KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah penting dalam pengolahan kayu sebelum digunakan sebagai
bahan/material konstruksi, mebel atau pembuatan material berbahan dasar kayu adalah
masalah pengeringan kayu. Setelah penebangan tanaman kayu, log kayu masih
mengandung air yang relatif besar. Kandungan air pada kayu sangat mempengaruhi
karakteristik kayu.
Pengeringan kayu ini bertujuan untuk mengeluarkan air dari dalam kayu hingga
mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan, dimana kayu akan digunakan,
tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut. Pengeringan kayu dapat dilakukan dengan
dua cara yakni secara alami dan menggunakan alat pengering/penguap. (Achmad
Basuki, Harian Joglo Semar, 2013)
Pengeringan alamiah adalah jenis pengeringan konvensional yang sudah umum ada
sejak dahulu, tanpa teknologi dan tanpa biaya tambahan. Kandungan air dalam kayu
secara perlahan akan menguap menyesuaikan dengan kondisi lingkungan. Terkadang
pengeringan alami ini membutuhkan waktu yang lebih lama, tergantung pada kondisi
cuaca. Masyarakat sudah terbiasa menggunakan pengeringan alamiah, sebagai contoh:
petani padi mengeringkan padi di halaman depan rumah dengan memanfaatkan panas
matahari, pengusaha krupuk mengeringkan krupuk basah dengan memanaskan di luar
dengan panas matahari dan banyak contoh lain.
Di era sekarang, era yang serba cepat, menuntut para pengusaha untuk
memproduksi produk olahan dalam jumlah besar dan harus cepat. Seperti para
pengusaha kerajinan meubel kayu di Jepara. Pada mulanya mereka mengeringkan
kayu hanya dengan meletakan di tempat yang terkena panas matahari saja. Tetapi
karena tuntutan produksi yang tinggi, mereka mulai menggunakan alat pengering
modern sehingga target produksi mebel tercapai. Mutu kayu bisa diperbaiki dan
proses pengeringan kayu menjadi cepat. Proses pengeringan kayu baik alami
maupun buatan merupakan proses evaporasi kandungan air dalam kayu dengan
waktu tertentu sesuai dengan kondisi udara di sekitarnya. Diagram kurva
pengeringan kayu secara teoritis menunjukkan 5 tahapan proses yang digunakan
dalam pengeringan kayu, yaitu :
Dari identifikasi masalah di atas,di rumuskan suatu masalah yang akan di bahas ini,
yaitu:
1. Metode dengan teknologi apa sajakah yang ada untuk mengeringkan kayu?
2. Metode apa yang paling efisien dilihat dari segi kualitas kayu, waktu, dan biaya?
Untuk mengarahkan penulis agar penelitian dan permasalahan yang dikaji lebih
mendetail dan sesuai, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas berikut
ini:
1. A
Menurut Efrida Basri dalam DIKTAT Modul Bimbingan Teknis Pengeringan Kayu,
dalam proses pengeringan kayu ada standar-standar yang harus dipenuhi agar kayu
tidak mengalami penurunan kualitas kayu walaupun dikeringkan.
2.1 Konsep Dasar Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga
mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan
tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut.
Keuntungan utama mengeringkan kayu sebelum dijadikan produk, antara lain :
1. Membebaskan kayu dari serangan jamur.
2. Menstabilkan dimensi kayu, sehingga kayu tidak akan lagi mengalami
perubahan bentuk, retak maupun pecah.
3. Menjadikan warna kayu lebih cerah/terang.
4. Rendemen produk berkualitas baik meningkat.
5. Memudahkan kayu untuk dicat dan dipelitur (finishing).
Tiga syarat utama yang harus dipenuhi dalam mengeringkan kayu, yaitu:
1. Cukup energi panas
Energipanas digunakanuntuk memanaskan/menguapkan air dari dalam kayu, terutama
pada kayu yang kadar airnya sudah mencapai 30 %. Untuk mengeringkan kayu tersebut
hingga ke kadar air di bawah 15 % memerlukan penambahan panas.
2. Cukup kelembaban
Kelembaban ini disesuaikan dengan tingkat kadar air kayu.
3. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara yang baik dapat menghantarkan panas secara merata mengenai seluruh
permukaan kayu dari setiap tumpukan. Makin cepat peredaran udara semakin cepat
kayu mengering dan semakin merata tingkat kekeringannya. Sirkulasi udara yang
normal untuk pengeringan adalah 2 m/detik.
Gambar 2.2 Cara penumpukan kayu dengan lebar papan tidak seragam
Gambar 2.3 Sirkulasi udara pada tumpukan yang tidak lurus bagian pinggirnya
Ada beberapa tipe pengering kayu menggunakan tenaga matahari tapi pada
dasarnya memiliki prinsip yang sama yaitu mengumpulkan energi panas matahari
sehingga mencapai suhu tertentu dan suhu ini digunakan untuk mengeluarkan air
dari dalam kayu. Ukuran dan kapasitas tentu saja berbeda dengan penghasil energi
dari sinar matahari di rumah kita. Kelemahan tipe pengering ini adalah kecepatan
dan kapasitas pengeringan. Volume kayu dan lama pengeringan sangat tergantung
dengan keberadaan panas matahari. Untuk di negara yang memiliki empat musim
hal ini akan kurang menguntungkan tapi termasuk jenis pengeringan yang paling
murah dalam hal investasi awal. Oleh karena itulah teknis ini lebih populer di
negara yang memiliki 4 musim.
Prinsip sistem solar kiln adalah pemanasan udara dalam suatu lorong pengumpul
panas agar kandungan air dalam kayu terevaporasi keluar. Kemudian udara panas
dihisap dan disirkulasikan oleh kipas-kipas serta dialirkan melewati tumpukan
kayu. Air yang keluar terserap udara disekitarnya dan udara dalam ruang pengering
menjadi lembab oleh uap air yang diserap dari kayu. Udara yang sudah jenuh
dengan uap air yang dievaporasi dari kayu dibuang melalui cerobong pembuang
(damper/rotary window) dan pada saat yang sama dimasukkan kembali udara panas
bersih ke dalam ruang pengering.
Sistem pengering kayu dengan sumber energi pemanas udara surya terdiri dari
beberapa sub-sistem alat, yaitu:
Kolektor perangkat pengumpul panas matahari yang akan memindahkan
panas dari pelat
penyerap ke udara yang melewati lorong secara konveksi paksa.
Fan hisap kipas untuk menghisap/ menarik udara dari lingkungan masuk
melewati bidang
pemanas di dalam lorong kolektor.
Beban objek yang dikeringkan.
Jendela sirkulasi sarana ventilasi untuk menukar/ mengeluarkan udara lembab dari
dalam ruang pengering.
Comparison study: ‘Solarola’ Solar Kiln vs. The rest
To understand the superiority of our technology, consider the following comparison
between solarola and another German-developed ‘greenhouse’ solar power kiln
technology known to central Brazilians-
SOLAR KILN OTHER
Can deliver 4 times the heart energy Heat energy minimal in comparison
at operating temperatures of 20-40c
93% energy savings (5.5gi/cubic 81% energy savings (5 gj/cubic
metre) in one week, in February metre) in a 28 day cycle in a superior
conditions in Melbourne Brazilian climate condition
Collector- kiln capacity ratio is over 3 Limited operating temperatures of
times bigger - and has a similar kiln maximum 10% above ambient
footprint. The rounded shape of the temperature.
collector means better angulations to
UV rays, so that its collector area
ratio is 7-8 times larger than archaic
flat collectors.
Performs well in any climate Dries more slowly because needs to
conditions due to its tri-skin resolve heat loss caused by lack of
insulation system providing insulation
insulation properties (similar to
conventionally)
Unique energy management features
add further levels of efficiency that
result in fully automated use and
improved retention of heat (meaning
heart delivered up to 16 times higher)
Conventional kiln
Pengering Kayu Konvensional menggunakan uap air panas yang didorongkan ke dalam
ruangan dan disirkulasikan oleh kipas ventilasi di dalamnya. Tipe pengeringan ini
hanya mengalirkan uap panas dan kemudian mengalirkan keluar udara lembab melalui
ventilasi yang terdapat di dalamnya. Proses ini menghasilkan hasil pengeringan dengan
kualitas yang baik karena proses dilakukan secara bertahap dan stabil. Akan tetapi
apabila dibandingkan dengan sistem lain tipe ini membutuhkan energi yang cukup
besar, aliran uap air ke dalam ruangan pengering tidak boleh terhenti.
Teknis pengeringan ini paling dikenal di Indonesia dan negara asia lainnya. Terutama
pada industri skala menengah ke bawah bahkan industri rumah tangga.