dapat memberikan informasi terkait periode http://www.historynet.com/world-war- DI KAWASAN HALMAHERA BAGIAN TENGAH
ii-capture-of-morotai.htm
Perang Dunia II di Morotai.
Di sisi lain, dalam rangka Sail Magetsari, Noerhadi. 2009. “Pemaknaan Archaeological Survey in the Central Halmahera Region
Morotai yang telah dilaksanakan pada tahun Museum untuk Masa Kini”. Makalah
2012, pemerintah pusat berkeinginan untuk disampaikan dalam “Diskusi dan
Komunikasi Museum”, di Jambi tanggal Marlon Ririmasse
mendirikan sebuah museum di Morotai. 4-7 Mei 2009. Tidak Terbit. Balai Arkeologi Ambon
Dalam konteks wacana pendirian museum Jl. Namalatu-Latuhalat Ambon 97118
inilah, diharapkan tidak hanya terbatas Mansyur, Syahruddin., 2010a. “Konstruksi Baru Email: ririmasse@yahoo.com
Pameran Museum Kota Makassar”.
pada pendirian museum yang sekedar men- Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan
display atau memamerkan benda-benda Budaya: Jakarta: Universitas Indonesia. Naskah diterima: 25-01-2013; direvisi: 05-03-2013; disetujui: 10-05-2013
tanpa bobot informasi. Dengan demikian, Tidak Terbit.
studi awal konsep tematik museum Perang Abstract
Mansyur, Syahruddin., 2010b. “Museum Negeri:
Dunia II sebagaimana yang telah dibahas Sebuah Upaya Melestarikan Memori Halmahera is one main island in the northeast region of Wallacea. Having a uniquely
sebelumnya dapat memberikan alur cerita Kolektif”. dalam KapataVol. 6 No. 11, environmental profile, Halmahera also serves as a home for a long cultural historical
atau storyline, sehingga mampu memberikan November 2010 ISSN 1858-4101:25-48. process of this region. Including for archaeological studies. Numbers of preliminary
Ambon: Balai Arkeologi Ambon. studies have been conducted to understand the dynamic of region’s culture in the
bobot informasi tinggalan arkeologi yang past. Unfortunately, the quantity and the depth of these studies have not equivalent
masih ada di Morotai. Mansyur, Syahruddin., 2011. “Tinggalan Perang to the colossal potential of Halmahera’s culture history. This research is a part of the
Demikian, dalam kaitan dengan Dunia II di Ambon: Tinjauan atas Sarana efforts to contribute in completing our knowledge on the dynamics of culture history
wacana pemerintah tentang pendirian museum Pertahanan dan Konteks Sejarahnya”. in Halmahera. Focus of this research is to identify the archaeological potential in the
dalam Kapata Vol. 7 No. 12, Juli 2011 geographic area of Central Halmahera. The opening of the large scale nickel mines
Perang Dunia II di Morotai yang bertepatan ISSN 1858-4101: 43-61. Ambon: Balai
dengan penyelenggaraan Sail Morotai, Arkeologi Ambon. in this region which is potentially threaten the preservation of the cultural heritage
tulisan ini diharapkan memberi sumbangan is the main consideration in chosing the research locus. Prelimenary survey has been
Marsono. 2005. Sejarah Pemerintahan dalam adopted as an approach in this research. This study found that the region of Central
pemikiran terkait dengan konsep tematik Negeri. Jakarta: CV Eka Jaya. Halmahera is a high potentially area for archaeological research according to the
museum ini nantinya. large coverage of the karst area in this region. Rescue and preservation action of
Moleong, Lexi, J., 2008. Metodologi Penelitian sites in the mining area is absolutely necessary in order to maintaining the existence
***** Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT of all cultural heritage in the region.
Remaja Rosdakarya, 2008.
DAFTAR PUSTAKA Keywords: Archaeology, Central Halmahera, Karst Region
Ojong., P.K., 2006. Perang Pasifik, Cetakan IX
2006. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Abstrak
Penduduk 2010, Pulau Morotai, Data Smith, R.R., 2011. The War in The Pacific: The Halmahera merupakan salah satu daratan utama di timur laut kawasan Wallasea. Tidak
Agregat Per Kecamatan. www.sp2010. Approach to The Philippines. http:// hanya memiliki profil lingkungan yang khas, Halmahera juga merupakan rumah bagi
bps.go.id., diakses tanggal 10 Mei 2012, www.ibiblio.org/., diakses tanggal 10 proses panjang sejarah budaya kawasan. Termasuk bagi studi arkeologis. Berbagai
dari: November 2012.
http://www.sp2010.bps.go.id/files/ kajian awal telah dilakukan untuk memahami dinamika budaya masa lalu di wilayah
ebook/8207.pdf ini. Meski demikian kuantitas dan kedalamannya kiranya belum berbanding lurus
Tim Penelitian. 2011. Laporan Penelitian dengan potensi raya sejarah budaya Halmahera sebagai sebuah kawasan. Kajian ini
Arkeologi Terapan: Studi Konseptual merupakan bagian dari upaya dalam berkontribusi melengkapi pengetahuan terkait
Dean, David. 2002. Museum Exhibition: Theory Museum Perang Dunia II di Pulau
and Practice. London: Roudledge. Morotai. Ambon: Balai Arkeologi dinamika sejarah budaya di wilayah Halmahera. Fokus penelitian diarahkan untuk
Ambon. menemukan segenap potensi arkeologis dalam lingkup geografis Halmahera Bagian
Deputi Bidang Penginderaan Jauh Lembaga Tengah. Pembukaan tambang nikel berskala besar di wilayah ini yang mengancam
Penerbangan dan Antariksa Nasional. Wikipedia. 2011. Perang Dunia II. www. kelestarian warisan budaya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam penentuan
2012. Wilayah: Pulau Morotai, Peta: wikipedia., diakses tanggal 18 Februari lokus. Survei penjajakan diadopsi sebagai metode dalam kajian ini. Hasil penelitian
Peta Citra Satelit Tiga Dimensi. www. 2011, dari:
lapanrs.com., diakses tanggah 15 Mei menemukan bahwa wilayah Halmahera Tengah memiliki potensi tinggi secara
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_ arkeologis mengacu pada bentang luas kawasan karst yang potensial sebagai hunian
2012, dari dunia_ii
http://www.lapanrs.com/gis/peta/429 masa lalu dan segenap jejak tradisi yang masih melekat dalam keseharian masyarakat.
Tindakan penyelamatan dan pelestarian atas situs-situs dalam pertambangan nikel
Wikipedia. 2011. Battle of Morotai. www.
Edson, G. dan D. Dean. 1996. The Handbook for wikipedia., diakses tanggal 10 November mutlak diperlukan untuk menjaga eksistensi segenap warisan budaya dalam kawasan.
Museums. London. Roudlege. 2011, dari:
en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_ Kata Kunci: Arkeologi, Halmahera Tengah, Kawasan Karst
Historynet, 2011. World War II: Capture of Morotai
Morotai. www.historynet.com., diakses
12 Kapata Arkeologi Volume 9 Nomor 1, Juli 2013: 1-12 Survei Arkeologis di Kawasan Halamahera Bagian Tengah, Marlon Ririmasse 13
PENDAHULUAN ini dperkirakan dapat mendukung operasional kontrak karya Weda Bay Nikel. Sebagaimana Keputusan ini dilandasi oleh kenyataan
Himpunan mobil pengangkut masa depan setidaknya hingga 50 tahun halnya hutan, pemukiman dan segenap ruang bahwa peran Halmahera dalam kerangka
berwarna putih rapih berjejer di tepi jalan. mendatang. Potensi ini dipastikan akan terus aktivitas penduduk yang akan beralih fungsi, studi arkeologis kawasan Asia Tenggara
Model dan mereknya menunjukan jenis bertumbuh seiring ditemukannya sumber- segenap warisan budaya masyarakat lokal dan dan Pasifik kiranya sangat sentral. Ragam
yang tidak umum. Berbeda dengan ragam sumber cadangan baru dalam kawasan. situs-situs potensial untuk studi arkeologi dan studi arkeologis yang telah dilakukan
kendaraan yang ditemui sepanjang jalan Rencananya selain ekplorasi dan eksploitasi sejarah budaya kiranya akan terkena ekses sebelumnya menunjukan bukti-bukti budaya
tadi. Di samping kendaraan, berdiri orang- sumberdaya nikel, pengembangan juga akan serupa. Kemungkinan terburuk tentu saja masa lalu hingga masa akhir Pleistosen.
orang berseragam proyek dengan mantel meliputi pembangunan pusat pengolahan. melekat pada kenyataan bahwa situs-situs Demikian halnya peran dinamis wilayah ini
berwarna terang dan helm pelindung kepala. Keseluruhan aktivitas ini mengacu pada ini akan dihancurkan dan hilang selamanya. sebagai bagian dari koridor pelayaran bagi
“Itu mobil perusahaan”, Kata Amin, sopir kontrak kerja, akan mencakup kawasan seluas Suatu kondisi yang tentu disayangkan proses migrasi manusia menjelang akhir
yang mengantar kami. “Sebentar lagi kita 54,874 ha. menimbang kemungkinan pentingnya peran masa prasejarah dari Asia Timur menuju
akan masuk kawasan perusahaan”, lanjutnya. Dengan lingkup wilayah kerja Halmahera dalam sejarah budaya di Wallasea Pasifik. Pada masa awal sejarah, Halmahera
Ketika mobil yang kami tumpangi melintas, yang sedemikian luas, dampak aktivitas dan Asia-Pasifik. merupakan rumah bagi komoditi eksotik
sempat terbaca tulisan di pintu mobil-mobil pertambangan ini tentu kompleks. Aspek- Situasi ini menarik perhatian banyak cengkeh yang mendorong wilayah ini masuk
putih tadi: Weda Bay Nickel. aspek yang terkena imbas setidaknya akan pemerhati studi sejarah budaya dan arkeologi dalam jaringan perdagangan lintas kawasan.
Kurang dari setengah jam kami mulai meliputi dampak lingkungan, dampak sosial, di wilayah Maluku Utara.Salah seorang Seiring kemunculan kerajaan-kerajaan
memasuki kawasan milik perusahaan seperti dampak budaya serta dampak kesehatan. rekan arkeolog dan akademisi kemudian besar di Maluku Utara, Halmahera menjadi
kata sang sopir. Melewati pos penjagaan, Ekses aktivitas pertambangan terutama menginformasikan kondisi dimaksud saat ruang kontestasi politik dan ideologi hingga
nuansa berbeda langsung terasa. Jalan yang terkait dengan alih fungsi lahan yang semula berjumpa dengan tim Balai Arkeologi Ambon kedatangan orang-orang Eropa. Berpijak pada
lebih lebar, pembatas jalan, tiang-tiang melekat pada fungsi natural penyangga di Ternate akhir tahun 2011. Melalui diskusi kondisi dimaksud maka studi sejarah budaya
lampu penerangan yang berdiri kokoh, serta alam dan fungsi sosial, ekonomi serta dan pertimbangan bersama, disepakati dan arkeologis menjadi wahana kunci dalam
warna-warni papan penunjuk dan peringatan kultural masyarakat setempat menjadi perlunya dilakukan sesegera mungkin menjelaskan segenap proses dinamis wilayah
dalam dua bahasa. Truk-truk besar lalu lalang fungsi industri yang pada dasarnya bersifat dilakukan tinjauan atas situs-situs potensial ini di masa lalu. Tinjauan arkeologis atas
dengan muatan penuh. Sempat pula kami merusak. Segenap fungsi otentik lahan yang yang berada dalam kawasan atau di luar wilayah Halmahera bagian tengah hingga
melewati air strip, yang menjadi landas sebelumnya ada akan berganti dan membawa kawasan kontrak karya namun dapat terkena saat ini masih minimal. Dalam kaitan dengan
pacu bagi pesawat-pesawat perusahaan. “Di ekses bagi lingkungan, budaya dan manusia. imbas aktivitas penambangan. Lima bulan pembukaan aktivitas penambangan nikel di
bawah itu namanya Tanjung Ulie. Basis bagi Terkait dengan implikasi aktivitas tambang setelah pertemuan dimaksud survei arkeologis wilayah ini, maka kajian untuk merekam
aktivitas perusahaan Weda Bay Nickel di sini. secara sosial-kultural, maka dampak alih kemudian dilaksanakan dengan tujuan segenap potensi sumber daya arkeologis
Dan masih akan terus dikembangkan”, tutur fungsi lahan akan sangat dirasakan oleh memetakan segenap potensi sumber daya dalam kawasan menjadi lebih mendesak.
Amin menunjuk ke pesisir. Dari ketinggian penduduk setempat dan komunitas-komunitas arkeologis yang ada dalam lingkup kawasan Survei arkeologis yang dilaksanakan oleh
terlihat jejeran rapih bangunan sepanjang tradisional yang habitasinya berada dalam Weda Bay Nikel dan sekitarnya serta meluas Balai Arkeologi Ambon ini merupakan
kawasan pantai yang luas. Lengkap dengan wilayah kontrak karya perusahaan. Analisis ke wilayah Halmahera tengah secara umum. salah satu wahana untuk menjawab kondisi
dermaga besar pelabuhan perusahaan. Sejauh AMDAL merupakan salah satu wahana untuk dimaksud. Bercermin pada situasi ini maka
yang dapat diamati, wilayah ini jelas akan meminimalisir dampak negatif alih fungsi permasalahan yang menjadi basis penelitian
menjadi kawasan pertambangan besar. lahan serta mendorong terciptanya skema ini kiranya melekat pada beberapa pertanyaan
Weda Bay Nickel adalah proyek terbaik pengelolaan kawasan dalam kerangka berikut:
pertambangan nikel dan kobalt yang berada pelestarian yang berkelanjutan. Sumber- 1. Bagaimanakah potensi dan karakter
di pesisir selatan wilayah Halmahera sumber di media menyebutkan persyaratan arkeologi prasejarah di kawasan
Bagian Tengah. Beberapa rujukan pustaka AMDAL telah dipenuhi oleh Weda Bay Nikel Weda dan sekitarnya?
menyebutkan, inisiasi aktifitas perusahaan sejak tahun 2009. 2. Adakah situs-situs prasejarah
telah dimulai sejak tahun 1996 melalui Salah satu aspek yang kiranya potensial yang terancam oleh aktifitas
penyelidikan awal untuk mengidentifikasi sentral dalam kerangka AMDAL adalah penambangan Weda Bay Nickel?
potensi nikel dan mengembangkannya secara pengelolaan aspek budaya dalam hal ini Mengacu pada pertanyaan di atas maka
ekonomis. Total cadangan sumberdaya nikel meliputi dampak aktivitas pertambangan penelitian ini bersifat eksploratif untuk
di wilayah ini diperkirakan mencapai 345 juta bagi Sumber Daya Budaya yang ada dalam mendata segenap potensi arkeologi prasejarah
ton kering dan merupakan salah satu cadangan kawasan pertambangan. Termasuk dalam Gambar 1. Tanjung Ulie salah satu fasilitas milik di pesisir Halmahera Bagian Tengah.
nikel laterit terbesar di dunia yang belum konteks ini adalah segenap sumber daya dan Weda Bay Nickel Khususnya titik-titik yang diindikasikan
dikembangkan. Nilai cadangan sumber daya potensi arkeologi yang berada dalam wilayah (Sumber: http://fr.wikipedia.org/wiki/Weda) terkait dengan hunian awal manusia masa
14 Kapata Arkeologi Volume 9 Nomor 1, Juli 2013: 13-28 Survei Arkeologis di Kawasan Halamahera Bagian Tengah, Marlon Ririmasse 15
Plestosen dan lokus yang mewakili peran untuk mendapatkan pengetahuan sejarah ditunjukan dengan relief yang besar dan lalu, Halmahera sebagai pulau utuh baru
wilayah ini dalam proses migrasi penutur lokal yang berhubungan dengan situs-situs punggung pegunungan yang mencolok, menyatu sekitar dua juta tahun lalu sebagai
bahasa Austronesia. Kawasan karst di wilayah yang dikunjungi. Ekskavasi dilakukan dengan sambung-menyambung dan silih berganti. hasil tumbukan antara lempeng-lempeng
pesisir akan menjadi perhatian dengan membuka kotak uji jika diperlukan. Titik tertinggi pulau ini ada pada gunung tektonik di bagian barat dan timur pulau ini.
pengamatan yang akan ditujukan pada lokus Gamkonora dengan elevasi mencapi 1635 Bentang lahan pulau Halmahera didominasi
gua, ceruk dan situs terbuka. Penelusuran Halmahera: Tinjauan Wilayah Penelitian meter di atas permukaan laut. Kondisi ini oleh kawasan perbukitan dan pegunungan.
juga akan dilakukan di daerah aliran sungai Administratif merupakan dampak dari karakter Maluku Paparan dataran rendah yang tidak terlalu luas
yang dilewati. Terkait rencana ekplorasi Halmahera secara administratif merupakan Utara sebagai zona pertemuan dua bentang dapat dijumpai di bagian pesisir dan muara
wilayah ini sebagai daerah penambangan bagian dari wilayah Propinsi Maluku Utara alam yang mencakup sistem bentang alam sungai. Pada beberapa barisan pegunungan
nikel mulai tahun 2013, maka penelitian dengan ibukota, Sofifi. Sebelum tahun 1999, Sangihe dan sistem bentang alam Ternate serta terdapat puncak-puncak gunung api yang
ini juga diarahkan untuk mendata dan wilayah ini merupakan bagian dari Propinsi berbatas dengan cekungan Sulawesi di Barat sebagian besar masih aktif. Beberapa gunung
memberikan rujukan penyelamatan sumber Maluku. Kini setelah Maluku Utara menjadi dan Cekungan Halmahera di Timur. Pada api yang masih aktif di pulau Halmahera antara
daya arkeologis yang memiliki signifikasi propinsi mandiri, Halmahera terbagi dalam kedua sistem bentang alam ini membentang lain Dukono, Gamkonora, Ibu, Malupang
tinggi dalam kawasan. tujuh wilayah kabupaten. Adapun lokasi dua busur pegunungan vulkanik dan non Watirang dan Mamuja.
penelitian kali ini difokuskan pada wilayah vulkanik yang melalui wilayah barat laut
METODE pesisir barat laut-utara Kabupaten Halmahera Halmahera.
Selaras dengan sifat penelitian yang Tengah.
eksploratif maka survei permukaan diadopsi
sebagai pendekatan utama. Pengamatan Tabel 1 Wilayah Administratif Kabupaten di
dilakukan dengan berjalan kaki untuk Pulau Halmahera
meninjau situs dan kawasan lingkungan di Kabupaten Ibukota
sekitar situs. Tujuan pengamatan adalah Halmahera Barat Jailolo
untuk menentukan titik yang dipandang Halmahera Utara Tobelo
paling potensial data arkeologisnya. Kepulauan Morotai Daruba
Perekaman lokasi situs dilakukan dengan
Tidore Kepulauan Soa Siu
GPS, Kompas, dan Altimeter. Perekaman
Halmahera Timur Maba
visual dilakukan dengan foto berskala
dan gambar manual terukur. Rekam video Halmahera Tengah Weda
bersifat pelengkap. Fokus pengamatan Gambar 2. Keletakan Halmahera dalam Geografi
diarahkan untuk menemukan bukti benda Geografi Kepulauan Maluku dan Kawasan Sekitar
budaya di permukaan tanah berupa fragmen Halmahera sejatinya merupakan pulau (Sumber: www.google.co.id)
gerabah, alat batu atau sisa pengerjaannya, terbesar dalam wilayah Kepulauan Maluku,
yang dalam hal ini mencakup Propinsi Geologi
serta struktur megalitik atau struktur bekas
Maluku dan Maluku Utara. Luas pulau ini Sebagai bagian dari wilayah Kepulauan
pemukiman kuna/negeri lama. Keramik asing
mencapai 17,400 km2 , sedikit lebih besar Maluku, Halmahera merupakan bagian Gambar 3. Karakteristik Geologis Pulau Halmahera
dan temuan permukaan dari masa yang lebih
dari luas Pulau Seram di Bagian Tengah dari sebuah kawasan yang secara geologis (Sumber: http://volcano.oregonstate.edu)
kemudian juga direkam. Temuan organik
Kepulauan Maluku dengan luas 16, 720 sangat dinamis. Wilayah ini merupakan titik
(sisa hewan/cangkang kerang) di anggap
km2. Geografi pulau besar ini berada pada pertemuan untuk setidaknya tiga lempeng Flora dan Fauna
penting ketika berasosiasi dengan temuan
utara garis ekuator dan berbatasan dengan utama dunia yaitu lempeng Eurasia yang Halmahera merupakan bagian dari kawasan
permukaan lain atau memang dianggap
Samudera Pasifik di sebelah utara, Papua di mencakup Asia dan sebagian Asia Tenggara perantara, Wallacea, yang memisahkan profil
memiliki karakteristik khas. Temuan yang
sebelah Timur, Sulawesi di sebelah barat, dan Kepulauan; Lempeng Indo-Australia yang hewan dan tumbuhan Asia dan Australia.
ditemukan dikumpulkan dan disortir menurut
Obi serta Seram di Selatan. mencakup Australia, Aru dan Papua; serta Kondisi ini tidak lepas dari faktor geologis,
jenis temuannya dan lokasi situs. Perekaman
Halmahera merupakan satu di antara lempeng Pasifik termasuk lempeng Mariana dimana Halmahera merupakan bagian
juga dilakukan untuk temuan monumental.
353 buah pulau yang bertaburan di wilayah di sebelah timur. Adalah pergerakan di kerak dari Kepulauan Maluku yang tidak pernah
Selain data temuan lapangan juga direkam
Kepulauan Maluku Utara. Sebagai pulau bumi ini yang kemudian pada 15-20 juta tahun menyatu dengan daratan besar Asia dan
benda budaya yang menjadi koleksi desa/
terbesar, Halmahera menjadi pulau utama lalu mulai melahirkan Kepulauan Maluku. Australia maupun perluasannya. Keberadaan
penduduk dan dianggap memiliki nilai
dengan pulau-pulau kecil di sekelilingnya Meski bagian ‘kaki-kaki’ Halmahera sendiri laut dalam di sekeliling kepulauan ini
sejarah budaya yang memadai. Wawancara
sebagai satelit. Kenampakan fisiografis telah muncul sejak setidaknya 40 juta tahun sangat mempengaruhi karakter ekologis
dilakukan dengan penduduk atau tokoh adat
16 Kapata Arkeologi Volume 9 Nomor 1, Juli 2013: 13-28 Survei Arkeologis di Kawasan Halamahera Bagian Tengah, Marlon Ririmasse 17
wilayah transisi ini sebagaimana ditunjukan masing-masing. Karena itu muncul bahasa Kehadiran bangsa-bangsa Eropa barat ke timur. Topografi situs menaik dari
dengan tingkat endemisme yang tinggi yang melayu pasar sebagai bahasa perantara atau merubah sejarah kawasan ini dan dunia kawasan pantai menuju bukit rendah dengan
mencapai 21,8% dari 385 spesies dan masih lingua franca dalam kawasan dengan 45% secara mendasar. Portugis tiba di Maluku ciri batu gamping. Karakter lingkungan yang
terus berlanjut hingga saat ini. Secara umum kosa kata-nya berasal dari bahasa Ternate Utara pada tahun 1512, disusul oleh Spanyol dibatasi daerah rawa di sisi selatan dan bukit
karakter fauna di Halmahera dan Maluku yang masuk dalam rumpun bahasa non- pada 1521, Inggris 1579 dan Belanda pada di sisi barat inilah yang agaknya dimanfaatkan
Utara lebih dekat dengan Papua dibandingkan Austronesia. 1599. Untuk mengambil kendali atas kawasan sebagai wahana alamiah yang memperkuat
dengan Sulawesi di sebelah barat. Wilayah orang-orang Eropa harus membangun aliansi karakter perbentengan pada situs. Luas
ini merupakan habitat luas marsupial, Populasi dan Sejarah dengan kerajaan-kerajaan ini. Sumber-sumber situs diperkirakan mencapai 100x200 m,
kelelawar dan tikus pengerat sebagaimana Penduduk Halmahera sebagaimana wilayah sejarah kemudian menunjukan bagaimana dengan dominasi vegetasi kelapa. Temuan
juga ditemukan secara luas di Papua dan lain di Kepulauan Maluku (dan Sunda Kecil) Kepulauan Maluku kemudian menjadi ajang yang berhasil diidentifikasi di situs ini selain
Australia. Mamalia darat endemis di wilayah memiliki ciri kulit yang lebih gelap dengan adu pengaruh antara dua kerajaan besar karakter perbentengan tradisional adalah
ini mencapai 10 jenis sementara mamalia rambut keriting sebagaimana halnya penduduk yaitu Ternate dan Tidore. Ternate menguasai himpunan fragmen keramik asing yang
udara mencapai 25 jenis. Kuskus, merupakan di Papua dan Australia. Ciri ini agaknya wilayah sebagian Halmahera bagian tengah berasal dari Cina dan Eropa yang menumpuk
salah satu hewan khas yang menjadi penanda menunjukan interaksi dan percampuran antara dan Halmahera bagian Utara, Seram, Buru, di salah satu titik situs. Di antara fragmen-
dalam kawasan. Spesies Cendrawasih juga ras Austromelanesid (atau Austroloid) dan Ambon-Lease dan Banda. Sementara Tidore fragmen ini terdapat beberapa keramik Eropa
ditemukan di pulau Halmahera, namun para pendatang dari Asia yang datang lebih menguasai sebagian Halmahera Bagian yang masih menunjukan logo pabrik pembuat
dengan kenampakan fisikal yang berbeda kemudian. Kelompok-kelompok spesifik Tengah, Halmahera Bagian Selatan; Daerah bertuliskan Maastricht, sebuah kota di selatan
dengan cendrawasih di Papua dan Kepulauan ini dapat diamati di Halmahera Utara yang Kepala Burung di Papua, dan pulau-pulau Negeri Belanda yang uniknya dikombinasi
Aru. Masyarakat Halmahera umumnya diwakili oleh orang-orang Galela. Mereka kecil di barat laut Papua, termasuk Gebe. dengan aksara Jawa di bawahnya.
menyebut burung indah ini dengan sebutan berbicara dalam bahasa Papua namun
burung Bidadari. Vegetasi dominan di menunjukan ciri fisikal yang khas Indonesia HASIL DAN PEMBAHASAN
Halmahera semenjak kala Holosen adalah dengan sedikit ciri Melanesia. Penduduk di Survei arkeologis di wilayah
hutan kayu dan padang rumput dengan sedikit Halmahera umumnya menerapkan model Halmahera Tengah ini dlaksanakan dengan
hutan hujan tropis. Hasil hutan yang dapat pertanian berladang dengan komoditi berupa pengamatan yang mencakup bagian pesisir
ditemui saat ini antara lain, sagu, bambu, padi, pisang, singkong juga umbi. Penduduk dan pedalaman mulai dari selatan Kota
kayu dan rotan. Cengkeh, Kelapa, pala, jambu juga mengolah sagu, mencari ikan dan telah Weda hingga lepas kawasan Sagea. Hasil
mete, coklat, tebu dan karet merupakan hasil lama mengenal teknologi perahu bercadik pengamatan mendata hampir selusin titik
lainnya. Tanaman pangan meliputi padi, ganda. Sebelum strategi subsistensi ini yang dipandang potensial untuk ditinjau
jagung, aneka umbi hingga kacang-kacangan dikenal, sebagian besar penduduk Halmahera secara arkeologis. Adapun karakteristik setiap
dan sayur mayur. agaknya hanya mengenal pengolahan sagu titik pengamatan yang terekam bervariasi
dan berburu sebagaimana masih diterapkan mulai dari situs Gua, Daerah Aliran Sungai, Gambar 4. Sebaran Fragmen Keramik di Situs
Etnografi oleh Suku Tagutil, komunitas tradisional hingga situs bekas pemukiman kuna masa Bekas Pemukiman Kuna di Nusliko
(Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon)
Di Halmahera dan pulau-pulau sekitarnya lainnya di pulau Halmahera. lalu. Deskripsi atas masing-masing titik
berkembang dua rumpun bahasa yang Sekitar tahun 1500 Masehi, Kepulauan pengamatan terurai seperti di bawah ini. Gua Nusliko
berbeda. Yaitu bahasa Austronesia di bagian Maluku Utara dibagi menjadi Empat Kerajaan Secara astronomis, situs ini terletak
selatan dan bahasa Non-Austronesia (Papua) Islam Besar (Moluku Kie Raha) yang Situs Bekas Pemukiman Kuna, Kota, Desa pada N: 00 16 90,3 dan E: 127 53 318. Nusliko
di bagian utara. Setidaknya terdapat 7 bahasa berpusat di Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan. Nusliko sejatinya merupakan titik yang dipilih oleh
lokal di Halmahera bagian selatan yang Mengacu pada tradisi tutur, keempat kerajaan Kota adalah situs yang disebutkan oleh tim dalam upaya menemukan kembali Gua
termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia ini didirikan oleh para putra Jafer Sadek, yang masyarakat sebagai pemukiman masa lalu dari Siti Nasifah yang pernah diekskavasi oleh
dan memiliki persamaan genetik dengan pertama kali menganut Islam melalui para Desa Nusliko. Situs ini terletak kurang lebih arkeolog Australia, Peter Bellwood pada
kerabat bahasa Austronesia lainnya di Wali Songo di Pulau Jawa. Raja Bacan adalah satu kilometer dari desa, sekitar 200 m dari tahun 1993. Dalam laporannya Bellwood
Indonesia Timur. 16 bahasa lokal terdapat keturunan dari putra tertua, sementara Ternate bibir pantai. Profil situs memiliki karakter menjelaskan mengenai keberadaan sebuah
di bagian utara Halmahera dan berkerabat adalah keturunan dari putra bungsu. Lepas yang kurang lebih serupa dengan situs-situs gua yang berada lima kilometer di selatan
dengan bahasa serupa di wilayah Kepala dari kenyataan bahwa mereka berasal dari pemukiman kuna di Kepulauan Maluku kota Weda dengan sebaran temuan kerang
Burung, Papua. Situasi ini menunjukan nenek moyang yang sama, penduduk Bacan Bagian Tengah dan Bagian Tenggara yang di permukaan. Hasil ekskavasi menunjukan
adanya dua kelompok budaya yang berbeda. merupakan penutur bahasa Austronesia, umum dikenal sebagai negeri lama. Terdapat adanya lapisan budaya dengan temuan gerabah
Biasanya kelompok-kelompok yang berbeda sementara Ternate, Tidore dan Jailolo adalah pagar keliling dari batu bersusun dengan poles merah yang minimal namun memiliki
bahasa ini tidak saling memahami bahasa penutur bahasa Non-Austronesia (Papua). tinggi sekitar satu meter, melintang dari sisi
18 Kapata Arkeologi Volume 9 Nomor 1, Juli 2013: 13-28 Survei Arkeologis di Kawasan Halamahera Bagian Tengah, Marlon Ririmasse 19
karakter serupa dengan temuan gerabah di situs hutan namun dengan jarak tempuh yang transportasi dirasa sangat membatasi akses batu gamping. Situs Gunung Sora 1 adalah
Tanjung Pinang. Tim melakukan komunikasi mencapai hampir satu hari. menuju situs yang menjanjikan ini. Gua ceruk yang terletak di sisi barat Gunung
dengan penduduk dan tokoh masyarakat, Bokimoruru secara administratif termasuk Sora. Kondisi ceruk lembab dan dengan
namun sayangnya tidak ada satupun warga Jere, Makam Tradisional, Telaga Nusliko dalam wilayah Desa Sagea Kecamatan dimensi yang tidak besar. Hasil pengamatan
yang mengetahui keberadaan gua Siti Nasifah Desa Nusliko Kecamatan Weda Selatan Weda Utara. Perjalanan menuju lokasi dari tidak menunjukan adanya jejak temuan di
yang disebutkan oleh Belwood. Gua yang Secara astronomis, situs ini terletak desa ditempuh dengan menggunakan perahu permukaan ceruk dan sekitar lokasi.
dikunjungi oleh tim terletak kurang lebih 2 pada N: 00 17 853 dan E: 127 52 480. Lokasi motor tempel selama satu jam melawan arus
kilometer dari desa pada ketinggian 110 m makam ini terletak pada daerah muara di sungai Sangea menuju daerah hulu. Profil
di atas permukaan laut. Terletak diperbukitan sebelah barat desa Nusliko, yang oleh situs ini ditunjukan dengan karakter khas
batu gamping dengan tanjakan terjal namun penduduk disebut sebagai telaga Nusliko. sebagai gua aktif karena masih dilalui oleh
pendek. Situs ini terletak tepat di tepi jalan Untuk mencapai situs kita perlu menyeberang aliran sungai. . Pintu gua menghadap barat
yang menghubungkan desa Nosliku dan desa dengan menggunakan ketinting yang disewa laut dengan tinggi mencapai kurang lebih 30
tetangga. Orientasi gua menghadap ke Utara, dari penduduk setempat. Sudah ada dermaga meter. Jarak dari mulut gua hingga akhir zona
tepat ke arah laut dengan pemandangan teluk kecil yang terbuat dari papan di lokasi situs terang kurang lebih 200 meter sebelum masuk
Weda dan kota Weda di Barat Laut. Terdapat yang agaknya relatif baru dibangun oleh desa. ke zona peralihan sepanjang kurang lebih 100
dua bilik utama, yaitu teras luar yang terbuka Sebelum memasuki pemakaman, kita akan meter. Pengamatan di sekeliling lingkungan
dan bilik dalam yang terbagi atas dua ruang. menemukan rumah kecil yang digunakan situs menunjukan potensi adanya gua kecil
Lebar mulut gua bagian luar adalah 5,80m untuk meletakan sesaji. Saat diamati masih dan ceruk peneduh di atas kawasan gua
dan lebar pintu bagian dalam adalah 1,70m terlihat aneka sesaji di atas berbagai macam Bokimoruru. Pengamatan atas lingkungan Gambar 8. Ceruk di Situs Gunung Sora 1
dengan tinggi atap gua mencaai 1,96 cm. piring yang diletakan diatas para-para yang situs hampir tidak menunjukan adanya (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon)
Panjang gua hingga titik terdalam adalah terlindung oleh hiasan daun kelapa. Untuk indikasi temuan arkeologis. Satu-satunya
7,60 meter. mencapai makam, harus melalui tangga naik temuan di lokus ini diwakili oleh keberadaan Gua Sora 2
dengan tinggi kurang lebih 30 meter. Makam proto kapak penetak di bantaran sungai depan Situs ini terletak di titik yang lebih tinggi
kuna ini terletak di bibir jurang, dengan pintu masuk gua. dari Gunung Sora 1. Dapat dicapai dengan
bentuk bujur sangkar, berupa gundukan menaiki lereng ke arah utara. Gunung Sora
tanah yang dipagari dengan fragmen terumbu 2 adalah gua vertikal dengan 2 pintu masuk,
karang. Dimensi makam sekitar 1,30 x 1,20 m menuju selatan dan menuju barat. Terdapat
dengan hiasan bendera putih di sekelilingnya. lorong dalam gua yang cukup panjang dan
menembus hingga bagian lain Perbukitan
ini. Hasil pengamatan tidak menunjukan
adanya tanda-tanda jejak budaya yang jelas
terkait dengan kondisi gua yang tidak layak
huni akibat topografi curam, lembab dan
pencahayaan minimal.
Gambar 5. Gua Nusliko Gambar 7. Gua Bokimoruru di Sagea
(Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon) diamati dari Sungai Sagea
(Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon)
Dari hasil pengamatan tim tidak
terdapat indikasi temuan gerabah di permukaan Gunung Sora 1
lantai gua, namun temuan moluska, tersebar Gambar 6. Jere atau tempat keramat Situs Gunung Sora adalah kawasan perbukitan
dengan cukup merata, khususnya di bagian di Desa Nusliko gamping yang terletak di bagian timur laut
teras luar gua. Terdapat juga jejak-jejak (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon) Desa Gemaf. Situs ini dapat dicapai dengan
pengunaan gua pada masa yang lebih kini menggunakan mobil menuju tepian kali
yang agaknya dimanfaatkan sebagai tempat Gua Bokimoruru, Sagea Gemaf dilanjutkan dengan berjalan kaki
peneduh bagi masyarakat desa yang berkebun. Gua Bokimoruru adalah Gua Alam yang sudah selama hampir 1 jam melalui perkebunan
Keberadaan gua ini menunjukan potensi gua cukup dikenal. Lokasi ini sejatinya merupakan penduduk dan hutan kecil di kaki bukit.
yang agaknya masih cukup tersebar di pesisir satu ikon unggulan bagi wisata alam di Profil bukit ini ditunjukan dengan topografi Gambar 9. Situs Gunung Sora 2
selatan Halmahera. Informasi dari masyarakat Kabupaten Halmahera Tengah. Sayangnya, yang cukup curam dan gugusan dinding Berupa Gua Bawah Tanah
juga menyebutkan terdapat gua lain di dalam kendala infrastruktur berupa jalan dan sarana (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon)
20 Kapata Arkeologi Volume 9 Nomor 1, Juli 2013: 13-28 Survei Arkeologis di Kawasan Halamahera Bagian Tengah, Marlon Ririmasse 21
Gua Sora 3 utara Desa Gemaf. Dapat dicapai dengan situs meliputi Doro (Kao), Lolori dan Awer ditemukan meliputi kuskus; walabi (di Gebe
Situs ini adalah yang terbaik yang diamati di berjalan kaki lebih dari satu jam dengan (Sahu), Tanjung Luari (Tobelo) dan Waidoba dan Halmahera); dan tikus besar (Morotai).
kawasan Gua Sora. Gunung Sora 3 adalah topografi yang menaik. Jalur perjalanan juga (Soegondho, 1978; 1980). Fase kedua dimulai sekitar 3,500 tahun
situs ceruk peneduh yang terletak pada melintasi sungai Gemaf. Hasil pengamatan W.G Solheim adalah akademisi lain silam sebagaimana ditandai oleh kemunculan
dinding gamping sebelah selatan kawasan. menunjukan situs ini adalah ceruk peneduh yang juga melakukan studi arkeologis atas gerabah poles merah serta keberadaan tulang
Kondisi ceruk kering dengan sinar matahari dengan kondisi yang layak huni. Terdapat titik-titik potensial terkait hunian masa lalu anjing dan babi yang diduga diperkenalkan
yang memadai. Keletakan situs di ketinggian jejak moluska dalam jumlah moderat di di wilayah Maluku Utara. Dalam kegiatan oleh kelompok migrant berpenutur bahasa
juga memberi ruang aman bagi penghuni. permukaan lantai ceruk. Pencahayaan di ceruk yang dilakukan antara tahun 1989-1991, Austronesia. Karakteristik gerabah yang
Hasil pengamatan mengidentifikasi temuan ini baik dan kondisi lantai di teras depan gua jejak artefaktual berupa himpunan fragmen ditemukan pararel dengan gerabah yang
berupa moluska dan cranial vertebrata pun kering. Lebar pintu depan ceruk adalah gerabah poles merah dan berhias ditemukan ditemukan di Sulawesi, Filipina, Sabah dan di
kecil namun tidak ditemukan adanya jejak 5,40m dan tinggi 2,10m. Terdapat sebuah di pulau Kumo-Kumo. Serupa dengan pola situs-situs Lapita yang berada di Melanesia.
artefaktual. pintu yang lebih sempit menuju bilik dalam hias gerabah yang ditemukan di Siti Nasifah Melekat dengan temuan khas di atas adalah
dengan lebar 1,15m. Hasil pengamatan juga (Halmahera) dan Buwawansi (Gebe) oleh beliung; alat serpih, lancipan tulang, manik-
menemukan fragmen gerabah dan indikasi Bellwood. manik kerang; dan gelang berbahan kerang.
alat batu. Kontribusi paling signifikan terkait Fase yang termuda berasal dari kisaran
jejak hunian masa lalu di wilayah Kepulauan waktu 2,000 tahun silam dan ditandai dengan
Maluku Bagian Utara agaknya disumbangkan kemunculan aneka budaya bendawi baru
oleh aktivitas penelitian kolaborasi Indonesia- meliputi manik-manik kaca, perunggu, besi,
Australia pada antara tahun 1991-1996. dan gerabah dengan pola hias yang digunakan
Dipimpin oleh Peter Bellwood, empat musim secara luas di Indonesia dan Filipina. Di
penelitian telah dilakukan dengan perhatian situs Uattamdi di Kayoa, penguburan
Gambar 10. Tim Sementara melakukan pada beberapa pertanyaan utama meliputi: tempayan ditemukan. Penguburan sekunder
pengamatan di Ceruk Situs Gunung Sora 3 penanggalan dan sumber pemukiman masa dengan bekal hiasan kerang ditemukan di
(Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon)
Pleistosen; peran kawasan dalam kajian terkait ceruk Tanjung Pinang di Morotai. Fase ini
pemukiman penutur bahasa Austronesia di kemungkinan berlangsung hingga sekitar
Parigi Dua Gambar 11. Gua Yoli yang berada di Desa Gemaf
Pasifik; ihwal interaksi antara penutur Bahasa 1,000 tahun silam atau lebih kemudian di
Ceruk vertikal dan gua yang dilalui sungai (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon)
Austronesia dan Non-Austronesia sejak beberapa tempat yang terisolas (Bellwood,
kecil di sisi timur Gunung Sora. Pintu masuk 4,000 tahun silam; serta sejarah perdagangan 1998).
pada dinding gua sangat rendah, namun bilik Halmahera dalam Tinjauan Rekam Sejarah
Studi Arkeologi di Maluku Utara rempah dengan Cina, India dan Barat Studi atas kawasan utara Wallasea
di dalam jauh lebih lapang. Kondisi ceruk (Bellwood, 2000). juga dilakukan oleh Tanudirjo (2001) yang
dan gua lembab dan basah karena dilalui Di Kepulauan Maluku Utara studi
atas hunian masa lalu diinisiasi pada tahun Melalui hasil studi yang dilakukan meneruskan rangkaian kajian yang telah
sungai. Tidak ditemukan adanya indikasi jejak oleh Bellwood dkk ini, tiga fase budaya dilakukan oleh Bellwood. Wilayah yang
budaya di titik ini. 1947 oleh K Schmidt yang mengamati
himpunan fragmen gerabah yang ditemukan setidaknya bisa diamati dari karakteristik menjadi perhatian dalam studi ini meliputi
dekat Sungai Totodoku di Pulau Morotai. yang ditunjukan oleh situs-situs yang telah Talaud di Sulawesi Utara dan Kepulauan
Kali Gemaf diekskavasi. Rekam kronologi tertua berasal Sula di Maluku Utara. Beberapa situs yang
Kali Gemaf adalah sungai yang melintasi Sempat vakum selama beberapa dekade, studi
arkeologis untuk menemukan jejak hunian dari fase pra-keramik dengan penanggalan menjadi rujukan antara lain Leang Sarru
sisi timur desa Gemaf. Kaya dengan batuan mencapai 32,500 tahun lalu di Situs Gua (Salebabu), Leang Tuo Mana’e (Pulau
jenis skis,batuan beku dan rijang. Lingkungan dan aktivitas manusia masa lalu baru kembali
dilakukan pada tahun 1978 oleh Pusat Golo, di Pulau Gebe. Beberapa situs dengan Karakelong), Leang Arangdangana (Pulau
sekitar situs ditandai dengan perkebunan penanggalan yang lebih muda teridentifikasi Kabaruan), Leang Tahuna (Pulau Merampit),
penduduk dengan dominasi vegetasi berupa Penelitian Arkeologi Nasional dan dipimpin
oleh S Soegondho. Survei dilakukan pada di Daeo 2 di Pulau Morotai (14,000 BP); Ceruk Manaf (Sanana), Waylia (Sanana)
kelapa, pisang, alang-alang, dan bambu. Hasil Um Kapat Papo di Gebe (6,500 BP); dan dan Gua Fatiba di Sanana. Hasil penelitian
pengamatan menunjukan sungai ini kaya himpunan pulau meliputi Kayoa, Makian,
Kao, Tobelo, Galela, Jailolo, Sahu, Ternate Siti Nasifah di Weda dengan penanggalan menemukan inisiasi okupasi manusia dapat
bahan, namun minim jejak artefaktual. Dua 5,500 tahun silam. Himpunan artefak yang ditarik hingga setidaknya masa Pleistosen
indikasi temuan alat prasejarah adalah sebuah hingga Tidore. Setidaknya dua ceruk peneduh
direkam sebagai lokus yang dipandang direkam pada fase pre-keramik ini diwakili Akhir sekitar 30,000 tahun silam. Budaya
alat serpih dan sebuah serut besar. oleh kapak batu, lancipan tulang, batu tumbuk materi yang berhasil ditemukan melalui
memiliki potensi. Masing-masing di Waidoba
dan Taneti. Temuan artefaktual diwakili oleh kenari dan okre. Himpunan kerang dan tulang ekskavasi menguatkan informasi peran
Gua Yoli ikan juga teridentifikasi di beberapa situs di wilayah ini dalam proses migrasi kolosal
Situs ini terletak di kawasan perbukitan di himpunan fragmen gerabah coklat kemerahan
dan berhias. Beliung ditemukan di beberapa Halmahera dan Morotai. Tulang hewan yang penutur bahasa Austronesia. Himpunan
22 Kapata Arkeologi Volume 9 Nomor 1, Juli 2013: 13-28 Survei Arkeologis di Kawasan Halamahera Bagian Tengah, Marlon Ririmasse 23
artefak yang teridentifikasi meliputi aneka dilakukan oleh Balai Arkeologi Ambon minimal dan seringkali hanya melalui dilakukan perusahaan. Pengamatan yang
alat serpih bilah, batu inti, beliung kerang, mendata setidaknya empat titik gua yang jalan masuk tunggal; dan memiliki tembok dilakukan pada situs resmi Weda Bay Nikel
hiasan kerang, gerabah poles merah dalam potensial menjadi hunian manusia masa lalu. keliling yang terbuat dari susunan batu dan menyebutkan bahwa proses assessment untuk
asosiasi dengan himpunan tulang hewan dan Keempat titik gua tersebut masing masing memberikan ciri defensif pada pemukiman. memetakan dampak aktivitas penambangan
manusia, serta benda logam. Meski memiliki Ceruk Nusliko; Gua Bokimoruru; Ceruk Titik pengamatan kedua yang memiliki nilai bagi warisan budaya telah dilakukan namun
variasi-variasi yang bersifat lokal, ragam Gunung Sora 3; dan Ceruk Yoli. Indikasi penting bagi masyarakat adalah Jere atau belum ditemukan deskripsi rinci terkait situs-
temuan artefaktual menunjukan konsistensi yang ditemukan di Ceruk Nusliko dan ceruk keramat yang terdapat di desa Nusliko dan situs yang termasuk serta penjelasan terkait
konfigurasi dengan bukti-bukti budaya Gunung Sora diwakili oleh temuan fragmen paralel dengan tempat yang dikeramatkan langkah-langkah yang akan diambil terkait
semasa dalam kawasan. Suatu kondisi yang kerang dan tulang yang menandakan okupasi bagi masyarakat setempat. Sebagaimana pelestarian situs-situs yang berada dalam
menunjukan peran pararel wilayah-wilayah awal manusia dan agaknya berfungsi sebagai telah dideskripsikan pada bagian sebelumnya lingkup kawasan kontrak karya.
yang ditinjau dalam konteks prasejarah habitasi sementara. Di Ceruk Yoli temuan Jere disebutkansebagai makam dari leluhur
regional. permukaan diwakili oleh keberadaan alat komunitas setempat dan kini menjadi titik
batu, kerang dan fragmen tembikar yang rujukan bagi aktivitas ritual komunal maupun
Catatan dan Prospek Hasil Penelitian menandakan okupasi manusia dalam waktu individual.
terkini dan pengembangan studi kawasan yang relatif lama. Ditinjau dari karakteristik Ketiga, adalah catatan terkait keletakan
Maluku bagian Utara temuan permukaan Ceruk Yoli adalah titik beberapa situs yang berada dalam lingkup
Himpunan kajian di atas setidaknya dalam cakupan wilayah survei yang memiliki kawasan Weda Bay Nikel atau diluar wilayah
memberikan gambaran dinamika peran potensi dan nilai penting paling tinggi untuk kontrak karya namun dapat terkena dampak
Halmahera dan pulau-pulau di Kepulauan dikaji dengan lebih mendalam. aktivitas penambangan. Hasil pengamatan
Maluku bagian utara pada masa prasejarah. menunjukan himpunan situs yang terekam
Ragam temuan yang teridentifikasi dengan dalam penelitian ini kiranya dapat dibagi dalam
kemiripan karakter antar satu situs dengan dua kategori mengacu pada keletakan dengan
situs lainnya bisa menjadi penanda relasi kawasan kontrak karya Weda Bay Nikel serta
antar situs dalam kawasan. Beberapa hasil implikasi terkait aktivitas penambangan
penelitian terkini kiranya merupakan refleksi yang dilakukan. Pertama, adalah situs-
masih luas dan dalamnya dimensi potensi situs yang terekam dalam penelitian yang
kajian prasejarah di wilayah ini. Dalam kaitan berada dalam lingkupkawasan kontrak karya Gambar 13. Kawasan Kontrak Karya
rekam penelitian yang telah dilaksanakan serta terkena dampak langsung aktivitas Weda Bay Nickel
dengan hasil survei yang dilakukan kiranya penambangan. Survei menujukan dari empat (Sumber: http://www.wedabaynickel.com)
dapat disarikan beberapa hal menyangkut titik potensial secara arkeologis dalam
prasejarah kawasan Halmahera Bagian Gambar 12. Temuan permukaan di Gua Yoli kawasan karst tiga diantaranya masuk dalam Keempat, bercermin pada penjelasan ketiga
Tengah dan sekitarnya. (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Ambon) kawasan kontrak karya dan terkena dampak aspek sebelumnya kiranya dapat digagas
langusng aktivitas yaitu: Gua Bokimoruru beberapa hal terkait penelitian ke depan untuk
Pertama, bahwa wilayah Halmahera bagian Kedua, budaya bendawi yang melekat di Sagea; Gua Gunung Sora 3 dan Ceruk kawasan Halmahera Bagian Tengah. Pertama
tengah merupakan kawasan yang memiliki dengan tradisi setempat dan memiliki Yoli. Dengan kondisi ini artinya ke depan, aspek dengan nilai urgensi tertinggi kiranya
potensi dalam konteks studi arkeologi nilaipenting bagi masyarakat lokal. Dari keempat gua ini potensial untuk terkena melekat pada penanganan segenap situs-situs
prasejarah. Hasil pengamatan terkait hasil survei yang didata terdapat setidaknya imbas langsung aktivitas penambangan yang berada dalam lingkup wilayah kontrak
karakteristik lingkungan dalam kawasan empat titik pengamatan dengan nilai penting yang bersifat destruktif. Pemitakatan atas karya Weda Bay Nikel. Meski menurut
menunjukan ciri kenampakan lingkungan paling tinggi. Titik pertama adalah situs keempat situs potensial ini mutlak diperlukan pihak perusahaan telah dilakukan mitigasi
karst yang meluas dari bagian pesisir hingga pemukiman kuna di Nusliko yang oleh untuk melindungi himpunan situs ini dan terkait warisan budaya yang terkena dampak
pedalaman. Salah satu penanda khas dari masyarakat setempat disebut sebagai Kota. kawasan perluasannya bagi kepentingan aktivitas penambangan namun hingga saat
kawasan dengan morfologi karst adalah Model yang ditunjukan oleh situs ini kiranya warisan sejarah budaya masyarakat serta ini belum ada kejelasan langkah-langkah
sebaran ragam bentukan gua dan sungai serupa dengan ragam situs pemukiman kuna studi kepurbakalaan. Kedua,Situs-situs lain yang akan diambil terkait penyelamatan dan
bawah tanah. Menimbang lingkungan gua yang ditemukan secara luas di Kepulauan yang terekam dalam kegiatan survei kiranya pelestarian situs-situs dimaksud. Mengacu
merupakan salah satu lokus habitasi manusia Maluku. Karakteristik dari situs-situs ini berada di luar kawasan kontrak karya Weda pada situasi ini makanya kiranya penting untuk
di masa awal peradaban, maka bentang adlah keletakannnya yang berada pada Bay Nikel namun ke depan kiranya dapat segera melaksanakan aktivitas penelitian
alamini senantiasa memiliki peran penting lahan yang relatif tinggi dibanding dengan saja terkena dampak langsung maupun tidak yang bersifat tindakan penyelamatan untuk
bagi studi arkeologi. Hasil survey yang kawasan di sekitarnya; memiliki akses langsung dari aktivitas penambangan yang merekam segenap data dan karakteristik
24 Kapata Arkeologi Volume 9 Nomor 1, Juli 2013: 13-28 Survei Arkeologis di Kawasan Halamahera Bagian Tengah, Marlon Ririmasse 25
situs secara spesifik. Keempat gua potensial lembaga-lembaga politik dalam kawasan penambangan oleh Weda Bay Nikel, hampir Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volken-
yang disebutkan memiliki indikasi potensi sebagaimana diwakili oleh munculnya empat seluruh situs yang teramati akan terkena kunde 150: 123-145
arkeologis sebagai hunian masa lalu kiranya kerajaan besar di Maluku Utara. dampak langsung maupun tidak langsung. Heinsohn, T.E. 2010. Marsupial as introduced
perlu untuk segera dilakukan tindakan Wilayah kontrak karya penambangan species: Long –term anthropogenic ex-
ekskavasi penyelamatan guna merekam PENUTUP yang sangat luas, juga meliputi sebagian pansion of the marsupial frontier and its
implications for zoogeographic interpreta-
segenap potensi data sejarah budaya dalam Survei arkeologis yang dilaksanakan besar titik-titik pengamatan baik situs-situs tion dalam Terra Austrialis 32: Altered
lingkup situs. Aktivitas penelitian dan di wilayah Halmahera Tengah merupakan gua maupun lokus yang memiliki kaitan Ecologies: Fire, climate and human influ-
ekskavasi ini kirannya mendesak sebelum inisiasi studi arkeologi oleh Balai Arkeologi dengan sejarah lokal dan memori sosial ence on terrestrial landscapes. Canberra:
kegiatan operasional eksploitasi dilaksnakan Ambon di kawasan ini. Wilayah ini merupakan bagi masyarakat setempat. Beberapa sumber ANU Press.
oleh perusahaan. Hasil ekskavasi kiranya akan bagian dari geografi besar Pulau Halmahera menyebutkan pemitakatan warisan budaya Jelsma, J. 1999. Room with a view: An excavation
menentukan arah kebijakan penyelamatan yang memiliki peran penting dalam telah dilaksanakan oleh pihak perusahaan, in Toe Cave, Ayamaru District, Bird’s
dan pelestarian situs. Hal kedua kiranya konstruksi sejarah budaya kawasan timur laut namun detil rencana penyelamatan dan Head, Irian Jaya Indonesia dalam Modern
Quaternary Research in Southeast Asia
menyangkut kebijakan pelestarian dan Nusantara termasuk dalam hubungan dengan pengelolaan situs-situs yang tercakup dalam 15:41-45.
pengelolaan segenap sumber daya budaya pengetahuan arkeologi di Asia Tenggara wilayah kontrak karya hingga saat ini belum
yang melekat dengan tradisi dan memiliki dan Pasifik. Studi atas kawasan ini kiranya jelas. Komunikasi terkait arah pengelolaan Lape, P.V. 2000a. Contact and Conflict in the
Banda Islands, Eastern Indonesia, 11th to
nilai penting bagi masyarakat setempat. menjadi keharusan untuk mendapatkan segenap warisan budaya dalam lingkup 17th Centuries. Unpublished PhD thesis,
Keberadaan situs Kota dan Jere Nusliko sejauh pemahaman terkait dinamika budaya masa wilayah kontrak karya kiranya menjadi hal Brown University, Rhode Island.
ini masih cukup terawatt dan tetap memiliki lalu wilayah ini dalam kaitan dengan kawasan yang mendesak menimbang nilai penting yang
Lape, P.V. 2000b. Political dynamics and
nilai sakral bagi masyarakat. Hasil diskusi dan sekitarnya. Penentuan lokus kajian di wilayah dimiliki oleh situs-situs ini bagi pengetahuan religious change in the late pre-colonial
wawancara dengan masyarakat menyebutkkan ini kiranya juga terkait dengan kondisi terkini sejarah budaya Halmahera dan Maluku Utara. Banda Islands, Eastern Indonesia. World
hingga saat ini kedua titik dimaksud belum menyangkut pembukaan kawasan kontrak Archaeology 32(1). London: Routledge
diregistrasi sebagai bagian dari sumber daya karya pertambangan Nikel dan Kobalt oleh pp. 138–55.
*****
budaya baik oleh pemerintah daerah setempat Weda Bay Nikel. Berlokasi di kawasan Lape, P. 2006. Chronology of fortified sites in
maupun institusi yang berwenang. Kebijakan pesisir hingga pedalaman Halmahera Bagian DAFTAR PUSTAKA East Timor. In Journal of Island and
penataan kiranya mutlak diperlukan untuk Tengah, kawasan pertambangan ini berpotensi Coastal Archaeology 1. Pp 285-297
Arifin, Karina dan Philippe Delanghue, Rock art
memberikan kerangka legalisasi bagi situs- mengancam kelestarian berbagai sumber daya in West Papua, Italia: UNESCO, 2004. Lape, P. 2010. Paleoclimates and emergence of
situs ini sehingga memiliki payung hukum arkeologis dan budaya yang berada dalam fortification in the tropical Pacific islands.
untuk perlindungan dan pelestariannya. Hal cakupan kontrak karya. Kegiatan pengamatan Ballard, C. 1988. Dudumahan: a rock art site on Dalam Journal of Anthropological
Kai Kecil, Southeast Mollucas. Bulletin of Arcaheology Vol. 29 Issue 1. March 2010.
ketiga adalah menyangkut arah dan kebijakan dilakukan meliputi wilayah-wilayah yang the Indo-Pacific Prehistory Association,
penelitian ke depan untuk lingkup kawasan berpotensi terganggu tersebut serta area 8, Canberra: Australia National University Lilley, I. 1992. Papua New Guinea’s Human
Halmahera bagian tengah. Mengacu survei diluar kawasan kontrak karya namun dapat pp. 139-161. Past: the Evidence in Archaeology dalam
awal yang telah dilakukan terlihat potensi terganggu oleh aktivitas pertambangan. R.D Attenborough dan M.P Alpers (eds.)
Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah kepulauan Human Biology in New Guinea: the
yang dimiliki oleh wilayah ini pengembangan Hasil penelitian mendata hampir Indo-Malaysia. Jakarta: PT. Gramedia. Small Cosmos. Oxford: Clarendon Press,
cakupan penelitian ke depan kiranya dapat selusin titik pengamatan yang dipandang 150-171.
dilakukan dengan meluaskan geografi memiliki potensi tinggi secara arkeologis. Bulmer, S dan Bulmer, R. 1964. The prehistory
of the Australian New Guinea Highlands Mahmud, I. 2009. Pernak-pernik penelitian
kawasan pengamatan lebih ke Halmahera Karakteristik setiap situs bervariasi mulai dalam J. B. Watson (Ed.) New Guinea: arkeologi di Papua. Dalam PapuaVol.1
Tengah bagian barat. Tinjauan ke kawasan dari lingkungan gua, daerah aliran sungai, the Central Highlands. American No.2. Jayapura: Balai Arkeologi Jayapura.
interior ke arah utara Halmahera bagian tengah struktur megalitik, hingga jejak pemukiman Anthropologist 66.4, Part 2 Special
Publication, 39-76 Miedema, J et. al . Perspectives on The Bird’s Head
juga dapat dilakukan menimbang luasnya kuna. Titik pengamatan yang dipandang of Irian Jaya, Indonesia, Proceedings of
cakupan wilayah karst yang teramati dalam paling potensial diwakili oleh situs Gua Yoli Ellen, R. F dan Glover, I. C. Pottery Manufacture The Conference, Leiden 13-17 Oktober
kawasan ini. Isu penelitian kiranya masih dan Gua Sora 3. Hasil pengamatan di situs ini and Trade in the Central Moluccas, 1997. Amsterdam.: Rodopi B.V.
Indonesia: the Modern Situation and the
layak untuk dilekatkan dengan pertanyaan mendata temuan permukaan berupa fragmen Historical Implications’, dalam Man n.s Pasveer, J.M. 1998. Kria cave: an 8000-year
terkait okupasi awal manusia pada masa gerabah, fragmen alat batu dan moluska yang 9: 353-379 occupation sequence from Bird’s Head of
holosen dalam kaitan dengan proses migrasi mengindikasikan aktivitas hunian masa lalu. Irian Jaya. Modern Quaternary Research
penutur bahasa Austronesia. Cakupan isu Studi lebih lanjut dan tindakan ekskavasi Flannery, T. and White, P. 1991. Animal Trans- in Southeast Asia 15: 67-89
locations dalam National Geographic
ini kiranya masih dapat diperluas dengan kiranya perlu dilaksanakan untuk kedua situs Research and Exploration 7: 96-113. Prasetyo, Bagyo. 2009. Perkembangan hasil
mengamati dinamika sosial dalam kawasan ini. penelitian arkeologi di Tanah Papua.
menjelang masuk ke masa sejarah khususnya Gelpke, S. 1994. The report of Miguel Roxo de Makalah disampaikan Seminar Perspektif
Brito of his voyage in 1581-2 to Raja Budaya Melanesia dan Austronesia
peran wilayah ini menjelang era pembentukan Dalam kaitan dengan dampak aktivitas Ampat, the MacCluer Gulf and Seram. dalam Dinamika Kebangsaan dan
26 Kapata Arkeologi Volume 9 Nomor 1, Juli 2013: 13-28 Survei Arkeologis di Kawasan Halamahera Bagian Tengah, Marlon Ririmasse 27
Pembangunan, dalam rangka Semarak of Indonesian people. In Austronesian ARKEOLOGI KEPULAUAN MALUKU
Arkeologi 2009, di Jayapura Papua, 3 – 4 Diaspora and the Ethnogeneses of People
Juni 2009. in Indonesian Achipelago. Jakarta: LIPI
Press Archaeology of Moluccas Archipelago
Ririmasse, M. 2005. Jejak dan Prospek Penelitian
Arkeologi di Maluku. Dalam Kapata Tanudirdjo, D. 2009. Interaksi Austronesia Lucas Wattimena
Arkeologi Volume 1 No. 1. Ambon: Balai Melanesia: Kajian Interpretasi Teoritis.
Arkeologi Ambon. Makalah disampaikan Seminar Perspektif Balai Arkeologi Ambon
Budaya Melanesia dan Austronesia Jl. Namalatu – Latuhalat, Ambon 97118
Ririmasse, M. 2007. Fragmen Moko dari Selaru: dalam Dinamika Kebangsaan dan lucas.wattimena@yahoo.com
Temuan Baru Artefak Logam di Maluku. Pembangunan, dalam rangka Semarak
Dalam Berita Penelitian Arkeologi Arkeologi 2009, di Jayapura Papua, 3 – 4
Volume 3 No. 5. Ambon: Balai Arkeologi Juni 2009. Naskah diterima: 09-01-2013; direvisi: 08-03-2013; disetujui: 10-05-2013
Ambon.
O’Connor, S., Spriggs, M. Veth, P. 2005. The Aru
Ririmasse, M. 2008. Visualisasi tema perahu Island in Perspective dalam O’Connor, Abstract
dalam rekayasa situs arkeologi di Sue et.al. The Archaeology of the Aru Archaeological cultural resources in the Maluku Islands consist of a variety of
Maluku. Dalam Naditira Widya Volume Island. Canberra: Pandanus Books. aspects, including Prehistoric, Historic, Islamic, colonial and Ethnoarchaeology.
2 No. 1. Banjarmasin: Balai Arkeologi These aspects are categorized in helping the mapping of archaeological research in
Banjarmasin. www. wikipedia.org. Link: http://fr.wikipedia. the Maluku Islands. Functional structural archaeological remains integrated in the
org/wiki/Weda (Diakses tanggal 5 Januari cultural unity of the social system as a symbolic interaction. Maluku Archipelago
Ririmasse, M. 2010a. Boat Symbolism and 2012). covers thetwo areas, namely Maluku and North Maluku. The problem this paper is
Identity in the Insular Southeast Asia: A how archaeological resources can show the interpretation of symbolic interaction.
Case Study from the Southeast Moluccas. www.google.co.id Link: https://www.google.
Tesis Pascasarjana. Tidak diterbitkan. co.id/maps/preview?oe=utf-8&client Archaeological remains (cultural resources); dolmen, caves, castles, old country
Leiden: Rijkuniversiteit Leiden. =firefox-a&channel=sb&q=pulau+halm / old settlement, menhirs, sultanate, Kapata / folklore is the basic structure of
ahera&ie=UTF-8&hq=&hnear= 0x329 cultural understanding in the Maluku Islands. The goal is to know and understand
Ririmasse, M. 2010b. Arkeologi Pulau-Pulau c4355071b2255:0x29b7aab208bfe27d, the remains, archaeological remains were able to reconstruct the culture of human
Terdepan di Maluku: Sebuah Tinjauan Halmahera&gl=id&ei=BPLyU5XQNtih society Maluku Islands. Approach to research using library study. From the research
Awal. Kapata Arkeologi Vol. 6 No. 10. ugTyrYGgBg&ved=0CIMBEPIBMBA that archaeological cultural resources is a symbolic interpretation of the interaction
Ambon: Balai Arkeologi Ambon. (Diakses tanggal 5 Januari 2012) of a group of human society in a particular area. Sites sampled studies prove that
Ririmasse, M. Koleksi Budaya Bendawi Maluku www.volcano.oregonstate.edu Link: http:// archaeological cultural resources as a reflection of the people of Maluku Generally
Tenggara di Museum Etnologi Nasional volcano.oregonstate.edu/oldroot/ and certain areas in the Moluccas in particular.
Leiden (dalam persiapan). volcanoes/ volc_images/southeast_asia/
indonesia/group.html (Diakses tanggal 5 Keywords: Archaeology Resources, Structure, Moluccas Islands
Sollewijn, Gelpke. 1994. The Report of Miguel Januari 2012)
Roxo de Brito of his Voyage in 1581-2 to
the Raja Ampat, the MacCluer Gulf and www.wedabaynickel.com Link: http://www. Abstrak
Seram’ in BIjdragen tot de Taal Land en wedabaynickel.com/id/proyek-kelas- Sumberdaya budaya arkeologi di Kepulauan Maluku terdiri dari berbagai aspek,
Volkenkunde 150: 123-145. dunia (Diakses tanggal 5 Januari 2012) diantaranya Prasejarah, Sejarah, Islam, Kolonial dan Etnoarkeologi. Aspek-aspek
Spriggs, M. 1997. The archaeology of the Bird’s tersebut dikategorisasikan untuk memudahkan pemetaan penelitian arkeologi di
Head in it’s Pacific and and Southease Kepulauan Maluku. Struktural fungsional tinggalan-tinggalan arkeologi terintegrasi
Asian context in dalam kesatuan sistem sosial budaya sebagai interaksi simbolik. Kepulauan
Maluku berarti kita berbicara dalam dua wilayah, yaitu Maluku dan Maluku Utara.
Spriggs, M. 1998. Research questions in Maluku
archaeology. dalam Cakalele 9: 49-62. Permasalahan penulisan ini adalah bagaimana sumberdaya budaya arkeologis
dapat menunjukan interprestasi interaksi simbolik. Tinggalan-tinggalan arkeologis
Spriggs, M. & D. Miller. 1988. A previously (sumberdaya budaya); dolmen, gua, benteng, negeri lama/permukiman lama, menhir,
unreported bronze kettledrum from the kesultanan, kapata/folklore adalah struktur dasar pemahaman akan kebudayaan di
Kai Islands, eastern Indonesia. Indo- Kepulauan Maluku. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami tinggalan-
Pacific Prehistory Association Bulletin 8. tinggalan arkeologis mampu merekonstruksi kebudayaan masyarakat manusia
Canberra: Australia National University. Kepulauan Maluku. Pendekatan penelitian menggunakan studi kepustakaan. Dari
pp.79-88.
hasil penelitian bahwa sumberdaya budaya arkeologi merupakan suatu interprestasi
Suroto, H.2010. Prasejarah Papua. Denpasar: interaksi simbolik suatu kelompok manusia masyarakat pada daerah tertentu. Situs-
Udayana University Press. situs kajian penulis yang menjadi sampel membuktikan bahwa sumberdaya budaya
arkeologi sebagai cerminan masyarakat Maluku Umumnya dan daerah tertentu di
Tanudirdjo, D. 2001. Islands in Between: Maluku pada khususnya.
Prehistory of Northeastern Indonesia
Archipelago. Unpublished PhD Thesis.
Canberra: Australian National University. Kata Kunci : Sumberdaya Arkeologi, Struktur, Kepulauan Maluku
Tanudirdjo, D. 2005. The dispersal of Austronesian-
speaking people and the ethnogenesis
28 Kapata Arkeologi Volume 9 Nomor 1, Juli 2013: 13-28 Arkeologi Kepulauan Maluku, Lucas Wattimena 29