Fungsi Bonjean PDF
Fungsi Bonjean PDF
25-33
Abstract
To build a ship in "Building Berth" has been completed and then proceed with the launch of the
ship. Before the launch of the ship is quite ready, it is better to calculate the ship program launches etc.
Launched ship calculations using "Bonjean Curve". Using bonjean curve can calculate the volume of
displacement with several designs, they are in equilibrium vessel trim condition. So as to anticipate some of
the problems in the slipway.
Abstrak
Membangun sebuah kapal di “Building Berth”jika sudah selesai dan dilakukan proses peluncuran
kapal. Sebelum kapal siap diluncurkan,dilakukan perhitunganpeluncuran kapal dll. Perhitungan peluncuran
kapal dengan menggunakan “Bonjean Curve”. Penggunaan kurva bonjean utuk menghitung volume
displacement dengan beberapa desain, kondisi ini kapal berada pada keseimbangan stabil. Untuk
mengantisipasi permasalahan yang timbul pada slipway.
25
FUNGSI KURVA BONJEAN ………. (Indro Dwi Cahyo)
kapal (end launching) dan fungsi kurva memanjang, buritan kapal selalu diarahkan
bonjean pada peluncuran kapal secara end ke air sehingga buritan akan terkena air lebih
launching. dahulu, hal ini supaya:
1. Linggi buritan tidak terbentur pada
PEMBAHASAN landasan
Peluncuran kapal adalah 2. Pada waktu kapal menyentuh air dapat
menurunkan kapal dari landasan peluncur ke mengurangi kecepatan peluncuran
air yang disebabkan oleh gaya berat kapal Langkah awal dari perhitungan peluncuran
pada bidang miring. Tahap-tahap yang adalah menghitung berat dan letak titik berat
dilakukan dalam peluncuran kapal adalah kapal yang akan diluncurkan, karena kapal
sebagai berikut : pada saat diluncurkan dalam keadaan belum
1. Perhitungan Peluncuran selesai, maka beratnya kurang dari berat
2. Perencanaan Perlengkapan Peluncuran kapal setelah selesai. Tapi yang paling tepat
3. Pemasangan Perlengkapan Peluncuran ialah menghitung komponen-komponen berat
4. Pemindahan badan kapal dari keel block satu per satu dan dengan memakai rumus
ke peluncur momen kita dapat menghitung letak titik
5. Pemindahan badan kapal dari tumpuan berat kapal pada saat diluncurkan. Berat
peluncuran ke peluncur ballast dan berat orang-orang di kapal yang
6. Pelaksanaan Peluncuran disertakan saat peluncuran, berat peralatan
Untuk meluncurkan kapal, kapal dilengkapi peluncuran harus diperhitungkan dalam berat
dengan alat peluncur yaitu jalan peluncur peluncuran. Kemudian menentukan letak titik
(launching ways) dan sepatu peluncur berat kapal secara memanjang G dan letak
(sliding ways), dimana pada saat peluncurann titik berat kapal secara meninggi KG.
sepatu peluncur yang dipasang pada kapal Mengingat bahwa perhitungan peluncuran
akan meluncur diatas jalan peluncur. Pada dilaksanakan beberapa langkah, untuk dapat
umumnya kapal diluncurkan dengan cara menghitung volume displacement pada
peluncuran memanjang sedang peluncuran bermacam-macam keadaan sarat air dan
melintang hanya digunakan bila keadaan perhitungan letak titik tekan memanjang B
memaksa yaitu bila permukaan air di depan serta perhitungan lainnya maka diperlukan
landasan sempit misalnya di sungai, terusan gambar kurva bonjean (bonjean curves).
dan sebagainya. Untuk peluncuran
26
METANA, Vol. 10 No. 01, Juli 2014, Hal. 25-33
PEMBUATAN KURVA BONJEAN mendapatkan gambar yang betul, ujung-
Kurva bonjean adalah lengkungan ujung lengkung bonjean pada garis geladak
yang menunjukkan luas station sebagai ditepi kapal dapat dikoreksi dengan menarik
fungsi dari sarat, karena lengkung bonjean garis selaras. Bentuk lengkung bonjean
adalah lengkung luas dari station atau luas mempunyai keuntungan karena untuk
bidang gading, maka bentuk lengkungan bermacam-macam garis air kapal dalam
sangat tergantung dari bentuk gading-gading. keadaan even keel maupun trim, kita dengan
Lengkung ini diperkenalkan pertama kali mudah dapat menggambar garis air. Dari
oleh sarjana Perancis pada abad ke sembilan garis air tersebut kita dapat menentukan luas
belas. Pembuatan lengkung bonjean yang tiap-tiap station yang masuk dalam air.
paling umum adalah potongan memanjang Untuk menghitung volume displacement V
dari kapal. Untuk ini mula-mula kita dan titik tekan memanjang B, kalau sarat
gambarkan garis dasar, linggi haluan dan depan dan sarat belakang diketahui, maka
linggi buritan kapal, garis geladak ditepi mula-mula kita ukurkan sarat depan di FP
kapal, letak station dan garis air. Pada tiap dan sarat belakang AP. Garis air kapal dalam
station kita gambarkan lengkung bonjean keadaan trim kita tarik sehingga memotong
(luas tiap station). Gambar ini dilengkapi station AP, 1, 2,…, FP
dengan skala sarat di AP dan FP, untuk
Garis Air
Garis Air
Dari tiap-tiap titik potong station dengan tiap-tiap station ini yang kita perlukan untuk
garis air kita tarik garis mendatar memotong menghitung volume displacement dan letak
lengkung bonjean. titik tekan memanjang B. Untuk itu kita
Harga luas dari tiap station dapat dibaca pada gunakan tabel perhitungan displacement
garis horisontal, sehingga luas tiap-tiap dibawah ini :
station yang masuk kedalam air dapat
diketahui yaitu AAP, A1, A2,…AFP. Harga luas
27
FUNGSI KURVA BONJEAN ………. (Indro Dwi Cahyo)
No I II I x II III I x II x III
Station Luas Station Faktor Luas Hasil Faktor Hasil
2
(m ) Momen
AP AAP a0 AAP.a0 20 AAP.a0.20
1 A1 a1 A1.a1 19 A1.a1.19
2 A2 a2 A2.a2 18 A2.a2.18
3 A3 a3 A3.a3 17 A3.a3.17
…. …. …. …. …. ….
…. …. …. …. …. ….
…. …. …. …. …. ….
FP AFP a20 AFP.a20 0 AFP.a20.0
∑1 ∑2
28
METANA, Vol. 11 No. 1, Juli 2014, Hal. 25-33
koefisien gesek dari bahan pelumas. Jika sebesar : FD = W (f – α), dimana W = berat
syarat ini tidak dipenuhi, untuk peluncuran.
menggerakkan kapal perlu gaya dorong
Gambar 3. Periode I
200 30 x=
29
FUNGSI KURVA BONJEAN ………. (Indro Dwi Cahyo)
Tipping ini terjadi jika titik berat G melewati Persamaan gerak pada periode II adalah
ujung landasan. Untuk menghindari tipping sama dengan periode I ditambah tahanan air
dengan jalan memperbesar momen anti terhadap gerakan kapal dan daya apung.
tipping :
1. Menempatkan ballast pada linggi haluan Pada periode II setelah peluncur melewati
2. Memperpanjang landasan yang tercelup air ujung landasan, maka panjang sepatu luncur
3. Menunggu air pasang (S) akan berubah menjadi (S’) dan pada
4. Memperbesar sudut kemiringan tg α akhirnya menjadi 0, dan harga x antara 1/3 S’
5. Memperbesar harga displacement < x < 2/3 S’, maka bidang bebannya berupa
trapesium sepanjang S’ dengan sisi-sisi
Pada akhir periode II kapal akan mulai sejajar qd dan qb.
mengapung (bila titik pusat gaya Q (titik B)
mencapai ujung peluncur bagian depan bila x - Jika x = ½ S’, maka qb = qd =q, bidang
= S’). Jadi stern lift terjadi jika Dd – Wc = beban empat berbentuk persegi panjang
0, gaya reaksi sebesar Q = W - D ini - Jika x = 1/3 S’ atau 2/3 S’, bidang beban
merupakan sebuah gaya yang besar sekali berbentuk segitiga siku-siku
dan berpusat pada titik B.
Gambar 4. Periode II
30
METANA, Vol. 10 No. 01, Juli 2014, Hal. 25-33
Pada perhitungan periode II yang perlu setiap 1 langkah terdiri 2 station. Setelah
dihitung adalah displacement, letak LCB menentukan jarak ujung belakang sepatu
untuk mengetahui kapan kapal mengalami luncur ke Ap (h) dan sarat belakang (tb),
stern lift. Untuk menentukan harga ukur absis luas masing-masing garis station
displacement, digunakan gambar bonjean yang berpotongan dengan garis sarat
curve yang dibagi dalam 10 langkah, yang belakang (tb).
Selanjutnya masukkan harga absis yang fungsi luas dan fungsi momennya.Untuk
sudah diukur pada masing-masing station contoh perhitungan pada langkah 10.
seperti pada tabel, dan selanjutnya hitung
Tabel 3. Langkah 10
31
FUNGSI KURVA BONJEAN ………. (Indro Dwi Cahyo)
Selanjutnya hitung displacement dan LCB menyinggung lingkaran B, selanjutnya hitung
pada langkah 10 pemindahan air dan letak titik berat, sehingga
Volume displacement (V )= k.h.∑1 m3 akan didapat 3 macam harga dari gaya apung
D beserta momen statis Dd terhadap
Letak titik tekan memanjang landasan bagian depan.
Hasil ini selanjutnya sebagai absis dari
∑ ordinat tb1, tb2 dan tb3.
(B) = ∑ m
Karena harga dari berat peluncuran W dan
momen statis Wc tetap, maka dengan skala
PERIODE III yang sama, ini dikembangkan dan dalam
Dimulai pada akhir periode II dan grafik merupakan garis-garis tegak. Karena
berakhir pada waktu kapal meninggalkan
selama mengapung berlaku Dd = Wc,
ujung landasan. Selama periode III kapal
sehingga titik potong antara lengkung Dd
masih meluncur dan menggunakan ujung
dan garis tegak Wc merupakan sarat buritan
depan peluncur sebagai sumbu putar. Untuk
pada saat itu. Dari diagram ini
menentukan garis muat setelah mencapai
suatu jarak terlihat pada Gambar.7. selanjutnya ditentukan gaya D dan gaya
Dengan memakai titik B sebagai reaksi Q = W - D terhadap ujung depan
pusatnya, buat jari-jari yang sesuai dengan peluncur. Jikalau ujung peluncur telah
tinggi permukaan air. Kemudian pada garis melampui ujung landasan maka berakhirlah
tegak belakang tentu kan tb1, tb2 dan tb3. Dari periode III, dan haluan kapal seolah-olah
ketiga sarat ini tarik garis-garis yang akan jatuh kedalam air.
32
METANA, Vol. 10 No. 01, Juli 2014, Hal. 25-33
KESIMPULAN Harvald,1983, Resistance and Propulsion of
Ship, A Wiley-Interscience
Sebelum pelaksanaan peluncuran harus Publication.
dilakukan tahapan-tahapan :
Vladimir Semyonof-Tyan-Shansky, 2004,
1. Perhitungan peluncuran Statics and Dynamics of the Ship,
2. Perencanaan perlengkapan peluncuran University Press of the Pacific,
3. Pemasangan perlengkapan peluncuran United States.W.P.A.
4. Pemindahan badan kapal dari keel block
ke balok-balok peluncuran Van Lammeren, 1984, Resistance,
5. Pemindahan badan kapal dari tumpuan Propulsion and Steering of Ship, the
peluncuran ke balok peluncur Technical Publishing Company H.
6. Pelaksanaan peluncuran Stam-Haarlem, Holland.
DAFTAR PUSTAKA
33