Bagan Patofisio Peb
Bagan Patofisio Peb
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arterialis.
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur
dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Hal ini memberi dampak
penururnan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada daerah
uteroplasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat
sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi
invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri
spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Namun, pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Penurunan HLA-
G akan menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Padahal Invasi trofoblas penting agar jaringan
desidua lunak dan gembur sehingga memudahkan dilatasi arteri spiralis.
Akan tetapi, pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kehilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor dan terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan vasopresor.
Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familiar dengan model gen tunggal. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
mengalami preeklampsia, 26 % anak perempuan akan mengalami preeklampsia pula dan 8% anak
menantu mengalami preeklampsia.
Faktor resiko
Diagnosis
Diagnosis preeklampsia berat dapat ditegakkan apabila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai
berikut :
TD sistolik ≥160mmHg, TD diastolik ≥110mmHg. TD ini tidak menurun meskipun
sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria >5 g/24 jam atau ++++ dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria (<500cc/24 jam).
Peningkatan kreatinin plasma.
Gangguan visus dan serebral, ditandai dengan adanya penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma, dan pandangan kabur.
Nyeri epigastrium
Edema paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopenia berat (<100.000 sel/mm3)
Gangguan fungsi hepar
Pertumbuhan janin terhambat
Sindrom HELLP
Sedangkan apabila ditemukan gejala dibawah ini, diagnosis sindrom HELLP dapat
dipertimbangkan, yaitu :
Didahului tanda dan gejala yang tidak khas, seperti malaise, lemah, nyeri kepala, mual,
muntah (gejala ini mirip tanda dan gejala infeksi virus).
Adanya tanda dan gejala preeklampsia.
Tanda tanda hemolisis intravaskular, khususnya kenaikan LDH, AST, dan bilirubin
indirect, serta didapat kelainan pada apusan darah tepi.
Terdapat tanda kerusakan atau disfungsi sel hepatosit sel hepar, seperti kenaikan
ALT,AST, LDH
Trombositopenia, ditandai dengan hitung trombosit ≤100.000/ml.
Patogenesis
Patogenesis Preeklampsia
(diambil dari buku Ilmu Kebidanan, Sarwono)
Tata Laksana
Tujuan terapi :
1. Mencegah kejang dan mencegah perdarahan intrakranial
2. Mengendalikan tekanan darah
3. Mencegah kerusakan berat pada organ vital
4. Melahirkan janin yang sehat
Terapi Medikamentosa
Persalinan
Indikasi untuk terminasi :
Indikasi ibu:
Tanda dan gejala impending eclamsia
Gangguan fungsi hepar
Gangguan fungsi ginjal
Indikasi laboratorium:
Trombositopenia progresif, yang menjurus ke sindroma HELLP
Kompetensi seorang dokter umum pada kasus ini adalah memberi tatalaksana awal, seperti pemberian
anti kejang, infus ringer laktat, lalu pemberian anti hipertensi, setelah itu segera rujuk untuk tata laksana
obstetri. Pada kasus pre eklampsia berat, terminasi kehamilan harus segera dilakukan.
Rujukan :
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. 2009. Jakarta: PT Bina Pustaka
Obstetri Williams Edisi 21. EGC, Jakarta: 2006