Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
bedrest total (Kemenkes, 2013. Hal: 86). Dalam kasus aborsi yang dianjurkan
dokter, perawat tak hanya sebagai conselor atau peran dan fungsi perawat yang lain,
tetapi juga dapat menjalankan prinsip dan asas etik keperawatan yang ada untuk
membantu pasien menghadapi pilihan yang telah dipilih (aborsi).
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran secara nyata tentang pelaksanaan keperawatan dan
melakukan asuhan keperawatan pada klien ibu hamil dengan abortus.
2. Tujuan Khusus
1) Dapat membuat rencana asuhan keperawatan pada klien ibu hami dengan
abortus.
2) Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien ibu hamil dengan
abortus.
3) Dapat mengevaluasi hasil yang di dapat setelah dilakukan tindakan Keperawatan.
1.3 Manfaat
1) Dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam memberikan asuhan
Keperawatan pada ibu hamil dengan abortus dan bagi perawat
2) Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dalam pengembangan
3) asuhaan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus, dan dapat menambah
pengetahuan pada pasien untuk mengenali tanda bahaya perdarahan pada ibu
hamil muda dan nutrisi pada ibu hamil.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Defenisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan atau sebelum kehamilan tersebut berusia
22 minggu atau buah kehamilan balum mampu untuk hidup diluar kandungan
(Sarwono,2006)
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan
hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gr.
Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita yang sedang hamil,
dengan adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu abortus karena kegagalan perkembangan janin dimana gambaran USG
menunjukkan kantong kehamilan kosong sedangkan yang satunya abortus karena kematian
janin. (Obstetric patologi FK UNPAD)
2.2 Etiologi
1) Faktor janin
faktor janin penyebab kegguran adalah kelainan genetic, dan ini terjadi pada 50-60 %
kasus keguguran, gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta.
2) Faktor ibu
1) Kelainan endokrin misalnya kekurangan tiroid, kencing manis
2) Faktor kekebalan misalnya penyakit lupus
3) Infeksi diduga akibat virus seperti cacar air, campak jerman
3
4) Kelemahan otot leher Rahim
5) Kelainan bentuk Rahim
3) Faktor bapak
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat meyebabkan abortus
4) Faktor genetic
Sekitar 5% terjadi karena faktor genetic
2.3 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti nerloisi jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus,
sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua
serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan
8-14 minggu vili khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari plasenta.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas,
mungkin juga janin telah lama mati. Apabila telah mati tapi tidak dikeluarkan dalam waktu
singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Sedangkan pada janin yang tidak
dikeluarkan dapat terjadi modifikasi janin mongering dank arena cairan amnion menjadi
kurang diserap. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan
dan seluruh janin berawarna kemerahan.
1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tidak didahului faktor faktor mekanik
ataupun medisinalis, semata mata disebabkan oleh faktor alamiah
2) Abortus provokatus adalah abortus disengaja menggunakan obat obatan maupun alat
abortus
4
3) Abortus medisianalis adalah abortus karena tindakan sendiri dengan alas an bila
kehamilan dilanjutkan dengan membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis)
4) Abortus kriminalis adalah abortus yang disengaja karena tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis
5) Unsafe abortion adalah upaya terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup kehamilan dan prosedur standar yang aman sehingga
membahayakan keselamatan pasien
2.5 Penanganan
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien termasuk tanda tanda
vital
2) Periksa tanda tanda syok (pucat, berkeringat banyak, nadi lebih cepat dari 112
kali/menit)
3) Jika dicurigai syok segera mulai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda tanda syok
tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai
kondisi wanita karena kondisinya dapat memperburuk dengan cepat. Jika terjadi syok,
sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
4) Jika pasien dengan keadaan syok pikiran kemungkinan kehamilan ektopik terganggu
5) Pasang infus dengan jarum besar, berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat
dengan tetesan cepat. Kemudian setelah diketahui abortus apa yang terjadi lakukan
penanganan yang spesifik sesuai abortus yang terjadi
6) Penanganan spesifik, antara lain
1) Abortus Imminens biasanya tidak perlu pengobatan khusus hanya dapat diberikan
sedative (luminal, codein dan morfin), istirahat-baring, jika perdarahan berhenti
lakukan asuhan antenatal kembali, jika perdarahan terus berlangsung lakukan USG,
5
jika setelah beberapa minggu masih ada maka lakukan pengosongan pada uterus
atau kuret
2) Abortus Insipies terjadi pada usia kehamilan 16 minggu biasanya dilakukan evaluasi
uterus dengan aspirasi vakum manula. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu
sesuai protap tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi jika perlu lakukan infus. Bila
ada tandda tanda syok maka atasi syok dahulu dengan pemberian cairan dan
transfuse darah.
3) Abortus Inkomplit yaitu perdarahan tidak begitu banyak dan kehamilan kurang 16
minggu dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi. Jika perdarahan banyak dan berlangsung kurang dari 16 minggu
maka lakukan dengan aspirasi vakum manual. Jika lebih dari 16 minggu berikan
infus oksitsin sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
4) Abortus komplit tidak perlu dievaluasi karena sudah keluar hanya lakukan observasi
untuk melihat banyaknya perdarahan.
5) Missed Abortion segera rujuk ke rumah sakit atas pertimbangan plasenta dapat
dapat melekat di dinding Rahim sehingga prosedur evakuasi akan lebih sulitdari
risiko perforasi lebih tinggi. Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga
futus dan desidua dapat dikeluarkan.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok
1) Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertologan tidak diberikan pada waktunya
2) Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hipertrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati teliti. Jika ada tanda
bahaya segera dilakukan laparotomy
3) Infeksi dalam uterus dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada
abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman
4) Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dank arena infeksi berat
6
2.7 Dampak Psikologis pada Ibu
Menurut WHO 1970 menyebutkan bahwa wanita yang melakukan aborsi legal
cenderung akan mengalami risiko tinggi gangguan kejiwaan paska aborsi yang terjadi
karena adanya sikap mendua dalam melakukan aborsi. Sehingga wanita yang mengalami
post abortion syndrome akan mengalami perasaan bersalah, merasa harga diri rendah,
mimpi buruk, suka menjerit, putusasa, da nada depresi ingin bunuh diri.
BAB III
7
PEMBAHASAN
Laporan Kasus Abortus Iminens Juni 2015 Faktor Resiko, Patogenesis, Dan
Penatalaksanaan
3.3. abstrak
Kasus:Pasien perempuan, 31 tahun, Suku Bali datang ke UGD rumah sakit dengan
keluhan perdarahan pervaginam. Dikatakan perdarahan awalnya berupa flek-flek yang
warnanya merah. Kemudian terdapat gumpalan-gumpalan darah berwarna hitam, tidak
terdapat jaringan.
3.4.1. diagnosa
Penelitian yang dilakukan oleh penulis pada seorang wanita berusia 31 tahun yang
datang kerumah sakit dengan keluhan perdarahan pervaginaan sejak pukul 14:00 WITA.
Satu hari sebelum perdarahan, awalnya berupa flek-flek yang berwarna merah. Kemudian
terdapat gumpalan-gumpalan darah berwarna hitam dan tidak terdapat jaringan. Keluhan
disertai nyeri pada perut bagian bawah yang ringan. Pasien sebelumnya sempat mengikuti
8
rafting dan berjalan menaiki tangga cukup jauh sehari sebelum keluhan muncul. Riwayat
koitus (+) 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Hasil pada pemeriksaan fisik didapatkan status persent dan general normal,
pemeriksaan abdomen fundus uteri tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, tanda cairan bebas
tidak ada, massa tidak ada. Dari pemeriksaan dalam didapatkan, terdapat fluksus, tidak ada
pembukaan OUE, tak tampak jaringan besar dan konsistensi uterus sesuai dengan usia
kehamilan 9 minggu, nyeri goyang porsio negatif.
Etiologi terjadinya abortus iminens pada pasien ini yang dapat terlihat yaitu adanya
riwayat abortus sebelumnya. Penyebab lain yang dapat dipertimbangkan adalah faktor
maternal seperti faktor nutrisi, penyakit sistemik atau kelainan anatomi, faktor trauma,
paparan obat-obatan dan toksin lingkungan ataupun faktor lain seperti riwayat koitus pada
kehamilan usia muda.
9
3.5. Pencegahan Primer, sekunder dan tersier Abortus
10
menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang
menyenangkan.Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah
kesehatan pada ibu dan bayi.
Pada suatu penelitian menunjukkan,kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko
rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan
kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang
dapat didentikasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan
anamnesis.Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu hamil yang tidak melakukan ANC
memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.
Hasil Dari pemeriksaan USG pada kasus , blast isi cukup, uterus antefleksi dengan GS
intrauterine UK 9 minggu 5 hari, , DJJ 150x/menit, gerak fetus normal, ketuban cukup,
tidak tampak cairan bebas, tidak nampak massa di adnexa.
Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat ditemukan hemoglobin (Hb) yang rendah
akibat dari perdarahan yang bermakna. Hitung sel darah putih dan laju endap darah
meningkat bahkan tanpa adanya infeksi. Menurunnya atau kadar plasma yang rendah dari
β-Hcg adalah penanda kehamilan abnormal, baik blighted ovum, abotus spontan, ataupun
kehamilan ektopik.
11
seperti perdarahan ringan sampai berat, infeksi, dan kelainan fungsi pembekuan darah dapat
dihindari.
Keadaan pasien stabil dan diberikan pengobatan Isoxsuprine dan allylesterenol untuk
mempertahankan kondisi uterus yang berperan dalam menjaga kandungan dan asam
mefenamat untuk analgetik.
Komunikasi,Informasi dan Edukasi ( KIE ) merupakan hal yang sangat penting
didalam kasus ini dimana yang harus dititik beratkan adalah diagnosis penyakit, tindakan
apa yang dilakukan terhadap penyakit tersebut, komplikasi apa yang dapat terjadi, rencana
monitoring kehamilan yang (persiapan untuk faktor anatomi dan psikologis ibu), kontrol
atau evaluasi terhadap tindakan (febris, nyeri) dan yang tidak kalah pentingnya adalah
mencari penyebab abortus (untuk persiapan kehamilan beikutnya), disamping itu juga
terhadap faktor sosial dimana harapan masih bisa hamil lagi, prognosis abortus yang
berulang atau tidak.
BAB IV
PENUTUP
12
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Abortus hanya
dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah dan
organisaso-organisasi profesi medis. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional
yang terdaftar dan memperoleh izin untuk itu yaitu dokter spesialis kebidanan dan
genekologi atau dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu. Aborsi hanya
boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk usia diatas 12
minggu bila terdapat indikasi medis). Harus disediakan konseling bagi perempuan
sebelum dan sesudah abortus. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala
lapisan masyarakat.
4.2 Saran
DAFTAR PUSATAKA
13
Ai Yeyeh, R.2010. Asuhan Kebidanan IV (Patology Kebidanan). Jakarta: CV. Trans
Info Med
Cunningham. 2011. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan
Penatalaksanaan.
Jakarta. Jurnal kesehatan: 2013 Depkes RI. 2009. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta:
JHPIEGO.
Prawirohardjo, Sarwono 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
14