Anda di halaman 1dari 9

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 28-36)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL TERMOKIMIA BERBASIS


PROBLEM SOLVING UNTUK SISWA SMA/MA
KELAS XI SEMESTER 1 KURIKULUM 2013
Susi Siswanti1, Sulistyo Saputro2, Suryadi Budi Utomo3
1 Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126, Indonesia
hudan010101@gmail.com
2
Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126, Indonesia
sulistyo68@yahoo.com
3 Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126, Indonesia
sbukim98@yahoo.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui (1) hasil setiap tahapan pengembangan modul termokimia
berbasis problem solving untuk siswa SMA kelas XI semester 1 Kurikulum 2013 (2) kelayakan modul
termokimia berbasis problem solving yang dikembangkan berdasarkan validasi ahli, penilaian praktisi dan
respon siswa (3) keefektifan modul termokimia berbasis problem solving yang dikembangkan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa SMA kelas XI semester 1 Kurikulum 2013. Penelitian menggunakan
prosedur pengembangan Borg & Gall yang telah disederhanakan menjadi sembilan tahapan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) hasil dari setiap tahapan pengembangan dimulai dari studi pendahuluan diperoleh
informasi untuk dikembangkan bahan ajar yang sesuai dengan karakter siswa dan kebutuhan pembelajaran yang
sesuai dengan Kurikulum 2013 sehingga dikembangkan modul termokimia berbasis problem solving (2) modul
termokimia berbasis problem solving yang telah dikembangkan sangat layak digunakan dalam pembelajaran
siswa SMA kelas XI semester 1 Kurikulum 2013 berdasarkan validasi ahli, penilaian praktisi dan respon siswa
dengan persentase sebesar 83,87% (3) modul termokimia berbasis problem solving efektif meningkatkan prestasi
belajar pengetahuan, sikap dan ketrampilan siswa.

Kata Kunci: Modul, Problem Solving, Termokimia, Kurikulum 2013

Pendahuluan Untuk dapat menyelenggarakan


Dalam Panduan Implementasi Standar pendidikan berdasarkan pergeseran paradigma
Proses (2009) disebutkan bahwa paradigma tersebut, diperlukan acuan dasar bagi setiap
pengajaran yang telah berlangsung sejak lama satuan pendidikan yang meliputi serangkaian
lebih menitikberatkan peran pendidik dalam kriteria minimal sebagai pedoman untuk proses
mentransfer pengetahuan kepada siswa. pembelajaran yang bersifat demokratis,
Paradigma tersebut bergeser pada paradigma mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas,
pembelajaran yang memberikan peran lebih dan dialogis. Itulah yang menjadi
banyak kepada siswa untuk mengembangkan penyempurnaan pola pikir kurikulum 2013.
potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka Kurikulum 2013 dikembangkan dengan
membentuk manusia yang memiliki kekuatan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi
spiritual keagamaan, berakhlak mulia, pengembangan seluruh potensi siswa menjadi
berkepribadian luhur, memiliki kecerdasan, manusia Indonesia berkualitas yang tercantum
memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani, dalam tujuan pendidikan nasional.
serta keterampilan yang dibutuhkan bagi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah

28
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 28-36)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan materi ajar yang akan disajikan. Untuk
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan selanjutnya dalam rencana penelitian ini akan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian dikembangkan bahan ajar dalam bentuk modul
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang sebagaimana kebutuhan dan karakteristik dari
pertama adalah rencana dan pengaturan sekolah sasaran.
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, Dalam buku Pedoman Umum
sedangkan yang kedua adalah cara yang Pengembangan Bahan Ajar (2004), modul
digunakan untuk kegiatan pembelajaran. diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis
Adanya tantangan internal menurut dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara
penjelasan Lampiran Peraturan Menteri mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun Sementara dalam pandangan lainnya
2013 tentang Kurikulum SMA/MA antara lain (Prastowo, 2013), modul dimaknai sebagai
terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan seperangkat bahan ajar yang disajikan secara
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu sistematis, sehingga penggunanya dapat belajar
kepada 8 (delapan) Standar Nasional dengan atau tanpa seorang fasilitator. Dengan
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar demikian, sebuah modul harus dapat dijadikan
proses, standar kompetensi lulusan, standar bahan ajar sebagai pengganti fungsi pendidik
pendidik dan tenaga kependidikan, standar ketika di luar sekolah, atau dapat menjadi buku
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, pendamping ketika belajar di sekolah.
standar pembiayaan, dan standar penilaian Menurut hasil penelitian Visser (2010),
pendidikan. Salah satu upaya yang modul harus memiliki beberapa karakter antara
dikembangkan pemerintah dalam Kurikulum lain harus sesuai dengan minat siswa, harus
2013 ini adalah menyiapkan buku pegangan memungkinkan siswa untuk bekerja
pembelajaran yang terdiri dari buku siswa dan independen dari guru, terhubung ke
buku guru serta memperkuat peran pengetahuan dan kepentingan guru, mencakup
pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan bahan dan fasilitas yang mudah diperoleh dan
daerah pelaksanaan pembelajaran. harus memiliki panduan guru yang berkualitas
Dalam Lampiran Peraturan Menteri tinggi. Hasil ini menggambarkan bahwa modul
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun yang akan dikembangkan tidak hanya sebagai
2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa bahan ajar ketika berlangsung pembelajaran di
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam kelas, namun juga harus menarik minat belajar
bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan siswa dan mempermudah siswa ketika belajar
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada lepas dari guru.
Standar Isi. Perencanaan pembelajaran Salah satu perbedaan antara kurikulum
meliputi penyusunan RPP dan penyiapan 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah
media dan sumber belajar, perangkat penilaian adanya buku siswa dan buku guru yang sudah
pembelajaran dan skenario pembelajaran. disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku
Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan wajib sumber belajar di sekolah. Akan tetapi
pendekatan pembelajaran yang digunakan. untuk awal tahun pelajaran 2014/2015
Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber beberapa mata pelajaran belum ada buku siswa
belajar. Dengan demikian, guru diharapkan dan buku guru salah satunya mata pelajaran
untuk mengembangkan bahan ajar sebagai kimia. Sesuai dengan pendekatan yang
salah satu sumber belajar. dipergunakan dalam Kurikulum 2013, siswa
Bahan ajar merupakan bagian penting dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain
dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya.
Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah Peran guru sangat penting untuk meningkatkan
dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa dan menyesuaikan daya serap siswa dengan
akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. ketersediaan kegiatan pada buku ini. Guru

29
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 28-36)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

dapat memperkayanya dengan kreasi dalam yang ditinggal merantau orang tuanya, hal ini
bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan sangat mempengaruhi aktivitas dan pola
relevan yang bersumber dari lingkungan sosial belajar siswa. Banyak siswa yang mempunyai
dan alam. Oleh karena itu, guru sebagai latar belakang pendidikan keluarga yang
pengendali utama di dalam proses belajar rendah sehingga tidak ada yang membantu
mengajar harus mampu mengembangkan mendampingi dan mengawasi belajar ketika di
kompetensinya untuk memberikan fasilitas rumah, hal itu juga mempengaruhi cara
pelayanan belajar bagi siswanya sesuai dengan pandangnya terhadap belajar termasuk
karakter dan kebutuhannya. penyediaan fasilitas untuk belajar meski
Hasil analisis pemenuhan 8 SNP mereka tergolong orang mampu sehingga
(Standar Nasional Pendidikan) SMAN 1 media atau referensi yang mendukung mereka
Girimarto tahun pelajaran 2013/2014 yang belajar juga kurang. Untuk itu kondisi ini juga
menyumbang GAP paling besar atau memiliki menjadi alasan mengapa tidak
skor terendah dibandingkan skor pemenuhan mengembangkan bahan ajar lain yang seperti
ideal terletak pada komponen 2 yaitu Standar media berbasis multimedia dikarenakan tidak
Proses dan komponen 8 yaitu Standar semua siswa ketika di rumah atau di sekolah
Penilaian. Rendahnya pemenuhan skor pada dapat memanfaatkannya.
standar proses disebabkan kecenderungan guru Hasil diskusi dengan guru kimia SMAN
dalam mengajar hanya mengandalkan buku 1 Girimarto pada bulan Mei 2014 diperoleh
paket yang mana isi buku tersebut meski bagus informasi bahwa selama ini pembelajaran yang
namun ada beberapa yang kurang sesuai berlangsung masih didominasi dengan ceramah
dengan karakter siswa di SMAN 1 Girimarto karena siswa merasa tidak paham jika
dan juga untuk diterapkan dalam scientific pembelajaran hanya dengan diskusi tanpa
approach masih terlalu luas dan belum nampak dijelaskan dengan guru, demikian pula jika
sintaksnya dan LKS yang digunakan ada hanya dijelaskan dengan media power point
beberapa yang kurang sesuai dengan kondisi siswa mengeluh mengantuk dan tidak bisa
dan karakter siswa sebagai acuan konsentrasi menerima materi. Kemudian hasil
pembelajarannya. Seringnya guru memperbaiki dari pengamatan guru, saat dijelaskan siswa
perangkat pembelajaran dan menggunakannya sebenarnya paham dan ketika diberikan latihan
hanya ketika akan diadakan supervisi dari soal saat itu juga siswa dapat mengerjakannya
pengawas pendidikan, tidak adanya pembinaan baik melalui diskusi dengan teman maupun
atau tindak lanjut dari pimpinan setelah dengan bimbingan guru. Namun ketika
diadakan supervisi juga sebagai salah satu ulangan harian sulit mencapai persentase
faktor kelemahan, terbatasnya sarana terutama ketuntasan kelas sampai 70% padahal KKM
media IT menyebabkan guru enggan tahun pelajaran 2013/2014 adalah 72, kondisi
menggunakan media dan guru juga belum sama juga dengan tahun-tahun sebelumnya.
banyak berinisiatif membuat media Selain faktor di atas, rendahnya ketuntasan
pembelajaran lain yang berbasis lokal. siswa juga dikarenakan aktivitas belajar siswa
Agar dalam pengembangan modul ini yang kurang terutama saat di rumah, siswa
sesuai dengan karakter kondisi dan kebutuhan umumnya tidak mau mengulang lagi
siswa SMAN 1 Girimarto maka perlu dilihat mempelajari materi yang sudah disampaikan
kondisi potensi akademis siswa dan latar guru di sekolah atau saat menjelang ada
belakang sosial ekonomi siswa. Input nilai pelajaran kimia mereka juga enggan belajar
akademis siswa rata-rata termasuk rendah seperti juga ketika diberi PR atau tugas mereka
karena siswa yang masuk tanpa penyaringan hanya menunggu teman yang lebih pandai
(seleksi), semua siswa dengan nilai berapapun untuk dicontek di sekolah.
di terima mengingat kondisi sekolah yang Khusus untuk materi kimia kelas XI
masih membutuhkan kuantitas dibandingkan semester gasal dari angket kesulitan belajar
dengan kualitas karena untuk pemenuhan siswa yang disebarkan pada siswa kelas XI
rombel (rombongan belajar). Banyak siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 38 siswa,

30
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 28-36)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

23 siswa merasa kesulitan pada materi paling banyak antara 22,00 sampai dengan
termokimia. Dalam pembelajaran termokimia, 27,00 untuk 4 mata pelajaran yang diujikan
siswa harus mampu mencapai kompetensi pada UN dan latar belakang sosial ekonomi
dasar diantaranya mampu mendeskrisikan siswa juga hampir sama dengan siswa SMAN
perubahan entalpi suatu reaksi, menjelaskan 1 Girimarto yaitu banyak yang ditinggal
ciri-ciri reaksi eksoterm dan endoterm, merantau orang tuanya sehingga dari penelitian
menentukan kalor reaksi atau perubahan ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang
entalpi reaksi berdasarkan data yang ada. bermanfaat untuk sekolah yang memiliki
Dalam pembelajaran termokimia, siswa harus karakter yang sama.
mampu mencapai kompetensi dasar Untuk memberikan solusi dari masalah-
diantaranya mampu mendeskrisikan perubahan masalah di atas maka dalam rencana penelitian
entalpi suatu reaksi, menjelaskan ciri-ciri akan memuat judul “Pengembangan Modul
reaksi eksoterm dan endoterm, menentukan Termokimia berbasis Problem Solving untuk
kalor reaksi atau perubahan entalpi reaksi siswa SMA/MA kelas XI semester 1 pada
berdasarkan data yang ada. Kurikulum 2013”. Pengambilan setting
Hasil pengisian angket untuk pembelajaran menggunakan model
mengetahui kesulitan belajar siswa yang pembelajaran problem solving karena model
diberikan kepada guru kimia pengampu materi tersebut berpusat pada ketrampilan pemecahan
termokimia di SMAN 1 Girimarto diperoleh masalah, yang diikuti dengan penguatan
keterangan bahwa nilai rata-rata ulangan kreatifitas. Ketika dihadapkan dengan situasi
harian siswa sebelum remidi pada materi pertanyaan, siswa dapat melakukan
termokimia hanya 55 pada tahun pelajaran ketrampilan memecahkan masalah untuk
2013/2014. Soal-soal yang mampu mereka memilih dan mengembangkan tanggapannya.
kerjakan sendiri hanya soal dengan tingkat Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa
kesukaran C1-C3 (tingkatan taksonomi Bloom) berpikir, ketrampilan memecahkan masalah
yaitu menghafal, memahami, dan menerapkan, memperluas proses berpikir. Sehingga model
untuk soal tipe C4 ke atas rata-rata tidak pembelajaran ini diharapkan sesuai dengan
mampu mengerjakan dan tidak ada usaha karakter materi termokimia yang
untuk mengerjakan. Itupun jika soal C1-C3 membutuhkan pemahaman analisis konsep dan
kategori sulit juga banyak yang tidak bisa kemampuan memecahkan masalah.
mengerjakan. Data dari BSNP (2013) Hasil penelitian Cankoy dan Darbaz
menunjukkan hasil analisis UN 2012/2013 (2010) mengungkapkan bahwa siswa harus
untuk butir soal menentukan kalor reaksi hanya dilatih dan didorong untuk menjadi pemecah
tercapai ketuntasan tingkat sekolah 68,42%; masalah yang terampil dengan kemampuan
tingkat kabupaten 75,05%; tingkat propinsi untuk melakukan analisis kualitatif masalah
74,85% dan tingkat nasional 66,78%. Pada sebelum mereka melakukan solusi kuantitatif.
penelitian ini untuk menguji kelayakan produk Materi pendidikan yang dikembangkan harus
yang dikembangkan juga melibatkan siswa fokus pada peningkatan keterampilan
SMAN 1 Sidoharjo dan SMAN 1 Jatisrono penalaran kualitatif.
karena masih mempunyai karakter dan kondisi Hasil penelitian Adesoji (2008),
yang setara dengan SMAN 1 Girimarto. disebutkan bahwa strategi pembelajaran
SMAN 1 Jatisrono terakreditasi A berdiri pada problem solving memberikan pengaruh pada
tahun 1991, SMAN 1 Girimarto juga kinerja siswa yang memiliki tingkat
terakreditasi A berdiri sejak tahun 1994 sedang kemampuan yang berbeda dalam belajar kimia.
SMAN 1 Sidoharjo didirikan pada tahun 2005 Untuk itu dalam pengembangan modul
dengan akreditasi B. Ketiga sekolah termokimia berbasis problem solving juga
mempunyai karakter siswa yang hampir sama, harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan
dilihat dari nilai siswa yang masuk rata-rata berfikir siswa.
mempunyai jumlah nilai Ujian Nasional SMP Orientasi pembelajaran adalah
antara 19,00 sampai 38,00 dengan jumlah nilai investigasi dan penemuan berdasarkan problem

31
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 28-36)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

solving untuk melatih siswa berpikir kreatif kimia SMA Kelas XI Semester 1. Model
dalam menghadapi berbagai masalah baik itu pengembangan modul yang digunakan
masalah pribadi maupun kelompok untuk mengadopsi prosedur pengembangan Borg and
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Gall yang disederhanakan sampai tahap ke
Siswa harus melakukan penyelidikan untuk sembilan. Langkah-langkah pada penelitian ini
mencari penyelesaian masalah seperti merupakan modifikasi dari sepuluh langkah
menganalisis dan mendefinisikan masalah, penelitian dan pengembangan yang
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dikembangkan oleh Borg & Gall. Adapun
dan menganalisis data, dan merumuskan tahapan yang dilaksanakan adalah studi
kesimpulan. Hal ini sesuai dengan tuntutan pendahuluan dan pengumpulan informasi,
kurikulum 2013 yaitu pembelajaran harus perencanaan, pengembangan draft awal produk
menggunakan pendekatan ilmiah atau scientific dengan validasi dan diikuti revisi produk awal,
approach dan berpusat pada siswa. uji coba skala kecil, revisi hasil uji skala kecil,
Belajar menurut konstruktivisme uji coba lapangan utama, revisi produk modul,
adalah suatu proses mengasimilasikan dan uji coba lapangan operasional dan revisi produk
mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang modul terakhir.
dipelajari dengan pngertian yang sudah Hasil draft awal modul yang sudah jadi
dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat selanjutnya divalidasikan kepada validator
dikembangkan (Schunk, 2012; Suparno, 2006). yang ahli dalam bidangnya agar diketahui
Modul berbeda dengan bahan ajar validitas isi dan kualitas draft modul yang akan
cetak yang lainnya seperti handout, diktat diujicobakan. Validator yang menilai draft
ataupun LKS. Handout merupakan bahan modul terdiri dari validator media, materi,
pembelajaran yang sangat ringkas bersumber bahasa dan praktisi.
dari beberapa literatur yang relevan terhadap Pada uji coba lapangan awal, produk
kompetensi dasar dan materi pokok yang diuji cobakan pada 16 siswa dari SMAN 1
diajarkan kepada peserta didik agar Girimarto, SMAN 1 Jatisrono dan SMAN 1
memudahkan mereka saat mengikuti proses Sidoharjo dengan kemampuan yang beragam.
pembelajaran. Diktat adalah bahan Pada tahap uji coba lapangan utama ini juga
pembelajaran yang disusun berdasarkan digunakan untuk mengetahui efektivitas
kurikulun dan silabus, terdiri dari bab-bab, penggunaan modul termokimia berbasis
memuat detail penjelasan, referensi yang problem solving dalam pembelajaran.
digunakan, memiliki standar jumlah halaman Pengujian efektivitas dilakukan di SMA
tertentu dan biasanya dipersiapkan atau Negeri 1 Girimarto menggunakan metode
dikembangkan sebagai buku. LKS atau biasa eksperimen pretest posttest control group
disebut sebagai Lembar Kegiatan Siswa design, satu kelas sebagai kelas eksperimen
merupakan suatu bahan ajar cetak berupa yaitu kelas XI IPA 1 dan satu kelas sebagai
lembaran berisi tugas yang didalamnya berisi kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 2. Dalam hal
petunjuk, langkah-langkah untuk penyelesaian ini t-test digunakan untuk menguji signifikansi
tugas (Prastowo, 2013). perbedaan gain score (beda rata-rata). Setelah
Polya (1973) membagi tahapan selesai dilaksanakan eksperimen maka hasil
problem solving menjadi 4 fase yaitu kedua kelompok diolah dengan
memahami masalah, menyusun rencana, membandingkan kedua gain score (beda rata-
melaksanakan rencana, dan melakukan rata). Setelah pengujian terhadap produk hasil
pengecekan. dan melakukan revisi penyempurnaan produk,
selanjutnya melakukan uji lapangan
operasional dengan lingkup yang lebih luas
Metode Penelitian yaitu 154 sampel dari 3 sekolah yang setara
yaitu SMAN 1 Girimarto, SMAN 1 Jatisrono
Penelitian ini menghasilkan produk
dan SMAN 1 Sidoharjo. Dalam
pengembangan berupa modul termokimia
operasionalnya, modul yang dihasilkan harus
berbasis problem solving pada mata pelajaran

32
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 28-36)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

tetap dinilai kekurangan atau kelemahan yang penilaian kepada guru-guru anggota MGMP
masih ada untuk perbaikan lebih lanjut terhadap modul termokimia berbasis problem
Instrumen yang digunakan dalam solving. Adapun aspek yang dinilai antara lain
penelitian pengembangan ini yaitu angket, soal aspek isi, aspek kebahasaan/komunikasi, aspek
tes, lembar validasi, dan lembar observasi. penyajian, efek bagi proses pembelajaran dan
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan tampilan menyeluruh modul dan hasilnya dari
dengan menggunakan analisis deskriptif, 25 panelis guru kimia yang menilai modul
meliputi analisis kelayakan dan analisis data diperoleh hasil persentase kelayakan 82,22%
hasil tes belajar. Metode pengumpulan data dengan kategori sangat layak.
dalam penelitian ini adalah dengan teknik Kelayakan modul termokimia berbasis
angket untuk mengetahui kelayakan modul problem solving diperoleh dari penilaian
dari ahli materi dan ahli media serta respon respon siswa pada uji coba skala kecil dan uji
siswa dan guru, teknik observasi untuk coba operasional. Uji coba skala kecil
mengetahui keterlaksanaan tahapan problem diterapkan pada 6 siswa kelas XII IPA SMAN
solving, penilaian hasil belajar keterampilan 1 Girimarto, 5 siswa SMAN 1 Jatisrono dan 5
dan sikap, dan teknik tes untuk penilaian hasil siswa SMAN 1 Sidoharjo. Untuk uji coba
belajar pengetahuan. operasional diajukan pada 22 siswa kelas XI
IPA SMAN 1 Girimarto, 112 siswa kelas XI
IPA SMAN 1 Jatisrono dan 20 siswa kelas XI
Hasil Penelitian dan Pembahasan IPA SMAN 1 Sidoharjo.
Sehingga dari hasil penilaian validator
Penelitian ini mengembangkan modul ahli, praktisi dan respon siswa terhadap
termokimia berbasis problem solving dengan pengembangan modul termokimia berbasis
tahapan sesuai prosedur pengembangan problem solving ini dapat diperoleh persentase
Borg&Gall yang dinilai kelayakannya oleh rerata dihitung menurut kriteria Riduwan dan
validator ahli, praktisi dan mendapatkan respon Sunarto (2009) seperti tersaji pada Tabel 1
siswa sebagai pengguna. Setelah dianalisis berikut.
validitas isi dari validasi ahli dengan
menggunakan Aiken. Diperoleh data hasil Tabel 1. Rerata Hasil Penilaian Uji Kelayakan Modul
analisis butir validitas isi dengan menggunakan oleh Validator, Praktisi dan Siswa.
rumus Aiken. Berdasarkan Tabel Indeks Penilai Jumlah Rerata Kriteria
Validitas Aiken jika menggunakan banyak Responden Persentase
kategori (c) = 5 dan banyak penilai (raters), n = Skor (%)
Validator 5 85,49 Sangat
5 maka indeks validitasnya harus memenuhi Ahli Layak
minimal Vc = 0,80 sehingga jika memenuhi Guru Kimia 25 82,22 Sangat
butir instrumen dikatakan validitas isi (Praktisi) Layak
terpenuhi, apabila belum mencapai 0,80 maka Siswa 154 83,92 Sangat
Layak
butir instrumen dikatakan validitas isinya
Rerata Persentase Kelayakan 83,37 Sangat
belum terpenuhi. Layak
Data penilaian validator ahli juga
dikonversikan untuk menganalisis kelayakan Uji efektifitas modul dilaksanakan pada
modul dari validasi ahli. Dalam penilaiannya uji coba utama yaitu dengan menerapkan modul
validator ahli menilai tentang kelayakan aspek termokimia berbasis problem solving untuk
isi, aspek kebahasaan/komunikasi, aspek pembelajaran siswa di kelas XI semester 1
penyajian, efek bagi proses pembelajaran dan SMAN 1 Girimarto tahun pelajaran 2013/2014.
tampilan menyeluruh modul. Siswa yang diberikan penerapan modul adalah
kelas XI MIA 1 berjumlah 22 siswa terdiri dari
Uji kelayakan dari penilaian praktisi 6 putra dan 16 putri selanjutnya disebut sebagai
dilaksanakan pada forum MGMP Kimia kelas eksperimen. Sebagai kelas kontrol adalah
Kabupaten Wonogiri pada hari Sabtu tanggal kelas XI MIA 2 sebanyak 23 siswa terdiri dari
14 Desember 2014. Peneliti mengajukan

33
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 28-36)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

14 putra dan 9 putri. Dalam pembelajarannya Kemudian dari nilai di atas, dilakukan
digunakan RPP yang sama antara kelas analisis uji-t dengan menggunakan software
eksperimen dengan kelas kontrol hanya yang SPSS 18.0. Dilihat dari hasil uji-t diperoleh nilai
membedakan adalah penggunakan modul signifikansi 0,011 sehingga kurang dari 0,05
termokimia berbasis problem solving untuk maka Ho ditolak. Kesimpulan yang dapat
siswa kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol diambil adalah terdapat perbedaan hasil belajar
menggunakan buku dari perpustakaan sekolah, siswa sebelum dan sesudah diberikan modul
tujuannya agar dapat diketahui keampuhan termokimia berbasis problem solving.
(efektifitas) modul yang dikembangkan. Dalam Hasil uji-t independent sample test
hal ini peneliti hanya bertindak sebagai dengan SPSS 18.0 adalah nilai sig. 0,026
pengamat sedangkan pelaksana pembelajaran sehingga kurang dari 0,05 maka Ho ditolak
adalah guru kimia pengampu kelas XI MIA sehingga terdapat perbedaan ketrampilan siswa
SMAN 1 Girimarto yaitu Ibu Kaniyem, S.Pd., sebelum dan sesudah diberikan modul
M.Pd. termokimia berbasis problem solving.
Pembelajaran dilaksanakan sebanyak 3 Dari uji efektifitas penggunaan modul
kali pertemuan, setiap pertemuan 4 jam termokimia berbasis problem solving dapat
pelajaran dimulai pada tanggal 17 November diperoleh gambaran bahwa modul termokimia
2014 sampai 4 Desember 2014. Sesuai yang berbasis problem solving efektif mampu
direncanakan dalam RPP, penilaian yang meningkatkan pengetahuan, sikap dan
diambil terdiri dari nilai pengetahuan, sikap dan ketrampilan siswa.
ketrampilan. Untuk mengetahui efektifitas Uji efektifitas modul dimaksudkan untuk
modul maka dari hasil penilaian untuk mengetahui keampuhan modul jika digunakan
pengetahuan digunakan gain score (g) dari nilai dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar
pre test dan post test yang kemudian dilakukan siswa mempunyai perbedaan dengan yang tidak
analisis uji-t setelah dicari normalitas dan menggunakan modul yang dikembangkan.
homogenitasnya. Untuk nilai sikap dari Maka dari itu untuk mengujinya perlu
beberapa jenis penilaian sikap yang dilakukan diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Dilihat
yaitu pengamatan sikap, penilaian diri dan dari hasil penilaian prestasi belajar siswa yang
penilaian teman sejawat kemudian dicari rata- kemudian dianalisis dengan uji-t ternyata ada
rata nilainya yang dianalisis dalam uji-t. perbedaan yang signifikan untuk nilai
Demikian juga untuk penilaian ketrampilan pengetahuan, sikap dan keterampilan dari
selain observasi penilaian kinerja juga diberikan sebelum dan sesudah menggunakan modul
penilaian portofolio dari hasil laporan praktek termokimia berbasis problem solving. Dalam
siswa. Adapun hasil penilaian seperti tersaji jurnal yang ditulis oleh Mataka, et al (2014)
pada Tabel 2. menunjukkan hasil penelitiannya bahwa
pembelajaran menggunakan EGPs (Explicit
Tabel 2. Hasil Penilaian Kelas Eksperimen dan Kelas General Problem Solving) yang dipadukan
Kontrol. dengan dengan GI pada materi perpindahan
Rerata Nilai
Kelas
Pengetahuan Sikap Ketrampilan
panas mempunyai efektifitas yang sebanding
Kelas 0,64 3,09 3,18 dengan pembelajaran menggunakan inkuiri
Eksperimen terbimbing dalam memecahkan masalah.
Kelas Kontrol 0,47 2,79 2,90 Diperkuat juga dari hasil penelitiannya Duong
(2012) bahwa dengan melibatkan siswa untuk
Hasil akhir nilai ketrampilan merupakan memecahkan masalah sehingga siswa
nilai rata-rata dari beberapa kriteria penilaian mempunyai respon yang tinggi dalam
tersebut kemudian dianalisis dengan uji-t untuk memecahkan masalah yang disajikan, siswa
mengetahui ada tidaknya perbedaan prestasi mau bereksplorasi dengan berbagai pengalaman
belajar antara kelas eksperimen dengan kelas belajar atau bahkan bisa melalui perdebatan
kontrol. sehingga hal ini akan mempengaruhi prestasi

34
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 28-36)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

belajar siswa karena mempunyai pengalaman 3. Bagi peneliti, dapat dikembangkan lagi
memecahkan masalah. modul yang disesuaikan dengan karakter
materi dan kebutuhan siswa.
4. Bagi sekolah, fasilitas untuk menunjang
Kesimpulan dan Rekomendasi kegiatan pembelajaran hendaknya lebih
diutamakan dibandingkan fasilitas fisik
Kesimpulan yang lain.
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan: Daftar Pustaka
1. Hasil dari tiap tahapan pengembangan
menunjukkan bahwa dari studi pendahuluan Adesoji, F. A. (2008). Students’ Ability Levels and
Effectiveness of Problem-Solving
diperoleh informasi untuk membuat bahan
Instructional Strategy. Journal of Social
ajar yang sesuai dengan karakter siswa dan Sciences, 17(1): 5-8.
kebutuhan pembelajaran yang sesuai Aiken, L R. (1985). Tree Coefficients for Analyzing
kurikulum 2013 yaitu berupa modul the Reliability and Validity of Ratings.
termokimia berbasis problem solving. Educational and Psychologycal
2. Modul termokimia berbasis problem Measurement, 45: 131-142.
solving yang telah dikembangkan sangat Brady, J E. (1999). Kimia Universitas: Asas dan
layak digunakan dalam pembelajaran siswa Struktur. Alih Bahasa; Maun, S., Anas K.,
SMA kelas XI semester 1 Kurikulum 2013 Sally T S. Jakarta: Binarupa Aksara.
Cankoy, O dan Darbaz S. (2010). Effect of a
berdasarkan validasi ahli, penilaian praktisi
Problem Posing Based Problem Solving
dan respon siswa dengan persentase sebesar Instruction Understanding Problem.
83,87%. Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi
3. Efektifitas penggunaan modul Dergisi (Journal of Education), 38: 11-24.
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan hasil Chang, R. (2003). Kimia Dasar. Konsep-konsep Inti.
belajar yang signifikan yaitu kelas Terjemahan Departemen Kimia, ITB:
eksperimen mempunyai prestasi belajar Abdulkadir M., Noviandri I.,
lebih tinggi pada nilai pengetahuan, sikap Wahyuningrum D. Jakarta: Erlangga.
dan ketrampilan dibandingkan kelas Dahar, R W. (2006). Teori-teori Belajar &
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
kontrol.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Rekomendasi Nasional. Jakarta: Dikdasmenum.
Depdiknas. (2009). Panduan Implementasi Standar
Penelitan ini menghasilkan sebuah
Proses. Jakarta: Depdiknas.
produk yaitu modul termokimia berbasis Duong, Minh Quang. (2012). Analitical Evaluation
problem solving, tindak lanjut dari of College Learning Expeiences on
pengembangan modul ini agar lebih Students’ Problem-Solving Efficacy
berkualitas sehingga dapat digunakan dalam among Technical and Scientific Areas.
pembelajaraan dengan sempurna maka penulis International Journal of Evaluation and
menyarankan: Research In Education (IJERE). 1(2): 67-
1. Bagi guru, penerapan problem solving 72.
dalam pembelajaran termokimia sangat Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/ Gain Score.
sesuai dengan karakter materi, apalagi jika American Educational Research
Methodology. http://lists.asu.edu/cgi-
digunakan bahan ajar seperti modul yang
bin/wa?A2=ind9903&L=aera-
mendukung belajar siswa dalam proses d&P=R6855.
pemecahan masalah materi termokimia. Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar.
2. Bagi siswa, diharapkan siswa dapat Bandung: CV Pustaka Setia.
memanfaatkan modul termokimia berbasis Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran dan
problem solving untuk mengembangkan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kreativitas dan ketrampilan berfikirnya.

35
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 28-36)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Kemendikbud. (2013). Lampiran Permendikbud


No. 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses. Jakarta: Dikdasmenum.
Kemendikbud. (2013). Lampiran Permendikbud
No. 69 Tahun 2013 tentang Kurikulum
SMA/MA. Jakarta: Dikdasmenum.
Mataka, L M., Cobern, W W., Grunert, M L.,
Mutambuki, J., Akom, G. (2014). The
Effect of Using an explicit General Problem
Solving Teaching Approach on Elementary
Pre-Service Teachers’ Ability to Solve Heat
Transfer Problems. International Journal of
Education in Mathematics, Science and
Technology 2(3). www.ijemst.com.
Prastowo, A. (2013). Panduan Kreatif Membuat
Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA
Press.
Polya, G. 1973. How to Solve It. A New Aspect of
Mathematical Method. New Jersey:
Princenton University Press.
Putra, N. (2013). Research and Development :
Penelitian dan Pengembangan, Suatu
Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.
Riduwan, dan Sunarto. (2009). Pengantar Statistika
untuk penelitian Pendidikan, Sosial,
Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sani R A. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Schunk, D. H. (2012). Teori-teori Pembelajaran:
Perspektif Pendidikan. Terjemahan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekardjo dan Sari L P. (2008). Penilaian Hasil
Belajar Kimia. Yogyakarta: UNY.
Sudarmo, U. (2013). Kimia XI. Jakarta: Erlangga.
Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: CV Alfabeta.
Sunarya, Y. (2010). Kimia Dasar 1. Bandung: CV.
Yrama Widya.
Suparno, P. (2006). Filsafat Konstrukivisme dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Visser, T C. 2010. Essential Characteristics for a
Professional Development Program for
Promoting the Implementation of a
Multidisciplinary Science Module. Journal
of Science Teacher Education, 21:623–642

36

Anda mungkin juga menyukai