Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EVALUASI PEMBELAJARAN
DI SD
RANGKUMAN
MODUL 3 & 4
DISUSUN OLEH :
FEBI ANDIKA RAMDAN
836382778
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
Kegiatan Belajar 1
Konsep Dasar Asesmen Alternatif
A. Latar Belakang
Penggunaan asesmen alternative dalam penilaian hasil belajar siswa muncul pada tahun 1980-an,
sebagai akibat banyaknya kritik terhadap asesmen tradisional yang hanya menggunakan tes tertulis. Tes
tertulis hanya dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif dan keterampilan
sederhana.
Masih sering kita temukan banyaknya kasus tes tengah semester atau tes akhir semester yang
perangkat tesnya sudah disediakan oleh pihak Dinas Pendidikan bukan disiapkan oleh guru yang
bersangkutan. Kondisi seperti itu menunjukkan bahwa tes hasil belajar merupakan bagian yang terpisah dari
proses pembelajaran.
Menyadari kelemahan yang ada pada tes, beberapa ahli pendidikan berupaya untuk
mengintegrasikan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran melalui proses penilaian yang dikenal
dengan asesmen alternatif. Grant P. Wiggins (1998) membedakan antara antara asesmen tradisional dan
asesmen alternatif, yaitu :
a. Asesmen tradisional (tes)
1. Penilaian dilakukan untukmenilai kemampuan siswa dalam memberikan jawaban yang benar.
2. Tes yang diberikan tidak berhubungan dengan realitas kehidupan siswa
3. Tes terpisah dari pembelajaran yang dilakukan siswa
4. Dapat diskor dengan realibilitas tinggi
5. Hasil tes diberikan dalam bentuk skor
b. Asesmen Alternatif
1. Penilaian dilakukan untuk menilai kualitas produk dan unjuk kerja siswa.
2. Tugas yang diberikan berhubungan dengan relitas kehidupan siswa
3. Ada integrasi antara pengetahuan dengan kinerja atau produk yang dihasilkan
4. Sulit diskor dengan reabilitas tinggi
5. Hasil asesmen alternatif diberikan dengan bukti kinerja
C. Landasan Psikologis
Asesmen alternatif dilaksanakan berdasarkan teori belajar khususnya dari aliran psikologis kognitif.
Beberapa teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam pelaksanaan asesmen alternatif adalah :
1. Teori Fleksibilitas Kognitif dari R. Spiro (1990)
Teori ini beranggapan bahwa hakikat belajar adalah kompleks.
2. Teori Belajar Bruner (1966)
Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang dilakukan siswa dengan cara mengkontruksi
sendiri gagasan baru atau konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan dan kemampuan yang telah
dimiliki.
3. Generative Learning Model dari Osborne dan Wittrock (1983)
Inti dari teori ini adalah bahwa otak tidak hanya pasif menerima informasi tetapi aktif membentuk dan
menginterpresentasikan informasi serta menarik kesimpulan dari informasi-informasi tersebut.
4. Eksperiential Learning Theory dari C. Rogers (1969)
Teori ini membedakan dua jenis belajar yaitu cognitive learning yang berhubungan dengan pengetahuan
dan experiental learning yang berhubungan dengan pengalaman.
5. Multiple Intelegent Theory dari Howard Gardner (1983)
Menurut Gardner, ada deapan kemampuan pada setiap individu, yaitu : (1) Linguistic; (2) Logical-
mathematic; (3) Visual-spattial; (4) Bodily-kinesthetic; (5) Musical; (6) Intrapersonal; (7) Interpersonal;
(8) Naturalist.
Bentuk utama dari asesmen kinerja terdiri dari dua yaitu tugas (Task) dan criteria penskoran (rubric).
A. Tugas (Task)
Jenis-jenis tagihan tentang keberhasilan siswa dalam unjuk kerja yaitu :
1. Computer adaptive testing
Computer adaptive testing adalah tes berbatuan computer untuk menilai hasil belajar siswa.
2. Tes pilhan ganda yang diperluas
Tes pilihan ganda yang diperluas adalah tes pilihan ganda dalam pengerjaan siswa untuk memilih salah
satu jawaban yang paling tepat dan memberikan alasan.
3. Tes uraian terbuka (open ended question)
Tes uraian dugunakan untuk pemberian tugas dalam asesmen kinerja dengan menilai kemampuan siswa
dalam penalaran, logika, menuangkan ide dalam bentuk tulisan.
4. Tugas individu
Tugas individu adalah tugas yang harus dikerjakan guru untuk menilai kinerja anak selama mengerjakan
tugas dan menilai produk.
5. Tugas kelompok
Tugas kelompok adalah tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok, tugas guru adalah melakukan
pengamatan terhadap kinerja kelompok.
6. Proyek
Tugas yang diberikan guru (secara individu atau kelompok) untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
kompleks dalam waktu tertentu.
7. Interview
Tugas yang diberikan guru kepada siswa baik secara individu atau kelompok dengan membuat laporan
hasil wawancara.
8. Pengamatan
Pengamatan adalah tugas yang diberikan kepada siswa baik secara individu atau kelompom untuk
melakukan pengamatan terhadap sesuatu yang ditugaskan. Langkah langkah yang harus diperhatikan guru
dalam menyusun tugas adalah :
a. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa setelah mengerjakan tugas.
b. Merancang tugas yang memungkinkan siswa menunjukan kempauan berpikir dan keterampilan.
c. Menetapkan criteria keberhasilan.
B. Perencanaan Portofolio
Shakle et.al (1977) memberikan delapan pedoman yang harus diperhatikan pada saat merencanakan
portofolio :
1. Menentukan criteria dan atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen portofolio.
2. Menerjemahkan standar atau kriteria tersebut ke dalam rumusan-rumusan hasil belajar yang dapat
diamati.
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum untuk menentukan
perkiraan waktu yang diperlukan.
4. Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung dengan portofolio siswa.
5. Menentikan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan.
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti yang dikumpulkan.
7. Menentukan system yang akan digunakan untuk membahas hasi portofolio.
8. Mengatur bukti-bukti portofolio berdasarkan umur, kelas atau isi agar kita dapat membandingkan.
C. Pelaksanaan Portofolio
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka tugas guru adalah
melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Tugas guru adalah :
1. Mendorong dan memotivasi siswa,
2. Memonitor pelaksanaan tugas,
3. Memberikan umpan balik,
4. Memamerkan hasil portofoio siswa.
E. Tahap Penilaian
1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian,
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten,
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran berikutnya
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan
Kegiatan Belajar 4
Penilaian Ranah Afektif
A. Konsep Dasar
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Keberhasilan
pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Sisiwa yang
memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran
tersebut. Sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Fakta yang ada sampai saat
ini pembelajaran masih didominasi pada pengembangan ranah kognitif.
Menurut Krathwohl (dalam Bronlund and Linn, 1990), ranah afektif terdiri atas lima level yaitu : (1)
receiving; (2) responding; (3) valuing; (4) organization; (5) characterization. Level yang paling rendah adalah
receiving dan paling tinggi adalah characterization.
1. Receiving meruakan keinginan siswa untukmemperhatikan suatu gejala atau stimulus misalnya aktifitas
dalam kelas, buku atau musik,
2. Responding merupakan pertisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari,
3. Valuing merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai keyakinan, atau sikap dan menunjukkan
suatu derajat internalisasi dan komitmen,
4. Organization merupakan kemampuan siswa untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan nilai yang lain,
5. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa sudah memiliki
system nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai waktu tertentu hingga menjadi poa hidupnya.
Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai.
1. Sikap
Menurut Fishbein dan Ajzen seerti dikutip oleh Mardapi (2004), sikap didefinisikan sebagai predisposisi
yang dipelajari untuk merespon secara postif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau
orang.
2. Minat
Menurut Getzel (dalam Mardapi, 2004) minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktifitas, pemahaman dan
keterapilan untuk tujuan perhatian dan pencapaian.
3. Konsep Diri
Konsep diri adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan diri sendiri
(Smith dalam Mardapi, 2004)
4. Nilai
Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang pembuatan tindakan atau perilaku yang dianggap
baik dan yang dianggap tidak baik (Rokeach dalam Mardapi, 2004)
B. Beberapa Cara Penilaian Rana Afektif
Menurut Emeson (dalam Nasution dan Suryanto, 2002), penilaian afektif dapat dilakukan dengan
cara :
1. Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap
sesuatu, benda, orang, gambar atau kejadian.
2. Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup. Pernyataan tersebut
digunakan sebagai pancingan.
3. Angket atau kuisioner,, meruakan suatu perangkat pertanyaan atu isia,
4. Teknik Proyektil, merupakan tugs atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal siswa.
Rangkuman Modul 4
1. Tujuan utama kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang telah diterapkan
sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum.
3. Informasi hasil belajar siswa dapat dikumpulkan dengan berbagai bentuk penilaian, misalnya: tes tertulis
serta dari penilaian unjuk kerja.
4. Bentuk tes tertulis, terdiri dari: tes objektif dan tes uraian.
5. Bentuk penilaian unjuk kerja yaitu dinilai dengan cara pemberian tugas atau portofolio.
6. Pengumpulan informasi hasil belajar dari tes tertulis berasal dari: ulangan harian, tes tengah semester, dan
tes akhir semester.
7. Keunggulan tes objektif yaitu hasil tes dapat diperiksa sangat cepat dan tepat serta mempunyai ketetapan
hasil yang tinggi.
8. Cara pemeriksaan tes objektif yaitu dengan cara manual (membuat master kunci jawaban pada plastik
transparansi) atau dengan fasilitas komputer (dengan bantuan mesin pembaca (scanner machine)).
9. Kelemahan tes objektif yaitu adanya kemungkinan siswa menjawab hanya dengan menebak.
10. Cara meminimalkan kemungkinan siswa menebak jawaban yaitu dengan menggunakan formula tebakan
(guessing formula) yang bisa berakibat penurunan skor yang diperoleh jika siswa salah menjawab.
𝑆
11. Formula tebakan (guessing formula), yaitu: 𝑠𝑘𝑜𝑟 = 𝐵 − 𝑛−1,
12. Faktor-faktor yang menjadi permasalahan saat memeriksa hasil tes uraian (Hopkins, dkk., 1990), yaitu:
a. Ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor, dapat dihindari dengan cara memeriksa jawaban
setiap butir soal untuk seluruh siswa.
b. Adanya hallo effect, dapat dihindari dengan menutup nama dan nomor peserta tes.
c. Carry over effect, dapat dihindari dengan berpegang selalu pada pedoman penskoran.
d. Order effect, dapat dihindari dengan berpegang selalu pada pedoman penskoran.
e. Adanya efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa, dapat dihindari dengan berpegang selalu pada
pedoman penskoran.
13. Tes uraian ada 2 jenis, yaitu tes uraian terbuka dan tes uraian terbatas.
14. Tes uraian terbuka adalah tes yang memiliki jawaban siswa yang bervariasi (beragam), sehingga pengaruh
subjektivitas pemeriksa dalam penskoran akan sangat tinggi.
15. Tes uraian terbatas adalah tes yang menuntut jawaban siswa terbatas sesuai dengan batasan-batasan dalam
butir soal, sehingga pengaruh subjektivitas pemeriksa dalam penskoran lebih rendah.
17. Cara meminimalkan permasalahan pemeriksaan penskoran pada tes uraian, yaitu:
a. Lembar jawaban sebaiknya diperiksa oleh 2 orang, bertujuan untuk menjaga ketetapan hasil
pemeriksaan (reliabilitas).
b. Sebelum memeriksa lembar jawaban siswa, kedua pemeriksa harus duduk bersama, bertujuan untuk
menyamakan persepsi tentang kesesuaian antara butir soal dengan pedoman penskoran.
c. Butir soal dan pedoman penskoran yang telah disepakati harus diuji cobakan pada 5-10 lembar
jawaban siswa, yang diperiksa sendiri-sendiri terlebih dahulu setelah itu dicocokkan, jika hasilnya
mendekati maka berarti persepsi kedua pemeriksa sudah sama dan bisa dilanjutkan untuk diperiksa
semua lembar jawabannya.
18. Cara mengolah data tes objektif (tanpa formula tabakan) dalam bentuk persentase, yaitu:
19. Cara mengolah data tes uraian dalam bentuk persentase, yaitu:
20. Pengumpulan informasi hasil belajar dari unjuk kerja siswa berupa unjuk kerja yang langsung diamati
guru, pembuatan laporan, pengumpulan hasil karya dan pengumpulan portofolio serta proses selama
menghasilkan karya.
21. Perolehan informasi hasil belajar unjuk kerja siswa melalui pedoman pengamatan yang dilengkapi kriteria
penskoran yang dikenal dengan rubrik.
a. Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa untuk semua indikator.
c. Bandingkan skor total yang diperoleh dengan standard yang telah ditetapkan.
d. Jika menghitung prosentase keberhasilan, dapat dilakukan dengan membagi skor yang diperoleh
dibagi dengan skor maksimal kali 100%.
1. Informasi hasil belajar yang diperoleh awalnya berupa skor mentah yang berupa data terserak (belum
beraturan).
2. Data hasil belajar siswa agar mudah dipahami perlu diatur dan ditata sedemikian rupa, misalnya diurutkan
mulai dari data terbesar sampai data terkecil, sehingga dapat dengan mudah melihat ranking siswa.
3. Jika jumlah siswa banyak, maka kumpulan data hasil belajar lebih mudah dipahami jika diolah dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
b. Tentukan banyak kelas interval dengan aturan Sturges, yaitu: 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 1 + 3,3 log 𝑛, di
mana n adalah banyak data.
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
c. Tentukan panjang kelas interval (p), dengan aturan sebagai berikut: 𝑝 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
e. Masukkan semua data ke dalam kelas interval, untuk memudahkan kerja bisa ditambahkan kolom
tally dan frekuensi.
5. Pendekatan dalam menginterpretasikan data hasil pengukuran terdiri dari Penilaian Acuan Norma (PAN)
dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK).
6. Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah suatu pendekatan penilaian di mana hasil belajar seorang siswa
dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh kelompoknya.
7. Jika jumlah siswa sedikit, maka pengolahan data PAN dapat dilakukan dengan cara: memberikan nilai
tertinggi kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi dan sebaliknya.
8. Jika jumlah siswa banyak (mencapai ratusan), maka pengolahan data PAN dapat menggunakan statistika
sederhana yaitu harga rata-rata (mean) dan simpangan baku (SB).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 1⁄6 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 1⁄6 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝑆𝐵 =
1⁄ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎
2
11. Semakin besar harga SB menunjukkan bahwa sebaran skor dari mean semakin besar, sehingga data
tersebut semakin heterogen.
12. Semakin kecil harga SB menunjukkan bahwa sebaran skor dari mean semakin kecil, sehingga data
tersebut semakin homogen.
13. Penilaian Acuan Kriteria (PAK) adalah suatu pendekatan penilaian yang mendasarkan pada pencapaian
setiap individu siswa terhadap standard keberhasilan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
14. Penentuan kriteria atau patokan berorientasi pada pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
15. Siswa yang mampu melampaui atau sama dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka ia
dinyatakan berhasil. Apabila belum mencapai kriteria, maka ia dinyatakan belum berhasil.
17. Penilaian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian
hasil belajar siswa dan menggunakan informasi tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Valid
c. Mendidik
d. Terbuka
f. Berkesinambungan
g. Menyeluruh
h. Bermakna
19. Bentuk penilaian berbasis kompetensi, yaitu:
d. Penilaian kombinasi
20. Kriteria penilaian bisa diperoleh dengan menggunakan statistik sederhana yaitu median dan kuartil.
21. Median digunakan jika ingin mengelompokkan hasil penilaian menjadi 2 kelompok.
22. Kuartil digunakan jika ingin mengelompokkan hasil penilaian menjadi 3 kelompok.
a. Kuis, bentuknya berupa tes lisan atau isian singkat yang dilakukan sebelum pelajaran dimulai.
c. Ulangan harian
e. Ulangan semesteran
g. Ujian praktek
24. Pengambilan keputusan tentang hasil belajar siswa dilakukan dengan cara menggabungkan keseluruhan
komponen informasi hasil belajar siswa.