Anda di halaman 1dari 3

Penyediaan Konsentrat Sepanjang Tahun

Gunawan, et al., (2000) melaporkan bahwa peningkatan kualitas pakan


mampu meningkatkan produksi susu hingga 30%. Pakan sapi perah terdiri dari
hijauan dan konsentrat. Konsentrat adalah pakan yang berkonsentrasi tinggi
dengan kadar serat kasar yang relatif rendah dan mudah di cerna. Bahan pakan
penguat ini meliputi bahan makanan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung
giling, menir, bulgur atau berupa hasil ikutan pertanian seperti dedak, katul,
bungkil kelapa, tetes tebu, maupun dapat juga berupa berbagai jenis umbi.
Oleh karena itu, konsentrat yang diberikan harus berkualitas tinggi agar
tercapai kemampuan berproduksi susu yang tinggi. Berdasarkan rekomendasi
SNI, konsentrat yang bagus mengandung kadar protein kasar minimal 18% dan
energi TDN minimal 75% dari bahan kering (Siregar, 1996). Akan tetapi,
keterbatasan peternak dalam membuat pakan konsentrat menjadi salah satu
kendala dalam agribisnis sapi perah. Pengadaan bahan baku pakan konsentrat sapi
perah erat kaitannya dengan kondisi iklim dan musim panen. Pengaruh musim
(seasonality) memberikan dampak terhadap ketersediaan bahan baku dan
kontinyuitas proses produksi.
Konsentrat dikelompokan menjadi 2 yaitu Proteinaceous concentrate dan
Carbonaceous concentrate. Carbonaceous concentrate adalah konsentrat yang
mengandung energi tinggi, sedangkan Proteinaceous concentrate adalah
konsentrat yang kaya protein (Lubis, 1992). Konsentrat sebagai sumber protein
apabila kandungan protein lebih dari 18%, Total Digestible Nutrision (TDN) 60%
sedangkan Konsentrat sebagai sumber energi apabila kandungan protein dibawah
18%, TDN 60% dan serat kasarnya lebih dari 10%. Contohnya: dedak, jagung,
empok, polar dll.
Kandungan nutrient yang tinggi dalam konsentrat berfungsi menutup
kekurangan yang ada dalam bahan pakan secara keseluruhan (Siregar, 1994).
Fungsi dari pemberian konsentrat sendiri adalah sebagai prekusor pembentukan
laktosa pada proses sintesa susu dan sebagai prekusor nitrogen dan ketersediaan
rantai karbon guna sistesa protein mikroba yang untuk selanjutnya dimanfaatkan
oleh ternak sebagai sumber protein untuk tubuhnya (Bath et al, 1985).
Penggunaan konsentrat agar dapat mencapai sasaran harus memperhatikan
3 hal berikut ini: (1) Pemberian konsentrat jangan terlalu berlebihan, namun harus
memperhatikan kebutuhan nutrisi ternak; (2) Pemberian konsentrat jangan terlalu
berlebihan, namun harus memperhatikan kebutuhan nutrisi ternak; dan (3)
Pemberian konsentrat harus sesuai dengan imbangan jumlah produksi (susu atau
daging) (Priyono, 2008).
Pengadaan konsentrat dalam pemeliharaan ternak sering menimbulkan
kendala karena harga pakan yang mahal, oleh karena itu perlu mencari bahan
pakan dengan harga murah dan tidak dikonsumsi oleh manusia, mudah didapat,
ketersediaan banyak, tidak beracun dan mempunyai nili gizi yang cukup baik
dalam penyusunan ransum sapi perah. Salah satunya dengan memanfaatkan hasil
limbah industri sebagai bahan konsentrat buatan.

Gunawan, A., Supriyati, K., Budiman, dan Hatvim, H. 2000. Pemanfaatan


Cassapro pada temak sapi perah laktasi. Prosiding Seminar Nasional Petemakan
dan Veteriner Puslitbangnak. Bogor

Siregar, S.B. 1996. Sapi perah. jenis teknik pemeliharaan dan analisis
usaha. PT.Penebar Swadaya. Jakarta.

Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia.


PPP Marihat Bandar Kuala, Sumatra Utara.

Siregar, S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta


Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker, and R.D. Appleman. 1985. Dairy Cattle
Principles, Practice, Problems, Profit. Lea and Febiger. Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai