Anda di halaman 1dari 2

PT Alvedco Punya Sejarah Terkait Masalah Hukum

JAKARTA, KOMPAS.com - Seluruh saham PT Alvedco resmi diserahkan kepada pemerintah,


Selasa (7/3/2017). Namun menilik sejarahnya, perusahaan ini punya keterkaitan dengan kasus
hukum. Pendiri PT Alvedco, Abdoel Raoef Soehoed, sempat ditetapkan menjadi tersangka
korupsi oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) pada 2006 lalu. Ia diduga menyalahgunakan uang
negara untuk kepentingan pribadi. Hasil penjualan aluminium dari PT Inalum yang seharusnya
disetorkan ke negara, justru disetorkan ke PT Alvedco.

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung, Arminsyah, punya
pengalaman menangani kasus Abdoel Raoef Soehoed. "Satu hal yang berkesan di saya, perkara
ini waktu saya masih direktur penyidikan pada 2009-2010," ujarnya di acara serah terima saham
PT Alvedco kepada pemerintah di Kantor Koordinator Perekonomian, Jakarta. Ia sendiri enggan
mengulas kasus itu secara mendalam.

Selain perkara itu sudah dihentikan, Abdoel Raoef Soehoed sendiri juga telah meninggal dunia
pada 2014 lalu. Namun, Arminsyah punya penilaian pribadi terikat sosok Abdoel Raoef Soehoed
yang juga mantan Menteri Perindustrian 1978-1983. "Tapi memang saya akui beliau jujur, ini
(PT Alvedco) bukan punya beliau tapi punya negara," kata dia. Direktur Utama PT Alvedco
Middyningsih mengatakan bahwa akte notaris pendirian perusahaan memiliki keterkaitan dengan
surat penyataan Abdoel Raoef Soehoed kepada notaris yang sama. Surat itu, kata dia,
menyatakan bahwa pemilik sesungguhnya seluruh 624 lembar saham atas nama Abdoel Raoef
Soehoed dan 1 lembar saham milik Trenggana di PT Alvedco, adalah milik pemerintah.
Arminsyah mengaku sempat meminta Abdoel Raoef Soehoed untuk segara menyerahkan PT
Alvedco kepada negara melalui Kejagung, namun permintaan itu ditolak. "Saya harus serahkan
langsung ke Presiden RI," kata Arminsyah menuturkan ucapan Abdoel Raoef Soehoed
kepadanya. Namun saat itu, proses serah terima saham PT Alvedco tidak berjalan mulus.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Menteri Koordinator Perekonomian
mengkoordinasikan hal itu

Berdasarkan rapat Koordinasi, Kementerian Keuangan meminta BPKP mengaudit PT Alvedco.


"Akhirnya saya bingung ini perkara saya tidak mengulas kasusnya, apa saya sidangkan saja saya
bilang kan. Cuma beliau saat itu umurnya sudah 80 an kalau enggak salah," tutur Arminsyah.
"Dan beliau ini orang baik. Dan kita dalam pidana itu niat jahatnya enggak ada. Masa saya
menyidangkan perkara yang pelakunya enggak punya niat jahat," sambungnya. Akhirnya pada
2010, Kejaksaan Agung menghentikan perkara dugaan korupsi tersebut dengan syarat saham PT
Alvedco segara diserahkan kepada negara. Setelah tujuh tahun, niat itu terealiasi. Kini selain
saham, aset gedung, barang-barang bergerak berupa mobil-mobil atas nama PT Alvedco dan
dana-dana yang disimpan di bank luar negeri dan bank yang ada di Indonesia resmi diserahkan
ke negara. Sekretaris Menteri Koordinator Perekonomian Lukita Dinarsyah mengatakan,
berdasarkan audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), jumlah aset PT
Alvedco mencapai Rp 137,8 miliar. Bukan tidak mungkin, angka itu akan lebih besar.

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/03/07/203000926/pt.alvedco.punya.sejarah.terkait.masal
ah.hukum.

Review:

Dalam kasus ini pendiri PT Alvedco melanggar tanggung jawab sebagai pemegang saham, yaitu
melakukan perbuatan criminal, dalam bentuk korupsi, hasil penjualan aluminium dari PT Inalum
yang seharusnya disetorkan ke negara, justru disetorkan ke PT Alvedco.

Indrawan Wijaya

041711333229

Anda mungkin juga menyukai