Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
inap, rawat jalan dan gawat darurat (UU RI No.44 Tahun 2009). Rumah sakit
pusat rujukan pelayanan kesehatan untuk puskesmas baik rawat jalan maupun rawat
Klasifikasi menjadi Rumah Sakit Umum terdiri dari kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi
Kelas rumah sakit tipe Amenurut UU Rumah Sakit no. 44 Tahun 2009 adalah:
Rumah Sakit Umum kelas A adalah harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, (lima)
8
9
Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis. Rumah Sakit kelas A ini
telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top
referral hospital) atau disebut juga sebagai Rumah Sakit Umum Pusat.
Pelayanan rawat inap adalah suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat
dan tinggal dirumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Rawat inap juga diartikan
pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas
perawatan dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus
menginap. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah
sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa,
terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes, 1997) yang
dikutip dari Suryanti (2002) ruang rawat inap adalah ruang untuk pasien yang
Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan
intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Menurut Revans dalam Anjaryani
(2009), bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap mengalami tingkat
1. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan di rawat
Dalam ruangan perawatan rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu
menginap dengan menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan
terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau
rehabilitasi medis atau pelayanan medis lainnya setiap hari dilakukan oleh pelayanan
tenaga medis, pelayanan tenaga keperawatan, pelayanan penunjang medis dan non
medis, pelayanan makanan dan minuman serta kondisi lingkungan fisik ruangan
rawat inap.
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Selain itu juga merupakan
spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan
SPM ini dapat dijadikan acuan bagi pengelola rumah sakit dan unsur terkait dalam
medis dan penunjang klinis meliputi rekam medis dan kegiatan pemeliharaan sarana.
Dengan pelayanan rekam medis dan pemeliharaan sarana yang baik, pasien di rawat
inap akan merasa puas dan nyaman dalam proses penyembuhannya. Adapun SPM
(Standar Pelayanan Minimal) untuk jenis layanan rawat inap, rekam medis dan
rumah sakit yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan
efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator tersebut terbagi untuk masing-masing unit.
1. BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada
2. AVLOS (Average Length of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
3. TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
4. BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
5. NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-
6. GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar.
yang dibuat berdasarkan standar yang telah dibuat oleh Huffman, yakni :
yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
komprehensif ditujukan pada pasien, baik yang sehat maupun sakit yang mencakup
RI No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, dijelaskan
bahwa perawat adalah orang yang telah lulus dari pendidikan perawat, baik dalam
berlaku. Pendidikan di Indonesia masih bervariasi, mulai dari setingkat SLTA, D III,
perkembangannya.
c. Peran Edukator
d. Peran Koordinator
e. Peran Kolaborator
melalui tim kesehatan seperti : dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lainnya.
f. Peran Konsultan
g. Peran Pembaharu
perawat, diantaranya :
1. Fungsi Independen
manusia.
2. Fungsi Dependen
Fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan, atau instruksi dari
perawat lain, sebagai pelimpahan tugas. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat
spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
diantara tim satu sama lainnya. Misalnya : tim dokter dalam memberikan
Perawat memiliki tanggung jawab yang harus dilakukan secara nyata pada :
pihak yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku. 3). Tidak menggunakan
perlindungan dan keselamatan pasien. 6). Memenuhi kebijakan dan prosedur yang
hospitalisasi, mendokumentasikannya.
Perawat bertanggung jawab terhadap sesame perawat dan profesi kesehatan lain. :
1). Memelihara hubungan baik antara sesame perawat dan tenaga kesehatan lain,
18
perawatan. 2). Menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan. 3). Terlibat/
pelayanan. 4). Membina dan memelihara mutu organisasi profesi perawat sebagai
3) Pendidik, dalam hal ilmu perawatan kepada pasien, sesama perawat atau tenaga
kesehatan lain. Dalam perubahan tingkah laku bagi individu, keluarga atau
masyarakat.
yang diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan
standar-standar yang berlaku pada sektor industri kesehatan di negara lain serta dapat
asuhan keperawatan
20
pemberian pelayanan
pelayanan kesehatan
keperawatan
3) Pengembangan profesi
keperawatan
profesi
1. Metode Fungsional
asisten sehingga perawat bekerja menunggu advis atau tergantung dari profesi
lain. Kepala ruangan bertanggung jawab hampir 95% dalam pelayanan mulai
professional, kepuasan perawat dan pasien kurang, tidak ada regenerasi yang baik
2. Metode Tim
ada modifikasi pembagian tugas yaitu dilakukan bersama dalam beberapa perawat
evaluasi kepada ketua tim dan tugas tim. Ketua tim membuat perencanaan
supervise dan evaluasi harian, memotivasi anggota tim mengetahui dan menilai
kebutuhan pasien, membuat operan dan diskusi dengan anggota tim. Anggota tim
22
KARU
Wakaru
CCM
3. Metode Primer
kuat terus menerus antara perawat primer dan pasien dimana perawat bertugas
tanggung gugat dari pasien. Kepala ruangan sebagai konsultan dan perawat
4. Metode Modul
Modul ini merupakan variasi metode primer dan tim tetapi menggunakan tenaga
dengan membuat pasangan 2-3 perawat merawat pasien mulai dari datang sampai
keperawatan yang tepat untuk digunakan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan
sesuai dengan jumlah kategori tenaga perawat yang ada diruangan serta jumlah pasien
Beban kerja menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil
kali antara volume kerja dan norma waktu. Beban Kerja adalah banyaknya jenis
pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun
dalam satu sarana pelayanan kesehatan (Kepmenkes No.81 Tahun 2004). Pekerja
yang mempunyai beban kerja berlebih akan menurunkan kualitas hasil kerja dan
optimal beban kerja karyawan. Beban kerja tidak hanya dipandang sebagai beban
24
kerja fisik tetapi juga sebagai beban kerja mental. Beban kerja adalah frekuensi rata-
rata masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana dalam
atau pengalaman (PP RI No. 97 Tahun 2000). Untuk mengetahui beban kerja perawat
ketergantungan pasien, rata- rata hari perawatan, jenis tindakan keperawatan, dan
frekuensi tiap tindakan serta rata-rata waktu yang dibutuhkan setiap tindakan (Gillies,
1996)
seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan (Marquis dan
Houston, 2000 dalam Kurniadi, 2013). Berdasarkan dua pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang
dilakukan perawat dengan jenis pekerjaan dan beratnya pekerjaan yang ditetapkan
dalam satuan waktu tertentu di suatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja dapat
dibedakan menjadi beban kerja kuantitatif dan kualitatif (Huber, 2006). Beban kerja
dibandingkan dengan waktu kerja yang tersedia, misalnya: berapa banyak tindakan
keperawatan yang bisa dilakukan perawat selama bertugas setiap shift. Hasilnya bisa
dijumlahkan dan dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang seharusnya bekerja
di unit tersebut. Beban kerja kualitatif artinya persepsi beban kerja yang bisa
berikut :
Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak melakukan
pekerjaan yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara
pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja
membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak cepat dan terampil dalam
keadaan darurat.
pekerjaan manusia beralih titik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan menjadi
majemuk dan kemajemukan pekerjaan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja
memerlukan kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang
dimiliki.
secara penuh. Beban terlalu sedikit disebabkan kurang adanya rangsangan akan
mengarah ke semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan
merasa bahwa ia tidak mengalami perkembangan, dan merasa tidak berdaya untuk
4. Kontak langsung perawat klien secara terus menerus selama jam kerja
5. Rasio perawat-klien.
ruangan.
terminal
Beban kerja perawat tiap waktu akan berubah. Perubahan ini dapat disebabkan
oleh faktor internal dan ekternal. Faktor-faktor internal yang memengaruhi beban
1. Jumlah pasien yang dirawat tiap hari, tiap bulan, tiap tahun
Menurut Kurniadi (2013), faktor ekternal yang bisa memengaruhi beban kerja
internasional).
dilaksanakan oleh seseorang tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun kerja
sesuai dengan standar profesional dan telah memperhitungkan waktu libur, sakit, dan
beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh
seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Bisa diartikan
jumlah total waktu keperawatan baik secara langsung atau tidak langsung dalam
memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan jumlah perawat
Pendekatan tersebut dilihat dari karakteristik tugas dan karakteristik staf yang ada
1. Total jam kerja per minggu adalah 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4 hari
kerja per minggu pada metoda ini terjadi tumpang tindih kurang lebih 6 jam kerja
2. Perincian 12 jam dalam satu shift, yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur, dan 4 hari kerja.
3. Perincian 70 jam dalam 2 minggu, yaitu 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7 hari
libur)
4. Sistem 8 jam perhari dengan 5 hari kerja per minggu. Sistem ini lebih banyak
disukai karena mengurangi kelelahan staf dan produktifitas staf tetap dapat
dipertahankan.
dapat dilakukan dengan perbandingan antara output dan input atau perbandingan
antara jam staf yang dibutuhkan dengan jam staf yang tersedia dikalikan 100%. Hasil
penelitian Swansburg (1990) tentang time motion study diperoleh data bahwa rata-
rata perbandingan jam staf yang dibutuhkan dengan jam staf yang tersedia adalah
380,50/ 402,00 x 100% = 94,7%. Dengan kata lain, makin rendah jam staf yang
tersedia, makin tinggi produktifitas kerja staf. Meskipun demikian, aspek kelelahan
penetapan bagi pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
tertentu.
perawat.
berkisar 80% waktu kerja optimum dari seluruh kegiatan yang dilakukan
perawat.
kurang dari 80% waktu kerja optimum dari seluruh kegiatan yang dilakukan
perawat.
Metode ilmiah yang telah dikembangkan para ahli seperti : Work Sampling
dan Time and Motion Study sebenarnya dapat menghasilkan hasil yang akurat.
Masalahnya, pada metode ini dibutuhkan tenaga ahli, pengamat yang banyak dan
waktu yang panjang. Hal ini membawa konsekuensi terhadap biaya dan biasanya
harus dilaksanakan oleh pihak lain seperti : kosultan dan lembaga riset. Pihak
31
manajemen rumah sakit akan kesulitan untuk melaksanakan metode ini sendiri karena
kemungkinan bisa karena faktor personel menghitung beban kerja sendiri. Pada
metode daily log yang mencatat dan menghitung beban kerja sendiri sangat diragukan
akurasinya sehingga dari aspek validitas dan reabilitas sulit dipakai sebagai rujukan
a. Perawatan langsung
yang ada hubungannya dengan kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual. Berdasarkan
tingkat ketergantungan klien pada perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok yaitu : self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut
Minetti Hutchinson (1994) kebutuhan perawatan langsung setiap klien adalah empat
memasang alat, konsultasi dengan tim, menulis dan membaca catatan kesehatan klien,
melaporkan kondisi klien. Dari hasil penelitian di Rumah Sakit Detroit dibutuhkan
menit per klien (Gillies 1994), menurut Young (Gillies, 1989) adalah 60 menit/klien.
c. Pendidikan kesehatan
dalam Gillies (1994) waktu yang dibutuhkan adalah 15 menit per hari per klien.
2.4.5.2.Metode Ilyas
Metode Ilyas memberikan alternatif solusi yang akurat dan mudah diterapkan.
Metode ini dapat menghitung beban kerja personel dengan cepat dengan tingkat
akurasi yang tinggi sehingga menghasilkan informasi yang dapat dipercaya untuk
Secara ilmiah hasil perhitungan kebutuhan personel dengan Metode Ilyas memiliki
tingkat validitas dan reabilitas yang tinggi dan telah diuji coba baik oleh sejumlah
institusi dengan hasil yang dapat dipercaya oleh manajemen organisasi. Disamping
itu, Metode Ilyas juga telah digunakan oleh sejumlah mahasiswa Pascasarjana Ilmu
dalam Tesis mereka untuk meraih gelar Master Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
yaitu :
3. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam dengan
kriteria;
a. Segalanya diberikan/dibantu
d. Pemakaian suction
e. Gelisah/disorientasi
1) Produktif yaitu waktu yang digunakan perawat melakukan tugas, peran dan
pasien sesuai pemanfaatan waktu kerja lebih dari 80%. Bila lebih dari 80%,
maka tandanya beban kerja sudah berlebihan sehingga harus ditambah perawat
2) Non produktif yaitu sisanya dari kegiatan yang dgunakan perawat untuk
kerja.
menurut Gillies (1994) adalah 7 jam untuk shift pagi dan sore, 10 jam untuk shift
35
berdasarkan beban kerja rill yaitu akumulasi jumlah tindakan keperawatan semua
pasien yang harus diberikan asuhan keperawatan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Hal ini berhubungan
pelayanan keperawatan.
a) Ratio antara perawat dan klien di dalam ruangan perawatan intensif adalah 1 : 1
atau 1 : 2.
b) Perbandingan perawat ahli dan terampil di ruang medical bedah, kebidanan, anak
c) Ratio antara perawat dan klien saat shift pagi atau sore adalah 1 : 5, untuk malam
Abdellah dan Levine (1965) dalam Gillies (1994), seharusnya dalam suatu unit ada
55% tenaga ahli dan 45% tenaga terampil. Dimasa depan, untuk meningkatkan
produktifitas dan kualitas rumah sakit, proporsi tenaga profesional sebaiknya lebih
besar dari tenaga non professional dengan komposisi perbandingan berkisar 65% :
yang akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Beberapa
berdasarkan kategori klien yang dirawat, ratio perawat, dan klien untuk memenuhi
Metode Douglas
a. Perawatan mandiri (self care), yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam
b. Perawatan sebagian (partial care), yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam
c. Perawatan total (total care), yaitu klien memerlukan bantuan secara penuh dalam
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai
berikut :
a. Ratio perawat-klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai data
sensus.
alur kerja perawat atau work flow. Rata-rata frekwensi dan waktu kerja ditentukan
dengan data sensus klien, dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang
dibutuhkan.
38
jumlah optimal yang sesuai dengan kategori perawat untuk setiap unit serta
kemudian menghitung:
Metode Gillies
waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung (direct care) adalah berkisar 4 -5
jam/klien/hari. Menurut Minetti dan Hurchinsun (1975) dalam Gillies (1994), berikut:
Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawatan tidak
langsung. Berdasarkan penelitian perawat di rumah sakit, Grace Detroit dalam Gillies
39
(1994), menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan tidak
langsung adalah 36 menit/klien/hari. Dipihak lain, menurut Wolfe dan Young (1965)
Formula ini adalah perhitungan bagi jabatan fungsional tertentu atau jabatan
lain yang standar minimalnya telah ditetapkan oleh instansi pembinanya yaitu
Depkes. Jabatan yang telah ditetapkan standar kebutuhan minimalnya adalah jabatan
minimal tenaga rumah sakit umum (RSU) dapat dilihat dalam tabel berikut :
Metode ABK singkatan dari Analisa Beban Kerja disebut juga WISN (Work
Load Indicator Staff Need) adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM
40
kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap
kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara tehnis mudah
SDM yang bekerja di rumah sakit selama kurun waktu satu tahun. Data yang
1. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di rumah sakit atau peraturan daerah
setempat, pada umumnya dalam satu minggu 5 (lima) hari kerja. Dalam satu
2. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja
3. Pendidikan dan pelatihan, sesai ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit untuk
Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002 – 2003 ditetapkan 15 hari
tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa pemberitahuan/ ijin.
(E)
daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari kerja
Keterangan :
A : Hari kerja
B : Cuti tahunan
E : Ketidakhadiran Kerja
F : Waktu kerja
Kategori SDM
Kode Faktor Keterangan
Perawat Dokter Sp.x
A Hari Kerja 260 260 Hari / Tahun
B Cuti Tahunan 12 12 Hari / Tahun
C Pendidikan dan Pelatihan 5 10 Hari / Tahun
D Hari Libur Nasional 19 19 Hari / Tahun
E Ketidakhadiran Kerja 10 12 Hari / Tahun
F Waktu Kerja 8 8 Jam/ Hari
Waktu Kerja Tersedia 1,712 1,656 Jam/ Tahun
Hari Kerja Tersedia 214 207 Hari Kerja/
Tahun
Menetapkan Unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit
kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelengarakan kegiatan
pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat didalam dan
Analisa Organisasi
kuratif, rehabilitative secara serasi dan terpadu dengan pelayanan preventif dan
a. Unit Kerja Fungsional langsung, misalnya : Instalasi Rawat Inap, Rawat Jalan,
b. Unit Kerja Fungsional Penunjang, misalnya : Instalasi Tata Usaha Rawat Jalan/
Apabila ditemukan unit atau sub unit kerja fungsional yang belum diatur atau
ditetapkan oleh Direktur, Depkes, Pemda (Pemilik RS), perlu ditelaah sebelum
gabung atau menjadi unit kerja yang telah ada. Langkah selanjutnya adalah
menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi atau pendidikan untuk menjamin mutu,
yang dimiliki oleh penanggung jawab unit kerja adalah sangat membantu proses
berdasarkan beban kerja, sebaiknya tidak menggunakan metode analisis jabatan untuk
44
perkategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun
waktu yang tersedia pertahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori tenaga.
sesuai karakteristik pasien (umur, jenis kelamin), jenis dan berat ringannya penyakit,
ada tidaknya komplikasi. Disamping itu harus mengacu pada standar pelayanan dan
prasarana yang tersedia secara tepat guna. Oleh karena itu pelayanan RS
membutuhkan SDM yang memiliki bebagai jenis kompetensi, jumlah dan distribusi
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja masing-
1. Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja RS sebagaimana hasil yang telah
3. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk melaksanakan /
Beban kerja masing–masing kategori SDM di tiap unit kerja RS, meliputi :
2. Rata – rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok
Kegiatan Pokok
tertentu.
masing-masing kategori SDM, perlu disusun kegiatan pokok serta jenis kegiatan
perorangan.
suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori SDM pada tiap unit kerja.
standar pelayanan, standar operasional prosedur ( SOP), sarana dan prasarana medik
bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh data, rata-rata waktu yang cukup
dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki
(SOP) dan memiliki etos kerja yang baik. Secara bertahap RS dapat melakukan studi
secara intensif untuk menyusun standar waktu yang dibutuhkan menyelesaikan tiap
tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun
kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk
47
menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi
tidak dapat dikelompokkan atau sulit dihitung beban kerjanya karena tidak atau
kurang berkaitan dengan pelayanan pada pasien untuk selanjutnya digunakan sebagai
jumlah dan jenis/ kategori SDM per unit kerja sesuai beban kerja selama 1 (satu)
48
tahun.Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja
meliputi :
2. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahunan.
pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja RS selama kurun waktu satu
berkaitan dengan kategori SDM dan tanggung jawabnya dalam pemeriksaan pasien,
tindakan medik rawat jalan, visite dan tindakan pada pasien rawat inap, misalnya :
1. Visite yang dilakukan Dokter Spesialis bagi seluruh pasien atau hanya pasien
2. Tindakan kecil (sederhana, rendah resiko) dilakukan oleh Dokter Spesialis atau
contoh untuk perhitungan beban kerja Instalasi rawat Inap yang diperoleh dengan
cara ekstrapolasi.
Kebutuhan SDM
Data kegiatan instalasi rawat Jalan dan rawat inap yang telah diperoleh (Tabel
dan Standar Beban Kerja dan Standar Kelonggaran merupakan sumber data untuk
perhitungan kebutuhan SDM di setiap tindakan dan unit kerja dengan menggunakan
Adam Malik Medan. Oleh karena itu, penelitian ini memerlukan pengembangan teori:
a. Rumah Sakit
rumah sakit.
Rawat inap umum merupakan salah satu bagian rumah sakit yang menjadi objek
penelitian ini. Pelayanan rawat inap adalah suatu bentuk perawatan, dimana
pasien dirawat dan tinggal dirumah sakit untuk jangka waktu tertentu.
diselesaikan oleh tenaga keperawatan dalam satu tahun dalam satu sarana
rawat inap umum RSUP. H. Adam Malik Medan. Beban kerja dibagi menjadi 2
(dua) bagian yaitu : beban kerja keperawatan dan non keperawatan. Kemudian,
2. Tenaga Perawat
Perawat adalah orang yang telah lulus dari pendidikan perawat, baik dalam
berdasarkan beban kerja. Selain itu, juga diukur seberapa besar pengaruh beban
KebutuhanTenaga Perawat
Beban Kerja Perawat, melalui :
dengan Metode Perkiraan :
- Wawancara
- Observasi - Metode Douglas
- Metode Gillies
- Metode (ABK)
Kemenkes, 2013