaksasi. Selain filamen tebal dan filamen tipis, ada daerah H, pita I, pita A,

9
garis M, dan garis Z. Pita A merupakan pita yang terlihat gelap (filamen tebal yang berisi protein
miosin), sedangkan pita I merupakan pita yang terlihat terang (filament tipis yang berisi protein aktin),
kedua pita ini bersama-sama membentuk penampakan gelap-terang pada otot rangka, sehinga terlihat
berlurik-lurik. Daerah H merupakan daerah pada miosin yang tidak dimasuki oleh aktin. Sedangkan
yang disebut sebagai 1 sarkomer merupakan regio yang ada di antara garis Z satu dengan Z yang
lainnya.3,5

Dalam otot rangka, terdapat otot merah dan otot putih. Otot merah (tipe I) disebut otot kerut
lambat. Aktivitas enzim ATPase pada miosinnya rendah, mempunyai mioglobin dan sitokrom.
Kecepatan kontraksi dan lama kontraksinya juga lambat sehingga menggunakan asam lemak sebagai
sumber energi utama.6

Otot putih (tipe IIB) memiliki aktivitas enzim ATPase pada miosinnya cepat, tidak mempunyai
mioglobin. Kecepatan kontraksinya cepat dan lama kontraksinya juga singkat. Otot putih lebih cepat
lelah daripada otot merah. Otot putih menggunakan glikogen dan glukosa sebagai sumber energi.6

Bagian dalam sarkolema terdapat selaput (plasmalema) yang terdiri dari dua lapis protein yang
ditengahnya diisi lemak (lipid). Secara umum sarkolema bersifat transparan, kenyal dan resisten
terhadap asam dan alkali. Serat-serat otot kerangka yang bergabung membentuk berkas serabut otot
primer disebut fasikulus, yang dibalut oleh jaringan ikat kolagen pekat (endomisium).7

Sarkoplasma mengandung mitokondria, granula glikogen untuk cadangan energy sel, miofibril
untuk penyimpanan 𝑂2 , ion-ion Kalium, Magnesium, fosfat, dan enzim protein. Di dalam sarkoplasma
terdapat retikulum sarkoplasma yang bersifat agranuler (Smooth ER.) karena ribosom pada otot
kerangka terdapat bebas dari matriks. Pada manusia tiap sarkomer memiliki dua triad di daerah
pertemuan garis A (anisotrop) dan garis I (isotrop). Sarkomer ini berfungsi menyalurkan impuls dari
permukaan otot kerangka ke dalam serabut yang lebih dalam letaknya.7

Miofibril dengan mikroskop cahaya miofibril tampak memiliki bagian cerah (pita I) dan gelap
(tipe A), bila menggunakan pewarnaan hematoksilin besi (Heidenheia). Inilah yang memberikan aspek
bergaris melintang baik pada otot kerangka maupun otot jantung. Pada satu serabut otot kerangka
terdapat ribuan miofibril, sedangkan tiap miofibril memiliki ratusan miofilamen yang bersifat
submikroskopis.7

Miofilamen terdiri dari 2 macam yaitu filamen tebal dan tipis. Filamen tebal berdiameter 100
Angstrom dan panjangnya 1,5 µm. Filamen ini membentuk pita A dan berisi protein miosin dan
berbentuk globuler. Fungsi dari miosin adalah sebagai enzim katalisator yang berperanan memecah
ATP menjadi ADP + energi, dan energi ini digunakan untuk kontraksi. Pada kepala miosin ini berikatan
dengan aktin.7

10
Filamen tipis mempunyai panjangnya 1µ dan diameternya 50 Angstrom, terbagi dua oleh garis
Z. Bentuknya langsing dan elastis. Filamen ini membentuk pita I yang berisi protein aktin. Aktin dan
miosin tersusun sejajar dengan sumbu memanjang serabut otot skelet. Aktin memiliki monomer yang
disebut G-aktin (globuler), monomer-monomer ini kemudian akan berpolimerisasi menjadi F-aktin
yang berbentuk fibrous, F-aktin inilah yang selanjutnya akan berikatan dengan miosin untuk
melaksanakan kontraksi. Pada F-aktin terdapat troponin T, I, C, dan tropomiosin. Troponin bersifat unik
bagi otot lurik karena terdiri atas tiga macam polipeptida dan ketiganya berbentuk globuler, troponin T
atau TpT yang berfungsi untuk mengikat tropomiosin dan 2 komponen troponin lainnya, troponin I atau
TpI yang berfungsi sebagai inhibitor untuk menghambat terjadinya ikatan antara F-aktin dan miosin
dan juga mengikat komponen-komponen troponin lainnya, dan troponin C atau TpC yang berfungsi
sebagai polipeptida pengikat kalsium dan mampu mengikat sampai 4 molekul ion kalsium.8

Garis Z (Zwischenschreibe) atau intermediate disc berupa garis tipis dan gelap yang membagi
pita I sama rata. Daerah antara 2 garis Z disebut sarkomer yang panjangnya sekitar 1,5µ. Garis H
(Helleschreibe) terdapat dalam pita A yang bebas dari unsur aktin. Garis M (Mittelschreibe) yang
membagi miosin tepat terbagi sama rata.7

Sumber :
https://www.google.co.id/search?q=sarkomer&espv=2&biw=1366&bih=623&site=webhp&source=ln
ms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiajN70_ODLAhWKA44KHQW0DyQQ_AUIBigB#imgrc=3z6
-zrgzQGSYpM%3A

Mekanisme Kerja Otot

Filamen tebal terletak di bagian tengah dari masing-masing sarkomer , terjepit di antara filamen
tipis. Ketika kontraksi otot rangka, aktin dan miosin menggeser melewati satu sama lain, respon
terhadap stimulasi saraf, menyebabkan pemendekan sarkomer. Hal ini terjadi dalam serangkaian
langkah, kadang-kadang digambarkan sebagai 'mekanisme ratchet'. Banyak ATP digunakan dalam
proses kontraksi.

11
Sebelumnya ke tahap mekanisme kontraksi dan relaksasi, masing-masing heliks dari miosin
memiliki sebuah bagian kepala yang globular. Miosin apabila dicerna oleh enzim tripsin akan
menghasilkan dua bagian miosin yang disebut meromiosin ringan (light meromyosin) dan meromisoin
berat (heavy meromyosin). Meromiosin ringan berbentuk serabut heliks dan tidak dapat larut. Pada
meromiosin ringan ini, tidak ditemukan adanya aktivitas katalitik, yaitu ATPase dan tidak mengikat F-
aktin. Meromiosin berat, terdiri atas 2 bagian, bagian 1 yang berbentuk globuler dan bagian lainnya
yang berbentuk serabut heliks. Meromiosin berat apabila dicerna lebih lanjut oleh enzim papain dan
akan terbagi lagi menjadi 2 fragmen, yaitu fragmen S-1 yang merupakan bagian globulernya dan
fragmen S-2 yang merupakan bagian serabut heliksnya. Fragmen S-1 inilah yang menunjukkan adanya
aktivitas ATPase dan akan berikatan dengan F-aktin, sedangkan fragmen S-2 tidak menunjukkan
adanya aktivitas ATPase dan juga tidak dapat berikatan dengan F-aktin.3,5

Kontraksi pada otot, pada dasarnya merupakan mekanisme perlekatan dan pembebasan ikatan
antara kepala S-1 miosin yang globuler dengan filamen milik F-aktin. Perlekatan dan pembebasan
tersebut dilakukan dalam bentuk jembatan silang (cross-bridge).

Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Rangsangan berasal dari asetilkolin
(neurotransmitter) yang dilepaskan akibat adanya potensial aksi motor neuron. Asetilkolin disintesis di
ujung terminal neuron motorik dari asetil koA dengan bantuan kolin asetil transferase; dapat dihambat
dengan kolinesterase dan kurare dengan cara menempel pada reseptor asetilkolin pada motor end plate
karena bentuknya yang cocok dengan reseptor asetilkolin, kolinesterase dan kurare disebut juga
inhibitor kompetitif.9

Asetilkolin dilepaskan ke ruang antara saraf dan otot (celah sinaps) dan ketika asetilkolin
menempel pada reseptor asetilkolin di motor end plate dari otot akan menyebabkan perubahan
permeabilitas di serat otot (depolarisasi), menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan di seluruh
permukaan membrane sel otot. Sehingga menyebabkan depolarisasi dalam tubulus T sehingga
retikulum sarkoplasma bereksitasi melepaskan sejumlah besar ion kalsium ke dalam miofibril. Ion-ion
kalsium mengikat troponin C, membentuk kompleks TpC 4 Ca2+ kemudian berinteraksi dengan
troponin T dan tropomiosin kemudian berinteraksi dengan F-aktin sehingga sisi aktif aktin yang akan
berikatan dengan miosin terbuka.5

Setelah proses-proses diatas selesai, kepala S-1 dari miosin berikatan dengan ATP dan
menghidrolisis ATP menjadi ADP dan P, namun produk hasil hidrolisis ini tidak dapat dilepaskan oleh
myosin. Ketika otot menerima stimulus atau respon, ion Ca2+ (yang berikatan dengan troponin C)
dibebaskan dari retikulum sarkoplasma, dan membuka jalan agar kepala S-1 miosin dapat berikatan
dengan F-aktin. Semula, tempat terbentuknnya jembatan silang ditutupi oleh kompleks troponin-
tropomiosin, tetapi ketika ion Ca2+ dibebaskan maka ion ini berfungsi untuk menarik kompleks tersebut
agar tempat pengikatan jembatan silang antara kepala S-1 miosin dengan F-aktin dapat terbuka.

12
Akibatnya, aktin dapat diakses dan terjadi lah ikatan antara aktin-miosin-ADP-P. Kemudian kompleks
ikatan antara aktin dan miosin yang terbentuk sekaligus mendorong pembebasan P hasil hidrolisis ATP
sebagai sumber energi untuk melakukan power stroke. Hal ini pun sekaligus juga melepaskan ikatan
ADP dari ikatan aktin-miosin. Setelah ADP juga lepas, terbentuk protein aktomiosin yang
menyebabkan kontraksi. Power stroke yang terjadi menarik aktin ke arah pusat sarkomer, sehingga
filamen tipis dengan filamen tebal saling bertumpang tindih, terjadilah kontraksi.5

Setelah kontraksi, ATP baru kembali datang ke kepala myosin sehingga menyebabkan F-aktin
lepas dari kepala miosin. Kompleks miosin-ATP memiliki afinitas yang rendah terhadap aktin sehingga
aktin terlepas. Proses kontraksi juga dihentikan ketika Ca2+ dikembalikan ke plasma sel saat aktivitas
listrik lokal berhenti. Retikulum sarkoplasma memiliki molekul pembawa, pompa Ca2+ -ATPase, yang
memerlukan energi dan secara aktif mengangkut Ca2+ dari sitosol untuk memekatkannya di dalam
plasma sel. Ketika potensial aksi lokal tidak lagi terdapat di tubulus T untuk memicu pelepasan Ca 2+,
aktivitas pompa Ca2+ retikulum sarkoplasma mengembalikan Ca2+ yang dilepaskan ke plasma sel.
Hilangnya Ca2+ memungkinkan kompleks troponin-tropomiosin bergeser kembali ke posisinya yang
menghambat sehingga aktin dan miosin tidak lagi berikatan di jembatan silang. Filamen tipis setelah
dibebaskan dari siklus perlekatan dan penarikan jembatan silang kembali secara pasif ke posisi
istirahatnya. Serat otot kembali melemas. Dalam kondisi inilah, terjadi relaksasi.3,5

Gerak Refleks

Gerak Refleks merupakan gerak yang dilakukan oleh tubuh dalam mencegah terjadi suatu
tindakan yang merugikan tubuh. Gerak reflek dimulai dengan adanya rangsangan yang sifatnya darurat
ataupun tibat-tiba. Tetapi bedanya impulse atau rangsangan ini tidak dibawa menuju otak, tetapi
dihantarkan ke sumsum tulang belakang. Rangsangan pada gerak refleks tidak ditanggapi oleh otak
layaknya gerak – gerak biasa yang kita lakukan sehari – hari, ini dikarenakan gerakan tersebut
digunakan untuk melindungi tubuh yang sifatnya berbahaya dan terjadi sangat cepat sekali.

Refleks somatik dasar adalah refleks yang dikendalikan oleh sistem saraf somatik. Refleks
somatik dibagi menjadi tiga, yaitu refleks monosinaps, refleks bisinaps, dan refleks polisinaps. Refleks
monosinaps merupakan refleks regang (refleks tendon). Serat aferen yang digunakan adalah Ia, lalu
menuju medulla spinalis, ke serat eferen (Serat Aα) lalu efektornya adalah otot regang. Refleks
monosinaps ini biasanya yang digunakan dalam pemeriksaan neurologis, seperti ketukan di tendo
patella yang akan membangkitkan patella.5

Refleks bisinaps merupakan persarafan timbal balik (reciprocal innervation). Reseptornya


adalah annulospiral dengan serat aferennya Ia, pusatnya adalah medulla spinalis, serat eferennya MN
α, dan efektornya adalah otot antagonis (relaksasi).

13
Refleks polisinaps merupakan refleks yang menggunakan banyak interneuron. Refleks ini
dibagi menjadi dua, yaitu refleks fleksor (withdrawal reflex) dan stretch flexor reflex. Refleks ini
reseptornya adalah nosiseptif, serat aferennya II, III, dan IV, pusatnya adalah polisinaps di medulla
spinalis, serat eferennya MNα, dan efektornya adalah otot flexor homolat.

Withdrawal reflex merupakan refleks polisinaps terdiri atas kontraksi dari otot fleksor dan
relaksasi dari otot ekstensor pada bagian tubuh yang mendapat rangsang. Withdrawal reflex terjadi
sebagai respons terhadap rangsangan berbahaya dan biasanya menyakitkan pada kulit atau jaringan
subkutan dan otot. Respons berupa kontraksi otot fleksor dan penghambatan otot ekstensor sehingga
bagian yang terkena rangsang tertekuk dan ditarik dari stimulus. Ketika stimulus yang kuat diterapkan
pada anggota tubuh, respon tidak hanya mencakup fleksi dan penarikan anggota badan itu, tapi juga
perpanjangan ekstremitas yang berlawanan.5

Kesimpulan

Seseorang akan melakukan refleks yang melibatkan kontraksi dan relaksasi dari beberapa otot
apabila pada permukaan tubuhnya mendapat stimulus yang nosieptif karena adanya refleks somatik
dasar (withdrawal reflex).

Daftar Pustaka

1. Brown, RG dan Tony Burns. 2005. Dermatologi. Edisi 8. Jakarta : EMS


2. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2007.
3. Murray RK, Graner DK, Rodwell VW. Penyunting: Wulandari N, Rendy L, Dwijayanthi L,
liena, Danny F, Rachman LY. Biokimia Harper. Ed.27. Jakarta: EGC; 2009.h.158,582-9.
4. Sloane E. Editor: Widyastuti P. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Editor: Pendit BU. Jakarta: EGC; 2001.
6. McArdle WD, Katch FI, Katch VL. Exercise physiology: nutrition, energy, and human
performance. United Kingdom: Wolters Kluwer; 2010
7. Moser DK, Riegel B. Cardiac nursing: a companion to branwald’s heart disease. Missouri:
Elsevier; 2008
8. Histology of Bone. Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1254517-
overview, 25 Maret 2016
9. Neal MJ. At a glance farmakologi medis. Jakarta: Erlangga; 2006.

14

Anda mungkin juga menyukai