Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS METODE-METODE PENGERINGAN KAYU

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah penting dalam pengolahan kayu sebelum digunakan sebagai
bahan/material konstruksi, mebel atau pembuatan material berbahan dasar kayu adalah
masalah pengeringan kayu. Setelah penebangan tanaman kayu, log kayu masih
mengandung air yang relatif besar. Kandungan air pada kayu sangat mempengaruhi
karakteristik kayu.

Pengeringan kayu ini bertujuan untuk mengeluarkan air dari dalam kayu hingga
mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan, dimana kayu akan digunakan,
tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut. Pengeringan kayu dapat dilakukan dengan
dua cara yakni secara alami dan menggunakan alat pengering/penguap. (Achmad
Basuki, Harian Joglo Semar, 2013)

Pengeringan alamiah adalah jenis pengeringan konvensional yang sudah umum ada
sejak dahulu, tanpa teknologi dan tanpa biaya tambahan. Kandungan air dalam kayu
secara perlahan akan menguap menyesuaikan dengan kondisi lingkungan. Terkadang
pengeringan alami ini membutuhkan waktu yang lebih lama, tergantung pada kondisi
cuaca. Masyarakat sudah terbiasa menggunakan pengeringan alamiah, sebagai contoh:
petani padi mengeringkan padi di halaman depan rumah dengan memanfaatkan panas
matahari, pengusaha krupuk mengeringkan krupuk basah dengan memanaskan di luar
dengan panas matahari dan banyak contoh lain.

Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, pengeringan alamiah sudah


banyak dimodifikasi untuk meningkatkan kinerja pengeringan. Perkembangan
selanjutnya pengering dengan sentuhan teknologi sudah beralih jenis dari alamiah ke
pengeringan paksa. Dengan pengeringan paksa , kinerja pengering ditingkatkan untuk
mencapai laju pengeringan yang cepat. Pengeringan paksa sudah umum dipakai oleh
para pengusaha pada industri industri yang berhubungan dengan produk yang harus
awet seperti makanan dan juga kayu.

Di era sekarang, era yang serba cepat, menuntut para pengusaha untuk
memproduksi produk olahan dalam jumlah besar dan harus cepat. Seperti para
pengusaha kerajinan meubel kayu di Jepara. Pada mulanya mereka mengeringkan
kayu hanya dengan meletakan di tempat yang terkena panas matahari saja. Tetapi
karena tuntutan produksi yang tinggi, mereka mulai menggunakan alat pengering
modern sehingga target produksi mebel tercapai. Mutu kayu bisa diperbaiki dan
proses pengeringan kayu menjadi cepat. Proses pengeringan kayu baik alami
maupun buatan merupakan proses evaporasi kandungan air dalam kayu dengan
waktu tertentu sesuai dengan kondisi udara di sekitarnya. Diagram kurva
pengeringan kayu secara teoritis menunjukkan 5 tahapan proses yang digunakan
dalam pengeringan kayu, yaitu :

1. Tahap pemanasan awal (preheating).


2. Tahap pengeringan kayu sampai titik jenuh serat (drying down to fibre saturation
point).
3. Tahap pengeringan dari titik jenuh serat sampai kadar air akhir (drying down from
FSP to final moisture content).

4. Pengkondisian pada kadar air akhir (conditioning at FMC). dan


5. Pendinginan dan pembongkaran kayu (cooling down and discharge of timber
stack) (A. Dodong Budianto, 1996)
Waktu pengeringan tidak dapat dipersingkat dengan hanya menaikkan
temperatur ruang. Pemaksaan ini tidak akan membawa hasil yang memuaskan
melainkan akan menimbulkan cacat kayu (retak atau pecah), bahkan terjadi kayu yang
tidak dapat dipakai sama sekali. Untuk mengatasi permasalah tersebut, dilaksanakan
penelitian dengan melakukan perbandingan metode – metode yang ada.
1.2 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas,di rumuskan suatu masalah yang akan di bahas ini,
yaitu:
1. Metode dengan teknologi apa sajakah yang ada untuk mengeringkan kayu?
2. Metode apa yang paling efisien dilihat dari segi kualitas kayu, waktu, dan biaya?

1.3 Maksud & Tujuan

Maksud dari penulisan tugas ini adalah:


1. Mengevaluasi metode – metode pengeringan kayu yang sudah ada dan
melakukan perbandingan antara metode – metode tersebut
2. Mengambil langkah-langkah penanganan dalam memilih metode yang sebaiknya
digunakan dalam pengeringan kayu agar kualitas kayu tetap terjaga dan sesuai
dengan kondisi untuk tujuan pemakaiannya.

Sedangkan tujuannya adalah:


1. Untuk mengetahui cara yang paling tepat dan efisien dalam proses pengeringan
kayu dilihat dari segi kualitas kayu, waktu, dan biaya.
2. Menjaga kualitas kayu agar memiliki dimensi yang stabil tidak mengalami
perubahan bentuk seperti keretakan maupun pecah dan menghindarkannya dari
serangan jamur.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Kalangan Yang Bergelut Dibidang Perkayuan adalah sebagai alternatif


solusi mengenai pengoptimalan pengeringan kayu menggunakan metode –
metode yang tepat dan efisien agar kualitas kayu tetap terjaga sesuai dengan
kondisi untuk tujuan pemakaiannya.
2. Bagi Kalangan Akademik, khususnya Program Studi Teknik Sipil dapat
dijadikan salah satu referensi untuk memperluas pemahaman mengenai kayu,
khususnya dalam bidang pengeringan kayu.
3. Bagi Penulis, untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengeringan kayu beserta
metode – metodenya.

1.5 Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penulis agar penelitian dan permasalahan yang dikaji lebih
mendetail dan sesuai, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas berikut
ini:
1. A

1.6 Metode Penelitian

Metode yang kami gunakan adalah:


1. Deskriptif
2. Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literatur di internet dan buku – buku
panduan

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas dengan judul “Analisis Metode-metode Pengeringan


Kayu” ini dibagi menjadi beberapa bab dengan materi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah, dan
sistematika penulisan tugas.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan acuan atau landasan teori yang menjadi dasar analisa dan
evaluasi dalam penulisan tugas.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan metode-metode pengeringan kayu dan membandingkan metode-
metode tersebut agar diperoleh metode yang paling tepat dan efisien bila dilihat dari
segi kualitas kayu, waktu, dan biaya.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari analisis yang telah
dilakukan dan saran yang dapat diberikan dalam tugas.
BAB V PENUTUP
BAB II
Tinjaun Pustaka

Menurut Efrida Basri dalam DIKTAT Modul Bimbingan Teknis Pengeringan Kayu,
dalam proses pengeringan kayu ada standar-standar yang harus dipenuhi agar kayu
tidak mengalami penurunan kualitas kayu walaupun dikeringkan.
2.1 Konsep Dasar Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga
mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan
tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut.
Keuntungan utama mengeringkan kayu sebelum dijadikan produk, antara lain :
1. Membebaskan kayu dari serangan jamur.
2. Menstabilkan dimensi kayu, sehingga kayu tidak akan lagi mengalami
perubahan bentuk, retak maupun pecah.
3. Menjadikan warna kayu lebih cerah/terang.
4. Rendemen produk berkualitas baik meningkat.
5. Memudahkan kayu untuk dicat dan dipelitur (finishing).
Tiga syarat utama yang harus dipenuhi dalam mengeringkan kayu, yaitu:
1. Cukup energi panas
Energipanas digunakanuntuk memanaskan/menguapkan air dari dalam kayu, terutama
pada kayu yang kadar airnya sudah mencapai 30 %. Untuk mengeringkan kayu tersebut
hingga ke kadar air di bawah 15 % memerlukan penambahan panas.
2. Cukup kelembaban
Kelembaban ini disesuaikan dengan tingkat kadar air kayu.
3. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara yang baik dapat menghantarkan panas secara merata mengenai seluruh
permukaan kayu dari setiap tumpukan. Makin cepat peredaran udara semakin cepat
kayu mengering dan semakin merata tingkat kekeringannya. Sirkulasi udara yang
normal untuk pengeringan adalah 2 m/detik.

2.2 Kadar Air


A. Keseimbangan
Kadar air keseimbangan (KA.k) adalah kadar air kayu pada kondisi dimana kayu tidak
akan mengeluarkan atau menyerap air kembali ke/dari lingkungannya. Kadar air kayu
kering yang dipersyaratkan tidak sama untuk setiap tujuan pemakaian. Dasar penentuan
kekeringan kayu adalah dengan mempertimbangkan KA.k tempat tujuan produk kayu
nantinya, agar dimensi kayu tetap stabil selama pemakaian. Nilai kadar air untuk setiap
tujuan penggunaan kayu dapat dilihat pada Tabel 2.1, sedangkan kadar air
keseimbangan kayu di beberapa wilayah di Pulau Jawa, dalam Tabel 2. 2.
Tabel 2.1 Batas kadar air kayu untuk setiap tujuan pemakaian
Kadar air Tujuan pemakaian
20% Kayu terhindar dari serangan jamur pewarna dan bubuk kayu basah
17 – 16% Pintu luar, alat pertanian, kursi kebun
15% Kayu untuk kegunaan umum
13 – 11% Mebel kayu, pintu dalam ruangan yang kadang dipanasi/
berpendingin
12 – 10% Produk kayu dan lantai kayu dalam ruangan yang terus menerus
dipanasi atau berpendingin
10% - 9% Produk kayu yang dekat dengan sumber panas atau berpendingin
9 - 7% Lantai kayu yang di atasnya ada pemanas
5 – 7% Peralatan musik
10 – 8% Bahan kemasan
Tabel 2.2 Kadar air keseimbangan berbagai daerah di Pulau Jawa
No. Lokasi Kadar air Keseimbangan
(%)
1. Bandung 11 – 17
2. Bogor 12 – 19
3. Cepu, Bojonegoro 10 – 16
4. Cirebon 11 – 16
5. Garut 11 – 16
6. Jember 11 – 17
7. Jombang 10 – 14
8. Madiun 10 – 15
9. Majalengka 10 – 16
10. Malang 11 – 17
11. Ngawi 11 – 15
12. Probolinggo 11 – 13
13. Purwokerto 10 – 16
14. Salatiga 12 – 19
15. DKI. Jakarta, Semarang, Jepara 11 – 15
16. Sukabumi 11 – 19
17. Surabaya 13 - 16
18. Tasikmalaya 11 – 16
19. Tuban 10 – 13
20. Yogyakarta 10 – 17

B. Pengukuran Kadar Air Kayu di Lapangan


Kadar air kayu dapat ditetapkan secara langsung dan cepat dengan menggunakan alat
pengukur kadar air (Gambar 1).
Gambar 2.1 Alat pengukur kadar air
2.3 Teknik Pengeringan
Kayu dapat mengering dengan cepat tanpa menurunkan kualitasnya bergantung pada :
1) kondisi alat pengeringan, 2) teknik penumpukan, 3) penggunaan bagan pengeringan.
Cara mempertahankan tingkat kekeringan dan kualitas kayu yang sudah kering sangat
bergantung pada kondisi gudang penyimpanan dan penataan kayu tersebut.
Pelaksanaan pengeringan meliputi kegiatan persiapan, pengamatan proses pengeringan
dan pencegahan cacat.
A. Persiapan pengeringan kayu
Kayu yang akan dikeringkan sebaiknya disusun secara horizontal menggunakan ganjal
dengan kriteria seperti tercantum pada Tabel 2.3, serta permukaan tumpukan yang
paling atas diberi beban pemberat. Sticker atau ganjal sebaiknya dibuat dari kayu
sejenis dengan kayu yang akan
dikeringkan, lurus, bebas mata kayu, kering dan awet agar kayu dapat mengering
tanpa mengalami cacat bentuk dan noda warna. Agar sirkulasi udara dapat bebas dan
merata, maka tumpukan diberi ganjal pembatas dengan tumpukan di atasnya
(Gambar 2.2) dan harus ada ruang kosong antara kayu dengan dinding dan langit-
langit ruang pengering.
Sebaiknya kayu dikelompokkan menurut ketebalan yang sama, kemudian apabila
memungkinkan sesuaikan lebar dan panjang kayu. Kayu paling tebal sebaiknya
diletakkan di bawah dan kayu yang lebih tipis di atasnya. Siapkan tumpukan ini di
luar pintu dapur pengeringan. Apabila terdapat keterbatasan alat kerja, penumpukan
bisa dilakukan langsung di dalam ruang pengering secara manual.
Tabel 2.3 Hubungan antara tebal kayu dengan tebal dan jarak ganjal
Tebal kayu (cm) Tebal ganjal (cm) Jarak antar ganjal (cm)
2,0 2,0 30 – 50
2,5 2,5 30 – 50
3,0 2,5 60
4,0 3,0 60
5,0 3,5 60
6,0 3,5 90

Gambar 2.2 Cara penumpukan kayu dengan lebar papan tidak seragam
Gambar 2.3 Sirkulasi udara pada tumpukan yang tidak lurus bagian pinggirnya

Gambar 2.4 Teknik penumpukan kayu secara benar


Gambar 2.5 Teknik penumpukan kayu yang salah
B. Proses Pengeringan
Distribusi panas bisa mulai dilakukan setelah pintu pengering tertutup. Pada awal
proses gunakan suhu rendah, berkisar antara 40 - 50°C (bergantung pada jenis dan
kondisi kayu). Suhu dinaikkan secara perlahanlahan dan disesuaikan dengan tingkat
penurunan kadar air. Jika kayu tahan terhadap panas, setelah kadar air mencapai di
bawah 20%, suhu bisa dinaikkan hingga 80°C atau lebih.
Yang penting diperhatikan adalah menjaga kualitas kayu hingga level MC memenuhi
syarat. Untuk itu selama proses pengeringan perlu pengawasan selama 24 jam. Agar
udara bisa terdistribusi secara merata ke seluruh bagian kayu, penting
memperhatikan cara penumpukan di dalam ruang pengering (Gambar 3). Kapasitas
ruangan untuk dapur pengeringan yang ideal, sekitar 25 M3.
Pengamatan jalannya pengeringan penting dilakukan agar
perkembangan kadar air dan cacat yang terjadi dapat diketahui. Suhu dan kelembaban
ruangan dipantau secara berkala agar kualitas kayu yang sedang dikeringkan tetap
terjaga. Untuk memudahkan pengontrolan suhu dalam ruangan, dapat digunakan alat
thermocouple yang bisa dipasang di luar ruangan. Bila suhu ruangan terlalu kering,
maka perlu segera dilakukan penyemprotan dengan air. Demikian pula bila panas
ruangan tidak terpenuhi di musim hujan atau di malam hari, bisa dinyalakan tungku.
Suhu tungku yang diinginkan dapat dicapai dan dipertahankan dengan cara mengatur
volume bahan bakar atau besar kecilnya pengapian tungku.
Untuk mengetahui perkembangan kadar air kayu setiap saat, maka dari sejumlah
sortimen yang akan dikeringkan dipilih beberapa contoh secara acak untuk diamati
kadar airnya secara berkala. Pengeringan dihentikan apabila kadar air dari contoh-
contoh uji terpilih telah memenuhi persyaratan yang diminta. Untuk mendapatkan data
yang akurat, hasil pengukuran kadar air akhir pengeringan menggunakan alat
dibandingkan juga dengan hasil pengukuran menggunakan metode oven.
C. Cacat pengeringan kayu dan pencegahannya
Pencegahan terjadinya retak, pecah dan perubahan bentuk terhadap jenisjenis kayu
yang kadar resinnya tinggi atau mengandung tilosis dalam lumennya dapat
ditanggulangi dengan melakukan penumpukan yang benar
seperti telah dijelaskan sebelumnya, serta mengukusi kayu selama
beberapa waktu, kemudian menutupi kedua ujungnya dengan flinkut. Kegiatan ini
dilakukan sebelum kayu dikeringkan. Selama pengeringan, suhu dan kelembaban
ruangan selalu dipantau agar tidak terjadi perubahan suhu dan kelembaban yang tidak
terkendali.
Untuk jenis-jenis kayu yang peka terhadap jamur, supaya dikeringkan sesegera
mungkin menggunakan suhu minimum 55oC.

Gambar 4. Perubahan bentuk kayu karena pengeringan


2.4 Penanganan Kayu Setelah Dikeringkan
Penanganan kayu/sortimen yang telah kering perlu dilakukan agar kualitas kayu tidak
mengalami penurunan. Seperti diketahui, kayu adalah bahan yang bersifat higroskopis,
yaitu dapat menyerap dan mengeluarkan air kembali sesuai dengan suhu dan
kelembaban lingkungannya, hingga tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.
Kayu yang sudah kering bila
ditempatkan di lingkungan luar yang tidak terlindungi dari curah hujan dan panas atau
penempatannya di atas lantai yang tergenang air, lama kelamaan kadar airnya akan
naik kembali. Oleh karena itu, penanganan terhadap kayu yang telah dikeringkan
perlu dilakukan secara hati-hati agar kualitasnya tetap terjaga.
Beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mempertahankan kadar air kayu agar tidak
berubah setelah dikeringkan, antara lain adalah :
1. Kayu kering setelah keluar ruang pengeringan harus diletakkan di area yang
terlindung dari panas dan hujan. Jangan disatukan dengan tumpukan kayu basah
karena akan menyerap air kembali.
2. Cara menumpuk kayu kering sama seperti cara menumpuk kayu ketika proses
pengeringan berlangsung (Gambar 5).
3. Atap bangunan terbuat dari seng dan terdapat dinding dengan ventilasi udara
yang baik. Sirkulasi udara dijaga agar tetap merata dan akan lebih baik lagi
kalau terdapat fan/kipas di dalam bangunan tersebut.
4. Apabila penyimpanan dilakukan di musim penghujan, maka sebaiknya di dalam
bangunan dipasang alat pemanas ruangan.
5. Menutupi permukaan kedua ujung sortimen dengan flinkut atau cat agar air
tidak masuk kembali melalui kedua ujung tersebut.
6. Kayu olahan yang akan diekspor, dibungkus rapat dengan bahan atau plastik
yang kedap air.
Gambar 5a. Cara penumpukan kayu kering secara benar

Gambar 5b. Cara penumpukan kayu kering yang salah


BAB 3 PEMBAHASAN
Solar Kiln

Ada beberapa tipe pengering kayu menggunakan tenaga matahari tapi pada
dasarnya memiliki prinsip yang sama yaitu mengumpulkan energi panas matahari
sehingga mencapai suhu tertentu dan suhu ini digunakan untuk mengeluarkan air
dari dalam kayu. Ukuran dan kapasitas tentu saja berbeda dengan penghasil energi
dari sinar matahari di rumah kita. Kelemahan tipe pengering ini adalah kecepatan
dan kapasitas pengeringan. Volume kayu dan lama pengeringan sangat tergantung
dengan keberadaan panas matahari. Untuk di negara yang memiliki empat musim
hal ini akan kurang menguntungkan tapi termasuk jenis pengeringan yang paling
murah dalam hal investasi awal. Oleh karena itulah teknis ini lebih populer di
negara yang memiliki 4 musim.

Prinsip sistem solar kiln adalah pemanasan udara dalam suatu lorong pengumpul
panas agar kandungan air dalam kayu terevaporasi keluar. Kemudian udara panas
dihisap dan disirkulasikan oleh kipas-kipas serta dialirkan melewati tumpukan
kayu. Air yang keluar terserap udara disekitarnya dan udara dalam ruang pengering
menjadi lembab oleh uap air yang diserap dari kayu. Udara yang sudah jenuh
dengan uap air yang dievaporasi dari kayu dibuang melalui cerobong pembuang
(damper/rotary window) dan pada saat yang sama dimasukkan kembali udara panas
bersih ke dalam ruang pengering.

Skema prinsip kerja kiln:


Udara panas Air terevaporasi dari
disirkulasikan ke arah kayu dan menjadi
tumpukan kayu uap air

Udara dipanaskan secara


konveksi di dalam
lorong kolektor

Uap air terserap oleh udara panas


sampai kelembabannya
Ud ar a ber sih menjadi jenuh
dari luar
Udara
jenuh
dan
berkel
embab
an
tinggi
dibuan
g
keluar
ruang
oven

Gambar 1. Sirkulasi Udara pada Solar Kiln

Sistem pengering kayu dengan sumber energi pemanas udara surya terdiri dari
beberapa sub-sistem alat, yaitu:
Kolektor perangkat pengumpul panas matahari yang akan memindahkan
panas dari pelat
penyerap ke udara yang melewati lorong secara konveksi paksa.
Fan hisap kipas untuk menghisap/ menarik udara dari lingkungan masuk
melewati bidang
pemanas di dalam lorong kolektor.
Beban objek yang dikeringkan.
Jendela sirkulasi sarana ventilasi untuk menukar/ mengeluarkan udara lembab dari
dalam ruang pengering.
Comparison study: ‘Solarola’ Solar Kiln vs. The rest
To understand the superiority of our technology, consider the following comparison
between solarola and another German-developed ‘greenhouse’ solar power kiln
technology known to central Brazilians-
SOLAR KILN OTHER
Can deliver 4 times the heart energy Heat energy minimal in comparison
at operating temperatures of 20-40c
93% energy savings (5.5gi/cubic 81% energy savings (5 gj/cubic
metre) in one week, in February metre) in a 28 day cycle in a superior
conditions in Melbourne Brazilian climate condition
Collector- kiln capacity ratio is over 3 Limited operating temperatures of
times bigger - and has a similar kiln maximum 10% above ambient
footprint. The rounded shape of the temperature.
collector means better angulations to
UV rays, so that its collector area
ratio is 7-8 times larger than archaic
flat collectors.
Performs well in any climate Dries more slowly because needs to
conditions due to its tri-skin resolve heat loss caused by lack of
insulation system providing insulation
insulation properties (similar to
conventionally)
Unique energy management features
add further levels of efficiency that
result in fully automated use and
improved retention of heat (meaning
heart delivered up to 16 times higher)

Conventional kiln

Pengering Kayu Konvensional menggunakan uap air panas yang didorongkan ke dalam
ruangan dan disirkulasikan oleh kipas ventilasi di dalamnya. Tipe pengeringan ini
hanya mengalirkan uap panas dan kemudian mengalirkan keluar udara lembab melalui
ventilasi yang terdapat di dalamnya. Proses ini menghasilkan hasil pengeringan dengan
kualitas yang baik karena proses dilakukan secara bertahap dan stabil. Akan tetapi
apabila dibandingkan dengan sistem lain tipe ini membutuhkan energi yang cukup
besar, aliran uap air ke dalam ruangan pengering tidak boleh terhenti.
Teknis pengeringan ini paling dikenal di Indonesia dan negara asia lainnya. Terutama
pada industri skala menengah ke bawah bahkan industri rumah tangga.

Disamping ini adalah gambar


potongan dari konvensional kiln dry dengan media panas steam berkapasitas 50m3
kayu gergajian, dengan bagian2nya:
1. Pintu Utama umumnya terbuat dari aluminium frame dengan dinding aluminium
corrugated, dan lapisan insulasi (glasswool atau rockwool).
2. Heat Exchanger, berfungsi sebagai penukar panas terbuat dari sejumlah pipa sirip
atau finned tube yang didalamnya mengalir uap panas (steam), air panas, atau Oli
panas (thermal oil) sebagai media pengahantar panas dari boiler ke heat
exchanger. Klik disini untuk download gambar hot water heat exchanger.
3. Damper fungsinya adalah membuang kelebihan kadar air udara didalam ruangan
kiln dry, berbentuk persegi 500x500mm atau silinder dia.500 didalamnya ada flap
yang dapat membuka dan menutup digerakkan oleh servomotor.
4. Fan fungsinya adalah mengalirkan udara panas dalam kiln dry agar dapat mengalir
melalui celah-celah tumpukan kayu (stacking). Ukuran fan umumnya 800mm,
900mm, 1000mm dan 1200mm terbuat dari aluminium cor.
5. Subceiling, adalah pembatas antara ruang fan dan stacking kayu
6. Spray System, adalah untuk menambah kelembaban udara dalam ruang KD media
yang di spray dapat berupa air dingin/panas atau uap jenuh (saturated steam).
7. Door Carriage, pengungkit pintu. Pintu yang di-ungkit akan menempel pada
carriage ini dan di geser untuk membuka ruangan KD
8. Pintu Kontrol , terletak dibelakang KD berukuran kecil 700x900mm cukup untuk
dialalui tubuh manusia untuk kontrol dalam ruang KD
9. Aparatus inlet steam , terdiri dari valve (globe), strainer, aktuator valve, dan
valve
10. Pipa inlet steam, pipa inlet menuju heat exchanger.
11. Header, adalah pipa pengumpul inlet steam dari boiler masuk kedalam header ini,
kemudian dari header dengan pipa yang lebih kecil menuju masing-masing KD.
12. Kontrol, panel kontrol yang berfungsi memonitor temperatur, kelembaban udara,
dan kadar air kayu di dalam ruang KD.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai