Anda di halaman 1dari 2

Menciptakan Pola Pikir Kritis Untuk Menghindari Hoax

Rifqi Bagja Rizqullah / (04171060)

Internet menghubungan manusia tanpa batasan waktu dan wilayah. Dimana seluruh
manusia di muka bumi dapat berinteraksi dan mendapatkan informasi dengan bebas. Hal tersebut
menyebabkan internet menjadi bagian kehidupan manusia. Pada masa era globalisasi sangat sulit
memisahkan internet dengan kehidupan kita.
Dengan kemajuan teknologi salah satunya adalah internet, akan muncul sebuah ancaman
nyata dan telah terjadi pada masyarakat. Ancaman tersebut ialah penyebaran berita palsu atau lebih
dikenal dengan kata hoax. Berita hoax telah menimbulkan permasalahan yang bersifat fatal.
Permasalahan dari berita hoax yaitu pencemaran nama baik, disintegrasi sosial, rasisme, terorisme,
pembunuhan dan lain-lain.
Hal tersebut terjadi dikarenakan salah satu fungsi media massa yaitu kontrol sosial. Dimana
media massa secara langsung mempengaruhi pemikiran dan pandangan seseorang akan kehidupan
dan lingkungannya. Jika di salah gunakan akan terdapat perspektif negatif yang menimbulkan
aktivitas berbahaya. Seperti pemberontakan, kerusuhan, pembunuhan, bahkan dapat mencapai
tingkat genosida.

Berita hoax atau berita palsu dapat berakibat fatal jika dibiarkan. Salah satu contoh yang
telah terjadi pada masyarakat Indonesia ialah foto yang telah di edit atau video yang telah di edit.
Sering bermunculan melalui media sosial facebook, Instagram dan twitter mengenai foto atau
video seseorang yang telah dianiaya atau sedang melakukan pekerjaan. Foto dan video tersebut
diberikan keterangan yang bersifat sara dan dapat mengobarkan amarah masyarakat. Kebanyakan
keterangan yang diberikan wujudnya SARA. Sehingga masyarakat langsung terpecah belah
menjadi berkubu-kubu dan saling melemparkan adu argumentasi yang biasanya berisi amarah.

Salah satu fakta sejarah yang telah terjadi dimana berita palsu menjadi bencana yang cukup
besar ialah, genosida kaum yahudi, genosida Rwanda dan genosida Armenia. Pada masa dimana
bangsa Jerman dipimpin oleh Adolf Hitler, 6 juta etnis yahudi dibantai oleh partai nazi. Adolf
Hitler mencuci otak rakyat Jerman bahwa kaum yahudi yang berhak disalahkan atas apapun
masalah yang terjadi di Jerman. Selanjutnya genosida Rwanda, dimulai oleh ketidaksetujuan
rakyat akan terpilihnya Perdana Menteri dari suku Tutsi yaitu Agathe Uwilingiyama, karena
perbedaan etnis dimana mayoritas etnis Rwanda ialah suku Hutu. Sehingga terjadi penembakan
pesawat presiden Rwanda sehingga presiden terbunuh. Sesaat setelah terbunuhnya presiden
diberitakan bahwa suku Tutsi yang telah melakukan pembunuhan. Akibat dari berita palsu tersebut
800 ribu suku Tutsi terbunuh oleh extremis suku Hutu. Contoh terakhir yaitu genosida Armenia
dimana dimulai pada tahun 1894 dimana etnis Armenia meminta kesejahteraan dan janji kepada
Sultan Turki yaitu Sultan Abdulhamid. Ribuan kaum Armenia berdemonstrasi dan diberikan
balasan dalam wujud pembunuhan masal di Istanbul. Dan berita palsu disebarkan bahwa mereka
kaum Armenia yang mayoritas Kristen orthodox berencana membunuh Sultan Abdulhamid
sehingga rakyat Turki angkat senjata dan membantai kaum Armenia. Pembunuhan terus berlanjut
dan akan semakin parah saat Kesultanan Turki memasuki perang dunia pertama. Dimana kaum
Armenia dianggap bersekutu dengan Rusia sehingga rakyat Turki semakin semangat dalam
melakukan genosida. Total kematian etnis Armenia ialah 1,5 juta beberapa data menyatakan
melebihi dari angka tersebut.

Sangat mengerikan jika sejarah-sejarah tersebut dapat terjadi di Indonesia. Disintegrasi


atau perpecahan merupakan awal dari wujud kekacauan atau malapetaka politik sosial. Seperti
terjadinya perang saudara atau genosida. Perlu diambil tindakan yang responsif dan aktif untuk
menghentikan sumbu dari perpecahan luar biasa.

Salah satunya ialah menciptakan masyarakat yang peduli dan cerdas dalam menerima
informasi. Pemerintah telah menciptakan program yaitu gerakan anti hoax, aplikasi analisis web
dan program anti hoax lainnya. Upaya-upaya tersebut merupakan respon pertama pemerintah akan
bahaya hoax. Diperlukan kesadaran masyarakat agar ikut dalam program pemerintah
pemberantasan hoax.

Kita sebagai rakyat Indonesia dapat melakukan dan ikut serta dalam pemberantasan hoax,
melalui analisis informasi atau berpikir kritis. Sesaat setelah berita terbaca tidak perlu langsung
merespon dengan amarah karena itulah yang diharapkan oleh penulis berita hoax. Melainkan
berpikir kritis akan kebenaran dan kelogisan dari berita tersebut. Siasat berpikir kritis merupakan
kunci dari terhindarnya penyebaran berita palsu di Indonesia.

Pola berpikir kritis merupakan suatu aksi nyata dan terbukti sangat efektif dalam
mengahadapi berita palsu. Karena hampir seluruh berita palsu berisi SARA sehingga memicu
amarah pembacanya. Berita yang diisi dengan perasaan emosional dan opini, dibandingkan fakta
nyata dan logis. Berpikir kritis lebih memajukan fakta dan logis, dibandingkan opini dan emosi
sehingga berita palsu akan hanya sebatas lelucon omong kosong.

Dengan pola berpikir kritis akan terciptalah masyarakat yang akan kebal terhadap berita
palsu atau hoax. Di masa yang akan datang bangsa Indonesia tidak akan dapat runtuh hanya karena
hoax. Dikarenakan rakyatnya berpikiran kritis sehingga tidak mudah untuk di manipulasi. Berpikir
kritis adalah kontribusi besar bagi Indonesia yang dapat dilakukan siapa saja.

Anda mungkin juga menyukai