Pendahuluan
1
Transplantasi organ ada terjadi karena adanya pemicu dari individu
berkaitan dengan Perkembangan Hak-Hak Azasi manusia (HAM) meliputi
Liberalisme, Otonomi, Emansipasi, Anti kemapanan (Establishment), dan
Otoritas (Authority)
Transplantasi organ jantung mempunyai dampak positif bagi resipien
untuk memperpanjang hidup, tetapi di sisi lain mempunyai dampak
negative seperti perubahan kriteria mati.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan transplantasi organ ?
1.2.2 Apa hak-hak yang terdapat dalam transplantasi organ jantung ?
2
BAB II
Pembahasan
3
adanya donor yang cocok. Ada dua sumber donor organ, yang pertama
organ berasal dari donor yang sudah meninggal, atau disebut cadaveric
donor. Orang menjadi cadaveric donor, harus ada persetujuan, bersedia
menjadi cadaveri donor ketika dia meninggal dan ini harus dengan
legalitas. Di beberapa negara, bila persetujuan cadaveric donor tidak ada,
maka boleh dari keluarganya untuk memberikan izin mengambilan
organ. Kedua, organ berasal dari donor yang masih hidup, biasanya yang
masih mempunyai hubungan keluarga, teman atau orang yang tidak
dikenal. Beberapa yayasan non-profit atau charity, seperti National
Marrow Donor Program, mempunyai daftar donor bone marrow, bila
pendonor tidak ada hubungan kekeluargaan dengan pasien, maka diberi
tanda Non Direct Donor (NDD), yang sudah mengetahui kapan pun
organnya akan diambil untuk ditransplantasikan pada resepien yang
membutuhkan.
Dengan demikian transplant center harus membuat aturan yang
ketat, dengan membuat kriteria pemberian organ pada yang pasien yang
membutuhkan, antara lain
a) Setiap orang mempunyai hak yang sama
b) Pada orang yang membutuhkan
c) Pada orang yang berusaha
d) Pada orang yang memberi kotribusi
e) Pada orang berdasarkan free-market exchanges
f) Juga dengan pertimbangan, lamanya waktu menunggu dan
usia.
4
menolong jiwa orang lain. Juga pengertian pada keluarga
untuk mendukung menyumbangkan organnya saat
meninggal.
b) Mandated choice police, usaha yang dilakukan pemerintah
menghimbau rakyatnya untuk peduli pada orang sakit yang
membutuhkan organ, dengan member kemudahan
mendaftrakan diri sebagai cadaveric donor
c) Presumed consent, adalah kebijakan suatu negara, bahwa
pada saat seseorang meninggal maka jasadnya milik negara,
sehingga setiap orang dapat menjadi cadaveric donor atas
izin negara.
d) Pemberian incentive pada keluarga yang memberikan organ
dari anggota keluarganya yang meninggal.
e) Orang tahanan yang dihukum mati, maka dapat menjadi
cadaveric donor. (Rotgers, 2007:29-33).
5
Dalam PP No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, beda mayat
anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum
pasal tentang transplantasi sebagai berikut: (Hanafiah M.J dan Amir
Amri, 1999: 219)
1. Pasal 1
1. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringa tubuh
yang dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai
bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
2. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mmempunyai
bentuk dan faal (fungsi) yang sama dan tertentu.
6
3. Pasal 11
1. Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh menteri kesehatan
2. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh
dilakukan oleh dokter yang merawat atau mengobati donor
yang bersangkutan
4. Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada
sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi.
5. Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas
materai dengan 2(dua) orang saksi.
6. Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan
transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal
dunia,dilakukan dengan persetujuan tertulis dengan keluarga terdekat.
7. Pasal 15
a) Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh
manusia diberikan oleh donor hidup,calon donor yang
bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya,termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-
akibatya ,dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
b) Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar
,bahwa calon donor yang bersangkutan telah meyadari
sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
8. Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam
kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi.
9. Pasal 17
Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
10. Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia
dan semua bentuk ke dan dari luar negeri
7
2.3 Analisis Pendapat Tentang Transplantasi Jantung
8
organ akan meliputi definisi mati, kapan dan bagaimana
transplantasi organ dapat dilaksanakan, juga meliputi pembayaran
organ yang ditransplantasikan.
Bioetik transplantasi organ manusia diatur dalam medical ethic,
yang lebih mengarah pada aturan suatu organisasi profesi, yaitu
kode etik kedokteran, yang mengatur hubungan dokter-pasien-
keluarga pasien (Rotgers, 2007). Pada transplantasi organ akan
terlibat dokter, donor dengan keluarganya dan resepien dengan
keluarganya.
Bagaimana bioetik dapat dipahami oleh semua pihak, baik dokter,
pendonor atau pun pasien? Transplantasi organ dilaksanakan
dengan alasan kemanusiaan, jadi tidak ada pemanfaatkan organ
atas nama keuntungan satu pihak tertentu. Bioetik harus menjadi
aturan yang mengikat semua komponen yang terlibat dalam
transplantasi organ, diperlukan aturan dan hukum yang mengikat,
untuk mencegah terjadi penyalahgunaan transplantasi organ.
9
adanya pemilikan organ tubuh yang akan disumbangkan dengan
diyatnya itu. Adanya hak milik orang tersebut terhadap organ-organ
tubuhnya berarti telah memberinya hak untuk memanfaatkan organ-
organ tersebut , yang berarti ada kemubahan menyumbangkan organ
tubuhnya kepada orang lain yang membutuhkan organ tersebut.
Dan dalam hal ini Allah SWT telah membolehkan memberi-kan maaf
dalam masalah qishash dan berbagai diyat. Allah SWT berfirman :
“Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi
maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kalian dan suatu rahmat.” (QS. Al Baqarah :
178)
Islam memerintahkan agar setiap penyakit diobati. Membiarkan
penyakit bersarang dalam tubuh dapat berakibat fatal, yaitu kematian.
Membiarkan diri terjerumus pada kematian adalah perbuatan
terlarang,
ِب ُك ْم َكانَ للاَ ِإن ا َ ْنفُ َس ُه ْم َوالَت َ ْقتُلُىْا
النسآء ) َر ِح ْي ًما: 92 )
“… dan janganlah kamu membunuh dirimu ! Sesungguhnya Allah
Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa 4: 29).
Syarat-Syarat Penyumbangan Organ Tubuh Bagi Donor Hidup:
Syarat bagi kemubahan menyumbangkan organ tubuh pada saat
seseorang masih hidup, ialah bahwa organ yang disum-bangkan bukan
merupakan organ vital yang menentukan kelang-sungan hidup pihak
penyumbang, seperti jantung, hati, dan kedua paru-paru. Hal ini
dikarenakan penyumbangan organ-organ tersebut akan mengakibatkan
kematian pihak penyumbang, yang berarti dia telah membunuh
dirinya sendiri. Padahal seseorang tidak dibolehkan membunuh
dirinya sendiri atau meminta dengan sukarela kepada orang lain untuk
membunuh dirinya. Allah SWT berfirman :
10
“Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian.” (QS. An Nisaa’ :
29)
Allah SWT berfirman pula :
“…dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS.
Al An’aam : 151)
Keharaman membunuh orang yang diharamkan Allah (untuk
membunuhnya) ini mencakup membunuh orang lain dan membunuh
diri sendiri. Imam Muslim meriwayatkan dari Tsabit bin Adl Dlahaak
RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “…dan siapa
saja yang membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu (alat/sarana),
maka Allah akan menyiksa orang tersebut dengan alat/sarana tersebut
dalam neraka Jahannam.”
11
menyumbangkannya. Sedangkan mengenai kemubahan mewasiatkan
sebagian hartanya, kendatipun harta bendanya sudah di luar
kepemilikannya sejak dia meninggal, hal ini karena Asy Syari’ (Allah)
telah mengizinkan seseorang untuk mewasiatkan sebagian hartanya
hingga sepertiga tanpa seizin ahli warisnya. Jika lebih dari sepertiga,
harus seizin ahli warisnya. Adanya izin dari Asy Syari’ hanya khusus
untuk masalah harta benda dan tidak mencakup hal-hal lain. Izin ini
tidak mencakup pewasiatan tubuhnya. Karena itu dia tidak berhak
berwasiat untuk menyumbangkan salah satu organ tubuhnya setelah
kematiannya.
Mengenai hak ahli waris, maka Allah SWT telah mewariskan
kepada mereka harta benda si mayit, bukan tubuhnya. Dengan
demikian, para ahli waris tidak berhak menyumbangkan salah satu
organ tubuh si mayit, karena mereka tidak memiliki tubuh si mayit,
sebagaimana mereka juga tidak berhak memanfaatkan tubuh si mayit
tersebut. Padahal syarat sah menyumbangkan sesuatu benda, adalah
bahwa pihak penyumbang berstatus sebagai pemilik dari benda yang
akan disumbangkan, dan bahwa dia mempunyai hak untuk
memanfaatkan benda tersebut. Dan selama hak mewarisi tubuh si mayit
tidak dimiliki oleh para ahli waris, maka hak pemanfaatan tubuh si
mayit lebih-lebih lagi tidak dimiliki oleh selain ahli waris,
bagaimanapun juga posisi atau status mereka. Karena itu, seorang
dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah satu
organ tubuh seseorang yang sudah meninggal untuk ditransplantasikan
kepada orang lain yang membutuhkannya. Adapun hukum kehormatan
mayat dan penganiayaan terhadapnya, maka Allah SWT telah
menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang wajib
dipelihara sebagaimana kehormatan orang hidup. Dan Allah telah
mengharamkan pelanggaran terha-dap kehormatan mayat sebagaimana
pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula
bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang
12
hidup. Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa
Rasulullah SAW bersabda :
“Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang
hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).
Setelah menjelaskan masalah seputar transplantasi jantung dapat
kiranya pemakalah simpulkan bahwa dalam transplantasi jantung ini
semua ulama madzhab sepakat bahwa haram hukumnya
mentransplantasi jantung baik itu sudah mati apalagi masih hidup
sangat jelas sekali karena disini manusia hanya mempunyai satu
jantung, untuk mengenai transplantasi ginjal atau mata bersifat
debatable.
Sebagian ulama memperbolehkan transplantasi selain jantung ada yang
tidak, yang membolehkan itu dari kalangan syafiiyah dan malikiyah,
disamakan dengan diperbolehkannya menambal dengan tulang manusia
asalkan memenuhi syarat:
a. Dibutuhkan
b. Tidak ditemukan selain dari anggota tubuh manusia
c. Mata yang diambil harus dari mayat yang muhaddaraddam
d. Antara yang diambil dan yang menerima harus ada persamaan agama
selain dari pada itu tetap mengharamkan dengan alasan karena manusia
diciptakan untuk dilindungi existensinya( Made , 2010, makalah Dunia
modern, Makalah Masa'ilulFiqhiyah-TransplantasiJantung
http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/02/makalah-masailul-fiqhiyah-
transplasasi.html, diakses pada tanggal 14 Nopember 2011)
13
akan mengakibatkan kematian pihak penyumbang, yang berarti dia
telah membunuh dirinya sendiri. Padahal seseorang tidak dibolehkan
membunuh dirinya sendiri atau meminta dengan sukarela kepada orang
lain untuk membunuh dirinya. Allah SWT berfirman
“Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian.” (QS. An Nisaa’ :
29)
Allah SWT berfirman pula :
“…dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS.
Al An’aam : 151)
14
Bab III
3.1 Kesimpulan
15