Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Alfian

NIM : 1710129110010
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP BERLANDASKAN
ETIKA LINGKUNGAN
A. Latar Belakang Masalah
Darsono (1995) menyatakan bahwa lingkungan semua benda dan kondisi, termasuk
manusia dan kegiatannya, yang terkandung dalam ruang di mana manusia dan
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan badan-badan hidup
lainnya. Berdasar pengertian tersebut secara umum yang digunakan adalah istilah
lingkungan (environment) karena memiliki makna yang lebih luas daripada lingkungan
hidup (life environment). Sedangkan pendidikan memiliki peranan yang sangat vital di
dalam memupuk karakter ataupun kepribadian siswa seperti yang tertuang dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Dapat diartikan pendidikan lingkungan merupakan usaha untuk mengembangkan
pengetahuan serta sikap yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran mayarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang
pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan dalam lingkungan.
Pelaksanaan pendidikan tentunya tidak terlepas dari lingkungan itu sendiri, karena
pendidikan memerlukan lingkungan dalam pelaksanaannya. Lingkungan sekolah juga
disebut lingkungan pendidikan, dimana lingkungan tersebut merupakan berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar serta lingkungan yang mempengaruhi proses belajar mengajar
Menurut Pratomo (2008) bahwa pendidikan lingkungan hidup sangatlah penting.
Dengan diberikannya pendidikan ini pada masyarakat, diharapkan munculnya kesadaran
agar lingkungan tumbuh dan berkembang dengan baik, untuk selanjutnya terjadi perubahan
sikap pandangan serta perilaku terhadap lingkungan.
Oleh karena itu, penerapan- penerapan pendidikan lingkungan hidup di sekolah
diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat khususnya masyarakat pendidikan
dan pada gilirannya masyarakat pada umumnya terhadap masalah lingkungan yang
dihadapi, meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam menanggulangi masalah
lingkungan hidup. Hal ini tentu memunculkan persoalan seperti bagaimana implementasi
pendidikan lingkungan hidup dengan berlandaskan etika lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan hal-hal yang akan menjadi
bahan pembahasan dari makalah ini, yaitu:
a. Bagaimana implementasi pendidikan lingkungan hidup sesuai dengan etika lingkungan
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan rumusan masalah, dapat dirumuskan
tujuan utama penulisan papaer ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi
pendidikan lingkungan hidup sesuai dengan etika lingkungan dan bagaimana pendidikan
lingkungan hidup meningkatkan kepedulian masyarakat, dijabarkan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui implementasi pendidikan lingkungan hidup sesuai dengan etika
lingkungan
D. Manfaat Penulisan
Hasil Paper ini diharapkan dapat digunakan dan bermanfaat baik bagi pengarang
maupun pembaca, dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Memahami pentingnya pendidikan lingkungan hidup
b. Memahami implementasi pendidikan lingkungan hidup
c. Mampu memahami etika lingkungan
E. Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup Berlandaskan Etika Lingkungan
Prinsip etika lingkungan (Chiras, 1993) adalah: Pertama, bumi memiliki persediaan
sumber daya alam yang terbatas dan harus digunakan oleh semua organisme. Kedua,
manusia merupakan bagian dari alam oleh karena itu harus tunduk kepada hukum-hukum
alam dan tidak kebal terhadap hukum alam tersebut. Manusia bukan merupakan puncak
pencapaian alam tetapi merupakan anggota dari jaringan kehidupan yang saling
berhubungan sehingga harus patuh kepada hukum-hukum dan keterbatasan-keterbatasan
alam. Ketiga, keberhasilan manusia terletak dalam bentuk kerjasama dengan kekuatan-
kekuatan alam bukan mendominasi alam. Keempat, ekosistem yang berfungsi baik dan sehat
adalah sangat penting bagi semua kehidupan. Menurut Chiras (1993) masyarakat yang
mampu mempertahankan dan memelihara lingkungan (sustainable society) memiliki
karakter: sangat alami (very nature), berpikir dan bertindak menyeluruh (holistic), selalu
mengantisipasi kemungkinan yang ditimbulkan (anticipatory), dan semua keputusannya
selalu menekankan kepada biosfer keseluruhan dan selalu mengantisipasi semua akibat yang
ditimbulkan menembus ruang dan waktu. Bila masyarakat dalam hidup di lingkungannya
berpedoman kepada prinsip keberlanjutan dan etika lingkungan serta menerapkan prinsip 3R
(reduce, reuse dan recycle) dan untuk sekarang perlu ditambah dengan satu R lagi
(replanting) maka masalah lingkungan akan dapat dihindarkan. Implementasi yang paling
utama yaitu pendidikan lingkungan hidup yang diberikan kepada siswa yang nantinya pasti
akan terjun ke masyarakat. Karena ketidakpedulian masyarakat muncul akibat berbagai
sebab, salah satu diantaranya adalah kurangnya pendidikan.
Sejak tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dan kependudukan sudah
dimasukkan ke dalam pendidikan formal dengan dibentuknya materi pelajaran pendidikan
kependudukan dan lingkungan hidup (PKLH). Depdikbud merasa perlu untuk mulai
mengintegrasikan PKLH ke dalam semua mata pelajaran Pada jenjang pendidikan dasar dan
menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian materi tentang masalah
kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum
tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke
dalam hampir semua mata pelajaran.
Tujuan Pendidikan lingkungan adalah agar peserta didik memiliki pengetahuan,
sikap dan perilaku rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan dan
lingkungan hidup. PLH bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan mata pelajaran
yang di integrasikan ke berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.PLH memasukkan aspek
afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun
masyarakat yang berkelanjutan (sustainable).
Tujuan PLH lebih ditekankan kepada perubahan sikap maka langkah pembelajaran
yang dapat ditempuh adalah dengan menghadapkan peserta didik kepada permasalahan
lingkungan yang ada. Setelah itu lanjutkan klarifikasi nilai, yaitu peserta didik diberikan
kesempatan untuk menilai kondisi, membuat pilihan pemecahan dari alternatif yang tersedia
dan menentukan langkah pemecahan. Sikap akan dapat terbentuk melalui cara tersebut dan
diperkuat dengan memperbanyak contoh oleh guru (Harlen, 1992).
Guru PLH khususnya dan bahkan semua guru memiliki peran penting di dalam
menyukseskan program PLH, membangun gaya hidup dan menanamkan prinsip
keberlanjutan dan menerapkan etika lingkungan. Supaya pembelajaran dapat mencapai
tujuan PLH dan membangun gaya hidup yang selaras dengan lingkungan, guru memulai
dengan menampilkan permasalahan (belajar berbasis masalah) lingkungan yang dihadapi
dalam dunia kehidupan sehari-hari di sekitar peserta didik kemudian dilanjutkan dengan
diskusi aktif untuk mencari akar permasalahan dan dilanjutkan dengan langkah pemecahan
masalah. Langkah berikutnya adalah menampilkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan etika
lingkungan melalui diskusi aktif di dalam kelas (Adisendjaja, 2008).
Pendidikan Lingkungan Hidup dapat diajarkan dengan menerapkan pendekatan
konteksual. Penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dalam kelas dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut : (Depdiknas, 2003)
1. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilannya.
2. Melaksanakan kegiatan inkuiri (dengan siklus observasi, bertanya, berhipotesis,
pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan).
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok, kelompok kecil, kelompok
kelas sederajat atau mendatangkan ahli).
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. (guru berperan sebagai model dalam
melakukan sesuatu, misal pembibitan tanaman, pendaur ulangan, dan sebagainya)
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan (misal pernyataan langsung tentang yang diperoleh
pada pembelajaran, catatan atau jurnal di buku siswa,kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran, diskusi atau hasil karya).
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) seperti menilai kegiatan dan
laporan, PR, kuis, karya siswa, laporan, jurnal, hasil tes, dan karya tulis).
PLH dapat diajarkan melalui berbagai cara seperti observasi, diskusi, kegiatan atau
praktek lapangan, praktek laboratorium, laporan kerja praktek, seminar, debat, kerja proyek,
magang dan kegiatan petualangan. Hal yang perlu diingat adalah sebaiknya jangan hanya
ceramah tentang konsep sehingga peserta didik hanya mendengarkan dan pasif. Cara ini
tidak akan bermakna tetapi sebaliknya peserta didik harus dilibatkan secara aktif mentalnya
agar dapat mengonstruksi pengetahuan, pengalaman, dan keterampilannya yang pada
gilirannya akan dapat diterapkan dalam kehidupannya dan ditransfer kepada orang lain.
Selain metode atau cara-cara di atas, untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan
sekolah dapat menerapkan dalam berbagai program atau kegiatan serta menyediakan
fasilitas yang dapat mendukung tumbuhnya sikap peduli lingkungan yang ada di sekolah,
antara lain adalah :
1. Menyusun jadwal piket kelas. Peserta didik memiliki tanggung jawab di dalam
memelihara kebersihan dan kesehatan kelasnya.
2. Mengadakan kegiatan jum’at bersih. Sebagai wadah kebersamaan di dalam menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah.
3. Menyediakan tempat sampah, untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya.
Hal yang tak kalah pentingnya ialah dengan memberikan wawasan siswa tentang
hukum yang mengatur tentang batasan eksploitasi lingkungan seperti eksploitasi hutan,
tambang dll.
F. Kesimpulan
Bila masyarakat dalam hidup di lingkungannya berpedoman kepada prinsip
keberlanjutan dan etika lingkungan serta menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle)
dan untuk sekarang perlu ditambah dengan satu R lagi (replanting) maka masalah
lingkungan akan dapat dihindarkan. Implementasi yang paling utama yaitu pendidikan
lingkungan hidup yang diberikan kepada siswa yang nantinya pasti akan terjun ke
masyarakat. Karena ketidakpedulian masyarakat muncul akibat berbagai sebab, salah satu
diantaranya adalah kurangnya pendidikan. PLH dapat diajarkan secara kontekstual melalui
berbagai cara seperti observasi, diskusi, kegiatan atau praktek lapangan, praktek
laboratorium, laporan kerja praktek, seminar, debat, kerja proyek, magang dan kegiatan
petualangan.
G. Saran
Hasil yang diinginkan tentu sasaran dalam jangka panjang dan akan tercapai bila ada
kesungguhan dalam pelaksanaan pembelajaran dan dukungan penuh dari pemerintah. Tanpa
keduanya tidaklah mungkin dapat dicapai. Untuk itu proses pembelajaran yang dilaksanakan
di sekolah haruslah tepat dan efektif.
H. Rujukan
Adisendjaja, Y.H. (2008). Metodologi Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar, Jurusan
Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI.
Chiras, D. D. (1993). Eco-Logic: Teaching the Biological Principles of
Sustainability,TheAmerican Biology Teacher: Volume 55 No. 2: 71-76
Darsono, Valentinus. (1995). Pengantar Ilmu Lingkungan.Yogyakarta : Universitas
Atmajaya Press.
Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.
Harlen, J. (1992). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Graha Pustaka.
Pratomo, S. (2008). Pendidikan Lingkungan. Bandung : Sonagar Press.

Anda mungkin juga menyukai