Anda di halaman 1dari 2

Simfoni Rindu

Heny Nurhayati SDN Cibungur

Diremang malam yang dingin dan kelam, diiringi dengan merdu kodok yang
bersahutan dan gemericik air hujan yang dirindukan petani setelah seminggu gersang tanpa
ada kucuran air kasih sayang. Aku merenung menikmati fase perjalanan hidup yang penuh
liku. Sejenak terpaku menatap hand phone yang sedang di charger di sudut meja sana.
Banyak cerita tersimpan disana, benda mungil yang sarat dengan berjuta kisah, dari kisah
yang sedih sampai cerita bahagia, semuanya tergambar di memori sebanyak 8 gb, termasuk
cerita tentang kamu salah satunya.

Kamu yang selalu hadir dalam setiap malamku, dengan gombalan gombalanmu,
dengan segala keluh kesahmu tentang masalah pekerjaan dan masalah pribadimu masalah
kita yang memang berprofesi sama. Seringkali candaan kita menghasilkan guyunan dari
sahabat-sahabat yang lain saat kita bersama memecahkan suatu permasalahan. Aku rindu itu,
aku rindu sosok kamu yang dulu selalu ada buat aku. Selalu ada saat aku terluka, saat aku
bersedih dan saat aku bahagia. Sekarang aku tak temui lagi dirimu yang dulu yang ingin
membuatku selalu di dekatmu. Entah apa penyebab kerenggangan hubungan kita, aku tak tau
itu.

“Kenapa kamu marah,” katamu waktu itu lewat chating kita di Watsapps. Aplikasi yang
sangat membantu manusia pada jaman milenial ini.

“Aku gak papa, emang kenapa gitu.” Balasku sambil diakhiri dengan emotion senyum
layaknya anak ABG jaman now.

“Beda aja sih, kamu kayak gimana gitu,” kamu membalas dengan nada yang biasa, datar dan
tanpa beban.

“Aku gak papa kok, nyantai aja. Fokus aja dengan pekerjaan kamu, dah dulu ya aku ngantuk
bingit. Tidur dulu, see you tomorrow,” kali ini di akhir obrolanku aku akhir dengan emotion
ngantuk hehehe.

Itu obrolan kita beberapa bulan yang lalu. Aku tidak mau menjelaskan perasaanku
yang sesungguhnya sama kamu. Karena seharusnya kamu mengerti kenapa dengan sikapku
akhir-akhir ini. Dulu kita dekat terlalu dekat malahan, setiap ada aku pasti ada kamu.
Mungkin diluaran sana teman-teman banyak yang menggunjingkan kedekatan kita. Aku
mengakui bahwa rasa itu timbul karena kedekatan kita, karena seringnya kita bersama
sehingga benih benih rindu itu muncul saat tak ada kabar, saat kita jauh meski hanya sesaat.
Seperti kata pepatah jawah witing tresno jalaran soko kulino, cinta itu tumbuh karena sering
ketemu. Aku gak tau apa kamu juga mempunyai perasaan yang sama dengan aku atau ngak,
yang pasti aku juga merasakan perhatian yang kamu berikan selama ini. diantara kita tidak
ada komitmen apa-apa, semua berjalan sewajarnya dengan mengikuti alur yang ada. Itu
bodohnya aku, tak pernah menuntut apapun dari kamu tentang hubungan kita walau hanya
ucapan kata jadian. Akupun lupa kapan pertama kali kita dekat.

Sekarang setelah kita jauh, dan kamu tak lagi seperti dulu baru aku sadar akan
kebodohanku selama ini yang terlalu banyak berharap darimu. Namun biarlah semua berlalu
seiring dengan bergulirnya waktu, karena aku tau hubungan kita itu salah. Namun hati tak
bisa dibohongi, rasa itu terlalu kuat terpatri dalam sanubari yang paling dalam. Entah sampai
kapan hasrat untuk bersamamu itu selalu ada, biarlah semua nya mati dan terkubur dengan
sendirinya seiring waktu yang bergulir. Dan biarlah simfoni rindu itu hanya aku yang tau dan
mungkin akan hilang atau akan selalu ada untuk dikenang.

Anda mungkin juga menyukai